3. Fisiologi Kehamilan
roses kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari :
vulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system hormonal yang
kompleks.
Proses pembuahan ovum (oogenesis) asalnya dari Epital germinal,oogenium,folikel
primer, lalu mengalami proses pematangan. Dengan pengaruh FSH, folikel primer
mengalami pembuahan dan terjadi folikel degraaf menuju ke permukaan ovarium
disertai pembentukan cairan liquir folikuli. Desakan folikel degraaf ke permukaan
menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan menjadi
folikel degraaf ovarium mengeluarkan hormon yang dapat mempengaruhi gerakan
tuba yang makin mendekati ovarium, gerakan sel rambut tuba yang semakin tinggi,
peristaltic tuba yang makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam
tuba makin deras menuju uterus. Cengan pengeruh LH yang makin besar dan fliktuasi
yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi. Dengan
gerakan aktif gerak tuba yang mempunyai umbai (fimbriae) maka ovum yang telah
dilepaskan segera ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut
ovum pick up mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba
menuju uetrus, dalam bentuk pematangan pertama telah siap untuk dibuahi.
permatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks
Spermatogenium berasal dari sel primitive tubulus
Menjadi spermatosit pertama
Menjadi spermatosit kedua
Menjadi spermatid
Akhirnya spermatozoa
Bentuk spermatozoa seperti kecebong, yang terdiri atas kepala, leher dan ekor.
sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang
dapat mencapai tuba fallopi. spermatozoa yang masuk kedalam alat ganitalia wanita
dapat hidup selama 3 hari, seningga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.
onsepsi
Pertemuan antara sel ovum dan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan
membentuk zigot.
roses nidasi atau implantasi
Proses penanam blastula disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke-6 sampai
hari ke-7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula kedalam endometrium,
mungkin tejadi perdarahan yang disebut tanda hartman.
embentukan Plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri dinding depan maupun
belakang. Pada bastula penyebarab sel trofoblas mendestruksi endometrium sampai
terjadi pembentukan plasenta yang berasal dari primer vili korealis
7. Penilaian Klinik
Pada setiap kunjungan antenatal, petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, untuk mendapatkan
diagnosis serta ada tidaknya komplikasi.
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi :
- Identitas pasien
- Keluhan utama
- Riwayat kehamilan sekarang (utamanya HPHT)
- Riwayat obstetrik lalu
- Riwayat penyakit
- Riwayat sosial ekonomi
b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan fisik umum
- Kesan umum : Compesmentis, tampak sakit
- Pemeriksaan : TD, nadi,pernapasan, suhu, TB, BB,
dan hal lain
9. Asuhan antenatal
Sapa ibu (dan juga keluarganya) dan membuatnya merasa nyaman
- Mendapatka riwayat kehamilan ibu dengan mendengarkan dengan teliti apa yang
akan diceritakan ibu
Melakukan pemeriksaan fisik
- Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah
kehamilanya normal.
TD dibawah 140/90 mmHg
Oedema hanya ada ekstrimitas
Bertambahnya BB minimal 8 Kg elama kehamilan
TFU dalam m atau menggunakan jari-jari tangan sesuai dengan UK
DJJ 120-160 denyut / menit
Gerakan anin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan
- Mendiskusikan dengan ibu dan keluarga mengenai rencana dan persiapan persalinan
- Memberikan konseling
Gizi; peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori perhari, mengkonsumsi
makanan, yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang).
Latihan; normal tidak berlebih jika istrahat lelah
Perubahan fisiologi; tambah BB, perubahan payudara, tingkat tenaga bisa menurun,
mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan atau varices, hubungan suami istri
boleh dilajutka selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom)
Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera ika ibu mendapati tanda-tanda
bahaya ;
Perdarahan pervaginam
Sakit kepala berlebihan
Gangguan penglihatan
Pembengkakan pada wajah / tangan
Nyeri abdomen (epigastrik)
Janin tidak bergerak sebanyak biasa
Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman
Personal hygiene
Menjelaskan cara perawatan payudara terutama pada ibu yang mempunyai putting
susu rata atau masuk ke dalam
Memberikan zat besi mulai 90 hari mulai minggu ke 20
Memberikan imunisasi TT 0,5 %
Menjadwalkan kunjungan berikutnya
mendokumentasikan kunjungan tersebut.
b. Persalinan Buatan
Persalinan yang berakhir dengan bantuan atau tenaga atau diakhiri dengan suatu
tindakan.
c. Persalinan Anjuran
Kekuatan persalinan ditimbulkan dengan rangsangan dari luar.
7. Fisiologi Persalinan
a. Fisiologi kala I
Partus dimulai dimulai bila ada his dan pelepasan lender bercampur darah
1) Fase laten
- Pembukaan 0 3 cm
- Berlangsung lebih lama 8 10 jam
- Kontraksi uterus ringan, frekwensi 515 menit, lamanya 10 - 30 detik
2) Fase aktif
- Pembukaan 3 10 cm
- Kurang lebih berlangsung dan jam lebih cepat
- Kontraksi uterus baik, agak teratur :
Intertval 2 3 menit
Lamanya 15 30 menit
b. Fisiologi kala II
1) His lebih kuat dan cepat, interval 2 3 menit
2) Tiap his disertai rasa ingin mengedan karena kepala sudah masuk dan tekanan otot
otot dasar panggul, karena tekanan pada rectum.
3) Perineum meregang dan anus membuka
4) Labia mulai membuka, kepala janin nampak di vulva dengan bagian hipomoglion dan
sub occiput di bawah symphisis, maka lahirlah berturut- turut ubun ubun kecil, ubun
ubun besar, dahi, muka, hidung, mulut dan dagu melalui perineum disusul badan
dan anggota gerak
8. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. partograf dimulai
pada pembukaan 4 cm (fase aktif). partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang
bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebit normak atau dengan
komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janian sebagai berikut :
. Denyut jantung janin, catat setiap 1 jam
. Air ketuban, catat warna setiap melakukan pemeriksaan vagina
- U : selaput utuh
- J : selaput pecah, air ketuban jernih
- M: air ketuban bercampur mekoneum
- D : air ketuban bernoda darah
- K : tidak ada ketuban / kering
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
- 0 : sutura terpisah
- 1 : sutura (pertemuan 2 tulang tengkorak) yang tepat /bersesuaian
- 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
- 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
Pembukaan mulut rahim (serviks).
Dinilai setiap 4 jam dan beri tanda silang (x )
Penurunan
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan
abdomen/luar) di atas simfisis pubis; catat dengan tanda lingkaran (0) pada setiap
pemeriksaan dalam. pada posisi 0/5, sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di
simfisis pubis.
f. Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang sudah dijalani sesudah pasien di
terima.
g. Jam, catat jam sesungguhnya
h. Kontraksi, catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya
kontraksi dalam hitungan detik:
- kurang dari 20 detik
- antara 20 -40 detik
- lebih dari 40 detik
i.Oksitosin, jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infuse
dan dalam tetesan per menit.
j.Obat yang diberikan, catat semua obat lain yang diberikan.
k. Nadi,catatlah setiap 30-60 mnt dan tandai dengan sebuah titik besar (.)
l.Tekanan darah, catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
m. Suhu badan, catatlah setiap dua jam.
n. Protein, aseton, dan volume urine. catatlah setiap kali ibu berkemih.
Kunjung
Waktu Tujuan
an
1 6-8 jam - Mencegah perdarahan masa
setelah nifas karena atonia uteri
persalinan
- Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan; rujuk
bila perdarahan berlanjut
- Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
- Pemberian ASI awal
- Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
- Menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah
hipotermia
- Jika petugas kesehatan
menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai
ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
2 6 hari - Memastikan involusio uterus
setelah berjalan normal : uterus
persalinan berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan,
abnormal, t idak ada bau
- Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan
abnormal
- Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
- Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda
penyakit
- Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
3 2 Minggu - Sama seperti di atas (6 hari
sete-lah setelah persalinan
persalinan
4 6 minggu - Menanyakan pada ibu tentang
sete-lah penyulit-penyulit yang ia atau
persalinan bayi alami
- Memberikan konseling untuk KB
secara dini
6. Penilaian Klinik
a). Anamnesis
1) Riwayat Ibu
- Nama, Umur
- Tanggal dan tempat lahir
- Penolong
- Jenis Persalinan
- Masalah-masalah selama persalinan
- Nyeri
- Menyusui atau tidak
- Keluhan-keluhan saat ini
Misalnya : - Kesedihan / depresi
- Pengeluaran pervaginam / perdarahan / lokhia
- Putting / Payudara
- Rencana masa datang ; kontrasepsi yang akan digunakan
2) Riwayat Sosial Ekonomi
- Respon ibu dan keluarga terhadap bayi
- Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu dirumah
- Para pembuat keputusan diruangan
- Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat
- Kepercayaan dan adat istiadat
3) Riwayat Bayi
- Menyusui
- Keadaan tali pusat
- Vaksinasi
- Buang air kecil / besar
d). Gizi
Ibu menyusui harus :
- Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
- Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
- Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui)
- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin.
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui Asinya.
e). Perawatan payudara
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering
- Menggunakan BH yang menyokong payudara
- Apabila putting susu lecet oleskan kolestrum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu pada setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dari putting susu yang tidak lecet.
- Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
- Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet
setiap 4 - 6 jam.
Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI lakukan:
Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama
lamanya 5 menit.
Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah Z menuju putting.
Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu
menjadi lunak.
Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
Payudara dikeringkan
f). Hubungan Perkawinan / Rumah Tangga
- Secara fisik aman untuk memuli hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina
tanpa rasa nyeri, begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapa
saja, ibu siap.
- Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
sitri sampai masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g). Keluarga Berencana
- Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas
kesehatan dapat membatu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan
kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
- Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metoda amenore
laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru. Risiko cara ini ialah 2 % kehamilan.
- Meskipun beberapa metoda KB mengandung Risiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
- Sebelum menggunakan metoda KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu.
Bagaimana metoda ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya.
Kelebihan / Keuntungannya
Kekurangannya
Efek samping
Bagaimana menggunakan metoda ini
Kapan metoda ini dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang
menyusui.
- Jika seorang ibu / pasangan telah memilih KB tertentu, ada baiknya
untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada
yang ingin ditanyakan oleh ibu / pasangan itu dan untuk melihat apakah metoda
tersebut bekerja dengan baik.
Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila sudah masih terjadi perdarahan dilakukan
pengikatan ulang yang lebih ketat.
Menjaga bayi agar tetap hangat
Memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
Megganti handuk atau kain yang basah, dan bayi dibungkus dengan selimut untuk
mencegah keluarnya panas tubuh
Memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit
Apabila telapak kaki bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi
Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 0C bayi segera dihangatkan
Kontak dengan ibu
Bayi diberikan kepada ibunya secepat mungkin, kontak dini antara ibu dan bayi penting
untuk :
- Kehangatan mempertahankan panas bayi yang benar pada bayi baru lahir.
- Ikatan batin pemberian ASI
- Mendorong ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (degan menunjukan
refleks rooting).
Pernapasan
Sebagian besar bayi akan bernapas secara spontan. Pernapasan bayi sebaiknya
diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah
Penapasan dan warna kulit diperiksa setiap 5 menit
Jika bayi tidak segera bernapas dilakukan hal-hal berikut :
- Keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat
- Punggung bayi digosok dengan lembut
- Beri tahu orang tua agar merujuk bayi segera untuk perawatan lebih lanjut jika
ditemui tanda bahaya berikut :
Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali / menit
o Kehangatan terlalu panas ( > 38 0C atau terlalu dingin < 36 0C )
o Warna kuning (terutama 24 jam pertama), iru pucat memar
o Pemberian makanan : hisap lemah, mengantuk berlebihan banyak muntah
o Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan bau busuk, berdarah
o Infeksi : Suhu meningkat, mertah, bengkak, keluar cairan (nanah) bau busuk,
pernapasan sulit
o Tinja / kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja cair sering, warna hijau tua, ada
lendir atau darah pada tinja
o Aktifitas : menggigil atau tangis tidak bisa, sangat mudah tersinggung, lemas atau
terlalu mengantuk, lunglai, atau kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, menangis
terus menerus
Mengajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian untuk
bayi baru lahir
- Memberi Asi sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam)
mulai dari pertama
- Pertahankan agar bayi selalu dengan ibunya
- Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering dengan mengganti popok dan
selimut sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin
- Jaga tali pusat dalam keadaan baik dan kering
- Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
- Pegangklah sayangi dan nikmati kehidupan nrrtsama bayi
- Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit infeksi
- Ukur suhu tubuh bayi.
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANC, INC, dan PNC
A. PENGKAJIAN
1. Biodata (Data Subjektif)
Nama Ibu : Ny.S
Umur : 27 Tahun
Suku/Kebangsaan : Kaili/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : URT
Alamat Rumah : jl.garuda
No.125 58
2. Hamil
sekarang
5. Riwayat Ginekologi : Tidak ada
6. Riwayat Keluarga berencana
- Jenis kontrasepsi : Suntikan
- Efek samping : Tidak ada
- Lama menggunakan : 3 tahun
7. Riwayat kehamilan sekarang
- HPHT : 20 03 2010
- Keluhan : Pusing dan mual
8. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Tidak ada
9. Riwayat perilaku kesehatan :
Ibu tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, minum-minuman
beralkohol, dan tidak merokok.
10. Riwayat psikologis :
Pola kegiatan sehari-hari :
a. Nutrisi
Pola makan : 3 x sehari
Jenis makanan : Nasi + sayur + lauk
Pola minum : 6 8 gelas / hari
Makanan tambahan : Susu + Roti
Makanan pantang : Tidak ada
b. Pola Eliminasi
BAK : 6x sehari
BAB : 1 x sehari
c. Pola istirahat
Tidur siang : 13.00 - 14.00
Tidur malam : 22.00 - 05.00
d. Hygiene perorangan
Mandi : 2 kali sehari dengan sabun lifebuoy
Sikat gigi : 2 kali sehari dengan Pepsodent
Cuci rambut : 3 kali seminggu dengan Shampoo Clear
11. Keadaan sosial Budaya :
Ibu menjalin hubungan yang baik antara sesama keluarga, dan masyarakat. Keluarga
senang tehadap kehamilannya, karena kehamilan ini sudah direncanakan.
7. Jantung : Normal
8. Paru : Normal
9. Payudara
Pembesaran : Ada
Puting susu : Menonjol
Simetris : Ya
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : belum ada
Rasa Nyeri : Tidak ada
13. Abdomen :
Leopold IV :
Auskultasi
BJF : Ada
Frekuensi : 128 x/mnt
Teratur/tidak : Teratur
D. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 10,4 gr %
Leopold IV :
- Auskultasi
JF : Ada
rekuensi : 128 x/mnt
eratur/tidak : teratur
Masalah : Tidak ada
Dasar :
- Ibu mengatakan merasa kurang nyaman dengan keadaanya.
Ibu mengatakan hamil 7 bulan
Ibu mengatakan hamil yang ketiga, dan tidak pernah keguguran
Kebutuhan :
Informasi tentang ibu dan janinnya saat ini
Leopold IV :
KONSEP DASAR
PRE EKLAMPSI BERAT (PEB)
A. PENGERTIAN
Klasifikasi hipertensi kehamilan yang paling umum dipakai saat ini (Consensus Report,1990) adalah :
Preeklampsia-eklampsia
- Ringan
- Berat
Hipertensi Kronis (sudah ada sebelum hamil)
Hipertensi kronis dengan preeclampsia-eklampsia
Hipertensi sementara
Preeklamsi berat (PEB) merupakan suatu penyakit vasospastik yang melibatkan banyak sistem dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi, proteinuria dan terkadang disertai edema kaki dan tangan.
Preeklampsi berat (PEB) adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi
(tekanan darah) 160/110 mmHg atau lebih yang disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari Preeklampsi berat (PEB) masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan
ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia berat. Faktor-faktor tersebut antara lain, gizi
buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
MAP 160/110=127
Peningkatan berat badan Peningkatan berat badan lebih dari 0,5
kg/minggu selama trimester kedua dan ketiga
atau peningkatan berat badan yang tiba-tiba
sebesar 2kg setiap kali
Proteinuria Proteinuria 5 sampai 10g/dL dalam 24 jam atau
Dipstik Kualitatif + 2 protein dengan dipstick
Analisi kuantitatif 24 jam
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Urin : protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin
- Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin
- USG
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Kronik hipertensi kehamilan
2. Kehamilan dengan sindrom nefrotik
3. Kehamilan dengan payah jantung
PERAWATAN AKTIF
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment (NST
& USG).
- Indikasi (salah satu atau lebih)
a. ibu
usia kehamilan 37 minggu atau lebih
adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
medikasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medicinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan)
b. Janin
Hasil fetal assessment jelek (NST & USG)
Adanya tanda IUGR
c. Laboratorium
Adanya HELLP syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)
- Pengobatan Medisinal
Pengobatan medicinal pasien preeclampsia berat yaitu :
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflex patella setiap jam.
3. Infuse dekstrosa 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infuse RL (60-125cc/jam) 500 cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka.
Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
8. Antihipertensi diberikan bila :
Desakan darah sistolik lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik
kurang dari 105 mmHg karena akan menurunkan perfusi plasenta.
Dosis hipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya
Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral, catapres
injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infuse atau catapress disesuaikan dengan tekanan
darah.
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam,
maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
9. Kardiotonika
Indikasi bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
10. Lain-lain
Konsul bagian penyakit dalam (jantung, mata)
Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari.
Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali
saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
PERAWATAN KONSERVATIF
- Indikasi : bila kehamilan pre term kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia dengan
keadaan janin baik.
- Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4
tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong
kanan.
- Pengobatan Obstetri :
Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan
terminasi.
MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus diterminasi.
Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
- Pasien dipulangkan bila :
Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda pre eklamsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari
Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat
sebagai pre eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : atonia uteri, sindrom HELLP, ablasio retina, KID (Koagulasi
Intravaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian.
J. REFERENSI
1. Angsar M, Dikman. 1984. Hipertensi dalam kehamilan Simposium Era baru pengobatan gagal jantung dan
hipertensi. Surabaya.
2. Angsar M, Dikman. 1985. Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Sat Gas Gestosis POGI
Edisi I : Surabaya
3. Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kodekteran. Media Aesculapius : Jakarta
4. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta
5. Pritchard, Mac Donald. 1991. Obstetri Wiliams. Airlangga University Press : Surabaya
6. Sumampouw. 1994. Pre Eklampsia. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RS Dr. Soetomo 1994
A. definisi
Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeclampsia yang disertai kejang
dan atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeclampsia-eklampsia adalah
timbulnya preeclampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi.
B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Sebab eklampsia belum diketahui pasti, tapi ada beberapa
teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering
dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
Pada preeklampsia dan eklampsia terdapat kerusakan pada endotel vaskuler sehingga terjadi penurunan
produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan dan serotonin sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal
ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
C. Manisfestasi klinis
Diagnosis preeclampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan
yang berlebihan, edema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi
kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah 140 mmhg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau
tekana diastolic > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada
trimester kedua yang lebih dari 85mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeclampsia. Proteinuria bila
terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau
2; atau kadar protein 1 gt/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Disebut preeclampsia berat bila ditemukan gejala berikut:
Trombositopenia
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gajala-gejala preeclampsia disertai kejang atau koma.
Sedangkan, bila terdapat gejala preeclampsia berat disertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala
hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan tekanan darah yang progresif,
dikatakan pasien tersebut menderita impending preeclampsia. Impending preeclampsia ditangani sebagai
kasus eklampsia.
D. patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit.
Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme
merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran
darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh
yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal
ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami
spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis
Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis PEE. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer
resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat
endotel. Selain itu, adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi
uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan
merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan
peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel.
Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak
jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu,
dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stress oksidatif.
Pada PEE serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak.
Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan
lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai ke semua komponen sel yang dilewati termasuk selsel
endotel yang akan mengakibatkan rusaknya selsel endotel tersebut. Rusaknya selsel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain
rusaknya trombosit.
d) Produksi prostasiklin terhenti.
e) Terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
f) Terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak
E. pemeriksaan penunjang
3. USG
F. Kriteria diagnosis
Preeklampsia berat
bawah ini:
1.Tekanan darah > 160/110 dengan syarat diukur dalam keadaan relaksasi (pengukuran minimal setelah
istirahat 10 menit) dan tidak dalam keadaan his.
3. Oliguria, produksi urine < 500 cc/24 jam yang disertai kenaikan kreatinin
plasma.
4.Gangguanvisusdanserebral.
5.Nyeriepigastrium/hipokondriumkanan.
6.Edemaparudansianosis.
7.Gangguanpertumbuhanjaninintrauteri.
8. Adanya Hellp Syndrome (hemolysis, Elevated liver enzyme, Low Platelet
count).
Apabila pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri daerah epigastrium, mual atau muntah- muntah sering merupakan petunjuk terjadinya
impending eklampsia. Jika keadaan ini tidak segera ditanggulangi maka akan timbul kejang. Kejang pada
eklampsia dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu:
1. Tingkat awal atau aura
Keadaan ini berlangsung sekitar 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan
bergetar dan kepala diputar kekanan atau kekiri.
Berlangsung 30 detik. Pada tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan
menggenggam dan kaki bengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, wajah menjadi sianotik dan lidah dapat
tergigit. Stadium ini akan disusul oleh tingkat kejangan klonik.
Berlangsung antara 1-2 menit. Spasme tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol
Dari mulut keluar lidah yang berbusa, wajah menunjukkan kongesti dan
4. Tingkat koma
5. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah
1. Solutio Plasenta, Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
selama seminggu.
6. Edema paru, pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit
jantung.
akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia.
9. Kelainan ginjal, kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial
tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-
G. penatalaksanaan
Penanganan preeclampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12
jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
1. PEB
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan normal, dan
melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi.
Rawat RS
Berikan MgSO4 dalm infuse dextrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal
MgSO4 IV dalam 10 menit selanjutnya 2G/jam dalm drip infuse sampai tekanan darah stabil (140-
150/90-100mmHg). Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan atau hentikan bila 6 jam pasca
persalinan ada perbaikan nyata ataupun ada tampak tanda-tanda intoksikasi. Syarat pemeberian
MgSO4 adalah reflex patella kuat, frekuensi pernapasan >16 kali, dan dieresis >100 cc dalm 4 jam
sebelumnya (0,5 ml/kg BB/jam). Harus tersedia antidote MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% yang
dapat segera diberikan secara Iv selama 3 menit. Selama pemberian MgSO4 perhatikan tekanan
darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.
Berikan nifedipin 3-4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke-4 tekanan diastolic belum turun sampai 20%,
berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksimum 80mg/hari). Bila tekanan diastolic meningkat 110
mmHg, berikan tambahan sublingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam,
kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100mmHg). Bila sulit dikendalikan, dapat
dikombinasikan dengan pindolol.
Periksa tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter dan kantong urin. Ukur urin
setiap 6 jam. Bila < 100 ml/4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 gram/jam.
Dilakukan USG dan karidotografi (KTG). Pemeriksaan KTG diulangi sekurang-kurangnya 2 kali/24
jam.
Penaganan aktif bila kehamilan 35 minggu, ada tanda-tanda impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif, ada tanda gawat janin atau pertumbuhan janin terhambat, dan sindrom HELLP.
Berikan diuretic bila ada edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka, berupa
furosemid 40 mg. oksigenasi 4-6 L/menit. Periksa gas darah secara berkala untuk koreksi asidosis.
Berikan antipiretik bila suhu rectal diatas 38,5C dan dibantu kompres dingin. Antibiotic diberikan
atas indikasi
Lakukan treminasi kehamilan secara seksio memakai anastesi umum N2O mengingat keuntungan
relaksasi sedasi pada ibu dan dampaknya relative kecil bagi janin. Bila dari pemeriksaan lab tidak
ada tanda KID, dapat dilakukan anastesi epidural atau spinal.anastesi lokal diperlukan pada indikasi
treminasi segera dengan keadaan ibu kurang baik.
1. Eklampsia
Pasang infuse dextrose 5% 500 ml/6 jam dengan kecepatan 20 tetes per menit
Berikan MgSO4 IV kemudian 2 G/jam dalam drip infuse desktrose 5% untuk pemeliharaan sampai
kondisi atau tekanan darah stabil (140-150 mmHg). Bila kondisi belum stabil obat tetap diberikan.
Alternative lain antikonvulsan adalah amobarbital, atau fenobarbitak atau diazepam.
Berikan asupan kalori sebesar 1500 kal IV atau dengan selang nasogastrik dalam 24 jam perawatan
selama pasien belum dapat makan akibat kesadaran menurun
1. Penanganan kejang
Perlengkapan untuk menangani kejang (jalan naps, sedotan, masker oksigen, oksigen)
Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk mengurangi aspirasi
1. Antihipertensi
Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan
darah turun
Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2 jam.
o Nifedipine 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5mg
sublingual
o Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20
mg IV.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim2006.Preeklampsia-Eklampsia.Available from:http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?
option=com_content&task=view
&id=421. (Accessed: 2008, Desember 16).
Darmawan, Iyan. 2008. Paradigma baru dalam terapi cairan rumatan untuk pasien kebidanan. Available
from:http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=57&lang=id.
(Accessed: 2008, Desember 16).
1. PENGERTIAN
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK UNPAD, Obstetri
Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram
(Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media
Aesculapius).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat janin
kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, h1m:260
FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).
2. ETIOLOGI
Peryebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor sebagai
berikut:
1) Faktor kromosom.
Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh luar
Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
c. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta:
2) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter.
3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes melitus.
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma
uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks
(konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
3. MANIFESTASI KLINIS
b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal
atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
e. Pemeriksaan ginekologis.
2) Inspeksi perdarahan pada kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup.
3) Colok vagina porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri.
4. PATOFLOW
Terlampir
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Keguguran atau abortus yang dibahas adalah yang terjadi spontan dan bukan keguguran buatan. Dugaan
keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut:
Terjadi perdarahan.
Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah negatif.
c. Pemeriksaan dalam:
2. Servik sudah terbuka dan dapat diraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau kanalis
servikalis.
Abortus imminen
Abotus insipien
Abortus inkompletus/komplettus
Habitual abortus
Missed abortion.
6. PENATALAKSANAAN
a. Abortus imminen
Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan merangsang mekanik berkurang.
Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi.
b. Abotus insipien
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan dengan pengosongan uterus
memakai kuret vakUun atau cunam abortus.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5% 500 ml
dimulai 8 tetes permenit.
Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
c. Abortus inkompletus
Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi atau RL dan selekas
mungkin di tranfusi darah.
Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuscular.
Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
d. Abortus kompletus
Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfuse darah.
Penangulangan infeksi
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi
perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
f. Habitual abortus
Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin mineral. Pembatasan obat-obatan
yang diketahui mempuyai pengaruh jelek kepada janin.
Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional yang tenang, dan menghilangkan
rasa cemas.
g. Missed abortion.
Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan
kuret tajam:
Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.
Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12
jam lalu lakukan dilatasi serviks dengan dilatator hegar.
Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5 mg lain infuse oksitoksin 10 iu
dalam dekstrose 5 % sebanvak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada kontraksi
uterus. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan
garam 20 % dalam kavum uteri melalui dinding perut,
7. KOMPLIKASI
Hemoragi
Syok
. DEINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan,
sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah berakhirnya
kehamilan yang ditandai dengan keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
B. ETIOLOGI
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom terutama trisomi autosom dan monosomi X, lingkungan
sekitar tempat implantasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan
alcohol
b. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV
c. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks dan retroversion
uterus
d. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
(Mitayani, 2009)
C. MANIFESTASI KLINIS
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per vaginam
setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
(Mitayani, 2009)
a. Perdarahan yang banyak atau sedikit serta memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
e. Serviks masih membuka
f. Kadang-kadang teraba jaringan di dalamnya
D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari
vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari
ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.
d. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
F. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta
mendalam sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi
khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung amnion kosong
atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak
dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola
krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan
karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat
lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas,
tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
(Sarwono, 2006)
G. KLASIFIKASI
1. Abortus Imminens (abortus mengancam/threatened abortion)
Proses awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih
tertutup dan hasil konsepsi/ janin masih baik didalam uterus
Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.
Pada abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.
Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.
Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dengan
gerakan janin
Jika sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau
laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan/ tindakan.
3. Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus
(Prawirohardjo, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri melai kanalis
servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
Ostium uteri sternum atau serviks terbuka
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari
eksternum atau sebagian jaringan
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
4. Abortus Komplit
Prosesus abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat, 2004)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saefudin AB,
dkk, 2006)
5. Missed Abortions
Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat dihindari (James L. Lindsey,
MD, 2007)
Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut bertahan dalam uterus
selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
Adannya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau retensi hasil
konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari kehamilan (Pilliter, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih
(Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
Gejalanya seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai kehamilan menghilang
Denyut jantung janin tidak terdengar
Mulas sedikit
Ada keluaran dari vagina
Uterus tidak membesar tetapi mengecil
Mammae agak mengendor/payudara mengecil
Amenorhoe berlangsung terus
Tes kehamilan negative
Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan
Biasanya terjadi pembekuan darah
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada pasien abortus yang tidak aman (unsafe abortion) walaupun
kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan.Komplikasi dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi,
syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi
darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa
ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung
dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena diperlukan uterus biasanya luas, mungkin pula
terjadi pada kandungan kemih atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadi perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperelunya
guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus
inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe abortus).
4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang terarah mengenai riwayat suami istri
dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis maupun laboratorik.Apabila abortus terjadi pada trimester pertama atau
kedua juga penting untuk diperhatikan.Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak fakor yang harus dicari sesua
kemungkinan etiologi dan mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-
faktor penyebab lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya tumor mioma
uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks. Tahap-tahap penatalaksanaan tersebut meliputi:
Riwayat penyakit dahulu:
a. Kapan abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah penyebab mekanis
yangn menonjol.
b. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
c. Infeksi ginekologi dan obstetri.
d. Gambaran asosiasi terjadinya antiphospholipid syndrome (thrombosis, fenomena autoimun, false positive
test untuk sifilis).
e. Factor genetic antara suami istri (consanguinity)
f. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang berkaitan dengan kejadian
abortus atau pun partus prematurus yang kemudian meninggal.
g. Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik secara umum
b. Pemeriksaan ginekologi
c. Pemeriksaan laboratorium:
1. Kariotik darah tepi kedua orangtua
2. Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
3. Biopsy endometrium pada fase luteal
4. Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid
5. Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
6. Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
7. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan serviks (myocoplasma, ureaplasma, chlamydia) bila
diperlukan.
2. Penatalaksanaan Medis
Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu dengan riwayat abortus
berulang-ulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio internal uterine yang baik perlu diberikan pada
ibu hamil.Kenali kemungkinan terjadinya anti fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk membantu pemantauan kelangsungan
kehamilan sampai pemberian USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk monitoring kehamilan dini adalah
pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai kehamilan ini tidak mengalami abortus.Pada keadaan embrio
tidak terdapat gerakan jantung janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil
konsepsi tersebut.
Pemeriksaan serum -fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu. Pemeriksaan kariotip dari
buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya
kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang sesuai.Pengobatan
disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan
berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi imunologi.Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-
obatan perlu dilakukan juga. Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif harus dikerjakan
secara bertahap baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan endokrin, infeksi, factor imunologi,
antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau imunomodulator perlu diberikan secara berurutan.Hasil ini
merupakan suatu pekerjaan yang berat dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang
sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau
tanpa kontraksi.(mitayani,2011.buku keperawatan maternitas,hal:74)
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktu nya melahirkan,hal ini dapat
terjadi pada akhirnya kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan,(sujiyati,2009,asuhan patologi
kebidanan,hal:13)
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai,pada usia
kurang dari 37 minggu.(errol norwiz,dan john,obstetric dan ginekologi,2007,hal:56)
Kesimpulan dari ketiga pengertian diatas adalah
Ketuban pecah dini adalah pecah/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan,dan sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu,dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.
2. Etiologi
a. Persalinan prematur
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
d. Faktor yang mengabitkan kerusakan serviks
1) Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik, LEEP, dan sebagainya
2) Peningkatan paritas yang memnungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran sebelumnya
3) Inkompeteni serviks
e. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil dan
makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan aktifator
plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban
pecah dini.(http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini)
4. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ktuban merembes melalui vagina,aroma air ketuban berbau amis
dan tidak seperti bbau amoniak,mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan cirri pucat
dan bergaris warna darah,cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran.tetapi bila anda duduk atau berdiri,kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal
atau menyambut kebocoran untuk sementara.
Demam ,bercak vagina yang banyak ,nyeri perut ,denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi.(buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:14)
5. Penatalaksanaan
A. Pencegahan
1. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bakterial
2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi atau berhenti.
3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada faktor predisposisi.
B. Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa mereka
harus segera melapor bila ketuban peccah.
1. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
a. Letak kepala selain verteks
b. Polihdramnion
2. Herpes aktif
3. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya
C. Bila ketuban telah pecah
1. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya pecahnya ketuban
2. Bila robekan ketuban tampak kasar :
a. Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan dari vagina.
b. Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk mengkaji ferning dibawah
mikroskop.
c. Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji diagnostik bila pasien
sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan
pervagina menggunakan jeli K-Y.
3. Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan pemeriksaan pekulum steril.
a. Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
b. Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning
dubawah mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.
D. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina , kecuali spekulum steril ;
jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu , tetap pantau pasien dengan ketat.
1. Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan / atau mencapai 38 0 C ,
berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikankan.
2. Observasi rabas vagina : bau menyengat menyengat, purulen atau tampak kekuningan menunjukan adanya
infeksi.
3. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun
E. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat diberikan setelah
konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV , pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi, kaji nilai bishop (lihat
label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi
pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai
atau induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari berikutnya sampai pelahiran
atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin yang merupakan salah satu tanda
infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1. Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
2. Terjadi takikardia janin
3. Lokia tampak keruh
4. Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5. Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
6. Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
F. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Pesalinan spontas
1) Ukur ssuhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
2) Anjurkan pemantauan janin internal
3) Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat neonatus
4) Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak yang memberikan 1-2 g ampisilin per
IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam sebagai profilakis . Beberapa panduan lainnya menyarankan
untuk mengukur suhu tubuh ibu dan DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.(buku
obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan)
6.Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang bkeluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,baud an PH nya.Cairan yang keluar dari
vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi
vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan air ketuban
pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri pada kasus KPD
terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi kesalahan pada penderita
oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya ,namun pada
umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)
7.Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom distress
pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.Semua
ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis
(radang pada korion dan amnion).Seklain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
a. Infeksi intrauterine
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
d. Distosia
(buku asuhan patologi kebidanan,sujiyatini,2009,hal:17)
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani ,2009,Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika
Errol norwiz,2011,anatomi dan fisiologi ,
Geri morgan ,2009,obsteri dan ginekologi panduan praktik,Jakarta EGC.
Sujiyati ,2008,asuhan patologi kebidanan,jakarta ; Numed.
http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban-pecah-dini.html