Skripsi Ardison
Skripsi Ardison
Tugas Akhir
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana
Nama : ARDISON
NPM : 201346500012
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata
yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam
penilaian adaptif. Secara harafiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita
adalah pikiran, dengan demikian ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah
dalam berpikir atau bernalar. Kurangnya kemampuan belajar dan adaptasi sosial
pendidikan yang berbeda dengan anak normal dan harus disesuaikan dengan
dan tunagrahita berat dan sangat berat dengan IQ berkisar < 30.
adalah anak yang mengalami hambatan dalam berbagai aspek, diantaranya dalam
kemampuan mental, bahasa, motorik, emosi dan social. Menurut Edgar Dole
tunagrahita jika
(3) Kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda dan
mata pelajaran umum dan mata pelajaran khusus. Mata pelajaran umum seperti
Kesehatan sedangka untuk mata pelajaran khusus adalah Pembelajaran Bina Diri.
disebut menolong diri sendiri atau mengurus diri sendiri. Kemampuan merawat
diri didapatkan tidak langsung diwariskan dari orangtua. Anak tunagrahita ringan
mempelajari merawat dirinya. Apa yang oleh anak normal pada umumnya dapat
tunagrahita ringan harus melalui proses pembelajaran dan dengan usaha yang
keras. Pembelajaran tersebut dimulai dengan program yang mudah atau ringan,
sederhana, sistematis, khusus dan dalam taraf yang selalu diulang- ulang.
kepentingan anak sehari- hari antara lain; makan dan minum, kebersihan dan
merawat diri sendiri atau bina diri diharapkan anak tunagrahita ringan tersebut
dapat mengurus dirinya atau merawat dirinya tanpa bergantung pada orang lain.
Sesuai dengan keadaan dan kondisi anak tunagrahita ringan maka tujuan
3. Agar anak dapat tumbuh rasa percaya dirinya karena telah mampu
SDLB di SLB Bhakti Pertiwi Prambanan Sleman banyak yang belum dapat
sekolah ada anak yang badannya sudah bau seperti belum mandi. Kondisi ini
tentu tidak boleh dibiarkan, karena akan mengganggu aktifitasnya sehari- hari,
mengganggu orang lain dan yang jelas akan mengganggu proses pembelajaran.
Oleh karena itu perlu adanya perencanaan dan langkah- langkah pembelajaran
merawat diri untuk mengatasi masalah tersebut. Hal inilah yang melatar belakangi
peneliti untuk mengangkat masalah ini guna dilakukan penelitian, dengan harapan
anak tunagrahita ringan dapat dipersiapkan untuk mampu merawat diri sendiri
dengan baik.
dengan metode pembiasaan yang diterapkan pada anak dan selalu diulang-ulang.
Media juga dapat digunakan dengan berbagai variasi yang dapat merangsang
B. Indetifikasi Masalahan
Grahita
berdurasi singkat, dan membahas sedikit mengenai tuna Grahita saja tidak
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB yang terdapat pada penelitian ini, agar penelitian ini mudah dipahami
1. BAB I Pendahuluan.
buku, jurnal, serta skripsi penelitian. Landasan teori pada bab ini
membahas teori tentang DKV, teori yang berkaitan dengan DKV seperti
teori yang berkaitan dengan positioning dari media ini, yaitu media ini
dikhususkan untu remaja dan para pelajar. Pada bab ini juga dijelaskan
bagan.
Pawon tersebut.
4. BAB IV Perancangan.
5. BAB V Penutup.
dalam hal yang terkait dengan bidang Desain Komunikasi Visual yang
A. Tinjauan Pustaka
Sebagai sebuah karya ilmiah, buku informasi ini juga melihat kepada
literatur penelitian yang berkaitan dengan tema pembahasan, antara lain yang
pengembangan yang telah dilakukan sehingga muncul hasil yang objektif dan
Obsidian dari Gua Pawon sebagai jejak kebudayaan Bandung purba. Karena
dalam jumlah yang banyak serta kualitas yang baik membuat Artefak
Obsidian dari Gua Pawon menjadi pusat kajian untuk mengetahui sudah
sejauh mana tingkatan teknologi pembuatan alat batu yang lebih kompleks.
Manfaat buku ini untuk peneliti adalah untuk mendapatkan data tentang
asal usul batu Obsidian atau yang masyarakat Bandung kenal dengan
mendapatkan data tentang letak geografis Gua Pawon dan kegiatan apa
2012).
