Anda di halaman 1dari 27

VALIDITAS

(Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Assesmen Pembelajaran


Matematika di Pascasarjana Universitas Negeri Makassar)

KELOMPOK 1

WISMOYO MANGGALA PUTRA 161050701116


NUR ISMIYATI 161050701118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena limpahan rahmat,

nikmat dan hidayah-Nyalah maka makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pula

kiriman salam dan shalawat teruntuk junjungan Nabi besar Muhammad SAW,

pembawa terang bagi gelap umatnya.


Makalah tentang Validitas merupakan tugas kelompok dalam mata kuliah

Assesmen Pembelajaran Matematika yang disusun guna mendukung terciptanya

proses belajar mengajar yang lebih aktif dan efektif. Karena itu, kami mengucapkan

terima kasih kepada dosen mata kuliah serta rekan sesama mahasiswa atas apresiasi

dan partisipasi yang telah diberikan.


Dengan demikian, semoga makalah sederhana ini mampu mewadahi beberapa

manfaat sesuai tujuan penyusunannya. Salah satunya yaitu mampu memperdalam

pengetahuan dan menambah wawasan penyaji dan pembaca. Demikianpun kami

menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan dan penyajian

makalah ini. karena itu, kami sangat mengharapakan tutur kritik yang membangun

dan sapaan saran yang bermanfaat bagi semua orang, khususnya bagi para

mahasiswa.

Makassar, 24 Februari 2017

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

PEMBAHASAN
A. Pengertian Validitas.......................................................................................... 1
B. Macam-Macam Validitas............................................................................................ 1
1. Validitas Teoritik................................................................................................... 1
a. Validitas Isi...................................................................................................... 2
b. Validitas Muka................................................................................................. 3
c. Validitas Konstruksi......................................................................................... 4
2. Validitas Kriterium................................................................................................ 5
a. Validitas Banding............................................................................................. 5
b. Validitas Ramal................................................................................................ 6
3. Koefisien Validitas................................................................................................ 7
4. Contoh Uji Validitas.............................................................................................. 9
a. Uji Validitas Isi................................................................................................ 9
b. Uji Validitas Konstruk...................................................................................... 12
c. Uji Validitas Banding....................................................................................... 18
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas........................................................ 19

Daftar Pustaka....................................................................................................... 22

3
VALIDITAS

A. Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Hamzah, 2014:214).
Menurut Scarvia B. Anderson dkk (dalam Suharsimi Arikunto, 1996:63)
menyatakan suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Valid berarti sahih, artinya keabsahan instrumen itu tidak diragukan
lagi.
Suatu alat disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya
tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan
fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat
mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi (Suherman dan Sukjaya,
1990:135).
Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi
karakteristik X valid, apabila yang dievaluasi itu karakteristik X pula bukan
dengan yang lain, dengan hasil evaluasi yang mencerminkan keadaan sebenarnya
dari karakteristik itu. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum
tentu valid untuk tujuan (karakteristik) lain. Dengan kata lain validitas (keabsahan,
ketepatan) dari suatu alat evaluasi harus ditinjau dari karakteristik tertentu
(Suherman dan Sukjaya, 1990:135).

B. Macam-Macam Validitas
1. Validitas Teoritik
Validitas teoritik atau validitas logik adalah validitas alat evaluasi yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgement) teoritik atau logika. Hal ini
dimaksudkan bahwa untuk mempertimbangkan suatu alat evaluasi berdasarkan
validitas teoritik dikaji atau dipertimbangkan oleh evaluator. Agar hasil
pertimbangan tersebut memadai sebaiknya dilakukan oleh para ahli atau orang
yang dianggap ahli untuk itu, minimal orang yang berpengalaman dalam
bidangnya. Hal yang dipertimbangkan adalah dalam rangka menjawab

