Anda di halaman 1dari 15

Perspektif Pada Penelitian Akuntansi (1)

Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Bagi orang awam,
penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan
jenis wacananya. Kenyataan nya sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi
melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan
hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan
oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan
empat pandangan penelitian dalam akuntansi pandangan fungsional, pandangan interpretatif,
pandangan humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal. Dalam bagian ini, keempat
pandangan tersebut akan dibahas dan diterapkan pada penelitian akuntansi.
1. Kerangka kerja Burrell dan Morgan
a. Hakikat Ilmu Sosial
Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu:
Pertama, asumsi ontologis, berhubungan dengan esensi paling mendasar dari fenomena
akuntansi, yang melibatkan perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme. Perbedaan yang terjadi
adalah apakah alam sosial yang berada di luar kesadaran individu adalah merupakan suatu
penggabungan nama-nama asli, konsep, dan judul yang merupakan struktur pada kenyataan.
Kedua, perdebatan tentang epistemologi, yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan
hakikat pengetahuan, melibatkan debat antipositivisme-positivisme.perdebatan ini berfokus pada
kegunaaan dari pecarian hukum atau keteraturan yang menjadi dasar dalam bidang sosial.
Ketiga, pardebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan antara manusia dan
lingkungannya, yang melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme. Perdebatan ini berfokus
pada apakah manusia dan aktifitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan.
Keempat, perdebatan mengenai metodologi, yang berkaitan dengan metode-metode yang
di gunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan perdebatan
ideografis-nomotesis.
b. Hakikat Dari Masyarakat
Satu asumsi mengenai hakikat masyarakat yaitu, perdebatan susunan-konflik, atau lebh
tepat lagi, perdebatan regulasi-perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan
masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu
regulasi. Sosiologi perubahan radikal sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat
dengan berfokus pada perubahan radikal, konflik struktural mendalam, cara pendominasian, dan
pertentangan struktral yang terjadi pada masyarakat modern.
c. Kerangka Kerja Untuk Analisis Penelitian
Salah satu contoh kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa
bagaimana teori organisasional dipengaruhi oleh asumsi-asumsinya sendiri dengan melalui
referensi pada paradigma, metafora, dan perilaku pemecahan teka-teki.
2. Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi
Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada penjelasan keteraturan sosial,
dimana akuntansi memainkan sebuah peranan.
Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan
dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat
diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah.
3. Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi
Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan interpretatif dalam akuntansi hendaknya
adalah :
a. Percaya pada pengetahuan
b. Percaya pada kenyataan fisik dan sosial
c. Hubungan antara teori dan praktik
4. Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan
memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal.
5. Pandangan Strukturalis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial. Dari
sudut pandang strukturalis radikal ini, organisasi merupakan sebuah instrumen dari kekuatan-
kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian tenaga kerja dan
pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat.

PERSPEKTIF METODOLOGI AKUNTANSI: IDEOGRAFI VS NOMOTESIS (2)

Pandangan yang telah diterima secara luas akan peran dari penelitian akuntansi adalah bahwa ia
berfugsi untuk:

Menyusun hukum-hukum umum yang melingkupi perilaku dari peristiwa-peristiwa atau objek-
objek empiris yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan tersebut, dan karenannya
memungkinkan kita menyatukan pengetahuan yang kita miliki dari peristiwa-peristiwa yang
diketahui secara terpisah dan untuk membuat prediksi yang dapat diandalkan akan pristiwa-
peristiwa yang mmasih belum diketahui.

Untuk mengetahui fungsi di atas, model ilmu engetahuan alam, termasuk pengambilan sampel
yang cermat, pengukuran yang akurat, secara perancangan dan analisis yang baik dari hipotesis-
hipotesis yang didukung oleh teori, secara umum dipergunakan sebagai model yang mendukung
suatu penelitian yang baik. Hal tersebut di atas kini mendapat penolakan, yang mengarah kepada
timblnya perdebatan metodologi ideografis versus nomotesis.

Debat ini tetap terjadi selama bertahun-tahun, kadang kala dengan penamaan lain seperti
penelitian kualitatif versus kuatitatif atau penyelidikan dari dalam versus penyelidikan dari
luar. Perbedaan antara nomotesis dan ideografis tumbuh dari perbedaan-perbedaan yang terjadi
pada asumsi yang mendasari ilmu-ilmu pengetahuan sosial. Pendekatan subjectif dari ilmu sosial
menonjolkan sebuah asumsi nominalisme untuk onologi, suatu asumsi antipositivisme bagi
epistemologi, sebuah asumsi voluntarisme dari sifat manusia dan akhirnya, suatu asumsi
ideografis bagi metodologi. Sedangkan pendekatan objektif menonjolkan suatu ontologi
nomotetis.

Kedua pendekatan-nomotesis versus ideografi, atau penyelidikan dari luar versus penyelidikan
dari dalam-berbeda jika dilihat dari segi cara penyelidikannya, jenis tindakan organisasionalnya
jenis penyelidikan organisasionalnya dan peran dari peneliti. Metode ideografis tertarik untuk
mengetahui kekhusussan sebagai salah satu persyaratan praktis, yang merupakan pengetahuan
mengenai bagaimana untuk bertindak dengan tepat dalam berbagai jenis situasi khusus. Metode
nomotetis tertarik dengan pengembangan teori pegetahuan universal.

Perbedaan antara dua cara penyelidikan di atas akan palig tepat diterjemahakan ke dalam bahasa
lain dengan menggunakan dua kata kerja terpisah untuk membedakan dua cara untuk mengetahui
sesuatu: pengetahuan mengenai dan perkenalan dengan Bahasa Prancis menggunakan kata
savoir dan connaitre; bahasa jerman menggunakan kata wissen dan kennen dan dalam bahasa
latin disebut seirre dan nosere.

Meskipun kedua pendekatan tersebut diperbolehkan dalam literatur, bukan suau hal yang
berlebihan jika dinyatakan bahwa pendekatan nomotesis telah mendominasi penelitian di bidang
akuntansi dengan pencarian hukum-hukum umum, variabel-variabel universal dan sejumlah
besar subjek yang dilakukan. Yang menjadi permasalahan selama ini adalah ketelitian
metodologis, akurasi, dan kridibilitas, bahkan meskipun ia sering kali tidak relevan dengan
kenyataan organisasi dan akuntansi yang ada. Para peneliti akuntansi hendaknya memperhatikan
semakin banyaknya keberatan yang muncul dan ditujukan bagi ilmu pengetahuan alam pada
khususnya dan nomotesis pada umumnya. Sebagai ontoh, Orlando Behling mengemukakan akan
lima sasaran kunci dari penggunkan model ilmu pengetahuan alam yang digunakan dalam
penelitian ilmu sosial dan dapat diterapkan dalam penelitian akuntansi yaitu:

1. Setiap organisasi, kelompok dan manusia kesemuanya pada tingkat tertentu akan
memiliki perbedaan satu sama lain. Jadi pengembangan hukum umum yang benar presisi
dalam perilaku organisasi adalah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.

2. Fenomena ketertarikan dari pada peneliti terhadap perilaku organisasiunal dan teori
organisasi sifatnya fana. Tidak hanya fakta dari peristiwa-peristiwa sosial akan berubah
seiring dengan waku, namun hukum-hukum yang mengaturnya pun ikut mengalami
perubahan. Penelitian ilmu alam kurang mampu untuk menangkap fenomena yang
berubah sedemikian cepat.
3. Tidak seperti senyawa-senyawa kimi dan hal-hal lain yang menjadi perhatian dari para
peneliti ilmu alam. Orang-orang yang menyusun organisasi, artinya adalah organisasi itu
sendiri, akan dapat berperilaku secara berbeda jika mereka mengetahui akan adanya
hipotesis-hipotesis penelitian mengenai mereka.

4. Kurang sesuai dengan kenyataan. Variabel-variabel yang memanipulasi dan


mengendalikan di dalam penelitian organisasional mengubah fenomena yang sedang
dipelajari. Oleh karenanya para peneliti tidak dapat meyamarkan kenyataan dengan studi-
studi yang mereka lakukan karena fenomena yang mereka amati pasti akan berbeda
lawannya di dunia nyata.

5. Perbedaan epistemologis. Meskipun memahami penyebab dan dampak melalui penelitian


ilmu alam adalah suatu cara yang tepat untuk mengetahui fenomena-enomena fisik,
terhadap jenis pengetahuan lain yang tidak dapat disentuh oleh pendekatan ini dan
merupakan suatu hal yang lebih penting bagi perilaku organisasional dan teori
organisasional.

Luthans dan Davis mempertanyakan asumsi kesamaan yang diterapkan oleh nomtesis, yaitu
pemeriksaan secara selektif atas banyak subjek menurut asumsi teoritis interaktif dari perilaku-
orang-linhkungan, dari orang yang nyata berinteraksi dengan organisasi yang nyata, ideografi
diusulkan sebagai suatu pendekatan yang bermanfaat dengan menggunakan rancangan
eksperimental kasus tunggal yang intensif dan ukuran pengamatan secara langsung.

Yang menjadi hal utama bagi suatu bagian pendekatan ideografis terhadap studi-studi perilaku
organisasional interaktif di dalam suatu lingkungan yang alami yang dimaksudkan untuk
memeriksa dan menarik kesimpulan dan menguji hipotesis-hipotesis spesifik adalah rancangan
eksperimental kasus tunggal yang insentif dan metode-metode langsung seperti pengamatan
partisipan yang sistematis. Ketika telah dipahami dan diperiksa dengan mendalam, ternayata
rancangan dan metode-metode ini dapat bertahan dengan sama baikya terhadap kriteria evaluatif
yang sama bagi peneliti ilmiah yangsaat ini sedang digunakan oleh para peneliti ilmiah yang saat
ini sedang digunakan oleh para peneliti berbasis nomotetis.

