Anda di halaman 1dari 36
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 5 TAHUN 2004 TENTANG KAWASAN KESELAMATAN OPERAS! PENERBANGAN DI SEKITAR BANDAR UDARA JUANDA - SURABAYA a MENTERI PERHUBUNGAN, bahwa untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan di bandar udara dan sekitarnya, perlu menetapkan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan; bahwa sesuai dengan Pasal 11 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomer 70 Tahun 2001, Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ditetapkan dengan batas-batas tertentu yang bebas dari penghalang: bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar Bandar Udara Juanda - Surabaya; Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075); Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146): Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah terakhir 4 Menetapkan 10. "4 dengan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 2002; Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon |, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 2002; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 1.11/2/4-U Tahun 1960 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (CASR) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Pethubungan Nomor KM 27 Tahun 2003; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 91 Tahun 2002; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2002 Tentang Rencana Induk Bandar Udara Juanda - Surabaya; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 47 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara ; Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG KAWASAN KESELAMATAN OPERAS] PENERBANGAN DI SEKITAR BANDAR UDARA JUANDA - SURABAYA. BAB | KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan 1 2 Bandar udara adalah Bandar Udara Juanda ~ Surabaya ; Landasan pacu untuk selanjutnya disebut landasan adalah CafuwralBagvhebitepmentshos anda ang 2 suatu daerah persegi panjang yang ditentukan pada Bandar Udara di darat yang dipergunakan untuk pendaratan dan lepas landas pesawat udara; 3. Landasan Instrument dengan Pendekatan Presisi Kategori | adalah landasan Instrument yang dilengkapi dengan Instrument Landing System (ILS) dan Alat Bantu Visual untuk pengoperasian pesawat udara jarak pandang vertikal tidak lebih rendah dari 60 m dan jarak pandang horizontal tidak Kurang dari 800 m atau jarak visual landasan (RVR) tidak kurang dari 550 m; 4, Permukaan utama landasan instrument adalah permukaan yang garis tengahnya berhimpit dengan sumbu landasan yang membentang sampai 60 m diluar setiap ujung landasan dan lebarnya 300 m, dengan ketinggian untuk setiap tik pada permukaan utama diperhitungkan sama dengan ketinggian titik terdekat pada sumbu landasan; 5. Bangunan adalah suatu benda bergerak maupun tidak bergerak yang bersifat sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, antara lain gedung-gedung, menara, mesin derek, cerobong asap, gundukan tanah, jaringan transmisi di atas tanah dan bukit atau gunung; 6. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan adalah tanah dan / atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan; 7. Koordinat Geografis adalah posisi suatu tempat / titik dipermukaan bumi yang dinyatakan dengan besaran lintang dan bujur dengan satuan derajat, menit dan detik yang mengacu terhadap bidang referensi World Geodetic System 1984 (WGS- 84); BAB II KAWASAN KESELAMATAN OPERAS! PENERBANGAN Pasal 2 () Kawasan Keselamatan Operasi_ Penerbangan disekitar Bandar Udara diukur dan ditentukan dengan bertitik tolak pada Rencana Induk Bandar Udara; CituuratBag hab veaperithep wanaePangat 3 (2) (3) Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan _ disekitar Bandar Udara meliputi kawasan pendekatan dan lepas landas; kawasan_kemungkinan bahaya kecelakaan; kawasan di bawah permukaan horizontal dalam; kawasan di bawah permukaan horizontal luar; kawasan di bawah permukaan kerucut; kawasan di bawah permukaan transisi; kawasan disekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan. e>eaocm Batas-batas tanah ditetapkan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9 Batas-batas kawasan tersebut dalam ayat (2) ditentukan berdasarkan persyaratan permukaan batas penghalang untuk landasan dengan Pendekatan Presisi Kategori | Nomor Kode 4 sesuai Annex 14 ICAO Konvensi Chicago Tahun 1944 dan dinyatakan dalam Sistim Koordinat Bandar Udara yang posisinya ditentukan terhadap_ titiktitik referensi sebagai berikut : a. Titik referensi Bandar Udara terletak pada koordinat geografis 07° 22" 50,970" LS 112° 48° 10,830" BT b. Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Rencana Induk ( perpotongan sumbu X dan sumbu Y ) terletak pada ujung landasan 28 dengan koordinat geografis o7: 22' 55" LS 112° 48" 01" BT Titik referensi sistem koordinat bandar udara pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (perpotongan sumbu X dan sumbu Y) terletak pada ujung landasan 10 dengan koordinat geografis 07° _22' 39,540" LS 112° 46" 24,410" BT atau koordinat bandar udara: X = + 20.000 m; Y = +20.000m sumbu X berhimpit dengan sumbu _landasan dengan arah 99° 29' 9,64" - 279° 29' 9,64" geografis, sumbu Y melalui ujung Landasan 10 dan tegak lurus pada sumbu_X. Pasal 3 () Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas ditentukan sebagai berikut a. tepi dalam dari kawasan ini berimpit dengan ujung Permukaan Utama, berjarak 60 m dari ujung landasan dengan lebar 300 m b. Kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a, meluas keluar secara teratur, dengan garis tengah merupakan perpanjangan dari sumbu landasan, sampai_lebar perpanjangan dari sumbu landasan, sampai lebar 4.800 m pada jarak mendatar 15.000 m dari ujung permukaan utama. c. batas-batas kawasan yang dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang _menghubungkan titik-titk A.1.1,A.1.2, A1.3, A.1.4 dan A.1.1 pada landasan 10. serta titi - tik A2.1, A22,A23,A24 dan A214 pada landasan 28. (2) Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran | dan IA. Pasal 4 (1) Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan merupakan sebagian Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas yang berbatasan langsung dengan _ujung-ujung Permukaan Utama, ditentukan sebagai berikut: 5 rte ap thabthapmantp andaangad (2) a) a. tepi dalam dari kawasan ini berimpit dengan ujung Permukaan Utama, dengan lebar 300 m, dari tepi dalam tersebut kawasan ini meluas keluar secara teratur, dengan garis tengahnya merupakan —_perpanjangan dari garis tengah landasan, sampai lebar 1200 m dan jarak mendatar 3.000 m dari ujung Permukaan Utama; batas-batas kawasan yang dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang menghubungkan titiketik A141, A12, A15, A416 dan A1.1 pada Landasan 10 serta titik - titk A21, A25,A26,A24 dan A2.1 pada Landasan 28. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran Il dan IIA Pasal 5 Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam ditentukan sebagai berikut : a. kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 4.000 m dari tik tengah setiap ujung Permukaan Utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas, Kawasan Lepas Landas serta Kawasan Di bawah Permukaan Transisi; b. _ batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan titik-tiik B.1.1, C.1.1, C.1.2, C.1.3, C.1.4, B.1.2 dan B.1.1, serta titi - tik B.2.1, B.2.2, C.2.2 €.2.3,C.2.4,C.2.1 dan B.2.1 Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran II! dan IIIA Pasal 6 Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar ditentukan sebagai berikut : a, kawasan ini ditentukan oleh lingkaran dengan radius 15.000 m dari titik tengah setiap ujung Permukaan Utama dan menarik garis singgung pada kedua lingkaran yang berdekatan dan kawasan ini tidak termasuk Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas, Kawasan Lepas Landas dan Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut; b. _ batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan titk-titik D.1.1, 0.1.2, 0.1.3, 0.1.4, E14, £.1.3, £.1.2, £.1.1 dan D.1.1 dan titik - titk D.2.1, 0.2.4, D.2.3, 0.2.2, E.2.2, E.2.3, £.2.4, £.2.1 dan D.2.1 (2) Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran IV dan IVA Pasal 7 (1) Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut ditetapkan sebagai berikut a, kawasan ini ditentukan mulai dari tepi luar Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam meluas ke luar dengan jarak mendatar 2.000 m; b. _ batas-batas kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis lingkaran dan garis lurus yang menghubungkan titik-titik C. 1.1, D.1.1, D.1.2, 0.1.3, 0.1.4, C.1.4, 6.1.3, C.1.2, dan C.1.1 dan titk - tik C.2.1, C.2.4, C.2.3, C.2.2, D.2.2, D.2.3, D.2.4, D.2.1 dan C.2.1 (2) Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran V dan VA. Pasal 8 (1) Kawasan Di bawah Permukaan Transisi ditentukan sebagai berikut : a. tepi dalam dari kawasan ini berimpit dengan sisi panjang Permukaan Utama, sisi Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas serta sisi Kawasan Lepas Landas, kawasan ini meluas ke luar sampai jarak mendatar 315 m dari sisi panjang Permukaan Utama; ‘ConewagihsbaReomenthon jansaanged 7 b. batas-batas kawasan yang dimaksud pada huruf a digambarkan dengan garis-garis yang menghubungkan titketiik A1.1, B.1.1, B.1.2, A2.1 dan A.1.1 serta titik-titik A1.2,A.2.4, B.2.2, B.2.1 dan A.1.2 (2) Kawasan Di bawah Permukaan Transisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum pada Lampiran VI dan VI A Pasal 9 (1) Alat Bantu Navigasi Penerbangan yang tersedia dalam penyelenggaraan operasi penerbangan di Bandar Udara Juanda - Surabaya terdiri dari: a. Non Directional Beacon (NDB) ; b. Doppler Very High Frequency Omni Range (DVOR) / Distance Measuring Equipment ( DME ); c. Instrument Landing System ( ILS ) yang terdiri dari: Localizer, Glide Path, Middle Marker dan Outer Marker; d. Radar; ©. Approach Lighting System. (2) Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan sebagai berikut : a. Non Directional Beacon (NDB) terletak pada koordinat geogratis - WR-NpB 07° 21' 58,370" LS 112° 42' 09,200" BT - SB-NDB 07° 23' 10,440" LS 112° 46' 46,550" BT dengan ukuran nominal lokasi 100m x 100m b. Doppler Very High Omni Range (DVOR) / Distance Measuring Equipment ( DME ) terletak pada koordinat geografis 07° 22' 43,370" LS (Eksisting ) 142° 47' 40,230" BT ‘cnurarsapiteboteomentop juansaPanga 8 07° 22' 26,090" _LS (Baru) 112° 46' 16,500" BT dengan ukuran nominal lokasi 200m x 200m c. Instrument Landing System (ILS ) ; 1, Localizer terletak pada koordinat geografis 07° 22' 56,790" LS 112° 48 10,450" BT dengan ukuran nominal lokasi 600 m x 220 m 2. Glide Path dan Glide Path (GP) / Distance Measuring Equipment ( DME ) terletak pada koordinat geografis dengan ukuran nominal lokasi 600 m x 200 m 3, Middle Marker terletak pada koordinat geografis 7? 22' 34,180" LS 112° 451 52,070" BT dengan ukuran nominal 10 mx 10 m 4. Outer Marker terletak pada koordinat geografis 7: 22'00,810" LS 112° 42' 25,000" BT dengan ukuran nominal 10 mx 10m d. Radar terletak pada koordinat geografis 07° 23'01,290" LS 112° 46' 48,120" BT dengan ukuran nominal 100 m x 100 m fe. Approach Lighting System dengan ukuran nominal lokasi 1.000 x 60 m dengan persyarat lahan disebelah kanan dan kiri Aproach Light sebesar 120 m dari as landasan harus rata serta bebas benda tumbuh. (3) Batas-batas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digambarkan berupa garis- garis yang menghubungkan titik-titik tertentu pada tepi batas lokasi dari alat yang bersangkutan yang batas-batasnya sebagaimana tercantum pada Lampiran VII 9 lembar ke 1 sampai dengan lembar ke 7 Pasal 10 Batas-batas © Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana diatur dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 secara keseluruhan tercantum pada Lampiran VIII BAB III BATAS-BATAS KETINGGIAN PADA KAWASAN KESELAMATAN OPERAS! PENERBANGAN Pasal 14 Batas-batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh untuk setiap kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 ditetapkan dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19 atas dasar : a. persyaratan Permukaan Batas Penghalang untuk landasan Instrumen Pendekatan Presisi Kategori | dan Nomor Kode 4; b. _ketinggian semua titik pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan ditentukan terhadap _ketinggian_ ambang Landasan 28 sebagai fitik referensi_ sistim ketinggian Bandar Udara yaitu tik 0,00 m yang_ketinggiannya + 2,77 m di atas permukaan air laut rata-rata (MSL); c. _ketinggian Permukaan Horizontal Dalam dan Permukaan Horizontal Luar ditentukan masing-masing + 45 m dan + 150 m diatas ambang Landasan 28. Pasal 12 (1) Batas-batas ketinggian pada Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas pada Landasan 10 ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landasan sebagai berikut a. agian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian ambang Landasan 10 sampai jarak mendatar 2.230 m pada ketinggian + 45 m diatas ambang landasan 28; CuueaBagihsbtheomerhhen jumnoMPanget 10 b. _ bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol_persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.700 m pada ketinggian + 45 m diatas ambang landasan 28; ¢. bagian ketiga dengan kemiringan 5 % (lima persen) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 1.180 m, pada ketinggian 103 m diatas ambang landasan 28; d. agian keempat pada bagian tengah dengan kemiringan 2% ( dua persen ) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2.300 m, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5 % ( lima persen ) sampai jarak mendatar tambahan 436 m, kemiringan kedua 2,5 % ( dua setengah persen ) sampai jarak mendatar tambahan 968 m serta kemiringan ketiga 0 % ( nol persen ) sampai jarak mendatar tambahan 896 m di atas ambang landasan 28; e. agian kelima (terakhir) kemiringan 0% (nol persen) sampai jarak mendatar tambahan 7.520 m pada ketinggian 150 m diatas ambang landasan 28. Batas-batas ketinggian pada Kawasan Lepas Landas pada Landasan 28 ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landasan sebagai berikut: a. bagian pertama dengan kemiringan sebesar 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian ambang Landasan 28 sampai jarak mendatar 2.250 m pada ketinggian + 45 m diatas ambang landasan 28; b. _bagian kedua dengan kemiringan 0% (nol_persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.750 m pada ketinggian + 45 m di atas ambang landasan 28 ; cc. bagian ketiga dengan kemiringan 5 % (lima persen) sampai jarak mendatar tambahan 1.167 m, pada ketinggian 103 m diatas ambang landasan 28; d. bagian keempat pada bagian tengah dengan kemiringan 2% ( dua persen ) arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 2.333 m, pada bagian tepi dengan kemiringan pertama 5 % ( lima persen ) sampai jarak mendatar tambahan 433 m, kemiringan kedua 2,5 % ( dua setengah persen ) sampai jarak 11 mendatar tambahan 1000 m serta kemiringan ketiga 0 % ( nol persen ) sampai jarak mendatar tambahan 900 m di atas ambang landasan 28; e. bagian kelima (terakhir) kemiringan 0% (nol_persen) sampai jarak mendatar tambahan 7.500 m pada ketinggian + 150 m di atas ambang landasan 28 Pasal 13 Batas-batas_ketinggian pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan ditentukan oleh kemiringan 2% (dua persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landasan sampai dengan ketinggian + 45 m di atas ambang landasan 28 sepanjang jarak mendatar 3,000 m melalui perpanjangan sumbu landasan Pasal 14 Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di bawah —Permukaan Horizontal Dalam ditentukan + 45 m di atas ketinggian ambang Landasan 28 Pasal 15 Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar ditentukan + 145 m diatas kelinggian ambang landasan 28. Pasal 16 Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut ditentukan oleh kemiringan 5% (lima persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari tepi luar Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian + 45 m sampai memotong Permukaan Horizontal Luar pada ketinggian + 145 m. Pasal 17 Batas ketinggian pada pertemuan garis batas luar Kawasan Di bawah Permukaan Kerucut dengan garis batas dalam Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar ditentukan + 145 m diatas ketinggian ambang landasan 28. Pasal 18 Batas-batas ketinggian pada Kawasan Dibawah Permukaaan Cturaag habahepmenihon.jumndaPangsb 12 Transisi ditentukan oleh _kemiringan 14,3 % ( empat belas koma tiga persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari sisi panjang dan pada ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama serta Permukaan Pendekatan dan Lepas Landas menerus sampai _memotong Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian + 45 m diatas ketinggian ambang landasan 28. Pasal 19 Batas - batas ketinggian pada Kawasan disekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan ditentukan sebagai berikut : a, batas ketinggian di sekitar Non Directional Beacon (NDB) ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 3° (tiga derajat) ke atas dan ke luar dari titik tengah dasar antena dan sampai radius 300 m dari antena dilarang ada bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi/baja, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian tersebut; b. batas ketinggian di sekitar alat Doppler Very High Frequency Omni Directional Range (DVOR) / Distance Measur- ing Equipment (DME) ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 2° (dua derajat) keatas dan keluar dari titik antena pada ketinggian bidang counterpois, dan pada jarak radial kurang 600 m dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian sudut tersebut; ©. batas ketinggian disekitar alat Localizer dibatasi oleh bidang yang dibentuk dengan sudut 1° ( satu derajat ) dari tik tengah dasar antena Localizer terhadap bidang horizontal sejauh 20.000 m kearah landasan; 4. batas ketinggian disekitar Glide Path (GP) dan Distance Measuring Equipment (DME) dibatasi oleh bidang yang dibentuk dengan sudut 2° ( dua derajat ) dari titik tengah dasar antena Glide Path terhadap bidang horizontal sejauh 6.000 m ke arah pendaratan; fe. batas ketinggian Middle Marker ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 20° ( dua puluh derajat ) keatas dan keluar dari titik dasar antena dan sampai radius 300 m dari antena dilarang adanya bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain - lain melebihi batas ketinggian kerucut tersebut; itahepmanthen anda 13 f. batas ketinggian Outer Marker ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 20° ( dua puluh derajat ) keatas dan keluar dari titik dasar antena dan sampai radius 300 m dari antena dilarang adanya bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain - lain melebihi batas ketinggian kerucut tersebut; g. batas ketinggian disekitar Alat Radar ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 1° ( satu derajat ) keatas dan keluar dari titik antena pada ketinggian dasar antena, dan dalam radius 500 m tidak diperkenankan adanya bangunan metal, tangki minyak, bangunan dan lain - lain melebihi ketinggian dasar antena; Pasal 20 (1) Batas-batas luas tanah, persyaratan dan ketinggian bangunan serta tumbuhan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 19 tercantum dalam Lampiran VII lembar ke 1. sampai lembar ke 7. (2) Batas-batas ketinggian, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 dan Pasal 48 tercantum dalam Lampiran IX. (3) Batas ketinggian bangunan yang diperkenankan, apabila Alat Bantu Navigasi Penerbangan ditempatkan pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8, merupakan batas ketinggian yang lebih menjamin keselamatan operasi penerbangan, yaitu batas ketinggian terendah pada kawasan yang bersangkutan. Pasal 21 (1) Untuk mendirikan, mengubah atau melestarikan bangunan, serta menanam atau memelihara benda tumbuh di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan harus memenuhi batas-batas ketinggian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 19 (2) Untuk mendirkan bangunan baru di dalam kawasan pendekatan lepas landas, harus memenuhi batas ketinggian dengan tidak melebihi kemiringan 1,6 % ( satu koma enam uomennten ued ena 14 persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari _ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang Landasan 10 dan Landasan 28. (3) Pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan sampai jarak mendatar 1.100 m dari ujung-ujung Permukaan Utama hanya digunakan untuk bangunan yang diperuntukkan bagi keselamatan operasi penerbangan dan benda tumbuh yang tidak membahayakan keselamatan operasi_penerbangan dengan batas ketinggian sebagaimana diatur dalam Keputusan ini. (4) Untuk mempergunakan tanah, perairan atau udara di setiap kawasan yang ditetapkan dalam keputusan ini, harus mematuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut a. tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyaret navigasi penerbangan atau komunikasi radio antar Bandar Udara dan pesawat udara; b. tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu udara dengan lampu-lampu lain: ¢. tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang mempergunakan Bandar Udara; tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar dara; . tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung, atau dengan cara lain dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau gerakan pesawat udara yang bermaksud_mempergunakan Bandar Udara; Pasal 22 Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hanya diperkenankan apabila’ (1), sesuatu hal tertentu diberi persetujuan oleh Menteri Perhubungan untuk itu, setelah mendengar pertimbangan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, melalui kajian khusus Aeronautika; (2). sesuai ketentuan dan teknis keselamatan operasi penerbangan, bangunan tersebut mutlak diperlukan; © 15 a) (2) (2) (1) (2) 1 isbsnepmenthop anda Pasal 23 Terhadap bangunan yang berupa benda tidak bergerak yang sifatnya sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, sebelum diterbitkannya Keputusan ini antara lain gedung-gedung, menara, cerobong asap, gundukan tanah, jaringan transmisi bukit dan gunung yang sekarang ini menjadi penghalang (obstacle) tetap diperkenankan —sepanjang _prosedur keselamatan operasi penerbangan terpenuhi. Bangunan-bangunan dan/atau benda-benda sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) tercantum dalam Lampiran XI. BAB IV PEMBERIAN TANDA DAN ATAU PEMASANGAN LAMPU Pasal 24 Bangunan atau sesuatu benda yang ada_secara alami berada di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan ketinggiannya masih dalam —batas_ketinggian yang diperkenankan, akan tetapi diduga dapat membahayakan keselamatan operasi penerbangan, harus diberi tanda dan / atau dipasang lampu Bangunan-bangunan dan/atau benda-benda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus diberi tanda atau dipasang