1
pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah konsep-konsep atau materi yang
terkandung dalam soal itu sudah benar; apakah sudah sesuai dengan indikator
pembelajaran, silabus atau sumber; apakah penggunaan bahasa dan susunan
kalimat dalam soal itu dapat dipahami oleh perserta uji sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir; apakah aspek psikologik yang terdapat dalam soal
tersebut tidak mengganggu emosi si teruji sehingga jawaban menjadi bias. Jika
pertanyaan-pertanyaan di atas sudah terjawab dengan baik dan terpenuhi, maka
validitas teroitik alat evaluasi tersebut bisa dikatakan baik (Suherman dan
Sukjaya, 1990:137).
Macam-macam validitas teoritik terbagi menjadi tiga aspek (Suherman
dan Sukjaya, 1990:137-145) sebagai berikut:
a. Validitas Isi
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau
dari segi materi yang dievaluasikan, yaitu materi (bahan) yang dipakai
sebagai alat evaluasi tersebut yang merupakan sampel representatif dari
pengetahuan yang harus dikuasai.
Suatu tes matematika dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat
mengukur indikator pembelajaran yang telah dirumuskan. Ini berarti bahan
tersebut sesuai dengan standar kompetensi, silabus, buku sumber serta
kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Kebenaran konsep dari
materi yang disajikan dalam soal tes termasuk pula hal yang diperhatikan
dalam mempertimbangkan validitas ini. Oleh karena itu validitas isi suatu
alat evaluasi (dalam hal ini tes) disebut pula validitas kurikuler.
Pembuatan kisi-kisi yang berisi pokok dan sub pokok bahasan, kelas,
jenjang kognitif, tingkat kesukaran, serta pembuatan format penulisan soal
yang merupakan matriks yang menyatakan kaitan antara pokok/sub pokok
bahasan, jenjang kognitif, indikator pembelajaran, dan butir soal
dimaksudkan agar validitas isi alat evaluasi yang disusun dapat terjamin.
Dengan menggunakan kisi-kisi dan format penulisan soal,
keseluruhan soal yang disajikan dalam alat evaluasi tersebut akan merupakan
sampel yang representatif dari pengetahuan siswa yang akan diuji.
Disamping itu akan dijamin pula sampel yang berlapis dari populasinya,

2
yaitu sampel yang diambil dari berbagai bagian bahan pelajaran. Samperl
tersebut mewakili unit aljabar, unit geometri, unit aritmatika, atau unit
lainnya dan tidak bertumpuk pada satu unit saja. Apabila soal evaluasi
tersebut tersusun dari bahan-bahan di luar materi yang diajarkan, maka soal
tersebut tidak valid menurut validitas isi.
Agar soal yang dibuat memiliki validitas isi yang baik, haruslah
memperhatikan hal-hal berikut ini.
1) Bahan evaluasi merupakan sampel representatif untuk mengukur seberapa
jauh tujuan dapat tercapai, baik ditinjau dari materi yang diajarkan
maupun dari segi tingkat proses belajar.
2) Titik berat bahan yang diujikan harus berimbang dengan titik berat bahan
dalam kurikulum, sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan untuk
menyajikannya dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Untuk mengerjakan evaluasi tersebut tidak diperlukan pengetahuan lain
yang tidak relevan atau bahan yang belum diajarkan.
b. Validitad Muka
Validitas muka suatu alat evaluasi disebut pula validitas bentuk soal
(pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan
susunan kalimat atau kata-kata dalam soal. Sehingga jelas pengertiannya
atau tidak menimbulkan tanfsiran lain. Apabila suatu soal tidak dapat atau
sulit dipahami sehingga siswa tidak bisa menjawabnya dengan baik, ini
validitas mukanya tidak baik. Di sini siswa bukannya tidak bisa menjawab
soal tersebut dengan baik tetapi soalnya yang kurang dapat dipahami. Selain
daripada itu jika soal tes kurang bersih, tulisan terlalu berdesakan, tanda baca
atau notasi lain mengenai bahan uji yang kurang jelas atau salah, akan
mengurangi validitas muka alat evaluasi. Jadi validitas muka suatu alat
evaluasi menyangkut keabsahan penyajian alat evaluasi tersebut berkenaan
dengan tampilannya.
c. Validitas Konstruksi
Validitas konstruksi berkenaan dengan aspek sikap, kepribadian,
motivasi, minat, bakat. Alat evaluasi yang berkenaan dengan aspek tersebut
penyusunannya (kalimat yang dikemukakan) jangan menyinggung emosi
responden atau orang lain yang ada kaitannya dengan evaluasi tersebut.

