Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN 3

LATAR BELKANG

urin sangat membantu dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis
yang sering dijadikan bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis,
dan menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang
diperiksa. Selain darah, urin juga menjadi komponen yang penting dalam diagnosis keadaan
kesehatan seseorang.

Tes urin biasanya sering digunakan untuk mengetahui jenis penyakit tertentu yang berkembang
dalam tubuh. Tes urin juga dilakukan untuk mengetahui sejumlah zat asing yang ada dalam
tubuh. Dengan demikian tes urin memang diperlukan untuk berbagai tujuan yang berbeda. Tes
urin akan menjelaskan bagaimana kondisi tubuh termasuk jika seseorang mengalami kelainan
tertentu.

Berikut adalah fungsi tes urin ini :

1. Untuk mengetahui beberapa kemungkinan infeksi yang terjadi pada bagian sistem kemih
2. Untuk mengetahui kondisi pendarahan dalam sistem kemih
3. Untuk menetapkan kondisi penyakit ginjal dan hati
4. Tes ini juga bisa dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam urin

Emilaza Pratama, dkk. 1943. PEMERIKSAAN URINALISIS UNTUK MENENTUKAN STATUS PRESENT
KAMBING KACANG (Capra sp.). Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 10 No. 1. Hal 1-2

Pemeriksaan urin terdiri dari pemeriksaan makroskopik meliputi pemeriksaan sifat fisik (volume,
berat jenis, bau, warna, kejernihan dan pH) dan sifat kimia (glukosa, benda keton, zat warna urin
dan protein) serta pemeriksaan sediment (basoeki, 2000)

Purnomo, Basuki B, 2000, Dasar - dasar Urologi. Malang : CV. Infomedika

Pada uji ini dilakuakan uji benedict pada


uji benedict ini bertujuan mengguji gula pereduksi denga prisipnya seperti pada uji glukosa yakni
merupakan uji umum untuk mengetahui gula pereduksi. Reagen benedict (ion Cu2+) akan bereaksi
(oksidasi reduksi) dengan gula pereduksi dan menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna biru kehijauan
hingga merah bata.

Prinsip uji benedict adalah glukosa yang memiliki gugus aldehid/ keton bebas mereduksi ion kupri dalam
suasana alkalis membentuk kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah bata. Jumlah endapan
merah bata yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa dalam urin (poedjiadi A, 1994)

2. Protein
Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine disebut
proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing
atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit
ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam,
hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran
kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja
jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi (poedjiadi A, 1994)

3. Uji Rothera (Keton)

Untuk memeriksa adanya zat keton dalam urin. Keton merupakan produk dari pemecahan asam lemak.
Keberadaannya dalam urin biasanya mengindikasikan tubuh lebih banyak menggunakan lemak untuk
menyediakan energi ketimbang menyimpan lemak tersebut untuk dipakai dikemudian hari. Keadaan ini
dapat terjadi pada diabetes yang tak terkendali, ketika glukosa tidak mampu memasuki sel (ketoasidosis
diabetikum), pada alkoholisme (ketoasidosis alkoholik), atau berkaitan dengan muntah atau kelaparan
berkepanjangan (poedjiadi A, 1994)

4. uji pigmen empedu


(poedjiadi A, 1994)

DASAR TEORI

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan olehginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urindisaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnyadibuang keluar tubuh melalui uretra. Cairan yang tersisa mengandung
urea dalamkadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yangakan
dibuang keluar tubuh. (Ganong, 2003).

Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine dari penyaringan
unsur-unsur plasma. Urine merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring
di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra. Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan),
reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Ganong, 2003).

Urin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti ! air, protein,
amoniak,glukosa, sedimen, bakteri, epitel dan sebagainya. Unsur"unsur tersebut sangatbervariasi
perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga pada waktu yangberbeda dan dipengaruhi oleh
makanan yang kita konsumsi. $andungan urin inilahyang menentukan tampilan %isik air urin seperti
kekentalannya, warna, kejernihan,bau, busa, dan sebagainya. (powrie 1981)

Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur"unsur yang terlarut didalamnya. hal ini bisa
terjadi karena faktor makanan, karena adanya infeksi
yangmengeluarkan bakteri atau karena konsumsi air yang kurang. )au urin dapatbervariasi karena
kandungan asam organik yang mudah menguap. antara bauyang berlainan dari normal seperti! bau oleh
makanan yang mengandung zat zat atsiri seperti jengkol, petai, durian, asperse dan lain"lain. )au
obat"obatan sepertiterpentin, menthol dsb, )au amoniak biasanya terjadi kalau urin dibiarkan
tanpapengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantongkemih.)au keton
sering pada penderita kencing manis, dan bau busuk sering terjadipada penderita keganasan (tumor di
saluran kemih. (deman 1997)

Urin normal berwarna kuning karena merupakan campuran pigmen-pigmen seperti uroetrin,
urokron dan porfirin. Warna bervariasi dari berat jenis, pengaruh adanya matabolit, makanan, obat-
obatan dan pigmen. (Ganong, 2003)
Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta : UGM Press

pH normal urin : 5,0 8,0 (rata rata 5,5 6,5). pH dapat urin yang terlalu asam
dapat disebabkan oleh : kelaparan, diet tinggi protein, metabolisme lemak obat obatan untuk
mencegah batu CaPO4, asidosis dan adanya bakteri yang memproduksi asam. pH urin yang
terlalu basa disebabkan oleh : diet buah buahan, alkalosis, obat obatan yang digunakan
untuk mencegah pembentukana asam urat dan oksalat, amonia, dan bakteri (evelyn, 1993)

Evelyn, C.P. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia, Jakarta.

Berat jenis urin normal berkisar antara 1,016 1,022. Berat jenis dapat meningkatkan
bila urin mengandung lebih banyak zat zat terlarut didalamnya. Urin penderita diabetes
misalnya, mempunyai berat jenis yang lebih besar dibanding orang sehat (evelyn, 1993)

Urin terbentuk setelah plasma darah mengalami ultrafiltrasi, reabsorbsi dan sekresi di
ginjal. Faal ginjal normal mampu membuat urin menjadi bebas dari protein, glukosa dan partikel
atau zat terlarut lain. Bila zat zat ini ditemukan dalam jumlah yang berlebih dari batas normal
maka kemungkinan faal ginjal tidak berfungsi dengan baik (basoeki 2000)

Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH
serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis
protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali
metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang
terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah
mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut,
misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri. (basoeki, 2000).
Karakteristik urin normal memiliki warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun
pagi) sedikit lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Warna urin normal kuning pucat
sampai kuning. Nilai normal 1.003-1.03 g/mL Nilai ini dipengaruhi sejumlah variasi, misalnya
umur. Berat jenis urin dewasa berkisar pada 1.016-1.022, neonatus (bayi baru lahir) berkisar
pada 1.012, dan bayi 1.002-1.006. Urin pagi memiliki berat jenis lebih tinggi daripada urin di
waktu lain, yaitu sekitar 1.026. Urin berbau harum atau tidak berbau, tetapi juga tergantung dari
bahan-bahan yang diekskresi. Normal urin berbau aromatik yang memusingkan. Bau merupakan
indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. urin yang normal
rata-rata 1-2 liter / hari. Kekurangan minum menyebabkan kepekatan urin meningkat
(konsentrasi semua substansi dalam urin meningkat) sehingga mempermudah pembentukan batu.
pH urin dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi
makanan, bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan
berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) bersifat lebih asam. (Evelyn 1993).
Bintang M. 2010.
Biokimia Teknik Penelitian

. Jakarta (ID) : Erlangga

https://www.academia.edu/19737653/LAPORAN_PRAKTIKUM_BIOKIMIA_URINE

https://www.academia.edu/7761279/LAPORAN_PRAKTIKUM_BIOKIMIA_DASAR_ACARA_VII_U
RIN_KUALITATIF_LABORATORIUM_BIOKIMIA_NUTRISI_BAGIAN_NUTRISI_DAN_MAKANAN_TER
NAK_FAKULTAS_PETERNAKAN_UNIVERSITAS_GADJAH_MADA_YOGYAKARTA_2009

Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian analisis urin. Tujuannya yaitu untuk.

Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra.

Adapuin komposisi urin terdiri dari

Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat.edisi ketiga.Jakarta : EGC

Praktikum kali ini terdiri dari 4 uji yaitu uji benedict, uji.

1. Uji benedict (semi kuantitatif)


Hasil tuliss

Pada praktikum pemeriksaan urin ini, dilakukan uji benedict untuk menghitung secara kasar
kadar glukosa dalam urin. uji ini dilakukan dengan cara larutan benedict sebanyak 2.5 ml
ditetesi dengan urin sampel uji 4 tetes. Dalam percobaan ini terdapat 3 tabung reaksi lainnya
yang berisis 2.5mL urin dengan ditambahkan masing2 kionsentrasi glukosa 4tetes yaitu
0.5%, 1%, dan 5%. Pembuatan larutan dengan penambahan glukosa dilakukan sebagai
pembangding untuk larutan yang akan positif mengandung glukosa yang dibandingkan
dengan tanpa penambahan glukosa. Kemudian keempat tabung reaksi di panaskan dalam air
mendidih dan biarkan dingin. pemanasan bertujuan untuk mempercepat jalannya reaksi
antara logam Cudalam pereaksi benedict dengan glukosadalam urin.Hasilnya adalah
warna tanpa penambahan glukosa (tabung 1) larutan ini tetap biru berasal dari cu yang
terdapat pada pereaksi benedict. tidak mengalami pereaksi benedict tidak mengalami
perubahan dan setelah dibandingkan dengan kontrol (urin patologis) hasilnya sama dengan
kontrol yang negatif, tidak berubah warna, tetap biru jernih. Hal ini menyatakan bahwa urin
sampel uji yang di gunakan bebas dari glukosa (secara teori) dan tidak mempunyai resiko
diabetes (untuk pengujian saat ini). Jadi dapat dikatakan urin sampel uji ini negatif terhadap
glukosa yang ada. Semua ini disebabkan karena pada pereaksi benedict terdapat kuprisulfat
dalam larutan tembaga alkali, yang akan direduksi oleh glukosa menjadi cuprooksida
membentuk endapan merah bata, endapan merah bata inilah yang menggambarkan jumlah
kadar glukosa dalam urin. Hal ini lah yang menjadi acuan bahwa, jika larutan tetap berwarna
biru jernih walaupun telah ditambahkan urin dan dipanaskan, berarti dalam urin tersebut
tidak ada glukosa yang mampu mereduksi kuprisulfat menjadi cuprooksida. Adapun
reaksinya yaitu

Adanya glukosa dalam urin dapatdinyatakan berdasarkan sifat glukosa yangdapat


mereduksi ion-ion logam tertentu dalamlarutanalkalis.
Dari hasil pengamatan menunjukanbahwa pada tabung 2 terbentuk endapan berwarna hijau yang artiya
kadar glukosa <0,5%, tabung 3 terbentuk endapan jingga yangberarti kadar glukosanya 1-2% dan
4terbentuk endapan berwarna merah denganintensitas warna yang semakin meningkat,yang artinya
kadar glukosa > 2,0%.Terbentuknya endapan merah ini diakibatkankarena pereaksi Benedict yang
mengandungkuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksioleh gula yang menpunyai gugus aldehidatau
keton bebas (misal oleh glukosa),yang dibuktikan dengan terbentuknyakuprooksida berwarna merah.
Sedangkanpada tabung 1 larutan tetap berwarna biru dantidak terbentuk endapan. Hal ini
menandakanbahwa pada sampel urin tidak terkandungglukosa. Reaksi yang terjadi

O O

RCH + Cu2+ 2OH RCOH + Cu2O

Gula Pereduksi Endapan Merah Ba

Pada tabung keempat terbentuk larutan berwarna merah


2. Uji protein (koagulasi )

Percobaan kedua yaitu uji koagulasi.Urin sebanyak 5 mL dididihkan. Proses pemanasan dalam
gelas beaker berfungsi untuk mempercepat reaksi dan membantu proses
pembentukan gumpalan pada urine yang mengandung protein. Penambahan CH3COOH
dilakukan, karena arutan CH3COOH 3 M adalah sebagai reagen untuk mendapatkan
protein dalam larutan sehingga terjadi perubahan dari bening dan kemudian
muncul endapan. Selain itu CH3COOH berfungsi untuk mengubah bentuk 3 dimensi
dari protein sehinga terjadi koagulasi. setelahdididihkan terbentuk endapan putih.
Endapanputih yang terbentuk adalah endapan fosfa tatau protein. Penambahanasam asetat
menyebabkan endapan tersebut menghilang. Hal ini menandakan bahwa di dalam sampel urin tidak
terkandung protein., endapan tersebut merupakan fosfat. Sehingga hasil nya negativ (yidak mengandung
protein). Terjadinya koagulasi disebabkan karena ion H+ dari CH3COOH terikat pada gugus negatif pada
protein. Ketika ion H+ dari asam asetat masuk ke dalam larutan, akan mempengaruhi keseimbangan dan
pengkutuban muatan dari molekul protein. Adapun proses dari uji koagulasi yaitu :

