TEKNIK PRODUKSI
Secara teoritis dapat didekati oleh persamaan radial dari darcy untuk
fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian untuk
aliran minyak saja berlaku hubungan :
-3
7. 082 x 10 x k x h
PI =
Bo x o x ln ( re/rw )
105
-3
7.082 x 10 h ko kw
PI =
ln( re/rw) ( +
o Bo w Bw )
dimana :
PI = productivity index, bbl/hari/psi
k = permeabilitas batuan, mD
kw = permeabilitas efektif terhadap sumur, mD
ko = permeabilitas efektif terhadap minyak, mD
o = viscositas minyak, cp
w = viscositas air, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bw = foktar volume formasi air, bbl/STB
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft
PI 7 .082 x 10-3 x k
SPI = Js = =
h Bo x ln (re/rw )
106
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai
berikut:
PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5
PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5
PI tinggi jika lebih dar 1,5
a. Permeabilitas
Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk
mengalirkan fluida. Dengan turunnya permeabilitas maka fluida
akan lebih sukar mengalir, sehingga kemampuan berproduksi atau
PI turun.
b. Saturasi
Saturasi adalah ukuran kejenuhan fluida dalam pori-pori
batuan. Dalam proses produksi, saturasi minyak berkurang dengan
naiknya produksi kumulatif minyak dan kekosongan diganti oleh
air atau gas bebas. Disamping itu proses produksi berlangsung terus
dengan penurunan tekanan sehingga timbul fasa gas yang
mengakibatkan saturasi gas bertambah dan saturasi minyak
berkurang. Hal ini akan mengurangi permeabilitas efektif terhadap
minyak sehingga dapat menurunkan PI.
107
fluida yang mengalir masih terdiri dari satu fasa. Apabila tekanan
reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung (bubble point
pressure), maka adanya drawdown pressure dapat mengakibatkan
permeabilitas berkurang karena hadirnya saturasi gas yang dapat
menghambat aliran minyak ke permukaan. Dengan kata lain bahwa
adanya perubahan fasa dalam reservoir yaitu timbulnya fasa gas
dalam bentuk gelembung yang akan mengisi ruang pori-pori batuan
akan menghalangi aliran minyak sehingga harga PI akan turun.
3. Drawdown
108
kecil, dan ini memungkinkan ketidakmampuan untuk mengalirkan
fluida selanjutnya ke separator, karena tidak dapat mengatasi tekanan
balik yang terjadi. Disamping itu laju produksi minyak akan turun
karena terhambat oleh aliran gas. Perlu kita perhatikan bahwa, dengan
membesarnya drawdown untuk formasi yang kurang kompak dapat
menimbulkan masalah terproduksinya pasir.
4. Ketebalan Lapisan
Semakin tebal suatu zona produktif, maka makin besar pula harga
PI yang berarti laju produksi juga dapat naik tetapi apabila lapisan
tersebut diselingi oleh lapisan tipis dari air maupun gas, maka laju
produksi minyak akan berkurang. Terproduksinya air dapat pula
menyebabkan terjadinya scale yang mengurangi kapasitas kerja dari
alat-alat atau terjadi korosi pada alat. Untuk mencegah hal ini, antara
lain dengan memasang casing, sehingga menembus formasi/zona
produktif, kemudian diperforasi pada interval-interval minyaknya.
5. Mekanisme Pendorong
109
c. Water Drive
Selama pengosongan minyak dari reservoir oleh water influx,
sehingga tidak dapat mengimbangi pengosongan, maka tekanan
akan turun sampai dibawah tekanan saturasi, sehingga terbentuk
fasa gas. Dalam kondisi ini dapat terjadi aliran minyak, air dan gas,
dimana PI-nya akan turun selama produksi berlangsung.
