Anda di halaman 1dari 47

TINJAUAN TEORITIS

ANC, INC, PNC dan BBL NORMAL

A. ANTENATAL CARE (ANC)


1. Pengertian ANC
Antenatal care adalah pemeriksaan, perawatan, serta pengawasan selama kehamilan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
2. Tujuan ANC
a. Tujuan Umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental untuk menyelamatkan ibu dan anak
selama kehamilan,persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan bayi sehat.
b. Tujuan khusus
1) Memantau tujuan kehamilan untuk memastikan keselamatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesahatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali cara dini adanya ketidaknormakan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termaksud riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

3. Fisiologi Kehamilan
roses kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari :
vulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal yang
kompleks.
Proses pembuahan ovum (oogenesis) asalnya dari Epital germinal,oogenium,folikel
primer, lalu mengalami proses pematangan. Dengan pengaruh FSH, folikel primer
mengalami pembuahan dan terjadi folikel degraaf menuju ke permukaan ovarium
disertai pembentukan cairan liquir folikuli. Desakan folikel degraaf ke permukaan
menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan menjadi
folikel degraaf ovarium mengeluarkan hormon yang dapat mempengaruhi gerakan
tuba yang makin mendekati ovarium, gerakan sel rambut tuba yang semakin tinggi,
peristaltic tuba yang makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam
tuba makin deras menuju uterus. Cengan pengeruh LH yang makin besar dan fliktuasi
yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi. Dengan
gerakan aktif gerak tuba yang mempunyai umbai (fimbriae) maka ovum yang telah
dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut
ovum pick up mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba
menuju uetrus, dalam bentuk pematangan pertama telah siap untuk dibuahi.

permatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks
Spermatogenium berasal dari sel primitive tubulus
Menjadi spermatosit pertama
Menjadi spermatosit kedua
Menjadi spermatid
Akhirnya spermatozoa
Bentuk spermatozoa seperti kecebong, yang terdiri atas kepala, leher dan ekor.
sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang
dapat mencapai tuba fallopi. spermatozoa yang masuk kedalam alat ganitalia wanita
dapat hidup selama 3 hari, seningga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.
onsepsi
Pertemuan antara sel ovum dan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan
membentuk zigot.
roses nidasi atau implantasi
Proses penanam blastula disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke-6 sampai
hari ke-7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula kedalam endometrium,
mungkin tejadi perdarahan yang disebut tanda hartman.
embentukan Plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri dinding depan maupun
belakang. Pada bastula penyebarab sel trofoblas mendestruksi endometrium sampai
terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis

4. Perubahan Fisiologi Pada Saat Kehamilan


Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh system genetalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan
hormon somato mammatropin, estrogen dan progesterone yang menyebabkan
penyebabkan perubahan pada:
Rahim atau uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami
hipertropi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan
otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak dan
dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
agina (liang senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh
estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru- biruan (tanda chadwiks).
Ovarium (indung telur)
Denagan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum
gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang
sempurna pada umur kehamilan 16 minggu.
Kejadian ni tidak dapatlepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan
hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormon luteotropik hipofisis
anterior.
ayudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat di lepaskan
dari pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron dan
somatomammatropin.
Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu di pengaruhi ole beberapa faktor:
Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janindalam rahim.
Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter
Pengaruh hormon estrogen dan progesteron makin meningkat akibat dari faktor
tersebut di jumpai beberapa perubahan peredaran darah
Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran

5. Jadwal Kunjungan ANC


Kunjungan antenatal sebaliknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
- Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu)
- Satu kali pada triwulan kedua (antara minggu 14-15 minggu)
- Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36)

6. Pelayanan / asuhan standar minimal 7 T


Dalam melakukan pemeriksaan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan 7 T :
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan dara
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT lengkap
5. Pemberian tablet zat besi
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pada setiap kali kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.
Tabel di bawah ini memberikan geris-garis besarnya.

Waktu Kunjungan Informasi Penting


Trimester I Membangun hubungan saling
(Sebelum minggu ke-14) percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil
Mendeteksi tindakan
pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia.
Memulai persiapan kelahiran
bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
Mendorong prilaku yang
sehat (gizi, latihan,
kebersihan, istrahat, dan lain-
lain)
Trimester II (Sama seperti di atas)
(Sebelum minggu ke-28) Kewaspadaan terhadap preeklamsia

Trimester III Palpasi abdomen untuk


(Antara minggu ke 28-36) mengetahui apakah ada
kehamilan ganda
Trimester III Deteksi letak bayi yang tidak
(Setelah minggu ke-36) normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di
rumah sakit.

7. Penilaian Klinik
Pada setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan
diagnosis serta ada tidaknya komplikasi.
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi :
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Riwayat kehamilan sekarang (utamanya HPHT)
- Riwayat obstetrik lalu
- Riwayat penyakit
- Riwayat sosial ekonomi
b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan fisik umum
- Kesan umum : Compesmentis, tampak sakit
- Pemeriksaan : TD, nadi,pernapasan, suhu, TB, BB,
dan hal lain

2) Pemeriksaan khusus obstetri


- Inspeksi
TFU
- Palapsi
Menurut kneble
Menurut leopold
Menurut Buddin
Menrut Ahfeld
- Perkusi
Meteorisme
Tanda cairan bebas
- Auskultasi
Bising usus
DJJ
- Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan laboratorium
- Laboratorium rutin; darah lengkap, urine lengkap, test kehamilan
- Laboratorium khusus
8. Diagnosis
Gambaran kehamilan normal :
Ibu sehat
Tidak ada riwayat obstetrik buruk
Ukuran uterus sama / sesuai usia kehamilan
Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal

9. Asuhan antenatal
Sapa ibu (dan juga keluarganya) dan membuatnya merasa nyaman
- Mendapatka riwayat kehamilan ibu dengan mendengarkan dengan teliti apa yang
akan diceritakan ibu
Melakukan pemeriksaan fisik
- Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah
kehamilanya normal.
TD dibawah 140/90 mmHg
Oedema hanya ada ekstrimitas
Bertambahnya BB minimal 8 Kg elama kehamilan
TFU dalam m atau menggunakan jari-jari tangan sesuai dengan UK
DJJ 120-160 denyut / menit
Gerakan anin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan
- Mendiskusikan dengan ibu dan keluarga mengenai rencana dan persiapan persalinan
- Memberikan konseling
Gizi; peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari, mengkonsumsi
makanan, yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang).
Latihan; normal tidak berlebih jika istrahat lelah
Perubahan fisiologi; tambah BB, perubahan payudara, tingkat tenaga bisa menurun,
mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan atau varices, hubungan suami istri
boleh dilajutka selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom)
Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera ika ibu mendapati tanda-tanda
bahaya ;
Perdarahan pervaginam
Sakit kepala berlebihan
Gangguan penglihatan
Pembengkakan pada wajah / tangan
Nyeri abdomen (epigastrik)
Janin tidak bergerak sebanyak biasa
Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman
Personal hygiene
Menjelaskan cara perawatan payudara terutama pada ibu yang mempunyai putting
susu rata atau masuk ke dalam
Memberikan zat besi mulai 90 hari mulai minggu ke 20
Memberikan imunisasi TT 0,5 %
Menjadwalkan kunjungan berikutnya
mendokumentasikan kunjungan tersebut.

B. INTRA NATAL CARE


1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan Uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan
(Kekuatan sendiri).

2. Jenis jenis Persalinan


a. Persalinan Spontan / normal
Persalinan yang berlangsung sejak awal sampai akhir dengan tenaga dan kekuatan
ibu sendiri melalui jalan lahir.

b. Persalinan Buatan
Persalinan yang berakhir dengan bantuan atau tenaga atau diakhiri dengan suatu
tindakan.
c. Persalinan Anjuran
Kekuatan persalinan ditimbulkan dengan rangsangan dari luar.