Di antara metodologi-metodologi kuantitatif atau ideografis yang digunakan, etnografi dan


fenomenologi telah mendapatkan posisi yang kuat. Etnografi digunaan oleh para antropologis
yang melibatkan mereka di dalam kenyataan orang lain. Metodologi ini telah mencapai tingat
paradigma:

Etnologi pradigma dimulai ketika pengamat, yang telah telah terlatih atau familiar dengan
pendekatan antropologis, turun dari kapal, kereta api, pesawat, subwway atau bus dengan
persiapan untuk tinggal selama waktu yang lama dengan kopor yang penuh dengan buku-buku
catatan kosong, alat perekan, dan sebuah kamera. Etnografi paradigmatis berakhir ketika
sejumlah besar data yang telah dicatat, di-fail, disimpan, dicek dan dicek ulang disusun menurut
satu atau beberapa gaya interpretasi dan diterbitkan untuk para audiensi ilmiah ataupun umum.

Para peneliti di bidang akuntansi yang tertarik dengan metode etnografis seharusnya memiliki
keterlibatan langsung yang terus-menerus dan berlangsung lama dalam lingkungan
organisasional yang sedang diteliti. Mereka membutuhan pengamatan lapangan untuk melihat
struktur di dalam dan juga perilaku di permukaan dari mereka-mereka yang berbeda di dalam
organisasi trsebut. Menurut ulassan John Van Maanen, mereka perlu:

1. Memisahkan konsep-konsep urutan pertama atau fakta-fakta dari suatu penyelidikan


etnografis dan konsep-konsep urutan edua atau teori-teori yang digunakan oleh seorang
analis untuk menyusun dan menjelaskan fakta-fakta yersebut;

2. Membedakan antara data penyaji yang mendokumentasian aliran percakapan dan


aktivitas spontan yang terjadi dan diamati oleh etnografer ketika sedang berada di
lapangan dan data penyajian yang berhubungan dengan tampilan-tampilan yang oleh
para informan berusaha untuk dijaga di mata pekerja lapangan, pihak luar dan pihak asing
secara umum, rekan-rekan sekerja, teman sejawat yang dekat dan akrab, dan sampai
beberapa tingkat tertentu, dari mereka sendiri.

3. Secara terus-menerus menilai kebenaran dari informasi lisan untuk mengungkapkan


kebonhongan area-area yang tidak diketahui, dan beragam asumsi-asumsi yang diterima
begitu saja.

Fenomonologi memiliki skala yang lebih luas daripada pengamatan partisipan dan etnografi
dengan menekankan pada pencarian kenyataan seperti yang telah ada di dalam struktur
kesadaran universal bagi umat manusia. Hermert Spiegelberg menguraikan tujuh langkah dari
fenomenologi berikut ini untuk memandu para peneliti:

1. Menyelidiki fenomena tertentu

2. Menyelidiki ensensi ese

3. Memahami hubungan pentin yang terjadi di antara esensi-esensi

4. Mengamati cara-cara penampilan

5. Mengamati konstitusi fenomena dalam kesadaran

6. Menunda untuk mempercayai eksistensi dari fenomena

7. Menginterpretasikan arti dari fenomena

Meskipun perdebatan mengenai ideografi versus nomotesis akan terus berlangsung di berbagai
literatur ilmu-ilmu sosial, terbentuk suatu pemikiran khusus yang merekomendasikan
digunakannya banyak metode. Hal ini secara umum dijabarkan sebagai metodologi konvergen,
multimetode, validasi konvergen, atau apa yang telah disebut sebagai triangulasi. Bahkan,
orang yang mengawali berdebatan ini, Allport, mengemukakan bahwa metode0metode ideogrfis
dan nomotesis telah saling mengerjakan hal yang sama dan memberikan keyakinan yang lebih
tinggi akan hasil yang diperoleh, (2) membantu untuk menyingkapkan dimensi yang
menyimpang atau di luar kuadrat dari sebuah fenomena, (3) mengarah pada terjadinya sintesa
atau integrasi teori-teori dan (4) menjadi suatu tes yang sangat penting.