110
m(Prm ( Pwf ) )
0.00708 K o h
q=
(ln
rw ( )
0.5+S )
b. Persamaan Vogel
Untuk memudahkan perhitungan kinerja aliran fluida dua
fasa dari formasi ke lubang sumur, Vogel mengembangkan
persamaan sederhana. Adapun anggapan pada persamaan Vogel
yaitu :
Reservoir bertenaga dorong gas terlarut
Harga skin disekitar lubang sama dengan nol
Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi
qo 2
qomax
=10.2 ( ) (( ) )
Pwf
Pr
0.8
Pwf
Pr
q o=J (PsPwf )
Pada bagian kurva yang tidak linier (Pwf < Pb), maka
persamaan yang digunakan yaitu, :
( ( ) (( ) ))
2
Pwf Pwf
q o=q b ( Qomax Qb ) 10.2 0.8
Pr Pr
dimana,
111
qb = laju alir oil pada tekanan saturasi
Pb = tekanan saturasi
Qb = J (Pb/1.8)
J = Index Productivity
112
untuk menghitung laju produksi maksimum pada harga FE
yang dimaksud, maka pada tekanan alir dasar sumur
sebenarnya yang sama dengan 0 di ubah menjadi tekanan alir
dasar sumur pada kondisi ideal.
qo 2
qomax
=10.2 ( P' wf
Pr ) ((
0.8
P ' wf
Pr ))
atau
qo 2
qomax (FE=1)
=1.8(FE) 1 ( Pwf
Pr )
0.8 ( FE 2 ) (( ) )
Pwf
Pr
[ ) )]
2
J Pb
q o=J ( PrPb ) +
1.8
1.8 1
Pwf
Pr (
0.8 1
Pwf
Pr ) ((
Kelemahan dari metode Standing terhadap grafik IPR
yang dihasilkan, yaitu :
Hampir lurus untuk FE < 1 meskipun kondisi aliran
adalah dua fasa.
Berlawanan dengan definisi kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur.
2) Persamaan Cauto
Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja
aliran fluida dari formasi ke lubang sumur, dengan cara
mendefinisi indeks produktivitas. Persamaan yang hasilkan
adalah sebagai berikut :
ko
q o=0.00419
((
h
o Bo
) ( )
Pr ( FE ) (1R)(1.80.8 ( FE )( 1R ))
ln 0.472
rw )
113
3) Persamaan Fetkovich
Fetkovich menganalisa hasil uji back-pressure yang
dilakukan di sumur-sumur minyak yang berproduksi dari
berbagai kondisi reservoir. Dari analisa ini disimpulkan
bahwa kurva back pressure di sumur minyak mengikuti kurva
back pressure di sumur gas, yaitu plot antara qo terhadap (Pr2
Pwf2).
Grafik IPR sumur minyak dari uji back pressure dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan :
q o=C ( ( P r 2Pwf 2)n )
dimana,
C = flow coefficient,
n = 1/kemiringan
log
log q2log q1
n=
3. Aliran 3 fasa
M.L, Wiggins mengembangkan persamaan Vogel, sehingga
menjadi persamaan IPR untuk aliran tiga fasa, dengan membuat
persamaan untuk minyak dan air sebagai berikut :
qo 2
qomax
=10.52
Pwf
( )
Pr
0.48
Pwf
Pr (( ) )
114
Gambar 3.1. Kurva IPR
[ ( ) ( )]
2
Pwf Pwf
q o(F )=qo (max) F 10.2 0.8
Pr Pr
Atau
J F P RF
[ ( ) ( )]
2
Pwf Pwf
q o(F )= 10.2 0.8
1.8 Pr Pr
Dimana,
P
P
( RP )
P RP f
( RF )
P RF f
q o(max )F =q o(max)P
115
k
( ro/ o Bo )F
f PRF =
k
( ro o B o) P
f P RP=
2. Faktor Skin tidak sama dengan nol
Dalam kelompok ini terdapat metode couto berdasarkan
pengembangan dari persamaan vogel dengan meramalkan tekanan
reservoir yang akan datang, metode Fetkovich berdasarkan
pengembangan empiris.