Manfaat tulisan ini untuk peneliti adalah untuk mendapatkan data dan
Pawon.
Selain itu juga membahas sisa-sisa tinggalan prasejarah yang ada di desa
di Gua Pawon.
9. Skripsi Artefak Obsidian dari Situs Dago, Iis Sumiati, 2003, Perpustakaan
sifat-sifat serta ciri-ciri yang dimiliki oleh batu kendan (Obsidian) dan
gunakan sebagai peralatan hidup masyarakat tepi danau pada masa lalu.
Selain itu juga membahas keadaan kota Bandung pada masa itu yang
B. Tinjauan Karya
riset cekungan Bandung, yang pada bagian film ini menceritakan keadaan
untuk peneliti adalah peneliti dapat mengetahui lebih jauh situasi dan
pendukung artefak Obsidian, yang pada bagian film ini menampilkan cara
pembuatan anak panah dengan berbahan dasar dari batu Obsidian serta
pada masa itu. Manfaat film dokumenter ini untuk peneliti adalah peneliti
mendapat ilustrasi cara pembuatan alat batu dengan bahan dasar Obsidian
serta alat-alat batu lainnya yang menjadi alat bantu dalam proses
karena penliti melihat dari layout, foto, dan informasi yang terkandung di
melestarikan flora dan fauna yang ada di Indonesia. Dilihat dari warna
dalam buku ini menggunakana dua warna dominan yaitu hijau dan biru,
warna hijau memberi suasana teduh dan mewakili alam. Sedangkan warna
bahwa fauna dan flora perlu di jaga. Untuk layout sendiri dalam buku
mengunakan jenis foto alam yang memang objek utamanya adalah benda
dan makhluk hidup alami seperti hewan, tumbuhan, gunung, hutan, laut
dan lain-lain.
Gambar 2.3
layout buku world heritage national park
Sumber : dokumen pribadi
C. Landasan Teori
multimedia interaktif.
desain adalah suatu disiplin ilmu yang tidak hanya mencakup eksplorasi
audiens untuk beraksi. Selain itu DKV juga memiliki fungsi sosial, fungsi
fisik, dan fungsi pribadi. Lebih rinci DKV memiliki empat fungsi utama,
yaitu:
a. Memberi informasi (to inform), mencakup: menjelaskan,
penambahan gambar baik itu berupa foto, diagram, dan lain-lain. Efek
hal yang perlu diperhatikan adalah komposisi. Arti dari komposisi tersebut
unsur-unsur rupa yang disusun dalam karya desain grafis secara harmonis
sebagai berikut:
a. Kesatuan
yang dituju.
b. Keseimbangan
c. Irama
d. Kontras
e. Fokus
f. Proporsi
tersebut menekankan pada ukuran dari suatu unsur yang akan disusun
desain.
g. Komposisi
Unity/Kesatuan.
h. Skala
skala merupakan aspek dari realistis fisik dari struktur atau benda lain
yang tengah dirancang: garis, bentuk, warna, pola, cahaya, tekstur dan
lainya.
i. Urutan
yang diharapkan.
3. Huruf
a. Anatomi Huruf
1) Baseline
3) Meanline
4) x-Height
5) Ascender
6) Descender
bawah baseline.
b. Berat
tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke. Ditinjau dari
kait pada huruf menuntun pandangan mata pembaca pada baris teks
Roman.
Contohnya : ComicSans.
d. Legibility
2006:58).
beberapa prinsip desain agar memiliki nilai estetik serta komposisi yang
lebih harmonis.
4. Teori Warna
sebagai bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam desain brosur.
memilih barang atau produk. Bahkan 90% diyakini orang memilih barang
didasarkan karena warna. Oleh karena itu pemilihan warna diperlukan riset
mendalam dari sisi psikologi warna, budaya, karakteristik produk dan
komunikasi. Tanpa cahaya tidak akan pernah ada warna. Warna bersifat
menyenangkan yang terjadi ketika dua atau lebih hal yang berbeda
Warna terpanas adalah warna merah, warna inilah yang paling cepat
ditangkap mata.