Suatu garis yang menghubungkan semua manfaat ini adalah peran penting yang diminkan oleh
metode kualitatif dalam triangulasi. Penelitian yang dilakukan kemungkinan akan memberikan
suatu pendekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang memungkinkan akan memberikan
suatu kedekatan yang menguntungkan terhadap situasi, yang memungkinkan adanya sensitivitas
yang lebih tinggi terhadap banyak sumber data. Data kualitatif dan fungsi analisis berfungsi
sebagai [erekat yang menyatukan interpretasi dari hasil-hasil multimetode. Dalam satu aspek
tertentu, data kualitatif digunakan sebagai sebuah titik tanding penting bagi metode kuantitatif.
Sedangkan dari aspek lain, analisis mendapat keuntungan dari persepsi yang diambil dari
pengalaman pribadi dan pengamatan langsung. Sehingga masuklah peneliti yang licik yang
menggunakan data kuantitatif untuk memperkaya dan memperjelas gambarnya.

Arti dari semua hal di atas bagi praktik penelitian adalah pada akhir ia harus mengambil pilihan
di antara ketiga pilihan berikut ini:

1. Melakukan baik peneliti nomotetis maupun ideografis dan agregatnya.

2. Melakukan penelitian nomotetis dan ideografis secara bergantian, menggunakan kedua


metode tersebut secara bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di
beberapa kasus tertentu dan mengtasi kelemahan yang dimiliki metode lainnya di
beberapa kasus yang lain.

3. Mengambangkan sebuah ilmu baru yang dapt diuraikan dengan jelas sebagai berikut:

Ilmu baru tersebut yang perlahan-lahan muncul kemungkinan akan lebih berbasis pada
pelaksana, berakar pada eksperimen, berorientasi praktis dan lebih dapat mencerminkan dirinya
sendiri daripada citra dari ilmu yang ada saaat ini. Ia kemungkinan akan mempergunakan
pemikiran Amerika yang pragmatis dari Pierce, James, Dawey dan Mead dan pemikiran
Jerman yang kritis dari Marx, Dilthey, Husserl, Weber, Heidegger, Gademer, dan Habermas.
Ia mungkin akan berkembang untuk bagian dalam dan menjembatani ke arah ketelitian dan
generalisasi penyelidikan dari bagian luar.

3. Perspektif Ilmu Akuntansi (3)

A. Hipotesis dunia (world hypotheses) Oleh Stephen Pepper

Formisme

Formisme secara filosofis terhubung dengan kenyataan dan idealisme platonik dengan eksponen-
eksponen. Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini mengasumsikan formisme berfokus pada
fenomena-objek, peristiwa, proses yang di ambil satu persatu dari sumber,yang mencoba untuk
mengidentifikasikan kesamaan atau perbedaan hanya melalui sebuah uraian, dan menerima hasil dari
penguraian tersebut. Aktifitas utama adalah pengraian dengan berdasar pada kesamaan, tampa
mempertimbangkan sumber- sumber dari kesamaan itu sendiri. Uraian dalam formisme terbagi menjadi
tiga katagori : (1) karakter, (2) kekhususan, dan (3) Partisipasi.

Apa yang tampak dalam formisme adalah bahwa kebenaran merupakan tingkat kesamaan suatu uraian
terhadap objek yang di acunya.Formisme merupakan sebuah teori kebenaran yang didasar kan atas
kesesuaian. Formisme tidak meliputi pertanyaan-pertanyaan keseragaman empiris, karena mereka hanya
setengah benar dimana kebenaran penuh adalah uraian yang secara akurat sesuai dengan fakta-fakta
yang telah terjadi dan dengan hukum-hukum yang perlu di tegakkan.

Mekanisme

Mekanisme secara filosofis terhubung dengan naturalisme atau materialisme. Metafora akarnya adalah
sebuah mesin. Seperti formisme, ia merupakan suatu teori analitis yang berfokus pada elemen-elemen
yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan bukannya sesuatu yang kompleks atau konteks. Akan tetapi, tidak
seperti formisme, ia integratif dalam suatu urutan yang tertentu dan, jika cukup banyak hal yang dapat
diketahui. Mereka dapat di ramalkan, atau paling sedikit di uraikan, sesuai dengan
kebutuhannya.pengetahuan yang berjenis mekanisme ini memiliki enam ciri-ciri :

a. Seperti sebuah mesin, objek studi terdiri atas bagian-bagian yang memiliki lokasi-lokasi tertentu.

b. Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, sesuai dengan sifat utama dari mesin
tersebut.

c. Hubungan resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan sebagai rumus-rumus
fungsional atau korelasi-korelasi statistik, hal ini merupakan pernyataan dari antarhubungan di antara
bagian-bagian mesin.

d. Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karakteristik lain yang dapat di nyatakan secara
kuantitatif, meskipun tidak relevan secara langsung dengan objek studi: Mereka adalah sifat-sifat
sekunder.

e. Sifat-sifat sekunder tersebut juga berhubungan secar prinsip dengan objek studi karena jika
memang terdapat suatu uraian lengakap tentang mesin, kita seharusnya ingin untuk menemukannya dan
menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat mempertahankan sifat-sifat sekunder tertentu terletak
pada bagian-bagian tertentu dari mesin tersebut.[8]

f. Hukum-hukum sekunder menandai hubungan yang stabil di antara sifat-sifat sekunder.

