Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2. ETIOLOGI
Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres selama proses
persalinan berlangsung. Bayi seringkali merupakan bayi post-matur (lebih dari 40
minggu).Selama persalinan berlangsung, bayi bisa mengalami kekurangan
oksigen.Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan pengenduran
otot anus, sehingga mekonium dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang
mengelilingi bayi di dalam rahim.Cairan ketuban dan mekoniuim becampur
membentuk cairan berwarna hijau dengan kekental yang bervariasi.Jika selama
masih berada di dalam rahim janin bernafas atau jika bayi menghirup nafasnya
yang pertama, maka campuran air ketuban dan mekonium bisa terhirup ke dalam
paru-paru. Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial
ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan
gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu, mekonium juga menyebabkan
iritasi dan peradangan pada saluran udara, menyebabkan suatu pneumonia
kimiawi.
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan terhirupnya
cairan ini terjadi pada 5-10% kelahiran.Sekitar sepertiga bayi yang menderita
sindroma ini memerlukan bantuan alat pernafasan.Aspirasi mekonium merupakan
penyebab utama dari penyakit yang berat dan kematian pada bayi baru lahir.
Faktor resiko terjadinya sindroma aspirasi mekonium:
Kehamilan post-matur
Pre-eklamsi
Ibu yang menderita diabetes
Ibu yang menderita hipertensi
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada dalam
rahim).
3. PATOFISIOLOGI
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut fetal
distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres akan menderita hipoksia
(kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya
peningkatan aktivitas usus disertai dengan melemasnya spinkter anal.Maka
lepaslah mekonium ke dalam cairan amnion.
Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterin dapat meningkatkan peristaltik
usus janin disertai relaksasi sfinkter ani eksterna sehingga terjadi pengeluaran
mekoneum ke cairan amnion.Saat bayi dengan asfiksia menarik napas (gasping)
baik in utero atau selama persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang
bercampur mekoneum ke dalam saluran napas.Mekoneum yang tebal
menyebabkan obstruksi jalan napas, sehingga terjadi gawat napas.
Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term.Mekonium ditemukan
pada cairan amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan
beberapa tingkatan aspiksia dalam kandungan.Aspiksia mengakibatkan
peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran darah
membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium keluar.Mekonium
tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau partial
dan vasospasme pulmonary.Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti
detergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi
berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks, hipertensi pulmonal persisten dan
pneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam
beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian.
Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang teraspirasi, derajat infiltrasi paru
dan tindakan suctioning yang cukup.Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring
selama kelahiran dan juga suctioning langsung pada trachea melalui selang
endotracheal setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.
4. WOC
Terlampir
5. MANIFESTASI KLINIK
Cairan ketuban berwarna hijau tua dapat jernih maupun kental, mekonium pada
cairan ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan
(sianosis), pernafasan cepat (takipnea) , sesak nafas (apnea), frekuensi denyut
jantung janin rendah sebelum kelahiran , skor APGAR yang rendah , bayi tampak
lemas , auskultasi: suara nafas abnormal Kadang-kadang terdengar ronki pada
kedua paru. Mungkin terlihat emfisema atau atelectasis.
6. PENGOBATAN/ PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan
Setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari mulut bayi.Jika
mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah selang ke dalam
trakea bayi dan dilakukan pengisapan lendir.Prosedur ini dilakukan secara berulang
sampai di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat mekonium. Jika tidak ada tanda-tanda
gawat janin dan bayinya aktif serta kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli
menganjurkan untuk tidak melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena
khawatir akan terjadi pneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam untuk
mencuci saluran udara.Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat. Pengobatan lainnya
adalah:
Fisioterapi dada (menepuk-nepuk dada)
Antibiotik (untuk mengatasi infeksi)
Menempatkan bayi di ruang yang hangat (untuk menjaga suhu tubuh)
Ventilasi mekanik (untuk menjaga agar paru-paru tetap mengembang).
Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam waktu 2-4 hari, meskipun
takipneu bisa menetap selama beberapa hari. Hipoksia intra-uterin atau hipoksia
akibat komplikasi aspirasi mekonium bisa menyebabkan kerusakan otak. Aspirasi
mekonium jarang menyebabkan kerusakan paru-paru yang permananen
b. Pemeriksaan penunjang
Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter
antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat obstruksi dan
terdapatnya pneumothorax ( gambaran infiltrat kasar dan iregular pada paru )
Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik
dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
c. Penatalaksanaan medis
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan dikirim
ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal intensive care unit [NICU]). Tata
laksana yang dilakukan biasanya meliputi :
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan
maksud untuk melepaskan lendir yang kental.