(sebagai background).
yang harmoni keterbacaan teks juga sangat diperlukan. Percuma saja bagus
secara visual tetapi sulit dibaca. Standar warna yang digunakan pada
color).
beberapa sifat yang sering dipakai antara lain, warna biru dapat
suasana teduh dan mewakili alam, warna panas seperti kuning, merah,
5. Layout
artistic. Hal ini bias juga disebut manajemen bentuk dan bidang.
a. Sequence
kedalam informasi yang disajikan pada layout. Maka di sini urutan pe-
b. Emphasis
Penekanan ini berfungsi agar pembaca dapat lebih terarah atau fokus
perhatian.
c. Balance
kesan yang tidak kaku atau santai. Namun desainer harus lebih jeli
seimbang.
pada layout yang berfungsi agar pembaca lebih terarah pada bagian yang
penting.
6. Grid System
Grid merupakan garis-garis vertikal maupun horizontal yang
Hierarchical Grid.
7. White Space
baik dan seimbang. Jika elemen desain terlalu banyak jenisnya dan tidak
tertata dengan baik, maka orang yang melihatnya akan bingung, sehingga
sebagai berikut:
8. Desain Buku
Buku dalam arti yang luas mencangkup semua tulisan dan gambar
yang ditulis dan dilukiskan atas segala macam lembaran papyrus, lontar,
perkamen dan selain itu kertas juga memiliki banyak bentuk, ada yang
perhatian khusus dalam memilih dan menata sebuah font. Hal lain yang
a. Anatomi Buku
sesuai dengan isi dan peruntukannya. Berikut ini adalah uraian anatomi
a) Cover depan
b) Cover belakang
Cover belakang biasanya berisi judul buku, sinopsis,
c) Punggung buku
d) Endorsement
pikat buku.
e) Lidah cover
2) Perwajahan Buku
a) Ukuran buku
untuk membawanya.
b) Bidang cetak
c) Pemilihan huruf
9. Format Buku
desainer harus menentukan format yang tepat untuk buku sesuai dengan
fungsi buku tersebut. Beberapa buku harus nyaman digenggam dan mudah
dibawa, buku lainnya memerlukan format yang lebih besar. Usia buku
juga penting untuk diperhatikan. Buku yang dicetak dengan softcover dan
memiliki jumlah ruang kosong yang sama, baik secara vertikal maupun
horizontal.
c. Trade paperbacks
Proporsi ini telah lama dianggap senagai proporsi ideal untuk sebuah
halaman buku.
rinci.
e. Novels
Memiliki banyak ukuran berbeda, akan tetapi untuk cerita
singkat lebih baik memiliki ukuran yang lebih kecil. Ukuran yang
banyak digunakan untuk novel ini adalah 5-1/2 x 8-1/2 atau 5-1/4 x
g. General nonfiction
digunakan.
metode ukuran buku photography or art books yang lebih dominan dengan
10. Finishing
jumlah halaman, berat kertas, daya tahan yang diinginkan, kuantitas yang
akan diproduksi, dan wheter penting bahwa buku kebohongan datar ketika
a. Saddle Stiching
menggunakan kawat, atau lebih dikenal dengan jilid kawat. Metode ini
halaman.
b. Side Stiching
samping.
c. Perfect Binding
punggung buku, atau dikenal dengan jilid lem. Metode ini cocok untuk
d. Spiral
Jilid yang digunakan untuk menjilid halaman dengan jumlah
halaman kurang lebih 100 halaman. Jilid ini menggunakan kawat ring.
e. Case Binding
yang terbuat dari kain, kulit, dan lain-lain. Jilid ini juga dikenal sebagai
penjilidan hardcover.
g. Ring Binding
adalah plastik, yang memiliki bentuk lebih lebar dari pada kawat.
Objek
Artefak Obsidian dari Gua Pawon
Latar Belakang :
Jika membicarakan manusia prasejarah tentunya tidak akan terlepas dari
teknologi yang mereka buat dan kembangkan,dalam hal ini alat-alat batu.
Alat batu awalnya dibuat hanya berfungsi praktis, disesuaikan dengan
penggunaanya saja.
Masalah Utama :
Belum ada media buku informasi yang membahas sejarah, proses
pelaksanaan, bentuk, fungsi, jenis dan kondisi Artefak Obsidian dari Gua
Pawon yang merupakan suatu penemuan penting sebagai jejak
kebudayaan Bandung purba..
Solusi Utama :
Membuat media buku informasi dengan dilengkapi sedikit ilustrasi untuk
menggambarkan proses pembuatan artefak obsidian dan menjelaskan
bagian-bagian yang terdapat pada Artefak Obsidian.
Media Utama
Buku Informasi
BAB III
METODE PENELITIAN
yang sangat luas khususnya di dataran tinggi Bandung. Oleh karena itu
objek penelitian adalah situs Gua Pawon terletak di wilayah Desa Masigit,
2005). Begitu juga dengan masalah waktu, karena peneliti juga memiliki
B. Jenis Penelitian
penelitian.