- Albumin +asam asetat = endapan berwarna putih


- Endapan +_ reagen millon = endapan tidak llartut menghasilkan warna coklat

Pemanasan urin + CH3COOH Albumin

3. Uji benda keton (rothera)


Tabel

Pada uji rothera (keton) ini bertujuan untuk memeriksa adanya zat keton dalam urin. Zat
keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam eseto asetat dan asm -hidroksibutirat yang
merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Cara pengujiannya adalah
urin sampel uji ditambahkan dengan kristal amonium sulfat, lalu tambahkan natrium nitroprusid 5%
sebanyak 2-3 tetes , campurkan amonium hidroksida pekat sebanyak 1-2 tetes, lalu campur dan
diamkan 15 menit. Prinsip kerja dari uji ini adalah natrium nitroprusid akan bereaksi dengan asam
aseto asetat dan aseton dalam suasana basa akan membentuk senyawa berwsarna ungu. Pada hasil uji
ini tidak terbentuk warna ungu, hal ini menunjukkan bahwa hasilnya negatii (-), dimana jika keton
tidak ada dalam urin berarti tidak terjadi ketogenesis yang tidak lebih besar dari ketolisis, jadi keton
tidak terbentuk. Hal ini juga menyatakan bahwa sampel uji urin ini tidak berpotensi untuk diabetes,
karena keton tidak ada. Jika keton ada dalam urin disebut ketonuria, hal ini terjadi karena ketogenesis
lebih besar dari ketolisis, sehingga menyebabkan hiperketonemia, selanjutnya keton dalam darah
sampai di ginjal dan keluar bersama urin (ketonuria). Keton adalah hasil pemecahan protein, disaat
tubuh kehilangan glukosa, disaat lemak sudah tidak ada (gangguan metabolisme karbohidrat,
misalnya diabetes mellitus, kurangnya asupan karbohidrat/kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi
lemak rendah karbohidrat. Gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga
tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar), pengggunaan lemak sebagai sumber energi
akan menyebabkan terbentuknya keton.
Gangguan metabolisme karbohidrat yang terjadi pada diabetes melitus menyebabkan defisiensi
insulin yang berakibat pada sebagian kecil glukosa yang tidak dapat diubah menjadi glikogen.
Glukosa yang berasal dari makanan sebagian besar tetap berada didalam darah, kadar glukosa yang
meningkat dalam darah (hiperglikemia) mendorong pembuangan kelebihan glukosa tersebut keluar
melalui urin. Sebagian besar glukosa tidak diambil oleh tubuh dan dibuang melalui urin sehingga
menyebabkan terambilnya lemak dan protein untuk dijadikan sumber energi.
Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa jika keton tidak ada atau tidak terbentuk, maka urinnya
bebas glukosa dan tidak memiliki diabetes mellitus. Sesuai dengan litelatur dan setelah
dibandingkan dengan urin patologis, pengujian rothera pada sampel uji urin ini negatif (-) dan tidak
memiliki faktor diabetes mellitus.

4. Uji pigmen empedu

Adanya kandungan pigmen empedu dalam urin diketahui dengan cara mengocok urin yang telah
dimasukkan dalam tabung dengan adanya penambahan HNO3 pekat. Hasilnya, urin berbui warna putih,
sehingga urin tersebut tidak mengandung pigmen empedu. Jika urin dikocok dan berbui mengalami
perub warna dari hijau, ungu, biru, merah, dan jingga. kuning maka urin mengandung pigmen empedu.
Warna kuning tersebut berasal dari hemin (pigmen) bilirubin dan biliverdin yang telah dioksidasi menjadi
urobilin (zat warna feses dan urin), sehinga menjadikan warna bui kuning.

Anda mungkin juga menyukai