3.1. UMUM
Pada bangunan atau gedung bertingkat, efek gangguan akibat sambaran petir ini
semakin besar sesuai dengan semakin tinggi dan luasnya areal bangunan atau
sambaran petir, terutama adalah besar (amplitudo) dari arus petir dan kecuraman
arus petir, dimana amplitudo arus petir berkisar antara 5kA sampai 200 kA.
thermis, misalnya bagian yang tersambar terbakar dan dapat pula berupa
kerusakan mekanis, misalnya bagian atap bangunan retak atau tembok bangunan
bumi. Pada penangkap petir, ujungnya dibuat runcing dengan tujuan agar saat
terjadi penumpukan muatan di awan, ujung yang runcing itulah yang pertama
penangkap petir terlebih dahulu karena sifat muatan listrik dari petir yang selalu
19
mencari daerah konduktif dan yang kuat medan listriknya tinggi. Penangkap petir
Berdasarkan cara kerja, sistem proteksi petir dapat dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu :
sasaran sambaran petir, dengan harapan petir akan menyambar titik itu
terlebih dahulu.
kerusakan atau bahaya pada bagian dari bangunan atau pada manusia
mengundang arus petir agar menyambar terminasi udara yang sudah disediakan,
melainkan membuyarkan arus petir agar tidak mengalir ke daerah yang dilindungi.
awan petir tersebut. Muatan yang terinduksi ini selanjutnya dikumpulkan oleh
sistem pembumian DAS yang kemudian diangkut ke bentuk ion (ionizer) dengan
fenomena yang disebut point discharge, yaitu setiap bagian benda yang runcing
melepaskan muatan-muatan listrik hasil induksi tadi secara optimal, dimana pada
akhirnya dapat mengurangi beda potensial antara awan dan udara disekitar
ionizer. Dengan kata lain, medan listrik yang dihasilkan akan semakin kecil,
1. Proteksi Eksternal
Proteksi eksternal adalah instalasi dan alat-alat di luar suatu struktur untuk
eksternal petir berfungsi sebagai proteksi terhadap tegangan lebih petir jika terjadi
2. Proteksi Internal
masuknya surya imbas petir melalui kabel listrik dan kabel komunikasi atau
Sistem proteksi petir internal dapat terdiri dari satu jenis ataupun beberapa
kecil.
guruh adalah banyaknya hari dimana terdengar guntur paling sedikit satu kali
Hari guruh ini disebut juga hari badai guntur (Thunderstorm day). Data
beberapa daerah di Indonesia yang jumlah hari badai guntur per tahunnya cukup
tinggi, antara lain : sebagian daerah Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa tengah,
Jawa Timur, dan daerah Papua dimana hari badai gunturnya lebih dari 100 hari
per tahun. Adapun hal - hal yang diperlukan dalam memperkirakan faktor resiko
sambaran adalah :
2. Lightning strike rate : jumlah sambaran ke tanah per km2 per tahun.
Lightning strike rate /curah petir menentukan tingkat bahaya sambaran pada suatu
wilayah dan besarnya ditentukan oleh isokeraunik level. Nilai lightning stike rate
ini bervariasi secara signifikan; dihitung dari rata-rata kerapatan annual yang
Suatu instalasi proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari
bangunan, termasuk juga manusia dan peralatan yang berada didalamnya terhadap
bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Bahaya dan kerusakan tersebut dapat
penggunaannya dianggap mudah terlena sambaran petir dan perlu diberi proteksi
petir adalah :
faktor tertentu seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1. dan merupakan penjumlahan
diatas, maka selanjutnya dapat diambil kesimpulan mengenai perlu atau tidak
sistem proteksi petir eksternal digunakan. Jika nilai R12, maka bangunan
tersebut dianjurkan menggunakan sistem proteksi petir. Besar indeks dapat dilihat
Tabel 3.1. Tabel Indeks menurut Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10
Jelas bahwa semakin besar nilai R, semakin besar pula bahaya serta
kerusakan yang ditimbulkan oleh sambaran petir, berarti semakin besar pula
tingkat proteksi yang memadai untuk suatu sistem proteksi petir didasarkan pada
yang diproteksi dan frekuensi sambaran petir tahunan setempat (Nc) yang
tanah rata-rata tahunan didaerah tempat suatu struktur berada, dinyatakan sebagai:
dimana, Td adalah jumlah hari guruh per tahun yang diperoreh dari data
Nd = Ng x Ae x 10 -6 / tahun (3)
dimana, Ae adalah area cakupan ekivalen daerah permukaan tanah yang dianggap
berikut :
E = 1 Nc / Nd (5)
Maka setelah dihitung nilai E (efisiensi sistem proteksi petir) sesuai dengan
I 0,98
II 0,95
III 0,90
IV 0,80
ditentukan sudut proteksi (o) dari penempatan suatu terminasi udara, radius bola
yang dipakai maupun ukuran jala (konduktor horizontal) sesuai dengan Tabel 3.4
dibawah ini.