Tahap kedua yaitu pengolahan. Hal ini dilakukan agar memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan rinci mengenai jenis dan tipe artefak yang
Tahap terakhir yaitu melihat ada tidaknya korteks pada alat batu obsidian
tersebut. Hal ini ditujukan untuk mengetahui tingkat dan tahapan pengerjaan
2. Observasi
objek seperti Museum Balara Bandung, situs dago yang di mana pernah
yaitu :
Arkeologi Bandung.
dari ITB.
Geowisata.
BAB IV
PERANCANGAN
A. Objek Penelitian
2008:10) dan data geografis. Gua Pawon merupakan sebuah gua yang
atas dua bagian. Pertama formasi lempung, napal, batu pasir kuarsa, yang
terdiri atas lapisan lempung berwarna abu-abu tua sampai hitam, lapisan
kuarsa. Sementara itu, formasi yang kedua memiliki anggota berupa batu
gamping (karst), yang terdiri atas lapisan batu gamping pejal dan batu
mudah larut dengan air hujan yang kaya akan CO2, yang kemudian
kadang-kadang satu dan yang lainnya membentuk suatu sistem dan saling
Gambar 4.1
Tahapan perkembangan Geomorfologis Gua Pawon
Sumber : Brahmantyo, 2004
tebing utara, (T4) Pembesaran lubang Gua, (T5) Keruntuhan atap dan
tebing (karst). Gua ini berada pada ketinggian 716 m di atas permukaan
laut, dan terletak di bagian utara bukit gamping Pawon yang memiliki
luas kurang lebih 9 hektar. Gua ini memanjang dari timur ke barat dengan
Gua Pawon termasuk dalam wilayah Desa Gunung Masigit, Kec. Cipatat,
Kabupaten Bandung.
akibat dari letusan gunung berapi yang terletak di sisi utara Bandung,
dengan lebar 16 meter dari bagian mulut / tebing gua ke bagian dinding
terdalam. Secara garis besar gua tersebut terdiri atas tiga ruangan yang
Secara keseluruhan Gua Pawon terdiri atas tiga ruangan utama yang
a. Ruang I
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Tatan pada
terletak pada sisi paling barat dengan ukuran ruang yang agak sempit.
7 meter, dengan tinggi bagian mulut gua 2,4 meter. Sebagian besar
b. Ruang II
pawon yang dalam bahasa sunda Pawon berati dapur. Bagian depan
ruang kedua ini memiliki mulut gua yang sangat besar, dengan
fosfat oleh masyarakat setempat dapat juga dilihat dari adanya lorong
yang mengandung fosfat dari dalam gua keluar. Pada ruangan II ini di
II dan III.
c. Ruang III
Lantai gua pada ruang ini, khusunya pada bagian depan (Utara), sudah
sama juga dapat dilihat pada bagian lantai utara dan bagian timur. Pada
ruangan ini terdapat lantai yang masih relatif utuh yang menjorok
7,5 meter, lebar 4,5 meter dengan dua bagian mulut di sisi sebelah
utara.
Gambar 4.3
Denah letak kotak galian
Sumber : Yondri, 2005
obsidianus ini, konon, namanya berasal dari nama orang yang "dianggap"
yang ekstrem antara kondisi di dalam perut bumi dengan yang ada
di permukaan menyebabkan lava cair yang keluar langsung membeku
(http://www.geologinesia.com).
3) Ada juga lebih dari satu warna campuran seperti hitam kecoklatan
5. Artefak Obsidian
klasifikasi alat batu, dalam hal ini Artefak Obsidian, tentunya diperlukan
6) Bagian sisi kiri (laterar kiri), bagian ini merupakan bagian kiri
penyerpihan selanjutnya.
tertentu.
retus ini dapat diketahui jenis alat serpih dengan melihat pada
lokasi retusnya.
14) Luka pukul (bulb scar), lubang kecil pada bulbus yang terjadi
15) Sudut pukul (arrise). Sudut pukul ini biasanya terdapat pada
fungsi alat tersebut. Hal ini dapat dilihat dari penamaan yang
masa sekarang, hal ini dilihat dari sudut pandang peneliti, sehingga
berdasarkan fungsinya.
pada kelas bahan baku, akan tetapi pada artefak yang ditemukan di
besar melainkan hanya berukuran kecil seperti serpih, batu inti dan
penamaan, hal ini dirasa perlu agar tidak ada kesimpang siuran atau
bertipe dan non tipe yang dibagi berdasarkan jejak buat (Retus) dan
gurdi tidak dibedakan. Hal ini melihat temuan gurdi cukup sedikit
dan memiliki bentuk yang hampir sama. Selain itu, adanya tipe alat
berukuran kecil.