3. Teori terjadinya Persalinan


a. Teori Keregangan
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
2) Setelah melewati batas tertsebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
3) Contohnya: pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu, sehingga menimbulkan prises persalinan.
b. Teori Penurunan Progesterone
1) Proses penuaan plasenta terjadi dimulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi
penumbuhan jaringan ikat, darah mengalami penyempitan dan buntu.
2) Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
sensitive terhadap oksitosin
3) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesterone tertentu.
c. Tercapai Oksitosin Internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh hipofise pars posterior
2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi brackton hicks
3) Menurunnya kontraksi progesterone akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
1) Konsentrasi prostaglandin menigkat sejak umur hamil 15 minggu yang dikeluarkan
desidue
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim,
sehimgga hasil konsepsi dikeluarkan.

4. Faktor faktor yang mempengaruhi Persalinan


a. Power
1) His
2) Kontraksi otot dinding perut
3) Kontraksi diagfragma pelvis atau kekuatan mengedan
4) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
b. Passenger
Janin dan uri
c. Passage
Jalan lahir lunak dan keras (tulang)
5. Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan pergerakan aktif dari janin dan
terhadap panggul saat janin melewati jalan lahir.
Gerakan pasif tersabut adalah :
a. Masuknya kepala pada PAP
b. Turunnya kepala kedasar panggul
c. Reaksi kepala
d. Putaran paksi dalam
e. Ekstensi
f. Ekapulsi
g. Putaran paksi dalam

6. Pembagian tahap awal Persalinan


a. Persalinan kala I
- Kala pembukaan yang berlangsung antara no 1 sampai pembukaan lengap
- Pada Primigravida 12 jam
- Pada Multi gravida 8 jam
b. Persalinan kala II
Dari pembukaan lengkap sampai anak lahir, lamanya kala II untuk primigravida 50
menit, dan untuk multi gravida 30 menit.
c. Kala III ( Kala uri)
Dari anak lahir sampai uri lahir, lamanya 30 menit
d. Kala IV (observasi)
Pada kala IV dilakukan observasi tentang tanda tanda vital, perdarahan,
kontraksi uterus dalam 2 jam.

7. Fisiologi Persalinan
a. Fisiologi kala I
Partus dimulai dimulai bila ada his dan pelepasan lender bercampur darah
1) Fase laten
- Pembukaan 0 3 cm
- Berlangsung lebih lama 8 10 jam
- Kontraksi uterus ringan, frekwensi 515 menit, lamanya 10 - 30 detik
2) Fase aktif
- Pembukaan 3 10 cm
- Kurang lebih berlangsung dan jam lebih cepat
- Kontraksi uterus baik, agak teratur :
Intertval 2 3 menit
Lamanya 15 30 menit
b. Fisiologi kala II
1) His lebih kuat dan cepat, interval 2 3 menit
2) Tiap his disertai rasa ingin mengedan karena kepala sudah masuk dan tekanan otot
otot dasar panggul, karena tekanan pada rectum.
3) Perineum meregang dan anus membuka
4) Labia mulai membuka, kepala janin nampak di vulva dengan bagian hipomoglion dan
sub occiput di bawah symphisis, maka lahirlah berturut- turut ubun ubun kecil, ubun
ubun besar, dahi, muka, hidung, mulut dan dagu melalui perineum disusul badan
dan anggota gerak

c. Fisiologi kala III


1) Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri setinggi pusat
2) Uterus berkontraksi untuk melepaskan plasenta
3) Plsenta akan lepas dalam wakti 6 15 menit sesudah bayi lahir
d. Fisiologi kala IV
Sampai 2 jam post partum untuk mengawasi apakah ada perdarahan post partum
atau tidak.

8. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. partograf dimulai
pada pembukaan 4 cm (fase aktif). partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang
bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebit normak atau dengan
komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janian sebagai berikut :
. Denyut jantung janin, catat setiap 1 jam
. Air ketuban, catat warna setiap melakukan pemeriksaan vagina
- U : selaput utuh
- J : selaput pecah, air ketuban jernih
- M: air ketuban bercampur mekoneum
- D : air ketuban bernoda darah
- K : tidak ada ketuban / kering
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
- 0 : sutura terpisah
- 1 : sutura (pertemuan 2 tulang tengkorak) yang tepat /bersesuaian
- 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
- 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
Pembukaan mulut rahim (serviks).
Dinilai setiap 4 jam dan beri tanda silang (x )
Penurunan
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan
abdomen/luar) di atas simfisis pubis; catat dengan tanda lingkaran (0) pada setiap
pemeriksaan dalam. pada posisi 0/5, sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di
simfisis pubis.
f. Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang sudah dijalani sesudah pasien di
terima.
g. Jam, catat jam sesungguhnya
h. Kontraksi, catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam hitungan detik:
- kurang dari 20 detik
- antara 20 -40 detik
- lebih dari 40 detik
i.Oksitosin, jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infuse
dan dalam tetesan per menit.
j.Obat yang diberikan, catat semua obat lain yang diberikan.
k. Nadi,catatlah setiap 30-60 mnt dan tandai dengan sebuah titik besar (.)
l.Tekanan darah, catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
m. Suhu badan, catatlah setiap dua jam.
n. Protein, aseton, dan volume urine. catatlah setiap kali ibu berkemih.

C. POST NATAL CARE (PNC)

1. Pengertian Masa Nifas (Pueperium)


Adalah dimulai setelah kelahiran dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-
kira 6 minggu.

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas


a). Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
b). Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati, atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya..
c). Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri , nutrisi, KB,
menyusui,pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d). Memberikan pelayanan KB.

3. Periode Masa Nifas


a). Pueperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan jalan.
b). Pueperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c). Remote pueperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

4. Involusio Alat-alat Kandungan


a). Uterus : secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil
b). Bekas implantasi uri : placental bed mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi
3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.
c). Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam
6 - 7 hari.
d). Rasa sakit yang disebut after pains, (meriang atau mules mules)
disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
e). Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
1) Lochia rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel-
sel disidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca
persalinan.
2) Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke
3-7 pasca persalinan.
3) Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 -
14 pasca persalinan.
4) Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5) Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

6) Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya


f). Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih biasa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui 1 jari.
g). Ligamen-ligamen : ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang
dan menjadi retrofleksi, karena ligmentum rotundum menjadi kendor.

5. Jadwal Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali dilakukan untuk
melihat status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.

Kunjung
Waktu Tujuan
an
1 6-8 jam - Mencegah perdarahan masa
setelah nifas karena atonia uteri
persalinan
- Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan; rujuk
bila perdarahan berlanjut
- Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
- Pemberian ASI awal
- Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
- Menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah
hipotermia
- Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai
ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
2 6 hari - Memastikan involusio uterus
setelah berjalan normal : uterus
persalinan berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan,
abnormal, t idak ada bau
- Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
- Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
- Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda
penyakit
- Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
3 2 Minggu - Sama seperti di atas (6 hari
sete-lah setelah persalinan
persalinan
4 6 minggu - Menanyakan pada ibu tentang
sete-lah penyulit-penyulit yang ia atau
persalinan bayi alami
- Memberikan konseling untuk KB
secara dini
6. Penilaian Klinik
a). Anamnesis
1) Riwayat Ibu
- Nama, Umur
- Tanggal dan tempat lahir
- Penolong
- Jenis Persalinan
- Masalah-masalah selama persalinan
- Nyeri
- Menyusui atau tidak
- Keluhan-keluhan saat ini
Misalnya : - Kesedihan / depresi
- Pengeluaran pervaginam / perdarahan / lokhia
- Putting / Payudara
- Rencana masa datang ; kontrasepsi yang akan digunakan
2) Riwayat Sosial Ekonomi
- Respon ibu dan keluarga terhadap bayi
- Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu dirumah
- Para pembuat keputusan diruangan
- Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat
- Kepercayaan dan adat istiadat
3) Riwayat Bayi
- Menyusui
- Keadaan tali pusat

- Vaksinasi
- Buang air kecil / besar

b). Pemeriksaan Kondisi Ibu


1) Umum
- Suhu Tubuh
- Denyut Nadi
- Tekanan Darah
- Tanda-tanda Anemia
- Tanda-tanda Odema / Tromboflebitis
- Refleks
- Varises
- Cuat (Cortial Variabel area tenderness)
- Payudara
Putting susu ; pecah, pendek, rata
Nyeri tekan
Abses
Pembengkakan / ASI terhenti
Pengeluaran ASI
- Perut / Uterus
Posisi uterus / tinggi fundus uteri
Kontraksi uterus
Ukuran kandung kemih
- Vulva / Perineum
Pengeluaran Lokhia
Penjahitan laserasi atau luka episiotomi
Pembengkakan
Luka
Hemoroid
7. Penanganan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu yaitu :
a). Kebersihan diri
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
- Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar
vulva terlebih dahulu dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai
buang air kecil atau besar.
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik, dan dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b). Istirahat
- Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
- Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga bisa pelrlahan-
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:


Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
c). Latihan
- Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
- Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti :
Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada; tahan satu
hitungan sampai 5 rileks dan ulangi 10 kali.
Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
- Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat
dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap kali
gerakan setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu
ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.

d). Gizi
Ibu menyusui harus :
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
- Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui)
- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin.
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui Asinya.
e). Perawatan payudara
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering
- Menggunakan BH yang menyokong payudara
- Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu pada setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dari putting susu yang tidak lecet.
- Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
- Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet
setiap 4 - 6 jam.
Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI lakukan:
Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama
lamanya 5 menit.
Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah Z menuju putting.
Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
Payudara dikeringkan
f). Hubungan Perkawinan / Rumah Tangga
- Secara fisik aman untuk memuli hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri, begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapa
saja, ibu siap.
- Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
sitri sampai masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g). Keluarga Berencana
- Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas
kesehatan dapat membatu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan
kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
- Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metoda amenore
laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru. Risiko cara ini ialah 2 % kehamilan.
- Meskipun beberapa metoda KB mengandung Risiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
- Sebelum menggunakan metoda KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu.
Bagaimana metoda ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya.
Kelebihan / Keuntungannya
Kekurangannya
Efek samping
Bagaimana menggunakan metoda ini
Kapan metoda ini dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang
menyusui.
- Jika seorang ibu / pasangan telah memilih KB tertentu, ada baiknya
untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada
yang ingin ditanyakan oleh ibu / pasangan itu dan untuk melihat apakah metoda
tersebut bekerja dengan baik.

D. BAYI BARU LAHIR (BBL) NORMAL


1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.
2. Ciri-ciri Bayi Normal
Berat badan 2500-4000 gram
Panjang badan lahir 48-52 cm
Lingkar dada 30-38 cm
Lingkar kepala 33-35 cm
Bunyi jantung dalam menit-menit pertama cepat kira-kira 180 kali/menit kemudian
menurun sampai 120-140 kali/menit.
Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit kemudian menurun
setelah tenaga kira-kira 40 kali/menit.
Kulit kemerah-merahan da licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa
Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
Kuku telah agak panjang lemas
Geitalia : Pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora
Pada laki-laki, tetis sudah turun
Refleks moro sudah baik, ila bayi dikagetkan akan memperlihatkan gerkan seperti
memeluk
Graff refleks sudah baik, apabila diletakan sesuatu benda diatas telapak tangannya bayi
akan mnggenggam.
Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24 pukul pertama, mekonium
akan kuning dansudah kecoklatan.

3. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir.


a. Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk
menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir diambil dari setelah
metabolisme asam lemak, bila karena sesuatu hal misalnya bayi aka menderita
hipoglikemia, misalnya pada BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM da lain-lainnya.
b. Perubahan Suhu Tubuh
Ketika bayi lahir, bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari pada suhu
didalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 0C maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi sebanyak 200 kali/Kg
BB/menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya.
Keadaa ini meyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 0C dakam waktu 15
menit, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan
oksigen meningkat.
c. Perubahan Pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat O 2 dari pertukaran gas melalui plasenta. setelah
bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan
pernapasan pertama ialah :
Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir
Penurunan PaO2 dan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak disinus karotis
Refleks defeksi hering breur
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir menjadi normal dalam waktu 30 detik
setelah kelahiran, tekanan rongga pada bayi pada saat melalui alan lahir pervaginam
mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80 sampai 100 ml)
kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut,sehingga cairan yang hilang diganti
dengan udara.
Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula.
Pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diafragmatik dan abdominal dan
biasanya masih tidak teratur rekwensi dan dalam pernapasannya.
d. Perubahan Sirkulasi
Dengan perkembangan paru-paru mengakibatkan tekanan O 2 meningkat dan tekanan
CO2 menurun, hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah dari artei
pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosis menutup.
Dengan mencuitnya artiri dan vena umbilikalis kemudian tali psat di potong. Aliran
darah dari plasenta melalui vena cava inferior dan voramen ovale terhenti. Sirulasi
janin sekarang berunah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.
e. Perubahan alat-alat pencernaan hati ginjal dan alat lainnya mulai berfungsi.
4. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
a. Asuhan Segera Bayi Baru lahir
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian bayi yang baru lahir akan
menunjukan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.

Aspek-aspek penting asuhan segera bayi baru lahir :


Menjaga agar bayi tetap sehat
Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin
Sambil menilai pernapasannya, letakan bayi dengan handuk diatas perut ibu
Dengan kain bersih dan kering atau kasa, lendir dan darah diusap dari wajah bayi untuk
mencegah jalan udaranya terhalang, pernapasan bayi diperiksa kembali
Sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas secara spontan dalam waktu 30
detik setelah lahir :
Bila bayi menangis atau nernapas (terlihat dari pergerakan dada paling sedikit 30
kali/menit), bayi dibiarkan dengan ibunya.
Bila bayi tidak bernapas dalam waktu 30 detik,segera mencari batuan dan mulai
langkah-langkah resusitasi
Klem dan potong tali pusat
Tali pusat diklem dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm dari pangkal
pusat (tinggalkan 1 cm diantara kedua klem tersebut)
Tali pusat di potong diantara kedua klem sambil melindungi bayi dengan tangan kiri
Mempertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. sarung tangan diganti
bila sudah kotor. memotong tali pusat dengan pisau atau gunting yang didesinfeksi
tingkay tinggi (DTT)

Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila sudah masih terjadi perdarahan dilakukan
pengikatan ulang yang lebih ketat.
Menjaga bayi agar tetap hangat
Memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
Megganti handuk atau kain yang basah, dan bayi dibungkus dengan selimut untuk
mencegah keluarnya panas tubuh
Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit
Apabila telapak kaki bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi
Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 0C bayi segera dihangatkan
Kontak dengan ibu
Bayi diberikan kepada ibunya secepat mungkin, kontak dini antara ibu dan bayi penting
untuk :
- Kehangatan mempertahankan panas bayi yang benar pada bayi baru lahir.
- Ikatan batin pemberian ASI
- Mendorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (degan menunjukan
refleks rooting).
Pernapasan
Sebagian besar bayi akan bernapas secara spontan. Pernapasan bayi sebaiknya
diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah
Penapasan dan warna kulit diperiksa setiap 5 menit
Jika bayi tidak segera bernapas dilakukan hal-hal berikut :
- Keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat
- Punggung bayi digosok dengan lembut

- Jika nelum mulai bernapas setelah 30 detik mulai resusitasi


- Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekwensi pernapasan kurang
dari 30 atau lebih daro 60 kali/menit) bayi diberi oksigen dengan kateter nasal atau
prongs
Perawatan Mata
Obat mata eritromicin ) 0,5 % atau tetrasiklin 1 % di anjurkan untuk mencegah
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu dibarikan
pada jam pertama setelah persalinan.
b. Kontak Dini Dengan Ibu
Dalam waktu 24 jam, bila bayi ridak mengalami ,asalah apapun berikanlah asuhan
berikut :
Lanjutkan pengamatan suhu tubuh bayi.
Pertahankan suhu tubuh bayi
- Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam da hanya setelah itu ika tidak
terdapat masalah medis dan jika suhunya 36,5 0C atau lebih.
- Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup
Pemeriksaan fisik bayi
Lakukan pemeriksaan fisik bayi yang lebih lengkap, ketika memeriksa bayi baru lahir
ingat butir-butir penting berikut :
- Dilakukan ditempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, menggunakan sarung tangan


dan bertindak lembut pada saat menangani bayi
- Melihat, mendengar dan merasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala dan
berlanjut secara sistematis manuju jari kaki
- Jika ditemukan faktor risiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang
diperlukan
- Rekam hasil pengamatan
Identifikasi bayi
Alat mengenal untuk memudahkan identifikasi bayi yang perlu dipasang setelah
pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif diberikan setiap bayi baru lahir dan harus
tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan
Perawatan lain-lain
Perawatan tali pusat
- Pertahankan sisa-sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar tekena udara dan
ditutupi dengan kain bersih secara longgar
- Popok dilipat dibawah sisa tali pusat
- Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan
keringkan betul-betul
- Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah, bayi diberi
imunisasi BCG, Polio, oral dan Hepatitis B

- Beri tahu orang tua agar merujuk bayi segera untuk perawatan lebih lanjut jika
ditemui tanda bahaya berikut :
Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali / menit
o Kehangatan terlalu panas ( > 38 0C atau terlalu dingin < 36 0C )
o Warna kuning (terutama 24 jam pertama), iru pucat memar
o Pemberian makanan : hisap lemah, mengantuk berlebihan banyak muntah
o Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan bau busuk, berdarah
o Infeksi : Suhu meningkat, mertah, bengkak, keluar cairan (nanah) bau busuk,
pernapasan sulit
o Tinja / kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja cair sering, warna hijau tua, ada
lendir atau darah pada tinja
o Aktifitas : menggigil atau tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung, lemas atau
terlalu mengantuk, lunglai, atau kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, menangis
terus menerus
Mengajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian untuk
bayi baru lahir
- Memberi Asi sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam)
mulai dari pertama
- Pertahankan agar bayi selalu dengan ibunya

- Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering dengan mengganti popok dan
selimut sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin
- Jaga tali pusat dalam keadaan baik dan kering
- Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
- Pegangklah sayangi dan nikmati kehidupan nrrtsama bayi
- Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit infeksi
- Ukur suhu tubuh bayi.

BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANC, INC, dan PNC

Nama : Ni ketut Ekayani


Nim : 105080022
Tgl Pengkajian : 21 September 2010
Tempat : BPS

A. PENGKAJIAN
1. Biodata (Data Subjektif)
Nama Ibu : Ny.S
Umur : 27 Tahun
Suku/Kebangsaan : Kaili/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : URT
Alamat Rumah : jl.garuda

No.125 58

Nama Suami : Tn. L


Umur : 30 Tahun
Suku/Kebangsaan : Kaili/Indonesia B. Anamnesa :
Agama : Islam Pada tanggal : 21
Pendidikan : SMU September 2010
1. Pekerjaan : Wiraswasta Keluhan utama : Ibu mengatakan
Alamat Rumah : jl.garuda hamil 7 bulan , anak ke dua dengan
keluhan merasa pusing dan mual-mual
2. Riwayat keluhan: Ibu mengatakan
keluhan di rasakan sejak beberapa hari
yang lalu
3. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 13 th
b. Siklus : 28 30 hr
c. Lamanya : 7 hari
d. Banyaknya : 3x ganti softex
e. HPHT : 20 03 2010
f. Dismenerhoe : Kadang-kadang
g. Gangguan sewaktu menstruasi : Tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali
Usia kawin pertama 12 tahun
5. Riwayat kehamilan dan persalinan :
a. Jumlah kehamilan dan persalinan : GII PI A0
b. Golongan darah : O
c. Riwayat persalinan
- Jarak kelahiran : 3 tahun
- Tempat melahirkan : di Rumah
- Cara melahirkan : SPT LBK
6. Riwayat Kelahiran anak
No. Kehamila Persalin JK BB Penolong
n an
1. Aterm SPT 2600 gr Bidan,
LBK (di rumah)

2. Hamil
sekarang
5. Riwayat Ginekologi : Tidak ada
6. Riwayat Keluarga berencana
- Jenis kontrasepsi : Suntikan
- Efek samping : Tidak ada
- Lama menggunakan : 3 tahun
7. Riwayat kehamilan sekarang
- HPHT : 20 03 2010
- Keluhan : Pusing dan mual
8. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
9. Riwayat perilaku kesehatan :
Ibu tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, minum-minuman
beralkohol, dan tidak merokok.
10. Riwayat psikologis :
Pola kegiatan sehari-hari :
a. Nutrisi
Pola makan : 3 x sehari
Jenis makanan : Nasi + sayur + lauk
Pola minum : 6 8 gelas / hari
Makanan tambahan : Susu + Roti
Makanan pantang : Tidak ada
b. Pola Eliminasi
BAK : 6x sehari
BAB : 1 x sehari
c. Pola istirahat
Tidur siang : 13.00 - 14.00
Tidur malam : 22.00 - 05.00
d. Hygiene perorangan
Mandi : 2 kali sehari dengan sabun lifebuoy
Sikat gigi : 2 kali sehari dengan Pepsodent
Cuci rambut : 3 kali seminggu dengan Shampoo Clear
11. Keadaan sosial Budaya :
Ibu menjalin hubungan yang baik antara sesama keluarga, dan masyarakat. Keluarga
senang tehadap kehamilannya, karena kehamilan ini sudah direncanakan.

C. Pemeriksaan Fisik (Data objektif)

1. Keadaan umum : Baik


2. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Denyut nadi : 84 x/mnt
- Pernafasan : 20 x/mnt
- Suhu tubuh : 36 oC
- TB : 155 cm
- BB : 63 kg
- LILA : 26 cm
3. Muka
Kelopak mata : Tidak odema
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterus

4. Mulut dan gigi : Tidak ada stomatitis

5. Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran


6. Dada : Simetris Ki / Ka

7. Jantung : Normal

8. Paru : Normal

9. Payudara

Pembesaran : Ada
Puting susu : Menonjol
Simetris : Ya
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : belum ada
Rasa Nyeri : Tidak ada

10. Punggung dan pinggang : Tidak ada rasa nyeri

11. Posisi tulang belakang : Lordosis gravidarum

12. Ekstremitas atas dan bawah

Edema : Tidak ada


Varices : Tidak ada
Refleks Patella : (+) kanan dan kiri

13. Abdomen :

Pembesaran : Ada, sesuai umur kehamilan


Benjolan : Tidak ada
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari atas pusat
Leopold II: PU Ka
Leopold III : Pres Kep

Leopold IV :
Auskultasi
BJF : Ada
Frekuensi : 128 x/mnt
Teratur/tidak : Teratur

D. Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 10,4 gr %

II. INTERPRESTASI DATA :


Diagnosa : Ny. S umur 27 tahun, GII PI AO janin tunggal hidup, intra uterin dengan
UK 28 minggu
ta Subjektif (DS) : : - Ibu mengatakan datang ke klinik untuk memeriksakan
kehamilannya
- Ibu mengatakan hamil 7 bulan
- Ibu mengatakan hamil anak ke-2, dan tidak pernah keguguran
- Ibu mengatakan merasa pusing
- Ibu mengatakan haid terakhir tgl 20 03 2010
- Ibu mengatakan pergerakan janin pertama kali umur kehamilan 20 minggu
- Ibu mengatakan pergerakan janin dalam 24 jam terakhir aktif, sering
Data Objektif (DO) :
- TP : 27 12 2010 tanggal 22 2 - 2006
- Palpasi
eopold I : TFU 3 jari atas pusat
eopold II : PU Ka
Leopold III : Pres Kep

Leopold IV :
- Auskultasi
JF : Ada
rekuensi : 128 x/mnt
eratur/tidak : teratur
Masalah : Tidak ada
Dasar :
- Ibu mengatakan merasa kurang nyaman dengan keadaanya.
Ibu mengatakan hamil 7 bulan
Ibu mengatakan hamil yang ketiga, dan tidak pernah keguguran
Kebutuhan :
Informasi tentang ibu dan janinnya saat ini