Tabel 3.4. Daerah proteksi dari terminasi udara sesuai dengan tingkat proteksi
Mulai
Data Masukan :
- Dimensi dari posisi bangunan
Gedung.
- Kerapatan sambaran ke tanah (Ng)
Apakah
Nd < Nc
Hitung :
E = 1 (Nc / Nd)
Tentukan Efisiensi
SPP
Sistem Proteksi Petir Eksternal adalah instalasi dan alat-alat diluar suatu
lebih petir jika terjadi sambaran langsung ke sistem atau bangunan yang
Terminasi udara adalah bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang
dipasang pada bagian atas bangunan atau gedung yang dilindungi. Ada beberapa
dianggap penting untuk diproteksi. Karena timbulnya medan listrik yang cukup
kuat, dan udara yang terdapat dibawah awan mempunyai kerapatan muatan yang
31
cukup tinggi maka obyek-obyek di permukaan bumi yang relatif tinggi dan berada
ujungnya runcing di bagian atasnya dan menempatkan batang tersebut pada suatu
bangunan. Ujung yang runcing akan sangat mudah melepaskan muatan listrik ke
batang penangkal petir karena sifatnya yang sangat mudah melepaskan muatan
listrik ke bumi.
berupa konduktor yang akan mengambil alih sambaran petir. Penangkal petir
semacam ini biasanya disebut ground wires (kawat tanah) pada jaringan hantaran
horizontal. Itulah sebabnya terminasi udara metode ini sering digunakan untuk
proteksi pada bangunan-bangunan yang mempunyai areal atap yang cukup luas
yang lebih runcing pada atap suatu bangunan, karena pada bagian ini terdapat
rapat muatan yang cukup besar sehingga awan bermuatan lebih mudah
melepaskan muatannya. Menurut metode ini, pada bagian yang runcing inilah
dengan lainnya. Sehingga jika terdapat arus petir, maka arus tersebut akan terbagi-
bagi, sehingga arus yang diterima tiap-tiap konduktor relatif kecil. Kemudian
pembumian.
pcnangkal petir yang pendek dan dipasang pada atap bangunan yang diperkirakan
penangkal petir yang pendek tadi dipasang untuk memudahkan mengalirnya arus
unsur radio aktif. Tetapi penggunaan terminasi udara tipe ini sangatlah jarang
digunakan. Meski demikian, ada kemungkinan terminasi tipe ini digunakan dalam
leader membubung naik dari ujung terminasi udara, sehingga tipe lebih cepat
Peralatan ini mengantisipasi secara dini sambaran petir karena menciptakan emisi
atau elektron bebas lebih awal mendahului objek sekeliling yang dilindungi
gedung atau bagian kecil dari bangunan gedung yang lebih besar. Metode ini
tidak cocok untuk bangunan gedung yang lebih tinggi dari radius bola bergulir
yang sesuai dengan tingkat proteksi Sistem Proteksi Petir (SPP) yang dipilih.
b) Metode bola bergulir (rolling sphere method) cocok untuk bentuk bangunan
c) Metode jala (meshed sized method) dipakai untuk keperluan umum dan
seluruhnya.
terminasi udara karena dianggap batang, kawat rentang dan konduktor jala adalah
1. Tinggi batang terminasi udara sebaiknya antara 2-3 meter untuk mencegah
2. Rentangan kawat dapat digunakan dalam semua kasus sebelumnya dan untuk
3. Sistem terminasi udara terdiri dari jala konduktor untuk keperluan umum.
Ukuran minimum bahan SPP (Sistem Proteksi Petir) yang dipakai didalam
standar ini untuk penggunaan terminasi udara dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Daerah yang diproteksi adalah daerah yang berada didalam kerucut dengan
sudut proteksi sesuai dengan Tabel 3.4. Dengan metode sudut proteksi ini,
terminasi udara dipasang pada setiap bagian dari struktur bangunan yang
dilindungi yang tidak tercakup pada daerah proteksi yang dibentuk. Nilai sudut
terminasi udara (rod/mast) dari daerah yang diproteksi. Metode sudut proteksi
bangunan/gedung yang lebih tinggi dari radius bola gulir yang ditentukan dalam
Tabel 3.4.
4
4
1
1
2 2
3 3
Keterangan : Keterangan :
1 : Tiang Terminasi Udara 1 : Tiang Terminasi Udara
2 : Bangunan yang diproteksi 2 : Bangunan yang diproteksi
3 : Bidang Referensi 3 : Bidang Referensi
4 : Sudut Proteksi sesuai dengan tabel 4 4 : Sudut Proteksi sesuai dengan tabel 4
Gambar 4.1.a. Daerah Proteksi Tampak Gambar 4.1.b. Daerah Proteksi Tampak
Depan Samping
Keterangan :
2 1 : Terminasi Udara
1 2 : Bangunan yang diproteksi
terminasi udara ke bidang referensi, dengan sudut a ke garis vertikal dalam semua
arah. Rancangan terminasi udara menggunakan metode sudut proteksi ini dapat
dilihat pada Gambar 4.1. (Dianggap bangunan mempunyai panjang dan lebar yang
sama).
rumit. Dengan metode ini seolah-olah ada suatu bola dengan radius R yang
bergulir di atas tanah, sekeliling struktur dan di atas struktur ke segala arah hingga
bertemu dengan tanah atau struktur yang berhubungan dengan permukaan bumi
yang mampu bekerja sebagai penghantar (Gambar 4.2). Titik sentuh bola bergulir
pada struktur yang dapat disambar petir dan pada titik tersebut harus diproteksi
oleh konduktor terminasi udara. Semua petir yang berjarak R dari ujung
bangunan.
Protected Zone
yang tidak tercakup oleh metode sudut proteksi (angle protection method).
Dengan metode ini, penempatan sistem terminasi udara dianggap memadai jika
tidak ada titik pada daerah yang diproteksi tersentuh oleh bola gulir dengan radius
R, disekeliling dan diatas bangunan/gedung kesemua arah. Untuk itu, bola hanya
Radius bola gulir harus sesuai dengan tingkat proteksi SPP (Sistem
Proteksi Petir) yang dipilih menurut Tabel 3.4. Pada gambar diatas, bola dengan
berhubungan dengan bidang bumi yang mampu bekerja sebagai konduktor petir.
diproteksi adalah keseluruhan daerah yang ada di dalam jala - jala (Gambar 4.3).
Ukuran jala sesuai tingkat proteksi dapat dipilih pada Tabel 4.3.
Proteksi Petir) jala diyakini melindungi seluruh permukaan jika dapat memenuhi
kondisi berikut:
o serambi atap.
radius bola gulir yang relevan dengan tingkat proteksi yang dipilih sesuai
c) Dimensi jala pada jaringan terminasi udara tidak lebih dari nilai yang
arus petir akan selalu mengalir melalui dua lintasan logam berbeda, tidak
boleh ada instalasi logam menonjol keluar dari volume yang dilindungi
dimungkinkan.
eksternal yang digunakan untuk melewatkan arus petir dari sistem terminasi udara
Adapun ukuran minimum bahan SPP (Sistem Proteksi Petir) yang dipakai
Tabel 4.2. Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan konduktor penyalur
Konduktor Penyalur
Tingkat Proteksi Bahan
(mm2)
Cu 16
I sampai dengan IV Al 25
Fe 50
1. Jika dinding terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, konduktor
2. Jika dinding terbuat dari bahan yang mudah terbakar, konduktor penyalur
Jika dinding terbuat dari bahan yang mudah terbakar dan kenaikan suhu
selalu lebih besar dari 0,1 m. Braket pemasang yang terbuat dari logam boleh
Bila jumlah konduktor penyalur lebih dari satu, maka jarak rata-rata antara
rupa sehingga memperkecil tegangan sentuh dan tegangan langkah sehingga aman
bagi manusia dan peralatan yang terdapat di sekitar daerah yang di proteksi. Guna
berbahaya maka bentuk dan dimensi sistem terminasi bumi lebih penting dari nilai
Sistem terminasi bumi terdiri dari satu atau lebih elektroda bumi yang
adalah :
3. elektroda radial.
daripada sebuah konduktor bumi tunggal yang panjang karena dengan konduktor
bumi yang lebih dari satu ini, maka pada saat salah satu konduktor tersebut
mengalami kegagalan didalam menyalurkan arus petir ke bumi, maka arus petir
elektroda bumi yang tertanam dalam akan efektif jika resistivitas tanah menurun
terdapat pada kedalaman yang lebih dalam daripada elektroda batang, maka
Terdapat dua jenis dasar susunan elektroda bumi untuk sistem terminasi
bumi, yaitu :
o Jenis susunan ini terdiri dari elektroda bumi radial atau tegak.
kurangnya satu elektrode bumi terpisah yang terdiri dari elektroda radial
atau tegak/miring.
pada lampiran B, dapat diabaikan dengan syarat resistansi bumi lebih kecil
o Untuk elektroda bumi cincin (elektroda bumi pondasi), radius rata-rata r dari
daerah yang dicakup oleh elektrode bumi cincin tidak boleh lebih kecil dari
o Bila diperlukan nilai L1 lebih besar dari nilai r yang memungkinkan, maka
Lr = L1 r (7)
(L1 - r)
Lv = (8)
2
3. Elektroda bumi cincin dipasang dengan jarak minimal sekitar 3 meter dari
terjadi.
4. Kedalaman dan jenis elektrode bumi yang harus ditanam sedemikian sehingga
pembumian jenis B.
Adapun ukuran minimum bahan SPP (Sistem Proteksi Petir) yang dipakai
didalam standar ini untuk terminasi bumi adalah dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Dimensi minimum bahan SPP untuk penggunaan terminasi bumi
Cu 50
I sampai dengan IV Al -
Fe 80
Dalam
Dalam Dalam Meningkat Elektrolitik
Udara Resistan
Tanah Beton Oleh dengan
Terbuka
Klorida
Padat Padat Terhadap
konsentrasi tinggi
Tembaga berserabut berserabut - banyak
Senyawa sulfur
-
sebagai lapis sebagai lapis bahan
Bahan Organik
Baja Baik,
Padat walaupun
Galvanis berserabut
Padat Padat
dalam tanah
- Tembaga
Panas asam
Stainless Terhadap
Padat Air dengan
Padat - banyak -
Steel Stranded larutan Klorida
bahan
Padat
Aluminium berserabut
- - - Agen Basis Tembaga
Padat Sulfat
Padat sebagai
Lead sebagai
pelapisan
- konsentrasi Tanah Asam Tembaga
pelapisan tinggi
Adapun hal hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan SPP
adalah :
SPP sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi seperti
dilindungi.
5.1. UMUM
Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jalan Dr. T. Mansyur Medan yang
mana tidak terdapat gedung yang lebih tinggi dari gedung ini disekitarnya.
Dengan kata lain, Gedung Biro Rektor USU adalah gedung tertinggi
Jumlah manusia dalam gedung ini terdapat 200 hingga 300 orang setiap
Sumatera Utara maka terdapat banyak peralatan listrik dan elektronik pendukung
Gambar 5.1. Gedung Biro Rektor Universitas Sumatera Utara tampak depan.
46
Gambar 5.2. Gedung Biro Rektor Universitas Sumatera Utara tampak belakang.
Gambar 5.3. Gedung Biro Rektor Universitas Sumatera Utara tampak samping.
tidaknya proteksi petir bagi bangunan/gedung Biro Rektor USU Medan dapat
Keliling
Panjang Lebar Tinggi Luas Atap
Atap
(m) (m) (m) (m2)
(m)
70,3 43,4 22,9 232 2.282,4
Hari guruh (Td) menurut data dari BMG sesuai dengan lampiran B : 136.
Frekuensi sambaran petir yang diperolehkan pada gedung : 10 -1/tahun. Maka dari
data di atas, dapat dicari kebutuhan gedung Biro Rektor USU Medan terhadap
(Lampiran B) dan keadaan lokasinya (Tabel 3.1), maka untuk gedung Biro Rektor
Indeks A : 2
Indeks B : 2
Indeks C : 3
Indeks D : 0
Indeks E : 6
R=2+2+3+0+6
R = 13
Berdasarkan diagram alir pada Gambar 3.1., maka dapat dihitung nilai-
nilai yang diperlukan untuk menentukan tingkat proteksi gedung Biro Rektor
USU.
Ng = 0,04 x 1361,25
Area cakupan ekivalen untuk gedung Biro Rektor USU Medan yang
mempunyai panjang (a) 70,3 m ; lebar (b) 43.4 m dan tinggi (h) 22,9 m
Ae = ab + 6h (a + b) + 9h2
Ae = 33.493,23 m2
Nd = Ng x Ae x 10-6 / tahun
Nd = 0,622213/ tahun
tahunan setempat (Nc) yang diperbolehkan adalah 10 -1/ tahun. Nilai Nd >
Nc maka diperlukan sistem proteksi petir dan efisiensi SPP dapat dihitung
E = 1 Nc / Nd
E = 1 0,1 / 0,622213
E = 0,839
Maka berdasarkan tabel 3.3. didapatkan bahwa gedung Biro Rektor USU
Telah diketahui bahwa tingkat proteksi gedung Biro Rektor USU Medan
adalah tingkat IV dan menurut tabel 3.2. dapat dilihat bahwa untuk gedung Biro
Rektor USU Medan dimana tinggi (h) adalah 22,9 m, maka didapatkan sudut
proteksi yang dipakai adalah 55 sesuai dengan Tabel 3.4. Dengan kata lain,
sehingga menurut tabel 4.1. luas penampang minimum yang diperbolehkan adalah
mm2, maka luas penampang dari terminasi udara pun lebih baik jika disesuaikan
dibuat di dalam SNI 03-7015-2004, tinggi terminasi udara tak terisolasi adalah
antara 2 3 m.
ditempatkan tepat ditengah pada atap gedung. Dengan sudut proteksi sebesar 55,
puncak batang terminasi udara, gedung Biro rektor USU berada dalam kerucut
55
z
y
x
39 m
tg 55 =x/y
tg 55 = 39 / y
0,8191 = 39 / y
y = 39 / 1,4281
y = 27,3 m
sehingga ;
Tinggi terminasi udara minimum yang dipasang pada atap Lt. 4 adalah 22, 8 m.
42,4 m 22,8 m
Gambar 5.6. Penempatan Terminasi Udara tampak depan menurut metode sudut proteksi.
Gambar 5.7. Penempatan Terminasi Udara tampak samping menurut metode sudut proteksi.
Belakang
x
39 m
Kanan Kiri
Depan
Gambar 5.8. Penempatan Terminasi Udara tampak atas menurut metode sudut proteksi.
ditempatkan tepat ditengah pada atap Lt. 4 gedung. Dengan sudut proteksi yang
diperoleh sebesar 55 sesuai Tabel 3.4., tinggi terminasi udara minimum yang
dipasang pada atap Lt. 4 adalah 22, 8 m. Sehingga dengan ketinggian puncak
batang terminasi udara tersebut, setiap sudut bangunan gedung Biro rektor USU
yang diterima oleh terminasi udara baik itu vertikal maupun horizontal untuk
kemudian disalurkan menuju bumi. Mengingat arus petir sangat besar, maka
konduktor penyalur yang disediakan sebaiknya lebih dari satu agar arus petir
terminasi bumi.
4. Konduktor penyalur tidak boleh dipasang pada talang atau pipa saluran air,
meskipun dibungkus dengan bahan insulasi. Efek uap air pada talang dapat
sependek mungkin.
dilekatkan kedinding.
Setelah melihat tabel 4.5, maka bahan yang dipilih adalah tembaga,
dimana bahan ini tahan terhadap banyak bahan yang dapat menyebabkan korosi.
penampang dari konduktor. Dari tabel 4.2, maka luas penampang minimum yang
terminasi bumi adalah 50 mm2, maka luas penampang dari konduktor penyalur
pun lebih baik bila disesuaikan dengan terminasi buminya. Maka luas penampang
Konduktor Penyalur
Konduktor Penyalur
Baut
Kabel tembaga 50 mm2
Plat Besi
Baut
Ring
Tembok
Konduktor Penyalur
Braket Penyangga
Seperti yang sudah ketahui bahwa fungsi dari sistem terminasi bumi
adalah menyalurkan arus petir secara aman kebumi. Dari beberapa jenis elektroda
pembumian yang sudah dibahas sebelumnya, maka susunan tipe A dipilih untuk
terminasi bumi, tipe ini terdiri dari elektroda vertikal dan radial.
mm2, maka kabel yang disambungkan pada elektroda pembumian adalah kabel
tembaga 50mm2. Sedangkan untuk elektroda pembumian dipilih juga bahan yang
terdiri dari 2 batang penangkap petir terpisah, seperti terlihat pada Gambar 5.15
dibawah.
Batang penangkap petir I dengan tinggi 9 meter dari atap lantai 4 terletak
tepat ditengah atap gedung, namun bila digunakan sudut proteksi 55 sesuai
dengan Tabel 3.4., tidak seluruh bangunan gedung Biro Rektor berada dalam
kerucut protektif batang terminasi udara sehingga batang penangkap petir ini
gedung terletak pada sebelah kiri gedung, dan bila digunakan sudut proteksi 55
sesuai dengan tabel 3.4., tidak seluruh bangunan gedung Biro Rektor berada
dalam kerucut protektif batang terminasi udara sehingga batang penangkap petir
Penangkap Petir II
Penangkap Petir I
Gambar 5.15 Terminasi udara terpasang pada Gedung Biro Rektor USU
tampak samping (Atap Lt. 4).
64
Gambar 5.16. Terminasi udara I dan terminasi udara II pada gedung biro rektor tampak depan.
telepon, kabel listrik, dan beberapa instalasi kabel lainnya, seperti terlihat
baut dan tidak diisolasi sehingga kondisi saat ini berkarat, sehingga
Gambar 5.17. Crossing antara Konduktor Penyalur dengan kabel listrik, telepon.
6.1 KESIMPULAN
1. Bangunan Gedung Biro Rektor USU Medan memiliki panjang 70,3 m dan
lebar 43,4 m serta tinggi 22,9 m, terletak pada daerah dengan tingkat
kerawanan petir sedang yaitu 136 hari guruh pertahun, sehingga perhitungan
metode sudut proteksi maka tinggi terminasi udara minimum yang dipasang
pada atap Lt. 4 adalah 22, 8 m dan dengan ketinggian ini, setiap sudut
bangunan gedung Biro rektor USU berada dalam kerucut protektif batang
diperolehadalah 5 meter dan susunan elektroda bumi yang dipilih adalah tipe
terminasi bumi adalah dari bahan tembaga dan luas penampang yang
6. Terminasi udara yang terpasang saat ini (Batang penangkap petir I dan II)
masing-masing tinggi 9 meter dan 22 meter dari atap gedung belum mampu
7. Konduktor Penyalur yang terpasang saat ini tidak sesuai dengan persyaratan
instalasi karena terjadi crossing dengan instalasi kabel telepon, kabel listrik,
6.2 SARAN
1. Sistem Proteksi Petir Eksternal pada Bangunan Gedung Biro Rektor yang
terpasang saat ini tidak berfungsi dengan baik karena tidak sesuai dengan
internal.
dan hari guruh semakin tinggi, diharapkan Departemen Teknik Elektro dapat