2) Kelompok Alat
4.
b) Serut, tipe ini terbentuk dari serpih maupun batu inti dan
kotak 1, 2, 3, & 4.
4.
4, & 6.
3) Kelompok Perkakas
alat bantu atau buat yang bertujuan untuk membuat artefak (tool
alat pukul (Perkutor) yang terbuat dan batuan andesit dan batu
kotak-kotak 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Gambar 4.6
Perkutor andesit Gua Pawon
Sumber : Yondri, 2005
4) Kelompok Limbah
tiga yaitu:
a) Serpih
Serpih merupakan artefak yang dihasilkan dari batu inti yang
jejak pakai berupa striasi atau luka pakai. Selain itu, juga
Gambar 4.7
Serpihan Obsidian Gua Pawon
Sumber : Yondri, 2005
b) Tatal
Gambar 4.8
Tatal Obsidian Gua Pawon
Sumber : Yondri, 2005
c) Batu Inti
Kelompok ini hanya diwakili oleh satu tipe yaitu batu inti
Tabel 4.3
Klasifikasi Artefak Obsidian berdasarkan kelompok
Sumber : Balai Arkeologi Bandung, 2005
c. Analisis bentuk dan ukuran Artefak Obsidian
1) Analisi bentuk
a) Trapesium
bentuk trapesium.
b) Jajaran genjang
c) Tidak beraturan
Bentuk ini dapat dikatakan tidak memiliki bentuk yang jelas
d) Segitiga
buah.
e) Persegi panjang
f) Bulat
Gambar 4.9
Bentuk dasar Artefak Obsidian
Sumber : Balai Arkeologi Bandung, 2005
No Bentuk Jumlah Presentase
1 Trapesium 48 2,93%
2 Jajaran genjang 164 10,01%
3 Tidak beraturan 679 41,70%
4 Segitiga 521 31,82%
5 Persegi panjang 169 10,32
6 Bulat 27 1,64%
7 Bujur sangkar 29 1,77%
Jumlah 1637 100%
Tabel 4.4
Frekuensi bentuk dasar Obsidian Gua Pawon
Sumber : Balai Arkeologi Bandung, 2005
2) Analisi ukuran
dan tebal dari sebuah artefak. Dalam hal ini panjang terpanjang,
0,4 5 cm, yang kemudian dibagi menjadi tiga kelas, yaitu : 0,4
Gambar 4.10
Pengukuran Artefak Obsidian berdasarkan kelas
Sumber : Balai Arkeologi Bandung, 2005
berukuran sedang.
Tabel 4.5
Frekuensi kelas ukuran Artefak Obsidian
Sumber : Balai Arkeologi Bandung, 2005
Foto 5. Objek Dokumentasi
permukaan air laut. Pemerhati budaya Danau Bandung purba yang lain
(Heekeren, 1972).
bahan dan teknologi, antara lain berupa beliung, obsidian, keramik, dan
cetakan untuk pengecoran perunggu dan besi. Secara umum, artefak yang
Danau Bandung telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Pada tahun 1978,
Suramenggala, Pasir Asep Roke, dan Pasir Kadut. Artefak yang diperoleh
berupa alat serpih, batu berupa serut, pecahan keramik asing, pahat batu,
yang diteliti adalah Pasir Asep Roke, Pasir Citiis dan Jajawei, Pasir Kadut,
tembikar, terak besi, cangkang kerang, serut, dan beliung persegi (Tim
Peneliti, 1992).
makam Syeh Abdul Manaf, makam Sangga Wadana, beliung persegi, mata
para ahli saling berbeda pendapat. Ketiga ahli van Stein Callenfels, von
sebagai alat mikrolit berasal dari masa bercocok tanam. Hal tersebut
temuan di Jambi dan Leles menduga alat obsidian merupakan alat yang
di Kabupaten Bandung Barat tahun ini. Akan tetapi kondisi Gua Pawon
saat ini mulai rusak di sisi Timur, Utara, dan Selatan akibat kegiatan
penambangan fosfat oleh masyarakat sekitar dan adanya erosi akibat atap
sebagai pengamannya.