4. Pada SAM berat dapat juga dilakukan:
a. Pemberian terapi surfaktan.
b. Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke
dalam paru bayi.
c. Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di
dalam ventilator. Penambahan ini berguna untuk melebarkan pembuluh darah
sehingga lebih banyak darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi.
Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut
dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal membrane oxygenation
(ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih
sementara aliran darah dalam tubuh bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup
langka.
7. KOMPLIKASI
a. Pneumonia aspirasi
b. Pneumotoraks
c. Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen
d. Gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
PENGKAJIAN FISIK
a. Riwayat antenatal ibu
b. Status infant saat lahir
- Stress intra uterin
- Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan
- Apgar skor dibawah 5
- Terdapat mekonium pada cairan amnion
- Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen
- Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan
per menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring
- Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah
mekonium dalam paru
- Cyanosis
- Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero
posterior (AP)
c. Pengkajian Behavioral
- Disminished activity
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan aspirasi meconium
b. Resiko tinggi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
c. Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa
bersalah dan kemungkinan perawatan jangka panjang
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi malas
minum
3. Intervensi
a. Gangguan polanafas tidak efektif berhubungan dengan aspirasi meconium
Tujuan : pasien dapat mempertahankan oksigen secara adekuat.
Intervensi
Berikan posisi untuk mengobtimalkan pertukaran udara
R : mencegah kontraktur fleksi, membantu oksigenasi dan mencegah
penyempitan jalan nafas
Observasi dan kaji respon terhadap ventilasi dan pola nafas
R : pernafasan lambat periode apneu dapat menandakan perlunya ventilasi
mekanik
Lakukan suction
R : untuk mengeluarkan mucus di nasofaring dan trakea serta mencegah
aspirasi lebih lanjut
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian nebulezer, pemberian oksigen
dan obat-obatan atau terapi
R : membantu dalam proses penyembuhan
b. Resiko tinggi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
Tujuan :Mencegah dan mengeluarkan mekonium yang teraspirasi pada saat lahir
atau setelahnya.
Intervensi
Observasi kebutuhan akan suctioning nasofaring saat kepala bayi lahir.
R : Mekonium dalam cairan amnion merupakan indikasi dilakukan suction
sebelum bayi baru lahir bernafas
Lakukan suction pada trakhea infant dengan selang endotrakheal setelah
kelahiran.
R : Prosedur ini dilakukan sebelum menstimulasi infant jika ditemukan
mekonium untuk mencegah aspirasi lebih lanjut
Lanjutkan suction pada mulut bayi untuk mengeluarkan partikel mekonium
yang lebih besar.
R : Infant yang teraspirasi mekonium memerlukan resusitasi, khususnya infant
yang mengalami disstress pernafasan
Berikan istirahat dan ketenangan pada infant.
R : Menangis atau agitasi dapat meningkatkan tekanan intra thorakal,
menyebabkan pneumothorax
Tujuan 2 : Identifikasi dan minimalkan kegagalan pernafasan setelah kelahiran
Intervensi :
1. Kaji status respirasi yang mengindikasikan aspirasi mekonium dan
memerlukan tindakan segera seperti :
- frekuensi, kedalaman dan takipnea ( frekuensi nafas lebih dari 60 x/menit).
Peningkatan frekuensi nafas menentukan peningkatan kebutuhan oksigen
- Grunting. Suara grunting terjadi karena penutupan glottis untuk
menghentikan ekshalasi udara dengan desakan udara ke pita suara
- Nasal flaring.
- Retraksi dengan penggunaan otot bantu nafas. Retraksi mengindikasikan
distensi paru yang tidak adekuat selama inspirasi
- Cyanosis. Cyanosis terjadi karena penurunan kadar oksigen dalam tubuh.
- Analisa gas darah menunjukkan peningkatan PCO2 dan penurunan PO2.
Nilai tersebut mengindikasikan adanya acidosis
- Hasil serial ronqen dada.
R : Dapat mengindikasikan atelektasis, hiperinflasi atau pneumothoraks
2. Berikan therapi oksigen dan ventilasi mekanik dengan tekanan positif.
Ventilasi mekanik kadang diperlukan kadang tidak.
R : Tekanan positif diberikan setelah therapy bronkoskopi atau laringotrakheal
untuk mencegah masuknya mekonium ke jalan nafas yang lebih kecil.
3. Set ventilator mekanik untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dengan
frekuensi nafas pendek (60 70 x /menit.
R : Setting ini diperlukan untuk memberikan ventilasi alveoli bagian distal
pada infant dengan aspirasi mekonium berat
4. Pertahankan hiperoksigenasi dan nilai pH/AGD pada 7,45 7,55 dengan
PCO2 22 30 mmHg. Hiperoksigenasi mencegah sirkulasi fetal persisten.
R: Keadaan alkalosis respiratorik membentu menurunkan vasokontriksi paru
pada infant dengan aspirasi mekonium.
5. Berikan fisiotherapi dengan perkusi dan vibrasi setiap 1 2 jam. Gunakan
percussor atau vibrator jika infant dapat mentoleransi treatment.
R : Prosedur ini membantu mengeluarkan sekresi tapi prosedur ini dilakukan
tergantung pada kondisi infant
6. Cegah komplikasi infeksi (pneumonitis) dengan pemberian antibiotik IV sesuai
pesanan (seperti ampicillin).
R : Antibiotik menghancurkan bakteri dengan memecah dinding sel bakteri
sehingga sel bakteri mati.
7. Berikan aminoglycosides sesuai pesanan seperti kanamisin. Monitor kadar
serum bayi.
R : Aminoglycosides menghancurkan bakteri dengan menghambat sintesis
protein sehingga sel bakteri mati. Berikan secara pelahan untuk mencegah
toksisitas ginjal. Memonitor level serum memaksimalkan efeltifitas therapi
obat.
8. Jika dipesankan, berikan steroid untuk menurunkan respon inflamasi
mekonium.
R : Walaupun obat hidrokortison merupakan pilihan tetapi penggunaannya
masih diperdebatkan.
9. Siapkan infant untuk pembedahan dan pemasangan Extracorporeal Membrane
Oksigenation (ECMO) Pump jika infant mengalami kerusakan fungsi paru
yang berat. CCMD mempertahankan pertukaran dan perfusi gas. Pembedahan
dilakukan untuk menanam dua tube kecil di leher dan menghubungkannnya
dengan mesin ECMO yang memompakan darah melalui paru artificial.
R : Prosedur ini memepertahankan infant tetap hidup sampai paru dapat
didukung dengan ventilasi mekanik. Jika ECMO digunakan
10. Kaji intake dan output cairan infant.
R : Mempertahankan keseimbangan cairan penting untuk mencegah
overload cairan.
11. Monitor PO2 atau nilai oksimetri.
R : Nilai tersebut untuk mengevalusi oksigenasi jaringan
12. Kaji status neurologik infant.
R : Tanda neurologik menunjukkan perubahan status oksigenasi
13. Suction saluran endotrakheal sesuai pesanan.
R : Suctioning mempertahankan patensi jalan nafas dan membantu
treatment.
c. Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa
bersalah dan kemungkinan perawatan jangka panjang
Tujuan :Meminimalkan kecemasan, rasa bersalah dan memberikan dukungan
selama krisis situasi.
Intervensi dan Rasional
o Kaji ekpressi verbal dan non verbal, perasaan dan penggunaan koping
mekanisme.
R : Data tersebut diperlukan untuk membantu perawat untuk membangun
koping yang konstruktif pada keluarga
o Anjurkan orangtua mengungkapkan perasaannya tentang keadaan sakit
anaknya, perawatan yang lama, dan prosedur yang dilakukan pada anaknya.
R : Verbalisasi membantu mempertahankan rasa percaya, menurunkan tingkat
kecemasan orangtua dan meningkatkan keterlibatan orangtua
o Berikan informasi yang konsisten dan akurat tetang kondisi dan perkembangan
bayinya, perawatan di masa yang akan datang, dan potensial problem
pernafasan.
R : Informasi akan menurunkan kecemasan terhadap keadaan bayinya.
o Anjurkan keluarga berkunjung, ikut memberikan perawatan bila mungkin.
R : Kunjungan, komunikasi dan partisipasi pada perawatan infant membantu
proses bounding
o Informasikan kepada orangtua tentang kebutuhan setelah pulang dan
intruksikan prosedur yang penting saat di rumah.
R : Beberapa infant membutuhkan bantuan ventilator setelah pulang ke
rumah.
o Rujuk orangtua pada perawat komunitas dan informasikan tentang fasilitas
kesehatan yang bisa dihubungi.
R : Rujukan memberikan support kepada keluarga untuk terus mengontrol
keadaan bayinya.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bayi
malas minum
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria:
Bayi tidak kehilangan berat badan
Bayi mampu mempertahankan/menunjukkan peningkatan berat badan
Intervensi:
a. Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
b. Ukur masukan dan haluaran
c. Timbang berat badan bayi setiap hari
d. Berikan makanan melalui sonde sesuai pesanan
e. Catat aktifitas bayi dan perilaku makan secara akurat
f. Observasi koordinasi reflek menghisap/menelan
g. Berikan kebutuhan menghisap pada botol sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Hatake, Kapepevi. 2013. Askep MAS. Didownload tanggal 02 Juni 2015, pukul
18.45. http://macrofag.com/2013/02/askep-mas-meconium-aspiration-syndrome.html
ASPIRASI MEKONIUM
Nafas cepat
Gangguan
pertukaran gas
Apneu
Gangguan Pola
nafas tidak efektif