Kontekstualisme

Kontekstualisme berhubungan dengan pragmatisme. Metafora akarnya adalah peristiwa historis atau
tindakan dalam konteks. Tidak seperti formisme, kontekstualisme bersifat sintetis, di mana ia berfokus
pada pola, suatu keseluruhan objek studi daripada fakta-fakta yang terpisah. Seperti formisme,
kontekstualisme bersifat dispersif di mana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-fakta yang di
ambil satu per satu dari suatu keseluruhan fakta.
Organisisme

Organisisme terhubung dengan absolut atau idealisme objektif. Metafora akarnya adalah integrasi secara
keseluruhan atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi ketepatan waktu dan struktur yang bertahan.
Seperti mekanisme, organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta-fakta yang
tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus dapat diramalkan. Seperti kontekstualisme ia
bersifat sintetis, dengan berfokus pada keseluruhan objek studi dan bukannya fakta-fakta yang berbeda.

Teori kebenaran dari organisisme adalah koherensi yang di dasar kan pada determinasi dan keabsolutan.
Dengan kata lain, organisisme mengusulkan adanya tingkat kebenaran yang tergantung pada jumlah
fakta yang di ketahui,dan ketika semua fakta telah diketahui, karena memang pada prinsipnya mereka
dapat diketahui, baru kebenaran absolut dapat di peroleh.[9]

B. Formisme dalam akuntansi

Formisme dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan dan perbedaan di antara berbagai objek
studi yang berbeda-beda tanpa mempertimbangkan adanya kemungkinan hubungan di antara mereka.
Dapat di kemukakan bahwa seluruh pengetahuan teknik akuntansi yang digunakan dalam pengajaran
akuntansi dan termuat dalam buku-buku teks standar sampai sejauh ini adalah formistis secara mutlak.
Aturan-aturan umum, model dan algoritma yang digunakan untuk menjelaskan fenomena akuntansi dan
untuk membantu pelaksanaan praktik akuntansi adalah objek studi yang memiliki ciri-ciri tersendiri,
yang dapat di bandingkan dari segi tingkat kesamaan dan perbedaan di antara mereka.

C. Mekanisme dalam akuntansi

Mekanisme akuntansi tidak hanya meliputi pencarian kesamaan dan perbedaan di antara objek-objek
studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif yang memungkinkan untuk
dilakuakan penguraian dan peramalan. Mekanisme dalam akuntansi adalah juga pencarian
keteraturan empiris antara fenomena yang berbeda-beda melalui berbagai bentuk korelasi statistik.

Mekanisme dalam akuntansi berfokus pada pencapaian uraian yang semakin mendalam dan penyajian
yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang
menghubungkan bagian-bagian dari objek penelitian akuntansi.

Masalah lain yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi adalah adanya asumsi tidak langsung
bahwa:

Ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant), dan

Hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant).

D. Kontekstualisme dalam akuntaansi

Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi dari fakta-fakta independen yang di peroleh
dari seperangkat fakta menurut satu konteks spesifik yang akan menciptakan suatu pola atau gestalt.
Fakta-fakta yang terdapat di setiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan dan menerima hal-hal
baru. Tambahan lagi, mereka akan di bedakan berdasarkan sifat dan tekstur mereka.

Kontekstualisme dalam penelitian akuntansi bergantung pada analisis dari fakta-fakta yang hanya
diverifikasi secara langsung. Fakta-fakta yang spesifik terhadap situasi tertentu. Sehingga hasil akhirnya
akan memiliki ruang lingkup yang terbatas.

E. Organisisme di dalam akuntansi

Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam akuntansi akan berfokus pada gestalt yang spesifik
sebagai objek studinya,yang terdiri atas fakta-fakta yang tertata dengan baik dan terintegrasi serta dapat
di uraikan sekaligus diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme mencari determinasi
dari keteraturan empiris di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam bentuk analisis
statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pecarian keteraturan empiris tersebut dipersempit
kepada konteks-konteks gestalt yang spesifik.

Organisasi dalam akuntansi memang akan bergantung pada ketersediaan dari basis data asli, fokus pada
konteks spesifik yang akan mengakui keunikan dari data dan mengharmonisasikan nya menjadi holon
akuntansi yang lebih lengkap, dan sebagai hasilnya akan memberikan struktur mendasar yang lebih
komprehensif. Organisisme dalam akuntansi perlu pula untuk mengidentifikasi urutan langkah-langkah
yang mencapai puncaknya dalam suatu telos, suatu struktur keseluruhan yang mendetail.

4. Perspektif Pada Penelitian Akuntansi (4)

Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Bagi orang awam, penelitian akuntansi
tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan jenis wacananya. Kenyataan
nya sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan
pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat.
Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat
digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi pandangan fungsional,
pandangan interpretatif, pandangan humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal. Dalam bagian
ini, keempat pandangan tersebut akan dibahas dan diterapkan pada penelitian akuntansi.

a. Kerangka kerja Burrell dan Morgan

Hakikat Ilmu Sosial

Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu:

Pertama, asumsi ontologis, berhubungan dengan esensi paling mendasar dari fenomena akuntansi, yang
melibatkan perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme. Perbedaan yang terjadi adalah apakah alam
sosial yang berada di luar kesadaran individu adalah merupakan suatu penggabungan nama-nama asli,
konsep, dan judul yang merupakan struktur pada kenyataan.
Kedua, perdebatan tentang epistemologi, yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat
pengetahuan, melibatkan debat antipositivisme-positivisme.perdebatan ini berfokus pada kegunaaan
dari pecarian hukum atau keteraturan yang menjadi dasar dalam bidang sosial.

Ketiga, pardebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan antara manusia dan lingkungannya, yang
melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme. Perdebatan ini berfokus pada apakah manusia dan
aktifitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan. Perdebatan mengenai metodologi, yang berkaitan
dengan metode-metode yang di gunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial,
melibatkan perdebatan ideografis-nomotesis.

Hakikat Dari Masyarakat

Satu asumsi mengenai hakikat masyarakat yaitu, perdebatan susunan-konflik, atau lebh tepat lagi,
perdebatan regulasi-perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat
dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi
perubahan radikal sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada
perubahan radikal, konflik struktural mendalam, cara pendominasian, dan pertentangan struktral yang
terjadi pada masyarakat modern.

Kerangka Kerja Untuk Analisis Penelitian

Salah satu contoh kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa bagaimana teori
organisasional dipengaruhi oleh asumsi-asumsinya sendiri dengan melalui referensi pada paradigma,
metafora, dan perilaku pemecahan teka-teki.

b. Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi

Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada penjelasan keteraturan sosial, dimana akuntansi
memainkan sebuah peranan. Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi
sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang
dapat diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah.

c. Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi

Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah :

Percaya pada pengetahuan

Percaya pada kenyataan fisik dan sosial

Hubungan antara teori dan praktik

d. Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi

Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan memberikan
penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal.
e. Pandangan Strukturalis Radikal dalam Akuntansi

Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial.

Dari sudut pandang strukturalis radikal ini, organisasi merupakan sebuah instrumen dari kekuatan-
kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian tenaga kerja dan pembagian
kekayaan dan kekuatan di masyarakat.

FONDASI INTELEKTUAL DALAM AKUNTANSI (5)

2.5.1. Akuntansi berbasis ekonomi marginal

Ekonomi margina neoklasik telah memberikan pengaruh besar pada praktik,teori,dan penelitian
akuntansi. Berbagai tema yang saat ini sedang terjadi adalah bukti yang baik dari pengaruh
tersebut,

Komitmen akuntansi terhadap marginalisme dapat dengan baik ditunjukkan oleh dua penekanan,
yaitu pada individualisme dan pada mempertahankan objektivitas dan independensi. Penekanan
pertama mencakup baik pandangan atas kedaulatan dari masing-masing pemilik,yang
mengabaikan pemisahan antara kepemilikan dan manajemen, ,maupun pandangan yang secara
eksplisit mengakui pemisahan antara kepemilikan dan manajemen namun menganggap juga
perusahaan sebagai pihak yang sah memiliki hak untuk menguasai tingkat sumber daya
tertentu.67 Penekanan yang kedua menepatkan akuntan pada posisi seorang sejarawan dan
akuntansi pada posisi catatan yang tidak memihak dari pertukaran historis dengan objektivitas
sebagai tujuan terpenting.

Kedua penekanan di atas meningkatkan pembatasan pada praktik dan pengajaran akuntansi.
Seperti yang telah di perhatikan oleh anthony tinker dan rekan-rekannya, penekanan yang
pertama menimbulkan pertanyaan tentang afiliasi golongan dari individu dan peran yang
dimainkan oleh akuntan dalam konflik antargolongan, dan penekanan yang kedua mengarah
pada penghindaran pertanyaan-pertanyaan subjektif tentang nilai dan mengonfirmasikan data
akuntansi kepada harga pasar yang objektif.68 Motifasi di balik peran sebagai seorang sejarawan
dijelaskan sebagai berikut:

Citra akuntan ini- yang sering kali dilihat sebagai sejarawan yang tidak memihak dan tidak
berbahaya-tumbuh dari adanya keinginan untuk melepaskan tanggung jawab yang diemban oleh
para akuntan untuk membentuk ekspektasi subjektif di mana, selanjutnya, ekspentasi tersebut
akan memengaruhi keputusan-keputusan tentang alokasi sumber daya dan distribusi laba di
antara dan didalam masing-masing golongan. Keterkaitan dengan fakta-fakta historis ini
memberikan suatu lapisan tipis objektivitas semu yang memungkinkan akuntan untuk
menyatakan bahwa mereka hanya sekedar mencatat- dan tidak ikut ambil bagian- dalam konflik-
konflik sosial.69
Ekonomi marginal dan akuntansi konvesional yang didasarkan pada nilai dan laba ekonomi yang
berhubungan, dikaitkan dengan nilai dari kemungkinan konsumsi di masa datang yang diperoleh
dari taksiran nilai sekarang (present value) dari aliran arus kas mereka. Hal ini telah memberikan
alasan yang menarik untuk menilai untuk menilai beberapa aktiva akuntansi berdasarkan konsep
nilai sekarang dan untuk membandingkan proyek-proyek dengan melihat nilai sekarang yang
mereka miliki. Namun Tinker telah menunjukkan bahwa dalam membandingkan proyek-proyek
investasi modal alternatif, akuntansi berdasarkan ekonomi marginal tidak memberikan suatu
solusi yang unik.70

Perbandingan tersebut akan tergantung pada pemilihan tingkat suku bunga. Proyek yang paling
dibutuhkan bagi suatu masyarakat hanya dipastikan dengan menggunakan satu tingkat suku
bunga tertentu, yang cocok bagi perusahaan yang menggunakan biaya modalnya sebagai tingkat
bunga. Akan tetapi, dengan melihat berbedanya biaya modal untuk tiap-tiap perusahaan, maka
perhitungannya pun akan tidak dapat ditentukan. Hal ini menjadi alasan untuk menguntungkan
secara sosial jika dibandingkan dengan proyek yang lain. Namun solusi ini ditentang oleh apa
yang dikenal sebagai kontroversi cambridge. Pada dasarnya, ditunjukkan bahwa penjelasan
marginalis bersifat tautologis. Hal ini dirangkum sebagai berikut:

Kita mulai dengan menanyakan bagaimana tingkat laba ditentukan dan jawabannya akan
mangacu kepada jumlah modal dan produk pendapatan marginalnya. Kita kemudian menanyakan
bagaimana hal tersebut ditentukan dan jawabannya adalah dengan mengonsumsikan suatu
pembagian dari laba di masa datang dan mendiskontokan pengembalian modal dengan tingkat
suku bunga pasar. Semua yang telah dikemukakan di atas adalah bahwa tingkat suku bunga pasar
merupakan fungsi suku bunga pasar (dan adanya asumsi distribusi laba).71

Begitu pula, D.J.Cooper menunjukan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada
penawaran dan permintaan modal moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku
bunga pasar.72 singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan sebagai tautologis atau tidak
terderminasi.

2.5.2. Akuntansi ekonomi politis

Akuntansi ekonomi politis dipicu oleh adanya keterbatasan dari ekonomi marginal dan
keunggulan dari ekonomi politis. Seperti misalnya, tidak seperti marginalisme, ekonomi politis
mengakui adanya dua dimensi modal: satu sebagai instrumen (fisik) dari produksi dan satu lagi
sebagai hubungan manusia dengan manusia dalam sebuah organisasi sosial.73 Perbedaan bentuk
masyarakat (feodal, perbudakan, kapitalis, dan seterusnya) terjadi dan ditandai oleh perbedaan
institusi-institusi sosial (contohnya, hukum, negara, pendidikan, agama, undang-undang dan
peraturan, administrasi politik pemerintah). Dalam masing-masing masyarakat di atas terdapat
kelompok-kelompok yang saling bertentangan dengan kekuatan yang bermacam-macam dan
berusaha untuk meraih dominasi, yang mungkin selanjutnya akan mengarah pada bentuk-bentuk
eksploitasi,pengasingan,dan ketidakadilan. Oleh karena itu, tidak seperti situasi yang terjadi pada
marginalisme, di sini akuntansi memainkan sebuah peranan idiologis dalam melegitimasi
idiologi dari prinsip pengorganisasian dasar dan dalam membingungkan hubungan antara
golongan-golongan di dalam masyarakat dan memperkuat kembali distribusi kekuatan yang tidak
merata.74 Akuntansi sebagai suatu ideologi berada di dalam bidang akuntansi ekonomi politis.
sebagai contoh lain, penelitian yang didasarkan atas marginalisme dan menilai kegunaan dari
laporan-laporan perusahaan bagi para pengguna hanya memiliki implikasi bagi nilai informasi
pribadi dengan bias untuk para pemegang saham dan golongan manajer didalam masyarakat, dan
oleh sebab itu juga tidak dapat membantu dalam merancang atau membuat alternatif pilihan
laporan-laporan akuntansi yang ditunjukan untuk menginformasikan kesejahteraan sosial.
Dampak dari laporan-laporan akuntansi perusahaan bagi kesejahteraan sosial juga termasuk di
dalam bidang akuntansi ekonomi politis.