lampu. Pasal 25 Pemberian tanda atau pemasangan lampu, termasuk pengoperasian dan pemeliharaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24 dilaksanakan oleh dan atas biaya pemilik atau yang menguasainya, Pemberian tanda atau pemasangan lampu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang akan diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 16 BAB V PEMBERIAN REKOMENDASI Pasal 26 (1) Untuk mengendalikan Batas-Batas Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Bab II dan Bab Ill membangun atau menanam pohon yang diperkirakan mengganggu keselamatan operasi penerbangan yang terletak di dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan di sekitar Bandar Udara Juanda — Surabaya diperlukan rekomendasi dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara atau pejabat yang ditunjuk. (2) Tata cara pengendalian dan pemberian _rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 27 Semua ketentuan yang setingkat dan / atau lebih rendah yang bertentangan dengan Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku. BAB Vil PENUTUP Pasal 28 Direktur Jenderal Perhubungan Udara mengawasi pelaksanaan Keputusan ini, ‘Cotuuraagsthabimepmentkop janoaPange® 17 Pasal 29 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, Ditetapkandi: JAK ARTA Pada tanggal 23 Jemari 2004 MENTERI PERHUBUNGAN td AGUM GUMELAR, M.Sc SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Sekretaris Negara; Menteri Keuangan; Menteri Kehakiman dan HAM; Menteri Pertahanan; Menteri Dalam Negeri; Menteri Perindustrian dan Perdagangan; Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah; Menteri Negara BUMN; Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas; Kepala Staf TNI Angkatan Udara; Gubernur Propinsi Jawa Timur, Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal dan para Direktur Jenderal dan para Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan; Kepala Dinas Perhubungan Prop.Jawa Timur, Direktur Utama PAP |; DPP INACA. an aslinya ean KSUN cutratoag het mapmeithop Janda 18 LAMPIRAN, LT a KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR TANGGAL KAWASAN PENDEKATAN DAN LEPAS LANDAS LAMPIRAN 1A KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR TaXUY TANGGAL Spates B84 KAWASAN PENDEKATAN DAN LEPAS LANDAS no. | rm |_KOORDINAT BANDAR UDARA KOORDINATGEOGRAFIS _| X (meter ) ‘¥ (meter ) Ls Br 1 Add 19940 20150 7° 22! 34,394" 112° 46! 23,252 z Al2 19940 19850 7°22! 44,035" 112° 46 21,693" 3 Al3 5000 17609 7 2237,711" 112° 38' 09,147" 4 Ald 5000 22391 7° 20'04,104" 112° 38' 34,276" 5 Ald 23660 20150 7° 22! 53,900" 117° 48' 22,959" 6 A22 38600 22391 7° 23" 00,002" 112° 56' 35,466" 7 Aaa 38600 17609 7° 25'33,634" 112° 56 10,446" 8 A24 23660 19850 P23" 03,509" 112° 48' 21,400" MENTERI PERHUBUNGAN td AGUM GUMELAR, M.Sc. KAWASAN KEMUNGKINAN BAHAYA KECELAKAAN, KAWASAN KEMUNGKINAN BAHAYA KECELAKAAN LAMPIRAN nA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN HMe5, BAHUN 2004 23 Jamari 2004 NOMOR TANGGAL. No. | vrrnk | _KOORDINAT BANDAR UDARA KOORDINAT GEOGRAFIS X (meter) Y (meter ) Ls Br 1 ALL 19940 20150 7°22'34,304" 112° 46' 23,252" a Al2 19940 19850 7° 22" 44,035" 112° 46' 21,693" 3 ALS 17000 19409 7° 22! 42,822" 112° 44" 44,751" 4 ALG 17000 20591 7? 22 04,844" 112° 44° 50,960" 5 Ad 23660 20150 7°22! 53,900" 112° 48! 22,959" 6 A2S 26600 20591 7° 22' 55,100" 112° 49' 59,898" 7 A26 26600 19409 7°23' 33,077" 112° 49" 53,696" 8 Ald 23660 19850 7° 23°03,509" 112° 48'21,400" MENTERI PERHUBUNGAN Salinan sesuai dengan aslinya itd AGUM GUMELAR, M.Sc, LANPIRAN, ¥4,5 TAEUT 2004 23 Januari 2004 KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR TANGGAL KAWASAN DIBAWAH PERMUKAAN HORIZONTAL DALAM. LAMPIRAN mA, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN WQL.5 TaHUN 2004 23, Januari 2004 NOMOR, TANGGAL, KAWASAN DIBAWAH PERMUKAAN HORIZONTAL DALAM No. | qm |_KOORDINAT BANDAR UDARA. KOORDINAT GEOGRAFIS X (meter ) Y (meter ) Ls Br 1 B11 17840 20465 7° 22! 13,302" 112° 45" 17,339" a cul 16067 20731 7210 55,454" 112° 44° 21,677" 3 C12 20000 24000 }- 20'31,041" 112° 46' 45,388" 4 es 23600 24000 7° 201 49,879" 112° 48° 41,235" 5 C14 273 | 20781 7P-22' 55,494" 112° 50° 30,646" 6 BA2 25760 =| 20465 7? 22! 54,758" 112° 49°32,215" 7 B21 17840 19535 P22 43,169" 112° 45" 12,467" 8 B22 25760 19535 TP 23' 24,625" 112° 4927316" | 9 c22 27533 | 19269 7°23 42,461" 112° 50° 22,982" wo | c23 23600 | __16000 7 25' 06,895" 11294759272" | u | c2a 20000 «| «6000 72448050" | 11264603405" | 12 C21 16067 19269 T° 22' 42,421" 112° 44" 14,022" | inya MENTERI PERHUBUNGAN Salinan sesuaj de con td AGUM GUMELAR, M.Sc. poo? Fremres €2 “WOONVL RRNA S WBlnean wwsntnae UVAT TVINOZRION NVVANWAd HVMVAIC NVSVAVI Nn nvwanv LAMPIRAN IVA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN * Ke 5 BAHU 2004 23 Januari 2004 ‘NOMOR TANGGAL, KAWASAN DIBAWAH PERMUKAAN HORIZONTAL LUAR No. | trrik |_KOORDINAT BANDAR UDARA KOORDINAT GEOGRAFIS X (meter ) ¥ (meter) Ls Br 1 Did 14089) 21028 7°.21'35,545" 112° 43" 19,585" 2 | plz 20000 26000 7° 19°26,779" 112° 46" 55,891" 3 | pis 23600 26000 7° 19° 45,650" 112° 48" 51,701" 4] Dia 29511 21028 7P 22 56,298" 112° 51° 35,858" 5 E14 38413, 22363 7° 22'59,931" 112° 56'29,304" 6 | £13 23600 35000 TP 14' 56,522" 112° 49" 38,909" 7 | Bl2 20000 35000 1 14°37,649" 112° 47" 43,088" 8 | Bt 5187 22363 7° 20' 05,971" 112° 38 40,152" 9 | pat 14089 18972 7° 22" 41,599" 112° 43" 08,787" 0 | p24 20000 14000 7° 25° 52,287" 112° 45" 52,933" n |] p23 23600 14000 7° 26' 11,157" 112° 47 48,805" 2] p22 29511 18972 79 24' 02,318" 112° $1°25,113" B] B22 38413 17637 7° 25'31,739" 112 56! 04,569" | B23 23600 5000 7° 31" 00,256" 112° 47° 01,587" is | B24 20000 5000 7° 30'41,421" 112° 45° 05,725" 6 | E21 5187 17637 7°. 22'37,819" 112° 38' 15,310" MENTERI PERHUBUNGAN ttd AGUM GUMELAR, MSc. v LAMPIRAN, Hig5 LaHUN 2004 Jemaeri, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNSAN NOMOR TANGGAL KAWASAN DIBAWAH PERMUKAAN KERUCUT LAMPIRAN, wl KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNSAN KAWASAN DIBAWAH PERMUKAAN TRANSISI wowon 1iie5 BAU 2004 LAMPIRAN : VIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : hed, Tanuy 704 TANGGAL + 23"Janhext 200: KAWASAN DIBAWAH PERMUKAAN TRANSISI No. | Trrik |_KOORDINAT BANDAR UDARA KOORDINAT GEOGRAFIS X (meter ) ¥ (meter ) Ls Br 1 ALL 19940 20150 7 22'34,394" 112° 46'23,252" | 2 BLd 17840 20465 1° 22! 13,302" 112° 45" 17,339" 3 Biz 25760 20465 722! $4,758" 112° 49" 32,215" 4 A21 23660 20150 7° 2! 53,900" 112° 48" 22,959" 5 AL2 19940 19850 7° 22! 44,035" 112° 461 21,693" 6 A24 23660 19850 7° 23' 03,509" 112° 48" 21,400" it B22 25760 19535 7° 23'24,625" 112° 49'27,316" 8 B21 17840 19535 7° 22! 43,169" 1129 43" 12,467" MENTERI PERHUBUNGAN ud AGUM GUMELAR, M.Sc. LAMPIRAN : VIL [KEPUTUSAN MENTERIPERHUBUNGAN NOMOR—; Xie TadsTN 2004 TANGGAL =: 23 Janveri 2004 LEMBAR 1 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN NON DIRECTIONAL E“ACON ( NDB ) 1. LUAS TANAH DAN LOKASI PERLETAKAN NDB. ———— Luas Tanah + 100mx 100m Koordinat Lokasi WR - NDB :_ 07° 21' 58,370" LS 112° 42' 09,200" BT Lokasi Ds. Wage Kec.Gedangan SB-NDB : 07°23! 10,440" LS 112° 46 46,550" BT Lokasi Dalam Bandara 2. PERSYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR NDB t ed | 3 PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH = Di dalam bata tanah 100 m x 100 m: bebas bangunan dan benda tumbuh = Sampai dengan radius 300 m dari ttk tengah antenna tidak diperkenankan ads bangunan metal seperti konsrus baja, tang list dan Iin-ain = Sampai dengan radius 1.000 m dar tik tengah antenna tidak diperkenankan sdanya kelompok pohon dan bangunan_leinnya melebihi bats ktinggian permukaan kerucut sebagaimana pada gambar 2 datas 4, FUNGSI NDB ADALAH SEBAGAI BERIKUT “Homing, untuk memandu Penerbang dalam mengemudikan pesawat udara menuju lokasi ‘Bandar udara = Locator, memberikan panduan arah pendaratan kepada Penerbang pada saat posisi ppesawatnya berada di Kawasan pendekatan untuk melakukan pendaratan = Bn Route, memberikan panduan kepada pesawat yang melakukan penerbangan jlajah di jalur Blank Spot. ~ Holding, untuk memandu penerbang yang melakukan holding yaitu menunggu antrian alam pendaratan yang diatur oleh ATC LEMBAR 2 BATAS-BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN DOPPLER VERY HIGH FREQUENCYDIRECTIONAL OMNI RANGE (DVOR) / DISTANCE MEASURING EQUIPMENT (DME) 1, LUAS TANAH DAN LOKASI PERLETAKAN DVOR / DME ‘Luas Tanah 200 mx 200 m Koordinat lokasi 07° 22'43,370" LS 112° 47'40,230" BT Lokasi Existing (dalam Bandara ) 07° 22'26,090" LS 112° 46" 16,500" BT Lokasi baru (New DVOR) dalam Bandara 2. PERSYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR DVOR/ DME — = 3. PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH. = Di dalam batas tanah 100 m dar tik tengah lahan : bebas benda tumbuh dan bangunan 9 dalam radius 100 - 200 m dari titk tengah Ishan :ketinggian bangunan dan benda tumbuh tidak melebini bidang Counterpoise + Sampai radius 600 m dari tik tengah lahan pada permukaan kerucut tidak diperkermkan ‘erdapat Saluran Udara Tegangan Tinggi + Didalam batas - batas Ketinggian bangunan dan benda tumbuh ditentukan oleh permmukaan kerucut sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2 di atas 4. FUNGSIDVOR/DME ADALAH SEBAGAIHOMING, ENROUTE DAN HOLDING DENGAN MAKSUI = Untuk menentukan azimuth, sudut searahjarum jam terhadap ware dari stasiun VOR dengan garis yang menghubungkan stasiun tersebut dengan pesay = Menunjukkan data besarnya deviasi kepada Penerbang, schingge Penerbang dapat ‘mengetabui posisi pesawat yang berada di kri atau di Kanan dar jalur penerbangan ‘yang seharusnya = Menunjukkan apakah arah pesawat menuju ke atau meninggalkan stasiun VOR. LEMBAR 3 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN INSTRUMENT LANDING SYSTEM (ILS - LOCALIZER ) LUAS TANAH DAN LOKASI PERLETAKAN ILS-LOCALIZER [Laas Tanah 600 m x 220 m Koordinat Lokasi : 07° 22'56,790"LS 112° 48'10,450"BT __Lokasi Dalam Bandara 2, PERYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR ILS - LOCALIZER Sampai dengan jarak 20 km dari antena ke arah landasan, ketinggian maksimum bangvvan dan bbenda tumbuh ditentukan oleh sudutbidang datar sebagaimana di-tentukan pada gambar 2 di atas PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH, + Ketinggian Iahan di antenna Localizer sama dengan ketinggian threshold runnway = Peralatan shoulder di daerah kritis <3 em Pada daerah Kritis ILS Localizer tidak boleh terdspat gundukan tanah,, bangunan dan pohon yang dapat mengganggu pancaran Localizer 4. FUNGSIILS -LOCALIZER ADALAH SEBAGAI BERIKUT Memberikan informasi azimuth dari "center line™landasan LEMBAR 4 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN INSTRUMENT LANDING SYSTEM (ILS GLIDE PATH) 1, LUAS TANAH DAN LOKASI ‘As Langasan com» | | a Daerah Keita: ‘Luas Tanah 600 m x 300 m_ Koordinat Lokasi ILS: 07° 22'45,160" LS Glide Path 112° 46 33,350" BT Lokasi dalam Bandara 2, PERSYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR ILS-GLIDE PATH FY ‘Sampai dengan jarak 6,000 m dari ttk tengah antena ke arah pendaratan bangunan dan benda ‘umbuh ditentukan oleh sudut sebagaimana pada gambar 2 di atas 3. PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH. ~ Kemiringan shoulder di daerah krtis < 1,5 % + Poralatan shoulder di daerah kritis <3 cm ~ Pada daerah kritis dan sensitif tidak boleh terdapat bangunan, gundukan tanah dan pepohonan yang dapat mengganggu pancaran Glide Path GLIDE PATH ADALAH SEBAGAI BERIKUT ‘Memberikan informasi kepada Penerbang untuk mengetahui sudut pendaratan pesawat LEMBAR 5 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN INSTRUMENT LANDING SYSTEM (ILS - MIDDLE MARKER ) 1. LUAS TANAH DAN LOKASI PERLETAKAN ILS-MIDDLE MARKER — Luas Tanah 1omx 10m ‘Koordinat Lokasi Middle Marker 07" 22'34,180" LS 112° 45'52,070" BT _Lokasi dalam Bandara 2. PERYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR I DDLE MARKER 3. PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUH Sampai dengan radius 60m dari pusat antena Ketinggian bangunan bangu-nan dan bends ‘umbuh dibatasi oleh permukaan kerucut sebagaimana pada gambar 2 di atas, 4, FUNGSIILS - MIDDLE MARKER ADALAH SEBAGAI BERIKUT : Memberikan tuntunan (guidance) kepada pesawat yang bersrak 1,050 meter dari landasan guna melakukan pendekatan pendaratan LEMBAR 6 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN INSTRUMENT. LANDING SYSTEM (ILS - OUTER MARKER ) 1, LUAS TANAH DAN LOKASI PERLETAKAN ILS - OUTER MARKER 10mx 10m 07° 22' 00,810" LS 112° 42" 25,000" BT Lokasi Ds. Wage Kee.Gedangan 2, PERYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR ILS - OUTER MARKER 3. PERSYARATAN BANGUNAN DAN BENDA TUMBUK Sampai dengan radius 60m dari pusat antena ketinggian bangunan bangu-nan dan benda tumbuh dibatasi oleh permukaan kerucut sebagaimana pada gambar 2 di atas, 4, FUNGSIILS - OUTER MARKER ADALAH SEBAGAI BERIKUT ‘Memberikan tuntunan (guidance) kepada pesawat yang berjarak 7 km dai Jandasan guna melakukan pendekatan pendaratan LEMBAR 7 BATAS - BATAS DI SEKITAR PENEMPATAN RADAR LUAS TANAH DAN LOKASI PERLETAKAN RADAR Laas Tanah 100m x 100m Koordinat Lokasi Radar: 07° 23° 01,290" LS 112° 46: 48,120" BT Lokasi dalam Bandara, (di atas tower ) 2. PERSYARATAN BATAS KETINGGIAN DI SEKITAR RADAR om 3. PERSYARATAN BANGU! BENDA TUMBUH ~ Di dalam radius 500 m dari antena radar, elevasi ketinggian Dasar Antena Radar ( T ) = Batas ketinggian bangunan dan benda tumbuh dibatasio!h permukaan kerucut sebagaimana ditentukan pada angka2 di atas ‘maksimum sama dengan Elevasi FUNGSI RADAR ADALAH SEBAGAI BERIKUT ‘Memberikan data mengenaijarak, tinggi dan arah gerakan pesawat, schinggs ATC dapat ‘memandu lalulintas penerbangan dengan bak MENTERI PERHUBUNGAN ta AGUM GUMELAR, M.Sc.

Anda mungkin juga menyukai