Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FARMAKOLOGI FISIOTERAPI

INTERAKSI OBAT-OBAT PADA PROSES METABOLISME

KELOMPOK 4

1. MARDATILLAH AULLIAH
2. MEGA PUTRI
3. MELDA ALVYBIRINI
4. MUTIARA RAHMADINI

D-IV FISIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
hidayah, dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah Farmakologi Fisioterapi, penyusunan
makalah ini mengalami beberapa kendala namun semua dapat diatasi dengan baik karena
bantuan dari semua pihak yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya dalam memajukan pendidikan. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, aamiin.

Bekasi, 24 September 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi Obat ........................................................................................... 5
2.2 Mekanisme Interaksi Obat 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 9
3.2 Saran ....................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan manusia ataupun
hewan.
Meskipun obat dapat menyembuhkan tetapi terdapat terdapat juga manusia atau hewan
yang menderita keracunan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat
sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat
digunakan dalam pengobatan suatu penyalit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila
obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan
menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan.
Sangatlah penting untuk mengetahui bagaimana interaksi obat yang benar supaya
interaksi obat tersebut tidak merugikan. Interaksi obat dikatakan sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan yang diberikan. Umumnya obat berinteraksi
dengan makanan, zat kimia yang masuk ke dari lingkungan atau obat lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat ?
2. Apa saja yang termasuk dalam mekanisme interaksi obat ?
3. Bagaimana interaksi obat dalam proses metabolisme ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari interkasi obat
2. Untuk mengetahui mekanisme yang terjadi pada interaksi obat
3. Untuk mengetahui interaksi obat dalam proses metabolisme

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 . Pengertian Interaksi Obat


Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-
related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau
lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).

Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah efeknya
secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau
antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya beberapa efek lainnya (BNF
58, 2009).

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat
herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya. Definisi yang
lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau
apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan


toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah),
misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).

2.2. Mekanisme Interaksi Obat


Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat:
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau
mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya
(BNF 58, 2009).
Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe :

5
a. Interaksi pada absorbsi obat
b. Interaksi pada distribusi obat
c. Interaksi pada metabolisme obat
d. Interaksi pada ekskresi obat

Interaksi pada metabolisme obat :

1. Perubahan pada metabolisme fase pertama


Meskipun beberapa obat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk tidak berubah
dalam urin, banyak diantaranya secara kimia diubah menjadi senyawa lipid kurang
larut, yang lebih mudah diekskresikan oleh ginjal. Jika tidak demikian, banyak obat
yang akan bertahan dalam tubuh dan terus memberikan efeknya untuk waktu yang
lama. Perubahan kimia ini disebut metabolisme, biotransformasi, degradasi biokimia,
atau kadangkadang detoksifikasi. Beberapa metabolisme obat terjadi di dalam serum,
ginjal, kulit dan usus, tetapi proporsi terbesar dilakukan oleh enzim yang ditemukan
di membran retikulum endoplasma sel-sel hati. Ada dua jenis reaksi utama
metabolisme obat. Yang pertama, reaksi tahap I (melibatkan oksidasi, reduksi atau
hidrolisis) obat-obatan menjadi senyawa yang lebih polar. Sedangkan, reaksi tahap II
melibatkan terikatnya obat dengan zat lain (misalnya asam glukuronat, yang dikenal
sebagai glukuronidasi) 27 untuk membuat senyawa yang tidak aktif. Mayoritas reaksi
oksidasi fase I dilakukan oleh enzim sitokrom P450 (Stockley, 2008).