3
Selain hasil evaluasi akan bias, kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan
akan muncul.
Contoh butir evaluasi yang sebaiknya tidak disajikan karena validitas
konstruksinya kurang baik, sehingga dapat menyinggung emosi atau mental
(psikologi) responden atau orang lain.
Menurut pendapat saya mata pelajaran matematika dianggap sulit oleh
siswa karena:
a. Gurunya kurang bisa mengajar
b. Soal-soal yang disajikan dalam evaluasi sengaja dibuat sulit
c. Pemberian nilai yang sangat pelit sehingga membuat frustasi
d. Materi matematika memerlukan pemahaman dengan proses berpikir
yang tinggi
e. Guru matematika selalu menganggap siswa itu bodoh
Dari contoh di atas tampak bahwa butir evaluasi yang disajikan
memojokkan orang lain secara pribadi, sehingga dapat menimbulkan akibat
yang tidak diharapkan. Kosntruksi psikologik butir evaluasi di atas tidak
absah, jadi validtias konstruksinya tidak baik.
Bila suatu evaluasi dimaksudkan untuk mengukur sifat-sifat atau
kemampuan psikologik seseoarang maka evaluasi itu harus mempunyai
keabsahan konstruksi psikologik. Hal-hal yang termasuk konstruksi
psikologik seperti kepribadian, inteligensi, bakat, berpikir kritis, kekuatan
rasa diri, motivasi. Faktor-faktor psikologik ini sukar diukur secara
langsung, tetapi dapat diukur secara tidak langsung yaitu dengan
menganalisis arti dari hasil evaluasi itu melalui unsur-unsur psikologik yang
akan di ukur. Unsur-unsur konstruksi psikologik tadi sebagai kriteria,
biasaya diperoleh dari pengamatan empirik atau bahkan berdasarkan rekaan
dari sejumlah ahli psikologi. Oleh karena itu validitas konstruksi psikolgik
ini disebut pula validitas rekaan. Keabsahan konstruksi psikologik ini hanya
berlaku untuk unsur psikologik yang akan dievaluasi, tidak berlaku untuk
unsur lainnya, kecuali apabila unsur-unsur ini mempunyai korelasi yang
tinggi.
Misalnya seseorang ingin mengukur inteligensi. Langkah yang
ditempuh ialah dengan mengukur kecepatan reaksi atau daya ingatnya. Ini

4
berarti bahwa reaksi atau daya ingat tersebut disepakati sebagai berhubungan
erat dengan tingkat inteligensi seseorang. Dalam hal ini reaksi atau daya
ingat berfungsi sebagai indikator dari inteligensi, atau rekan untuk
inteligensi selalu kecepatan reaksi dan daya ingat. Setelah diteliti lebih
lanjut, ternyata bahwa rekaan tersebut tidak benar karena kedua hal tersebut
tidak mempunyai korelasi yang cukup kuat. Dengan demikian haruslah
dicari indikator lain sehingga hasil pengukurannya mencerminkan inteligensi
seseorang.

2. Validitas Kriterium
Validitas kriterium atau lengkapnya validitas berdasarkan kriteria atau
validitas yang ditinjau dalam hubungannya dengan kriterium tertentu. Validitas
ini dperoleh dengan melalui observasi atau pengalaman yang bersifat empirik,
kriterium ini dipergunakan untuk menentukan tinggi-rendahnya koefisien
validitas alat evaluasi yang dibuai melalui perhitungan korelasi (Suherman dan
Sukjaya, 1990:143).
Macam-macam validitas kriterium terbagi menjadi dua aspek sebagai
berikut:
a. Validitas Banding
Validitas banding seringkali disebut validitas bersama atau validitas
yang ada sekarang. Validitas ini kriteriumnya terdapat pada waktu yang
bersamaan dengan alat evaluasi yang diselidiki validitasnya, atau hampir
bersamaan. Biasanya dilakukan terhadap subyek yang sama. Misalnya alat
evaluasi yang diselidiki validitasnya adalah tes matematika buatuan guru
dengan menggunakan kriterium nilai rata-rata harian atau nilai tes sumatif
yang telah ada, dengan asumsi hasil evaluasi yang digunakan untuk
kriterium itu telah mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Hal ini
dilakukan berhubung tes matematika yang telah dibakukan belum ada.
Kedua tes itu diberikan kepada subyek yang sama. Apabila kedua nilai atau
skor itu berkorelasi tinggi, maka tes yang kita buat itu memiliki validitas
yang tinggi pula. Sebaliknya apabila tidak terdapat korelasi atau korelanya