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada
Masalah potensial :
Tidak ada
IV. TINDAKAN SEGERA :
Tidak ada
V. RENCANA :
1. Lakukan pemeriksaan pada ibu
2. Dengarkan DJJ
3. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
4. Beri HE dan motivasi agar ibu dapat melakukan ANC secara teratur selama hamil
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup 8 10 jam
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi
7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 90 tablet selama hamil
8. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe bersamaan dengan Vitamin C atau jeruk
9. Beri terapi sesuai dengan keluhan yang dirasakan oleh i
VI. IMPLEMENTASI :
1. Melakukan pemeriksaan pada ibu (Pemeriksaan Leopold)
2. Mendengarkan DJJ
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
4. Memberi HE dan motivasi agar ibu dapat melakukan ANC secara teratur selama
hamil.
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup 8 10 jam
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 90 tablet selama hamil
7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe bersamaan dengan Vitamin C atau
jeruk
8. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
9. Memberikan terapi kepada ibu sesuai dengan keluhan yang dirasakan
Antacid 3 x 1
Vit B6 3 x 1
Vit Bcomp 3 x 1
Calk 1 x 1
VII. EVALUASI
Tanggal 21 September 2010 pukul 10.00
1. Keadaan umum : Baik
2. TTV Ibu
TD : 110/70 mmHg S : 360 C
N : 84 x/menit R : 20 x/menit
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari atas pusat
Leopold II : PU Ka
Leopold III : Pres Kep

Leopold IV :

KONSEP DASAR
PRE EKLAMPSI BERAT (PEB)

A. PENGERTIAN
Klasifikasi hipertensi kehamilan yang paling umum dipakai saat ini (Consensus Report,1990) adalah :
Preeklampsia-eklampsia
- Ringan
- Berat
Hipertensi Kronis (sudah ada sebelum hamil)
Hipertensi kronis dengan preeclampsia-eklampsia
Hipertensi sementara
Preeklamsi berat (PEB) merupakan suatu penyakit vasospastik yang melibatkan banyak sistem dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi, proteinuria dan terkadang disertai edema kaki dan tangan.
Preeklampsi berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
(tekanan darah) 160/110 mmHg atau lebih yang disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.

B. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari Preeklampsi berat (PEB) masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan
ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia berat. Faktor-faktor tersebut antara lain, gizi
buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.

Adapun faktor resiko dari Preeklampsia Berat :


1. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua
2. Riwayat keluarga dengan preeclampsia atau eklampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Ibu hamil dengan usia < 18 tahun atau lebih > 35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan darah tinggi)
6. Kehamilan kembar
7. Kehamilan mola
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi preeklampsi berat setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan.
Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi:
- Peningkatan volume plasma darah
- Vasodilatasi
- Penurunan resistensi vascular sistemik (systemic vascular resistance)
- Peningkatan curah jantung
- Penurunan tekanan osmotik koloid
Preeklampsi berat adalah suatu keadaan hiperdinamik dimana ditemukan hipertensi dan proteinuria akibat
hiperfungsi ginjal . Pada preeclampsia berat, volume plasma yang beredar menurun, sehinga terjadi hemokonsentrasi
dan peningkatan hematokrit maternal. Terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air .
Menyebabkan perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik
menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal
menurun. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik,
sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Kenaikan berat
badan dan edema yang belum diketahui sebabnya, ada yang mengatakan disebabkan oleh retensi air dan garam
akibatnya penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial. Proteinuria disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mochtar,1993:220). Hubungan antara system imun dengan
preeclampsia berat menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi berpengaruh dalam perkembangan preeklampsia.
Keberadaan protein asing, plasenta,atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut. (Easterling dan
Benedetti 1989)

D. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIK)


Adapun manifestasi klinik Preeklampsia Berat :
PREEKLAMPSIA BERAT
EFEK PADA IBU
Tekanan darah Peningkatan menjadi 160/110 mmHg dua kali
pemeriksaan dengan jarak 6 jam pada ibu
hamil yang beristirahat di tempat tidur.

MAP 160/110=127
Peningkatan berat badan Peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga
atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba
sebesar 2kg setiap kali
Proteinuria Proteinuria 5 sampai 10g/dL dalam 24 jam atau
Dipstik Kualitatif + 2 protein dengan dipstick
Analisi kuantitatif 24 jam

Edema Edema umum, bengkak semakin jelas di


mata,wajah,jari,bunyi paru (rales) bisa
terdengar.
Refleks Hiperefleksi +3 atau lebih; klonus di
pergelangan kaki
Haluaran urine Oliguria: <30ml/jam atau 120ml/4jam
Nyeri kepala Berat
Gangguan penglihatan Kabur, fotofobia,bintik buta pada funduskopi
Iritabilitas/afek Berat
Nyeri ulu hati Berat
Kreatinin serum Meningkat
Trombositopenia Ada
Peningkatan AST Jelas
Hematokrit Menigkat
EFEK PADA JANIN
Perfusi plasenta Perfusi menurun dinyatakan sebagai IUGR
pada ferus, DJ:deselerasi lambat
Prematur plasenta Pada waktu lahir plasenta terlihat lebih kecil
daripada plasenta yang normal untuk usia
kehamila, premature aging terlihat jelas dengan
berbagai daerah yang sinsitianya pecah,
banyak terdapat nekrosis iskemik(infark putih),
dan deposisi fibrin intervilosa (infark merah)
bisa terlihat.
Gejala-gejala subjektif yang dapat dirasakan pada preeklampsia berat adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kepala: jarang ditemukan pada kasus ringan tetapi akan sering terjadi pada kasus-kasus yang berat. Nyeri
kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa.
2. Nyeri Epigastrium: merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat. Keluhan ini disebabkan
karena tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
3. Gangguan penglihatan: Keluhan penglihatan tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial,iskemia, dan edema
pada retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina.
4. Sakit kepala yang berat.
5. Perubahan pada refleks.
6. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali.
7. Ada darah pada air kencing.
8. Pusing.
9. Mual dan muntah yang berlebihan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Urin : protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin
- Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin
- USG

F. DIAGNOSIS BANDING
1. Kronik hipertensi kehamilan
2. Kehamilan dengan sindrom nefrotik
3. Kehamilan dengan payah jantung

G. PENTALAKSANAAN PREEKLAMPSI BERAT (PEB)


Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan dibagi
menjadi :
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.

PERAWATAN AKTIF
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment (NST
& USG).
- Indikasi (salah satu atau lebih)
a. ibu
usia kehamilan 37 minggu atau lebih
adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
medikasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medicinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan)
b. Janin
Hasil fetal assessment jelek (NST & USG)
Adanya tanda IUGR
c. Laboratorium
Adanya HELLP syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)

- Pengobatan Medisinal
Pengobatan medicinal pasien preeclampsia berat yaitu :
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflex patella setiap jam.
3. Infuse dekstrosa 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infuse RL (60-125cc/jam) 500 cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka.
Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
8. Antihipertensi diberikan bila :
Desakan darah sistolik lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik
kurang dari 105 mmHg karena akan menurunkan perfusi plasenta.
Dosis hipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya
Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral, catapres
injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infuse atau catapress disesuaikan dengan tekanan
darah.
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
9. Kardiotonika
Indikasi bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
10. Lain-lain
Konsul bagian penyakit dalam (jantung, mata)
Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.
Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali
saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.

- Pemberian Magnesium Sulfat


Cara Pemberian magnesium sulfat :
1. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20 % dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan
MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gram di bokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan
jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung
adrenalin pada suntikan IM.
2. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan
4 gram IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3. Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3
menit.
Reflex patella positif kuat
Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam)
4. MgSO4 dihentikan bila :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, reflex fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu,
depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernapasan
karena ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada
kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi
kematian jantung.
Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat :
- Hentikan pemberian magnesium sulfat
- Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV
- Berikan oksigen
- Lakukan pernafasan buatan
Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensif).
- Pengobatan Obstetrik
Cara Terminasi Kehamilan yang belum Inpartu :
1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring
2. Seksio sesaria bila :
Fetal assessment jelek
Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.
Cara Terminasi Kehamilan yang Sudah Inpartu :
Kala I
1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
2. Fase aktif :
Amniotomi saja
Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan
tetesan oksitosin).
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin
dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau
kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.

PERAWATAN KONSERVATIF
- Indikasi : bila kehamilan pre term kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia dengan
keadaan janin baik.
- Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4
tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong
kanan.
- Pengobatan Obstetri :
Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan
terminasi.
MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus diterminasi.
Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
- Pasien dipulangkan bila :
Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda pre eklamsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari
Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat
sebagai pre eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : atonia uteri, sindrom HELLP, ablasio retina, KID (Koagulasi
Intravaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian.

I. Pencegahan Preeklampsi Berat (PEB)


Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsi terutama preeklampsi berat (PEB). Beberapa
penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium)
atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic, aspirin) dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklampsi.

J. REFERENSI
1. Angsar M, Dikman. 1984. Hipertensi dalam kehamilan Simposium Era baru pengobatan gagal jantung dan
hipertensi. Surabaya.
2. Angsar M, Dikman. 1985. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Sat Gas Gestosis POGI
Edisi I : Surabaya
3. Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kodekteran. Media Aesculapius : Jakarta
4. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta
5. Pritchard, Mac Donald. 1991. Obstetri Wiliams. Airlangga University Press : Surabaya
6. Sumampouw. 1994. Pre Eklampsia. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RS Dr. Soetomo 1994

A. definisi

Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai kejang
dan atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeclampsia-eklampsia adalah
timbulnya preeclampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi.

B. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Sebab eklampsia belum diketahui pasti, tapi ada beberapa
teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering
dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:

1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsia dan eklampsia terdapat kerusakan pada endotel vaskuler sehingga terjadi penurunan
produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

2. Peran Faktor Immunologis

Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal
ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

3. Peran Faktor Genetik/Familial

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetic pada kejadian

PE-E antara lain:

a. Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia.

b. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak-

anak dari ibu yang menderita PE-E.

c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu ibu

hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.

4. Peran Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS)

C. Manisfestasi klinis

Diagnosis preeclampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan
yang berlebihan, edema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi
kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah 140 mmhg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau
tekana diastolic > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada
trimester kedua yang lebih dari 85mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeclampsia. Proteinuria bila
terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau
2; atau kadar protein 1 gt/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Disebut preeclampsia berat bila ditemukan gejala berikut:

Tekanan darah sistolik 169 mmHg atau diastolic 110 mmHg

Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup

Oliguria (< 400 ml dalm 24 jam)

Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan

Edema paru atau sianosis

Trombositopenia

Pertumbuhan janin terhambat

Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gajala-gejala preeclampsia disertai kejang atau koma.
Sedangkan, bila terdapat gejala preeclampsia berat disertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala
hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan tekanan darah yang progresif,
dikatakan pasien tersebut menderita impending preeclampsia. Impending preeclampsia ditangani sebagai
kasus eklampsia.

D. patofisiologi

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit.
Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme
merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran
darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh
yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal
ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis
Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis PEE. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer
resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat
endotel. Selain itu, adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi
uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan
merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan
peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel.

Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak
jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu,
dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stress oksidatif.
Pada PEE serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak.
Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan
lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai ke semua komponen sel yang dilewati termasuk selsel
endotel yang akan mengakibatkan rusaknya selsel endotel tersebut. Rusaknya selsel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain

a) Adhesi dan agregasi trombosit.

b) Gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma.

c) Terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari

rusaknya trombosit.
d) Produksi prostasiklin terhenti.
e) Terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
f) Terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak

E. pemeriksaan penunjang

1. Urin: protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.

2. Darah: trombosit, ureum, kreatinin, SGOT,LDH dan bilirubin

3. USG

F. Kriteria diagnosis

Preeklampsia berat

Apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu/ lebih gejala/tanda di

bawah ini:

1.Tekanan darah > 160/110 dengan syarat diukur dalam keadaan relaksasi (pengukuran minimal setelah
istirahat 10 menit) dan tidak dalam keadaan his.

2. Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.

3. Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan kreatinin

plasma.
4.Gangguanvisusdanserebral.
5.Nyeriepigastrium/hipokondriumkanan.
6.Edemaparudansianosis.
7.Gangguanpertumbuhanjaninintrauteri.
8. Adanya Hellp Syndrome (hemolysis, Elevated liver enzyme, Low Platelet

count).

Apabila pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri daerah epigastrium, mual atau muntah- muntah sering merupakan petunjuk terjadinya
impending eklampsia. Jika keadaan ini tidak segera ditanggulangi maka akan timbul kejang. Kejang pada
eklampsia dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu:
1. Tingkat awal atau aura

Keadaan ini berlangsung sekitar 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan
bergetar dan kepala diputar kekanan atau kekiri.

2. Tingkat kejangan tonik

Berlangsung 30 detik. Pada tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan
menggenggam dan kaki bengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, wajah menjadi sianotik dan lidah dapat
tergigit. Stadium ini akan disusul oleh tingkat kejangan klonik.

3. Tingkat kejangan klonik

Berlangsung antara 1-2 menit. Spasme tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol

Dari mulut keluar lidah yang berbusa, wajah menunjukkan kongesti dan

sianotis. Setelah kejang terhenti, pasien bernafas dengan mendengkur.

4. Tingkat koma

Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan penderita

biasa menjadi sadar lagi.

5. Komplikasi

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah

melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia.

Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia

berat dan eklampsia :

1. Solutio Plasenta, Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan

lebih sering terjadi pada preeklampsia.

2. Hipofibrinogemia, Kadar fibrin dalam darah yang menurun.

3. Hemolisis, Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan

plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah.

4. Perdarahan Otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian

maternal penderita eklampsia

5. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung

selama seminggu.

6. Edema paru, pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit
jantung.

7. Nekrosis hati, nekrosis periportan pada preeklampsia, eklamsi merupakan

akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia.

8. Sindrome Hellp,Hemolysis, elevated liver enymes dan low platelete.

9. Kelainan ginjal, kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial
tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

10. Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-

kejang preumania aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)

11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uteri.

G. penatalaksanaan

Penanganan preeclampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12
jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.

1. PEB

Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan normal, dan
melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.

Rawat RS

Berikan MgSO4 dalm infuse dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal
MgSO4 IV dalam 10 menit selanjutnya 2G/jam dalm drip infuse sampai tekanan darah stabil (140-
150/90-100mmHg). Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan atau hentikan bila 6 jam pasca
persalinan ada perbaikan nyata ataupun ada tampak tanda-tanda intoksikasi. Syarat pemeberian
MgSO4 adalah reflex patella kuat, frekuensi pernapasan >16 kali, dan dieresis >100 cc dalm 4 jam
sebelumnya (0,5 ml/kg BB/jam). Harus tersedia antidote MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% yang
dapat segera diberikan secara Iv selama 3 menit. Selama pemberian MgSO4 perhatikan tekanan
darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.

Berikan nifedipin 3-4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan diastolic belum turun sampai 20%,
berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksimum 80mg/hari). Bila tekanan diastolic meningkat 110
mmHg, berikan tambahan sublingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam,
kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100mmHg). Bila sulit dikendalikan, dapat
dikombinasikan dengan pindolol.

Periksa tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter dan kantong urin. Ukur urin
setiap 6 jam. Bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 gram/jam.

Dilakukan USG dan karidotografi (KTG). Pemeriksaan KTG diulangi sekurang-kurangnya 2 kali/24
jam.

Penaganan aktif bila kehamilan 35 minggu, ada tanda-tanda impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif, ada tanda gawat janin atau pertumbuhan janin terhambat, dan sindrom HELLP.

Berikan diuretic bila ada edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka, berupa
furosemid 40 mg. oksigenasi 4-6 L/menit. Periksa gas darah secara berkala untuk koreksi asidosis.
Berikan antipiretik bila suhu rectal diatas 38,5C dan dibantu kompres dingin. Antibiotic diberikan
atas indikasi

Lakukan treminasi kehamilan secara seksio memakai anastesi umum N2O mengingat keuntungan
relaksasi sedasi pada ibu dan dampaknya relative kecil bagi janin. Bila dari pemeriksaan lab tidak
ada tanda KID, dapat dilakukan anastesi epidural atau spinal.anastesi lokal diperlukan pada indikasi
treminasi segera dengan keadaan ibu kurang baik.

1. Eklampsia

Berikan O24-6 L/menit

Pasang infuse dextrose 5% 500 ml/6 jam dengan kecepatan 20 tetes per menit

Pasang kateter urin

Pasang goedel atau spatel

Bahu diganjal kain setebal 5cm agar leher defleksi sedikit.

Posisi tempat tidur dobuat fowler agar kepala tetap tinggi

Fiksasi pasien dengan baik agar tidak jatuh

Berikan MgSO4 IV kemudian 2 G/jam dalam drip infuse desktrose 5% untuk pemeliharaan sampai
kondisi atau tekanan darah stabil (140-150 mmHg). Bila kondisi belum stabil obat tetap diberikan.
Alternative lain antikonvulsan adalah amobarbital, atau fenobarbitak atau diazepam.

Pada pasien koma, monitor kesadaran dengan skala GCS

Berikan asupan kalori sebesar 1500 kal IV atau dengan selang nasogastrik dalam 24 jam perawatan
selama pasien belum dapat makan akibat kesadaran menurun

1. Penanganan kejang

Berikan obat antikonvulsan

Perlengkapan untuk menangani kejang (jalan naps, sedotan, masker oksigen, oksigen)

Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

Asprasi mulut dan tenggorokan

Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk mengurangi aspirasi

Beri O2 4-6 L/menit

1. Antihipertensi

Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan
darah turun
Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2 jam.

Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:

o Nifedipine 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5mg
sublingual

o Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20
mg IV.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim2006.Preeklampsia-Eklampsia.Available from:http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?
option=com_content&task=view
&id=421. (Accessed: 2008, Desember 16).

Anonim 2008. Pregnancy-induced Hypertension. Available from :


http://www.scribd.com/doc/7135005/Pregnancy-Induced-Hypertension-Nursing-Diagnosis-NANDA.
(Acessed : 2010, August 31st)

Darmawan, Iyan. 2008. Paradigma baru dalam terapi cairan rumatan untuk pasien kebidanan. Available
from:http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=57&lang=id.
(Accessed: 2008, Desember 16).

Sudhaberata, K. 2001. Penanganan Preeklampsia Berat dan Eklampsia. Cermin

dunia kedokteran 133, Cermin Dunia Kedokteran No.133; hal: 26-30.

Wiknjosastro, H. 2005. Preeklampsi dan Eklampsi dalam Ilmu Kebidanan. Edisi

ke 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta

1. PENGERTIAN

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK UNPAD, Obstetri
Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram

(Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media
Aesculapius).

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat janin
kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, h1m:260
FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).

2. ETIOLOGI

Peryebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor sebagai
berikut:

a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi.


Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:

1) Faktor kromosom.

Gangguan terjadi sejak sernula pertemuan kromosom, terinasuk kromosorn seks.

2) Faktor lingkungan endometritum.

Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil konsepsi.

Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

3) Pengaruh luar

Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.

Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.

b. Kelainan pada plasenta

1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.

2) Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.

3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.

c. Penyakit ibu

Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta:

1) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis.

2) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter.

3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes melitus.

d. Kelainan yang terdapat dalam rahim

Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma
uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks
(konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

3. MANIFESTASI KLINIS

a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal
atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai hasil konsepsi.

d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.

e. Pemeriksaan ginekologis.

1) Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam

2) Inspeksi perdarahan pada kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup.

3) Colok vagina porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri.

4. PATOFLOW
Terlampir

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Keguguran atau abortus yang dibahas adalah yang terjadi spontan dan bukan keguguran buatan. Dugaan
keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut:

Terdapat keterlambatan datang bulan.

Terjadi perdarahan.

Disertai sakit perut.

Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi.

Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif.

Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi:

a. Pemeriksaan fisik berfariasi tergantung jumlah perdarahannya.

b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri:

1) Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan.

2) Tinggi dan besamya sudah rnengecil.

3) Fundus uteri tidak teraba diatas simfisis.

c. Pemeriksaan dalam:

1. Servik uteri masih tertutup.

2. Servik sudah terbuka dan dapat diraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau kanalis
servikalis.

3. Besarnya rahim (uterus) telah mengecil.


4. Kensitensinya lunak.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat ditetapkan diagnosis klinik keguguran (abortus):

Abortus imminen

Abotus insipien

Abortus inkompletus/komplettus

Abortus infeksiosus atau septik

Habitual abortus

Missed abortion.

6. PENATALAKSANAAN

a. Abortus imminen

Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan merangsang mekanik berkurang.

Tes kehamilan dapat dilakukan.

Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.

Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi.

Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.

b. Abotus insipien

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan dengan pengosongan uterus
memakai kuret vakUun atau cunam abortus.

Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5% 500 ml
dimulai 8 tetes permenit.

Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin.

Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.

c. Abortus inkompletus

Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi atau RL dan selekas
mungkin di tranfusi darah.

Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuscular.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.

Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

d. Abortus kompletus

Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.

Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfuse darah.

Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

e. Abortus infeksiosus atau septik

Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit

Penangulangan infeksi

Tingkatkan asupan cairan.

Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.

Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi
perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.

f. Habitual abortus

Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.

Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin mineral. Pembatasan obat-obatan
yang diketahui mempuyai pengaruh jelek kepada janin.

Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional yang tenang, dan menghilangkan
rasa cemas.

g. Missed abortion.

Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan
kuret tajam:

Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.

Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12
jam lalu lakukan dilatasi serviks dengan dilatator hegar.

Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5 mg lain infuse oksitoksin 10 iu
dalam dekstrose 5 % sebanvak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada kontraksi
uterus. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan
garam 20 % dalam kavum uteri melalui dinding perut,
7. KOMPLIKASI

Komplikikasi utama dapat mencakup :

Hemoragi

Syok

Renal Failure (faal ginjal rusak)

Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis

. DEINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan,
sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah berakhirnya
kehamilan yang ditandai dengan keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu

B. ETIOLOGI
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom terutama trisomi autosom dan monosomi X, lingkungan
sekitar tempat implantasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan
alcohol
b. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV
c. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks dan retroversion
uterus
d. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
(Mitayani, 2009)

C. MANIFESTASI KLINIS
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per vaginam
setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
(Mitayani, 2009)

Secara umum terdiri dari:

a. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.


b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
Sedangkan secara khusus, tanda dan gejala abortus Inkomplit adalah:

a. Perdarahan yang banyak atau sedikit serta memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
e. Serviks masih membuka
f. Kadang-kadang teraba jaringan di dalamnya

Menurut Mansjoer, 2001

a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu


b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus.

D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari
vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari
ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.
d. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

F. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta
mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi
khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung amnion kosong
atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak
dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola
krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan
karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat
lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas,
tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
(Sarwono, 2006)

G. KLASIFIKASI
1. Abortus Imminens (abortus mengancam/threatened abortion)
Proses awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih
tertutup dan hasil konsepsi/ janin masih baik didalam uterus
Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.
Pada abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.
Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.
Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dengan
gerakan janin
Jika sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau
laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan/ tindakan.

Tanda dan Gejala Abortus Imminiens, meliputi:


Perdarahan sedikit/bercak
Kadang disertai rasa mules/kontraksi.
Periksa dalam belum ada pembukaan.
Palpasi: tinggi fundus uteri sesui usia kehamilan.
Hasil test kehamilan (+)/positif.
2. Abortus Insipiens (disebut juga sebagai abortus sedang berlangsung/ inevitable abortion)
Proses abortus yang sedang berlangsung dan tindak dapat lagi dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium uteri
eksternum, selain perdarahan (Achadiat, 2004)
Abortus yang sedang berlasung dan tidak dapat dipertahankan lagi kehamilannya, yang dapat berkembang menjadi
abortun inkomplit/ komplit.
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri.
Kondisi ini menujukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit/komplit.
(Saefuidin AB, 2006)
Perdarahan pervaginam, dimana dapat timbul rasa nyeri di daerah perut bawah dan panggul, serviks mulai mebuka
dan hasil konsepsinya menjulur kenanalis serviks. (Moegni, 1987)

Tanda dan gejala:

Perdarahan banyak disertai bekuan


Mulas hebat (kontraksi makin lama makin dan makin sering)
Ostium uteri sternum mulai terbuka (serviks terbuka)
Pada palpasi: tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan

3. Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Prawirohardjo, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri melai kanalis
servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
Ostium uteri sternum atau serviks terbuka
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari
eksternum atau sebagian jaringan
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok

4. Abortus Komplit
Prosesus abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat, 2004)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saefudin AB,
dkk, 2006)

Tanda dan gejala:


Perdarahan banyak
Mulas sedikit atau tidak (kontraksi uterus)
Osteo uteri telah menutup
Uterus sudah mengecil ada keluar jaringan, sehingga tidak ada sisa dalam uterus
Diagnosis komplit ditegakan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya

5. Missed Abortions
Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat dihindari (James L. Lindsey,
MD, 2007)
Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut bertahan dalam uterus
selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
Adannya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau retensi hasil
konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari kehamilan (Pilliter, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih
(Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
Gejalanya seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang
Denyut jantung janin tidak terdengar
Mulas sedikit
Ada keluaran dari vagina
Uterus tidak membesar tetapi mengecil
Mammae agak mengendor/payudara mengecil
Amenorhoe berlangsung terus
Tes kehamilan negative
Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan
Biasanya terjadi pembekuan darah

6. Abortus Infeksius dan Abortus Septik


Abortus infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang diperoleh dari luar
rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah sakit.
Abortus septic adalah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, dimana pasien telah masuk dalam
keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus septic ini cukup tinggi (sekitar 60%). (Achadiat,
2004)
Abortus infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi genitalia, sering dikaitkan
dengan tindakan abortus tidak aman sehingga dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Abortus septic adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman/toksin, septic syok bacterial dan
gagal ginjal akut.
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital.
Abortus septic adalah keadaan yang lebih parah dari abortus infeksius karena disertai dengan penyebaran kuman
atau toksinnya kedalam peredaran darah dan peritoneum, sehingga dijumpai adanya tanda peritornitis umum atau
sepsis dan disertai dengan syok.
Tanda dan gejala:
Kanalis servikalis terbuka
Ada perdarahan
Demam
Takikardia
Perdarahan berbau
Uterus membesar dan lembek
Nyeri tekan
Leukositosis

7. Abortus Habitualis/Recurent Abortion


Abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih oleh sebab apapun. (Achadiat, 2004)
Abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih secara berturut, penyebab tersering karena factor hormonal. Istilah
abortus habitualis masih digunakan untuk menjelaskan pola abortus yang terjadi.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada pasien abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun
kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan.Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi,
syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi
darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa
ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena diperlukan uterus biasanya luas, mungkin pula
terjadi pada kandungan kemih atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperelunya
guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus
inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortus).

4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang terarah mengenai riwayat suami istri
dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis maupun laboratorik.Apabila abortus terjadi pada trimester pertama atau
kedua juga penting untuk diperhatikan.Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak fakor yang harus dicari sesua
kemungkinan etiologi dan mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-
faktor penyebab lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya tumor mioma
uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks. Tahap-tahap penatalaksanaan tersebut meliputi:
Riwayat penyakit dahulu:
a. Kapan abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah penyebab mekanis
yangn menonjol.
b. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
c. Infeksi ginekologi dan obstetri.
d. Gambaran asosiasi terjadinya antiphospholipid syndrome (thrombosis, fenomena autoimun, false positive
test untuk sifilis).
e. Factor genetic antara suami istri (consanguinity)
f. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang berkaitan dengan kejadian
abortus atau pun partus prematurus yang kemudian meninggal.
g. Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.

Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik secara umum
b. Pemeriksaan ginekologi
c. Pemeriksaan laboratorium:
1. Kariotik darah tepi kedua orangtua
2. Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
3. Biopsy endometrium pada fase luteal
4. Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid
5. Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
6. Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
7. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan serviks (myocoplasma, ureaplasma, chlamydia) bila
diperlukan.
2. Penatalaksanaan Medis
Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu dengan riwayat abortus
berulang-ulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio internal uterine yang baik perlu diberikan pada
ibu hamil.Kenali kemungkinan terjadinya anti fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk membantu pemantauan kelangsungan
kehamilan sampai pemberian USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk monitoring kehamilan dini adalah
pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai kehamilan ini tidak mengalami abortus.Pada keadaan embrio
tidak terdapat gerakan jantung janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil
konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum -fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu. Pemeriksaan kariotip dari
buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya
kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang sesuai.Pengobatan
disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan
berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi imunologi.Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-
obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif harus dikerjakan
secara bertahap baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan endokrin, infeksi, factor imunologi,
antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau imunomodulator perlu diberikan secara berurutan.Hasil ini
merupakan suatu pekerjaan yang berat dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.

PECAH DINI (KPD)

A. TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang
sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau
tanpa kontraksi.(mitayani,2011.buku keperawatan maternitas,hal:74)
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktu nya melahirkan,hal ini dapat
terjadi pada akhirnya kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan,(sujiyati,2009,asuhan patologi
kebidanan,hal:13)
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai,pada usia
kurang dari 37 minggu.(errol norwiz,dan john,obstetric dan ginekologi,2007,hal:56)
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas adalah
Ketuban pecah dini adalah pecah/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan,dan sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu,dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.
2. Etiologi
a. Persalinan prematur
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
d. Faktor yang mengabitkan kerusakan serviks
1) Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik, LEEP, dan sebagainya
2) Peningkatan paritas yang memnungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran sebelumnya
3) Inkompeteni serviks
e. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih

f. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat ibu


1) Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
2) Penambahan berat badan sebelum kehamilan
g. Merokok selama kehamilan
h. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda
i. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.(buku obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan)
3. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi uterus dan
atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C
yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan
produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janinyang ditemukan
dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk
kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian
prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya ketuban pecah
dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon
untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal komensal
dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan
tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa
manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri
atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan
makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator
plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban
pecah dini.(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)
4. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ktuban merembes melalui vagina,aroma air ketuban berbau amis
dan tidak seperti bbau amoniak,mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan cirri pucat
dan bergaris warna darah,cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran.tetapi bila anda duduk atau berdiri,kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal
atau menyambut kebocoran untuk sementara.
Demam ,bercak vagina yang banyak ,nyeri perut ,denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi.(buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:14)
5. Penatalaksanaan
A. Pencegahan
1. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bakterial
2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi atau berhenti.
3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada faktor predisposisi.
B. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa mereka
harus segera melapor bila ketuban peccah.
1. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
a. Letak kepala selain verteks
b. Polihdramnion
2. Herpes aktif
3. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya
C. Bila ketuban telah pecah
1. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya pecahnya ketuban
2. Bila robekan ketuban tampak kasar :
a. Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan dari vagina.
b. Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk mengkaji ferning dibawah
mikroskop.
c. Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji diagnostik bila pasien
sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan
pervagina menggunakan jeli K-Y.
3. Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan pemeriksaan pekulum steril.
a. Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
b. Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning
dubawah mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.
D. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina , kecuali spekulum steril ;
jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu , tetap pantau pasien dengan ketat.
1. Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan / atau mencapai 38 0 C ,
berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikankan.
2. Observasi rabas vagina : bau menyengat menyengat, purulen atau tampak kekuningan menunjukan adanya
infeksi.
3. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun
E. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat diberikan setelah
konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV , pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi, kaji nilai bishop (lihat
label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi
pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai
atau induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari berikutnya sampai pelahiran
atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin yang merupakan salah satu tanda
infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1. Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
2. Terjadi takikardia janin
3. Lokia tampak keruh
4. Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5. Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
6. Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
F. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Pesalinan spontas
1) Ukur ssuhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
2) Anjurkan pemantauan janin internal
3) Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat neonatus
4) Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak yang memberikan 1-2 g ampisilin per
IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam sebagai profilakis . Beberapa panduan lainnya menyarankan
untuk mengukur suhu tubuh ibu dan DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.(buku
obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan)
6.Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang bkeluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,baud an PH nya.Cairan yang keluar dari
vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi
vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri pada kasus KPD
terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya ,namun pada
umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)

7.Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom distress
pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.Semua
ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis
(radang pada korion dan amnion).Seklain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
a. Infeksi intrauterine
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
d. Distosia
(buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:17)
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani ,2009,Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika
Errol norwiz,2011,anatomi dan fisiologi ,
Geri morgan ,2009,obsteri dan ginekologi panduan praktik,Jakarta EGC.
Sujiyati ,2008,asuhan patologi kebidanan,jakarta ; Numed.
http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban-pecah-dini.html

Anda mungkin juga menyukai