Apakah akuntansi ekonomi politis itu selain dugaan adanya perhatian yang ia miliki dalam
ideologi dan kesejahteraan sosial? Ia merupakan suatu pendekatan akuntansi alternatif yang
ditunjukan untuk melihat fungsi akuntansi di dalam lingkungan struktural dan institusional yang
lebih luas dimana ia beroperasi. Definisi yang baik dari akuntansi ekonomi politis ini dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Akuntansi ekonomi politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis
terhadap penelitian akuntansi.Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik
dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan laporan akuntansi di dalam ekonomi secara
keseluruhan. Pendekatan AEP mencoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari
laporan akuntansi dalam pendistribusian laba,kekayaan,dan kekuatan dalam masyarakat.Dalam
pelaksanaannya,suatu pendekatan AEP akan menjadikan struktural institusional dari masyarakat
sebagai model yang akan membantu melaksanakan peran tersebut dan memberikan suatu
kerangka kerja untuk memeriksa seperangkat institusi, akuntansi, dan laporan akuntansi yang
baru.75

D.J.Cooper dan M.J. Sherer bahkan menyajikan tiga karakteristik dari akuntansi ekonomi
politis.76

1.AEP hendaknya mengakui kekuatan dan konflik yang terjadi dalam masyarakat dan maka dari
itu hendaknya berfokus pada dampak-dampak dari laporan akuntansi pada pembedaan laba,
kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat. Fitur ini secaara langsung bertentangan dengan
konsep pluralis yang cendrung untuk memiliki pandangan bahwa masyarakat dikendalikan oleh
kaum elite yang terdefinisi dengan jelas atau terdapat konflik sosial yang terus-menerus antara
golongan-golongan yang pada dasarnya antagonistis.77

2.AEP hendaknya mengakui lngkungan historis dan institusional yang spesifik dari masyarakat
di mana ia beroperasi, yaitu bahwa (a) ekonomi didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar,
(b) ketidaksetaraan (disequilibrium) merupakan suatu fitur permanen dari ekonomi, dan (c)
negara mengendalikan tingkat pembelanjaan, dalam melindungi kepentingan-kepentingan
komersial dari perusahaan-perusahaan besar, dalam menjaga keharmonisan sosial legitimasinya
sendiri, dan pada saat yang bersamaan ikut campur tangan dalam menentukan kebijakan-
kebijakan akuntansi.

3.AEP hendaknya menerapkan pandangan yang lebih emansipatif akan motivasi manusia dan
peranan dari akuntansi. Akuntansi hendaknya diakui sebagai pelaku (agen) yang memengaruhi
dan menjadi pnyebab dari baik motivasi maupun pengasingan dalam pekerjaan dan pencarian
kepentingan diri sendiri serta memainkan fungsi yang aktif secara sosial daripada fungsi pasif.78
Misalnya:

Dalam cara yang sama seperti profesi medis memiliki perhatian yang logis berkaiatan dengan
peumahan, kondisi sosial dan kesehatan umum dari masyarakat, begitu pula profesi akuntansi
memiliki perhatian yang logis berkaitan dengan lingkungan secara langsung (misalnya, sektor
perdagangan dan keuangan dari ekonomi). Usaha-usaha untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan teknik tanpa mempertimbangkan lingkungan ini dapat mengahsilkan pemecahan
yang tidak sempurna dan tidak lengkap di karenakan adanya penerimaan dari institusi-institusi
dan praktik yang ada saat ini.7

2.5.3. Akuntansi berbasis disiplin ilmu bisnis

untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah di buat
baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan
kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi. Beberapa
usulan ini meliputi.80

1. suatu keterkaitan dengan matematika

2. suatu fokus teri keputusan

3. suatu refrensi terhadap elemen elemen dari teori pengukiuran formal

4. suatu penekanan pada setting pasar modal, yang paralel dengan keuangan modern

5. suatu peranan bagi pendekatan ekonomi informasi

6. suatu perhatian bagi implikasi dari model model pilihan probalistik, yang menerapkan
psikologi matematis, bagi pilihan dan pengguanaa teori informasi akunatansi

7. suatu pondasi yang berdasarkan atas teori postif dari akuntansi

8. suatu teori akuntansi yang berdasarkan atas teori kontrak

9. suatu pendekatan multidimensional yang akan meinjam akan bergantung pada


sumbangan sumbangan pada bidang bisnis yang sudah terkenal seperti :

-rasionalitas yang terbatas -relatifismelingustik

-ekonomi tenaga kerja ganda teorema ketidak relevanan dividen

-teori organisional dari perusahaan -ekspektasi rasional

audit statistikal

Anda mungkin juga menyukai