5
rendah maka tes yang kita buat mempunyai validitas yang jelek (Suherman
dan Sukjaya, 1990:144).
b. Validitas Ramal
Tes masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN), adalah sebuah tes yang
diperikirakan mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti
perkuliahan di perguruan tinggi yang dimasukinya. Calon yang lulus tes
tersebut diharapkan mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan mengikuti
perkuliahan. Jika nilai tesnya tinggi akan dijamin keberhasilannya kelak
setelah ia diterima di perguruan tinggi tersebut. Sebaliknya calon yang tidak
lulus tes, karena memiliki nilai tes yang rendah, diperkirakan tidak akan
mampu mengikuti program perkuliatan yang akan ditempuhnya (Suherman
dan Sukjaya, 1990:143).
Kalau saja menyimak keputusan yang telah diambil oleh Panitia
Pelaksana Tes Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Baru untuk meluluskan
para peserta tes yang memiliki nilai-nilai yang tinggi atau baik itu, maka
dalam keputusan itu sebenarnya telah terkandung adanya ramalan atau
prediksi yaitu bahwa mereka yang dinyatakan lulus dalam tes seleksi itu,
diramalkan kelak akan menjadi mahasiswa yang sukses dalam mengikuti
program pendidikan di perguruan tinggi tersebut. Begitu pula hanya dengan
keputusan yang telah diambil oleh panitia untuk menyatakan tidak lulus bagi
para peserta tes seleksi yang nilai-nilai hasil tes seleksinya rendah,
sebenarnya di dalam keputusan itu juga telah terkanding adanya ramalan,
bahwa dengan nilai-nilai hasil tes seleksi yang rendah itu adalah tidak
mungkin mereka akan memperoleh prestasi puncak dalam mengikuti
program pendidikan di perguruan tinggi tadi atau akan mengalami kendala
dalam studi (Sudijono, 2005:169).
Untuk menentukan validitas prediksi tersebut digunakan alat
pembanding berupa nilai-nilai yang diperoleh dari hasil perkuliahan. Jika
nilai tes masuk dan nilai hasil perkuliahan berkorelasi tinggi, berarti validitas
prediksi tes masuk tersebut tinggi. Sebaliknya jika berkorelasi rendah atau

6
sama sekali tidak berkorelasi, bahkan berkorelasi negatif. Ini berarti validitas
prediksi alat tes tersebut jelek (Suherman dan Sukjaya, 1990:144).

3. Koefisien Validitas
Cara menentukan tingkat (indeks) validitas kriterium ini ialah dengan
menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui
validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan
telah memiliki validitas yang tinggi (baik), sehingga hasil evaluasi yang
digunakan sebagai kriterium itu telah mencerminkan kemampuan siswa
sebenarnya. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi pula validitas alat
ukur tersebut (Suherman dan Sukjaya, 1990:45).
Cara mencari koefisien validitas dapat digunakan 3 macam (Hamzah,
2014:220) dengan menggunakan rumus:
1) Korelasi produk moment menggunakan simpangan
Rumus korelasi product moment dengan simpangan dari Pearson
untuk menghitung validitas suatu alat tes sebagai berikut:
X2


Y2




r XY =
XY

Keterangan:
r XY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dua
variabel yang dikorelasikan
X = jumlah rerata nilai X
Y = jumlah rerata nilai Y
N = banyaknya responden
2) Korelasi produk moment menggunakan angka kasar (raw score)
Untuk mengukur validitas butir soal atau validitas item tes digunakan
korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:

7
X
Y




X2
2
( X)
2
Y
2
N ( ( Y ) )

N ()


XY
N
r XY =
Keterangan:
r XY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dua
variabel yang dikorelasikan
X = skor butir soal
Y = skor total
N = banyaknua responden
3) Korelasi poin biserial
Jika skor dikotomi (0,1) maka untuk menghitung koefisien korelasi
antar skor butir dengan skor total instrumen digunakan koefisien korelasi
poin biserial (r pbis ) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
St
x x pi
r pbis = i t
qi

r pbis = koefisien korelasi poin biserial antara skor butir soal nomor i
dengan skor total
x i = rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor
1
x t = rata-rata skor total semua responden
S t = standar deviasi skor total semua responden
pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i
qi = proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i

8
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan
r XY dikorelasikan dengan r tabel . Jika r XY >r tabel maka butir soal
dikatakan valid, sebaliknya jika r XY r tabel maka butir soal dikatakan tidak
valid.
Analogi dengan rumus yang berbeda dapat dihitung koefisien korelasi
yang hasilnya tidak jauh berbeda dapat ditoleransi. Koefisien korelasi berada
antara 0,0 - 1,00. Interpretasi dari koefisien korelasi yang diperoleh sebagai
berikut:
0,80<r XY 1,00 kategori sangat baik
0,60<r XY 0,80 kateogori baik
0,40<r XY 0,60 kategori cukup
0,20<r XY 0,40 kategori rendah
0,00<r XY 0,20 kategori rendah sekali

4. Contoh Uji Validitas


a. Uji Validitas Isi
Hasil tes matematika dari 25 siswa diperoleh data tentang butir soal yang
dapat dijawab dan tidak oleh siswa serta skor total masing-masing siswa.
Jenis soal pilihan ganda. Akan diuji setiap item soal.