2. Induksi Enzim Ketika barbiturat secara luas digunakan sebagai hipnotik, perlu terus
dilakukan peningkatan dosis seiring waktu untuk mencapai efek hipnotik yang sama,
alasannya bahwa barbiturat meningkatkan aktivitas enzim mikrosom sehingga
meningkatkan laju metabolisme dan ekskresinya (Stockley, 2008)

3. Inhibisi enzim Inhibisi enzim menyebabkan berkurangnya metabolisme obat,


sehingga obat terakumulasi di dalam tubuh. Berbeda dengan induksi enzim, yang
mungkin memerlukan waktu beberapa hari atau bahkan minggu untuk berkembang
sepenuhnya, inhibisi enzim dapat terjadi dalam waktu 2 sampai 3 hari, sehingga
terjadi perkembangan toksisitas yang cepat. Jalur metabolisme yang paling sering

6
dihambat adalah fase I oksidasi oleh isoenzim sitokrom P450. Signifikansi klinis dari
banyak interaksi inhibisi enzim tergantung pada sejauh mana tingkat kenaikan serum
obat. Jika serum tetap berada dalam kisaran terapeutik interaksi tidak penting secara
klinis (Stockley, 2008).

4. Faktor genetik dalam metabolisme obat Peningkatan pemahaman genetika telah


menunjukkan bahwa beberapa isoenzim sitokrom P450 memiliki polimorfisme
genetik, yang berarti bahwa beberapa dari populasi memiliki varian isoenzim yang
berbeda aktivitas. Contoh yang paling terkenal adalah CYP2D6, yang sebagian 28
kecil populasi memiliki varian aktivitas rendah dan dikenal sebagai metabolisme
lambat. Sebagian lainnya memiliki isoenzim cepat atau metabolisme ekstensif.
Kemampuan yang berbeda dalam metabolisme obat-obatan tertentu dapat
menjelaskan mengapa beberapa pasien berkembang mengalami toksisitas ketika
diberikan obat sementara yang lain bebas dari gejala (Stockley, 2008).

5. Interaksi isoenzim sitokrom P450 dan obat yang diprediksi Siklosporin


dimetabolisme oleh CYP3A4, rifampisin menginduksi isoenzim ini, sedangkan
ketokonazol menghambatnya, sehingga tidak mengherankan bahwa rifampisin
mengurangi efek siklosporin sementara ketokonazol meningkatkannya (Stockley,
2008).

2. Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek
farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi
karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obatobat yang bekerja pada sistem
fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang
farmakologi obat-obat yang berinteraksi (BNF 58, 2009).
a. Interaksi aditif atau sinergis
b. Interaksi antagonis atau berlawanan

Hal yang perlu diperhatikan pada interaksi obat


1. Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinik

7
2. Interaksi tidak selamanya merugikan.
3. Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan
4. Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk mengobati
penyakit yang sama.
5. Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan.

Guna interaksi obat, diantaranya yaitu :


1. Meningkatkan kerja dari obat
Contoh : sulfametoksasol, analgetik dan kafein
2. Mengurangi efek samping
Contoh : anestetika dan adrenalin
3. Memperluas spektrum
Contoh : kombinasi antiinfeksi
4. Memperpanjang kerja obat
Probenesid dan penisilin.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat
secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas
obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang
sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat
sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersamaan,

3.2 Saran
Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya
1. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali jika
memang kondisi penyakityang diobati memerlukan gabungan obat dan pengobatan
gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah manfaatnya. Misalnya:
pengobatan tuberkulosis,
pengobatan infeksi berat seperti sepsis, dan lain-lain.
2. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari satu) bersamaan, yakinkan
bahwa tidak ada interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau dinamik
3. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-obat yang
sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi.
4. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan dengan
dokter yang meresepkan.
5. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum
dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan pakai
yang disarankan.
6. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum
dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan pakai
yang disarankan.

9
DAFTAR PUSTAKA

M. Ashraf and Raymon L. 2004, Handbook of Drug Interactions: A Clinical and Forensic
Guide, 2nd Edition,Humana Press, Totowa New Jersey, 379-394

Brunton L., et al, 2008, Goodman and Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics,
Tenth Edition, McGraw-Hill Professional, Bethesda NY

Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26532/4/Chapter%20II.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai