Perspektif Vol. 13 No. 1/Juni 2014. Him 25-33,
ISSN: 1412-8004
PENGEMBANGAN TANAMAN PEMANIS Stevia rebaudiana (BERTONI)
DI INDONESIA
Extention of Stevia rebaudiana (Bertoni) Cropping in Indonesia
DJAJADI
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Indonesian Sweetener and Fibre Crops Research Institute
JL. Raya Karangploso Km 4 Po Box 199 Malang.
E-mail: jaydjajadi61@gmail.com
Diterima: 5 Februari 2014; Direvisi: 1 Maret 2014, Disetujui: 10 Maret 2014
ABSTRAK
Stevia rebaudiana (Bertoni) merupakan tanaman pemanis
termasuk famili Asteraceae, dan berasal dari Paraguay
‘yang saat ini menyebar ke beberapa negara Asia, Eropa,
‘dan Canada. Daun tanaman ini mengandung steviosid
dan rebaudiosid A yang tingkat kemanisanaya sampai
300 kali dari sukrosa yang terkandung dalam tanaman
tebu. Selain sebagai bahan pemanis makanan dan
minuman, ekstrak daun stevia juga bermanfaat bagi
kkesehatan, Karena berkadar kalori rendahy anti oksidan,
anti jamur, dan non karsinogenik. Oleh karena itu
tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan di
Indonesia sebagai substitusi impor gula yang terus
‘meningkat. Saat ini budidaya stevia secara komersial
terdapat di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten
Karanganyar. Pongembang-an stevia dapat diarahkan ke
daerah Tain dengan ketinggian di atas 700 m di atas
permukaan laut dan mempunyal curah hujan rata-rata
‘minimal 1400 mmytahun. Kendala pengembangan stevia
antara lain adalah perbanyakan bibit dalam jumlah besar
dan masih adanya rasa pahit dalam ekstrak produknya,
serta harga jualnya yang masih belum kompetitif.
Diperlukan dukungan penelitian yang difokuskan pada
teknik perbanyakan bibit yang efektif dan efisien,
identifikasi kesesuaian lahan, dan perbaikan teknologi
pasca panen untuk meningkatkan daya saing dan nilai
jualnya,
Katakunci: Stevia rebaudiana, steviosid, kesesuaian
lahan,nilai ekonomi
ABSTRACT
Stevia rebaudiana Bertoni is a bushy shrub of the
‘Asteraceae family, indigenous plant of Paraguay. Now
the plants are cultivated in some countries of Asia,
Europe and Canada, The Stevia leaves have stevioside
and rebaudioside which are the major metabolites and
these compounds have sweetness characteristic 250 to
300 times of sucrose in sugar cane. Assweetenerof foods
and beverages, extracted leaves of Stevia has safety and
functional properties for human health due to low
calorie content, antioxidant, antibiotics, and non-
carcinogenetic materials. In Indonesia, Stevia might be
important to substitute sugar demand which has still
been imported. The plant is now most cultivated in
district of Tawangmangu, Central Java. The cropping
area could be directed to areas with latitude of 700 m
above sea level with annual precipitation of 1400 mm.
‘The constraints to extent the cropping area includes the
difficulty of propagation for large scales of cultivation,
bitter after taste of stevia, and the low competitive of
price product. Research focusing on efficiency of
propagation techniques, identifying suitable cropping
areas and technologies of post harvesting are important
tosupport the spread ou tof stevia croppingin Indonesia
Keyword: Stevia rebaudiona, steviaside, suitable cropping
‘area, economic value
PENDAHULUAN
Salah satu tanaman pemanis selain tebu
adalah Stevia rebaudiana Bertoni. Tanaman
berbentuk perdu yang tingginya sekitar 1m ini
berasal dari Amambay, yaitu daerah bagian Timur
Laut Paraguay (Lemus-Mondaca et al, 2012).
Daun tanaman ini mengandung bahan pemanis
yang disebut steviosida dan rebaudiosida, yang,
tingkat kemanisannya 300 kali daripada sukrosa
yang terkandung pada tanaman tebu (Geuns,
2008).
Penanaman stevia sudah menyebar dari
daerah asalnya, seperti di beberapa Negara Asia,
engembangan Tanaman Pemanis Stevia reboudiana (Berton!) dt Indonesia (O/A/AD) 5Eropa, dan Kanada, Namun demikian karena
adanya kesulitan teknis untuk menghilangkan rasa
pahit bersamaan dengan hambatan di bidang
regulasi sebagai akibat dari belum cukup
tersedianya informasi tentang spesifikasi produk,
maka pemasaran stevia tidak berkembang,
terutama di Amerika Serikat (Carakostas et al.
2008).
Saat ini Jepang merupakan negara konsumen
tutama dari produk tanaman pemanis ini, y
sekitar 40% dari yang tersedia di pasar
international (Jones, 2006). Di Jepang, selain untuk
bahan pemanis makanan dan minuman, stevia
juga digunakan dalam bidang obat-obatan.
Stevia mempunyai beberapa manfaat dalam
bidang farmasi dan digunakan sebagai terapi
arena dapat berfungsi sebagai anti oksidan, anti
jamur, dan non karsinogenik (Gupta et al,, 2013).
Di Indonesia, penelitian tentang stevia dilakukan
sejak tahun 1984 oleh BPP (sekarang Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia)
dan menghasilkan antara lain bibit unggul klon
BPP 72. Pemanfaatan stevia sebagai pemanis
belum berkembang, sedangkan budidaya stevia di
Indonesia sangat dimungkinkan karena tanaman
ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropis.
Saat ini pemanfaatan ekstrak daun Stevia masih
terbatas hanya digunakan untuk produk jamu,
yaitu berfungsi sebagai penetral rasa pahit jamu,
Usaha komersialisasi stevia menjadi pemanis
“|
Gambar 1. Daun Stevia
(Sumber: Lemos-Mondaca et al,, 2012)
26
‘minuman berupa stevia celup masih dirintis dalam.
skala penelitian (Purwadi et al,2010). Makalah ini
akan menguraikan tentang manfaat, peluang
pengembangan tanaman stevia di Indonesia, dan
kemungkinan faktor-faktor penghambatnya serta
alternatif solusinya.
DISKRIPSI DAN BUDIDAYA STEVIA.
Genus Stevia jumlahnya sekitar 200 spesies
termasuk kedalam famili Astereacea (Lemus-
Mondaca et al, 2012). Di antara spesies tersebut,
yang paling banyak ditanam adalah Stevia
rebaudiana yang mengandung senyawa pemanis
diterpenoid glycosida (Montoro et al,, 2013)
Tanaman ini tergolong tanaman tahunan
berbentuk perdu dengan batang yang mudah
patah dan mempunyai sistem perakaran yang,
‘menyebar serta mempunyai daun kecil berbentuk
elips (Schock, 1982). Daunnya tidak bertangkai
dengan panjang antara 3-4 cm. Bentuk daun
memanjang dengan bagian tengah lebar dan
bagian ujung mengecil dengan ujung daun tumpul
(Gambar 1). Batangnya berkayu dan berbulu serta
pada pangkal batangnya akan menjadi lunak saat
tanaman sudah tua. Perakaran stevia dalam
bentuk rhizoma dengan sedikit percabangan
(Lemus-Mondaca ef al, 2012)... Bunga terdiri atas
lima kelopak kecil berwama putih sampai ungu
pucat (Gambar2)
Gambar 2. Bunga Stevia
(Sumber: Grassi et al, 2009)
IPOH? volume 13 Nomor 1, Juni 2013 25-33PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN
STEVIA
Stevia dapat tumbuh di hampir semua jenis
tanah asalkan mendapat pengairan yang cukup
untuk mencapai tinggi tanaman sekitar 1m
(Gchock, 1982). Di daerah sub tropis, stevia
dibudidayakan sebagai tanaman tahunan.
Tanaman ini berasal dari daerah utara Amerika
Selatan dan tumbuh liar di dataran tinggi
Amanbay dan di dekat suber air sungai Monday,
yaitu daerah perbatasan antara Brazil dan
Paraguay (Lemus-Mondaca et al, 2012). Saat ini
budidaya stevia sudah menyebar ke daratan
Tiongkok. Taiwan, Thailand. Korea, Brazil dan
Malaysia. Sivaram dan Mukundam (2003)
melaporkan bahwa Stevia dapat tumbuh baik di
Israel, Ukraina, Inggris, Filipina, Canada, Hawaii,
California dan di seluruh Amerika Selatan.
Tanaman stevia dapat tumbuh pada daerah
dengan suhu antara 9-43°C (Todd, 2010). Tanaman
ini tidak tahan dengan suhu dingin, dan tidak akan
tumbuh pada daerah dengan suhu di bawah 9°C.
Suhu optimal untuk pertumbuhan cepat adalah 20-
24°C (Gingh and Rao, 2005). Namun demikian,
tanaman ini sangat membutuhkan ketersediaan
air, karena batang dan daun akan mudah layu bila
tidak memperoleh air yang cukup. Ketersediaan
air yang cukup merupakan faktor pembatas bagi
Stevia untuk dapat tumbuh dab beproduksi tinggi
(Lemus-Mondacaet al, 2012).
‘Tanaman Stevia memerlukan media tumbuh,
dengan pH sedikit asam, meskipun tanaman ini
dapat tumbuh pada lahan dengan kesuburan
yang rendah (Lemus-Mondaca et al,, 2012), tetapi
tidak dapat tumbuh dengan baik pada lahan salin
(Todd, 2010). Untuk usahatani komersial, stevia
dapat dibudidayakan selama 8 tahun dengan
frekuensi panen 6 kali setahun. Hasil daun yang
dapat dipanen berkisar antara 15 35 gram per
tanaman (Mishra et al., 2010), tergantung teknik
budidayanya,
Di Indonesia, stevia ditanam pada Jahan
dengan ketinggian 700 1.500 m dpl dan pada
suhu antara 20°C sampai 24°C (Singh and Rao,
2005). Rata-rata curah hujan sebesar 1.400
mm/tahun dengan 2-3 bulan kering, Tanaman ini
dapat tumbuh baik pada tanah podsol, latosol, dan
andosol.
Budidaya stevia diawali dengan kegiatan
pembibitan, yang dilakukan dengan bahan berupa
biji, setek, anakan, atau bibit kultur jaringan.
Pembibitan dengan biji jarang dilakukan karena
sering gagal dan menghasilkan pertanaman yang,
tidak seragam (Alhady, 2011). Penggunaan setek
dalam pembibitan lebih mudah, cepat dan praktis,
untuk menghasilkan pertanaman yang seragam.
Stek yang berasal dari batang bagian tengah
cabang primer dapat meningkatkan jumlah tunas
Jateral dan jumlah. Setek batang tersebut diberi
sungkup plastik kedap udara agar kelembaban
udara dalam sungkup mendekati 100% untuk
mempercepat pertumbuhan akar. Setelah
pertumbuhan akar dan daun selama 3-4 minggu,
Dibit yang berasal dari setek batang tersebut dapat
ditanam dilahan (Sudiatso, 1999),
Sebelum ditanami, lahan perlu digemburkan
dengan cara dicangkul atau dibajak untuk
menyediakan media pertumbuhan dan
perkembangan akar. Bibit ditanam dengan jarak
25em25 em atau 30cm x 30cm.
Pertumbuhan dan produksi stevia sangat
dipengaruhi oleh pemangkasan, pemupukan, dan
populasi tanaman. Pala et al. (2013) dalam
penelitiannya selama dua tahun (2010 dan 2011)
melaporkan bahwa pemangkasan bunga dapat
meningkatkan produksi daun kering sebanyak
1,36 ton/ha (2010) dan 1,59 ton/ha (2011) atau
berturut turut sebesar 13 dan 17 % dibandingkan
dengan produksi tanaman yang tidak dipangkas.
Penyemprotan pupuk cair KNO, dengan
konsentrasi 5 g/l juga dilaporkan dapat
meningkatkan produksi sebesar 26 dan 17%
berturut-turut tahun 2010 dan 2011 dibandingkan
dengan yang hanya disemprot air (Pala et, 2013)
Populasi atau kerapatan tanaman optimal untuk
tanaman stevia adalah antara 8-10 tanaman/m.
Serfaty et al. (2013) melaporkan bawa pada
kerapatan 10 tanaman/m’ dapat dihasilkan
sebanyak 0,30 kg daun kering /m’ dan 309
stevisioda/m’. Oleh karena itu dalam satu hektar
dapat dihasilkan sebanyak 1000-2000 kg daun
ering yang mengandung 60-70 kg. steviosida.
Produktivitas tersebut jauh lebih rendah
fingkan dengan produktivitas tebu, yaitu
lahan sawah dan 75 ton/ha di iahan
95 ton/ha
tegal (Indrawanto et al., 2010). Namun demikian
karena stevisiosida mempunyai kadar kemanisan
Pengembangan Tanaman Pemanis Stevia rebaudiana (Bertoni) dt Indonesia (DJALAD}) 7