9
Data Hasil Tes Objektif Dari 25 Siswa
Keterangan :
0 = siswa yang menjawab salah
1 = siswa yang menjawab benar
Berikut hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel

10
Hasil Pengolahan Data dengan Microsoft Excel
Pengujian menggunakan rumus korelasi point biserial yaitu:

St
x x pi
r pbis = i t
qi
Bentuk lain dari rumus di atas yaitu:
M M t p
r pbis = p
St q

Keterangan:
r pbis = koefisien korelasi poin biserial
M p = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya

11
Mt = rerata skor total
S t = standar deviasi skor total semua responden
p = Perbandingan siswa yang menjawab benar dengan jumlah seluruh
siswa
q = Perbandingan siswa yang menjawab salah dengan jumlah seluruh
siswa
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dan hasil
dibandingkan dengan r-tabel
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika r-hitung r-tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
Jika r-hitung < r-tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).
b. Uji Validitas Konstruk
Seorang Mahasiswa melakukan penelitian dengan menggunakan kuisioner
untuk mengetahui atau mengungkap motivasi belajar seseorang dengan
menggunakan skala Likert yaitu
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Setuju
4 = Sangat Setuju
Setelah membagikan skala kepada 15 responden diperoleh tabulasi data-data
sebagai berikut:

12
Data Tabulasi 15 Responden
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir. Pengujian yang digunakan untuk validitas konstruks adalah
Korelasi Pearson product Moment dan Corrected-Item Correlation.
Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item
dengan skor total (penjumlahan seluruh skor item). Rumus untuk
menghitungnya adalah

13
i
x




i

x

n x 2( 2)
i 2( 2)
n


ix
n
r ix =
Keterangan :
r ix = koefisien korelasi item-total (bivariate pearson)
i = skor item
x = skor total
n = banyaknya subjek
Berikut hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel

14
Perhitungan 1

15
Perhitungan 2

16
Perhitungan 3

Perhitungan 4

17
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dan hasil
dibandingkan dengan r-tabel
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika r-hitung r-tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
Jika r-hitung < r-tabel, maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Hasil Validitas Pearson Product Moment


Terdapat tiga item yang tidak valid yaitu item 1, 9 dan 10. Item-item yang
tidak valid harus dibuang. Analisis validitas dapat dilakukan sampai 2 atau 3
kali sampai diperoleh item yang valid setelah membuang item-item yang
tidak valid.

c. Uji Validitas Banding

18
Akan diuji validitas tes Matematika (X) yang telah diujicobakan dengan
menggunakan kategori nilai rata-rata tes formatif matematika (Y) siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Bandung yang terdiri dari 15 orang siswa.
Rata-rata
Nilai Tes
No. Nama Siswa Tes Formatif
Matematika (X)
(Y)
1 Aulia Oktaviana 5,62 7,43
2 Fitria Wahyu 7,35 8,77
3 Friska Auliya 4,21 5,61
4 Muh. Sahrir 3,75 6,86
5 Nurul Baitirahma 6,25 7,21
6 Riskayana 8,98 8,35
7 Risqaldi Bahar 5,68 7,21
8 Samrawani Syam 6,55 6,02
9 Sara Ramadhani 7,50 7,90
10 Ade Irma Rahman 9,25 8,40
11 Ade Yuliana 5,77 6,25
12 Alfira Rahmadani 6,66 6,70
13 Annizah Nurul Jannah 4,00 7,25
14 Arini Ulfa Mawaddah 6,45 7,66
15 Haslinda Hamid 7,04 5,33
Daftar Nilai siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandung
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tes matematika dengan skor rata-rata tes formatif yang
merupakan jumlah tiap skor butir. Pengujian yang digunakan untuk validitas
banding adalah Korelasi product moment dengan simpangan.
Analisis ini dengan cara mengkorelasikan skor tes matematika
dengan skor rata-rata tes formatif . Rumus untuk menghitungnya adalah
X2


Y2




r XY =
XY

Keterangan:

19
r XY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dua
variabel yang dikorelasikan
X = jumlah rerata nilai X
Y = jumlah rerata nilai Y
N = banyaknya responden
Berikut hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel

Hasil Pengolahan Data


Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dan hasil
dibandingkan dengan r-tabel
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika r-hitung r-tabel, maka nilai tes awal berkorelasi signifikan terhadap
nilai rata-rata tes formatif (dinyatakan valid).
Jika r-hitung < r-tabel, maka nilai tes awal tidak berkorelasi signifikan
terhadap nilai rata-rata tes formatif (dinyatakan tidak valid).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu evaluasi sehingga
menjadi bias, menyimpang dari keadaan yang sebenarnya untuk suatu
penggunaan yang dimaksudkan. Beberapa di antaranya adalah berasal dari
dalam alat evaluasi itu sendiri. Pemeriksanaan secara cermat tentang pokok-

20
pokok uji (materi) akan menunjukkan apakah alat evaluasi itu dapat mengukur
isi materi pelajaran dan fungsi-fungsi intelektual yang ingin diketahui.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika,
faktor-faktor berikut ini akan dapat mengurangi fungsi pokok uji sesuai dengan
yang diharapkan sehingga bisa merendahkan validitas alat evaluasi tersebut.
a) Petunjuk yang tidak jelas
Petunjuk yang tidak jelas tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta
tes cenderung akan mengurangi validitas.
b) Perbendaharaan kata dan struktur kalimat yang sukar
Terlalu banyak menggunakan kata-kata yang kurang dikenal dan struktur
kalimat yang berbelit-belit akan lebih mengukur kemampuan berbahasa atau
aspek inteligensi daripada tingkah laku peserta tes dalam aspek tertentu,
misalnya matematika atau materi pelajaran yang lain. Oleh karena itu dapat
mengurangi validitasnya.
c) Penyusunan soal yang kurang baik
Terutama dalam penyajian soal tipe obyektif, seringkali kalimat yang
disajikan memberi petunjuk pada jawaban yang benar atau yang tidak benar,
sehingga jawabannya mudah ditebak tanpa harus memahami konsep yang
terkandung dalam soal itu.
d) Kekaburan
Pernyataan yang kurang jelas maknanya atau bisa ditafsirkan dengan makna
lain dapat membingungkan peserta tes, sehingga ia menjawab salah bukan
karena tidak memahami konsep dalam soal tersebut, tetapi karena
ketidakjelasan soal tersebut. Kekaburan seringkali membingungkan siswa
yang pandai daripada siswa yang kurang pandai.
e) Derajat kesukaran soal yang tidak cocok
Penyajian soal-soal yang sangat sukar akan mengakibatkan hasil yang jelek
bagi kebanyakan atau bahkan semua peserta tes, sebaliknya penyajian soal
yang sangat mudah semua peserta tes atau kebanyakan mendapat nilai baik.
Hal ini tidak bisa membedakan kemampuan siswa yang satu dengan yang
lainnya. Dengan perkataan lain kemampuan siswa dalam aspek tertentu tidak
terungkap sesuai dengan keadaan sebenarnya, oleh karena itu validitasnya
rendah.
f) Materi tes tidak representatif

21
Jika soal menyajikan soal tes sedikit maka materi yang tersajikan dalam tes
itu tidak akan mewakili bahan pelajaran yang telah disajikan dan dipelajari
siswa, sehingga faktor keberuntungan akaren berperan. Siswa yang
kebetulan mempelajari konsep yang sama dengan soal yang disajikan akan
bisa mengerjakan tes itu, sebaliknya jika ia lebih mendalami konsep lain
yang tidak tersajikan dalam soal tes akan mendapatkan hasil yang tidak baik.
g) Pengaturan soal yang kurang tepat
Penyajian soal hendaknya disusun dari yang mudah menuju pada soal-soal
yang sukar. Penempatan soal-soal yang sukar pada nomor-nomor awal akan
menyebabkan siswa menghabiskan banyak waktu dan energi untuk
menjawab soal itu saja, sehingga untuk mengerjakan soal lainnya sudah lelah
dan waktunya bisa kepepet dan gugup.
h) Pola jawaban yang dapat diidentifikasi
Penempatan jawaban dalam soal tipe obyektif menurut pola tertentu akan
mendorong siswa untuk menebak jawaban, sehingga konsep dalam soal
tidak dipikirankan lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dk. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit


Bumi Aksara.

Hamzah, Ali. 2014. Evalusi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pers.

Suherman, Erman., Sukjaya, Yaya. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung:


Penerbit Wijayakusumah.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

23

Anda mungkin juga menyukai