Metode Fetkovich
PRF 2 n
q o(F )=J
Pri
( Prf Pwf )
116
mungkin berbentuk slug dengan gas yang mendorongnya dari belakang.
Masalah aliran multifasa dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Vertikal Multiphase flow
2. Horizontal Multiphase flow
3. Inclined Multiphase flow
4. Directional Multiphase flow
Dalam sistem sumur produksi, keempat persoalan aliran diatas dapat
ditemui dimana fluida multifasa dari reservoir masuk kelubang sumur
dimana aliran fluida reservoir dalam tubing dapat berupa aliran vertikal
ataupun aliran directional maupun incline kemudian fluida mengalir ke
kepala sumur dan dilanjutkan mengalir ke tanki pengumpul melalui pipa
salur horizontal atau miring sesuai permukaan tanah. Dalam sistem aliran
tersebut akan ada kehilangan tekanan dari fluida yang mengalir, banyaknya
metode yang telah dikembangkan untuk memperkirakan besarnya
kehilangan tekanan aliran tersebut.
117
masa fluida yang masuk ke dalam komponen berikutnya yang akan saling
berhubungan atau teanan di ujung suatu komponen akan sama dengan
tekanan di ujung komponen lain yang berhubungan.
Hal dasar yang diperlukan untuk analisa optimasi sumur dengan
analisa sistem nodal adalah Inflow Performance Relationship (IPR) sumur
pada kondisi terkini. Kemudian model dari komponen-komponen sumur
dapat digunakan untuk memprediksi performa sumur.
Dalam sistem sumur produksi dapat ditemukan 4 titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi
produktif/reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur
adalah open hole atau titik pertemuan antara komponen tubing dengan
komplesi apabila sumur diperforasi / dipasangi gravel pack.
2. Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing
dan komponen pipa salur dalam hal ini sumur tidak dilengkapi dengan
jepitan atau merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dengan
komponen jepitan apabila sumur dilengkapi dengan jepitan.
3. Titik nodal di separator
Pada titik nodal ini mempertemukan komponen pipa salur dengan
komponen separator.
4. Titik nodal di Upstream / Downstream jepitan.
Sesuai dengan letak jepitan, titik nodal ini dapat merupakan
pertemuan antara komponen jepitan dengan komponen tubing, apabila
jepitan dipasang di tubing sebagai safety valve atau merupakan
pertemuan antara komponen tubing dipermukaan dengan komponen
jepitan, apabila jepitan dipasang di kepala sumur.
118
Gambar 3.2. Gambar Sistem kehilangan tekanan di dalam sumur
(Brown, Kermit E., 1977)
119
Ikut terproduksinya pasir pada operasi produksi
menimbulkan problem produksi. Problem produksi ini
biasanya berhubungan dengan formasi dangkal berumur
tersier yang umumnya batupasir berjenis lepas-lepas
(unconsolidated sand) dengan sementasi antar butiran kurang
kuat. Hal ini berarti pekerjaan komplesi sumur menjadi
perhatian kritis dalam zona-zona kepasiran.
b. Problem coning
Terproduksinya air atau gas yang berlebihan tidak
hanya menurunkan produksi minyak, tetapi juga dapat
mengakibatkan sumur ditutup atau ditinggalkan sebelum
waktunya. Selain itu terproduksinya air atau gas yang
berlebihan akan menyebabkan proses pengolahan selanjutnya
menjadi lebih sulit.
Terproduksinya air atau gas berlebihan dapat
disebabkan karena:
Pergerakan air atau posisi batas air minyak telah
mencapai lubang perforasi.
Pergerakan gas atau batas gas minyak telah mencapai
lubang perforasi.
Terjadinya water fingering atau gas fingering
120
viskositasnya. Sedang berdasarkan fasanya maka emulsi
dibagi menjadi dua yaitu :
Air dalam emulsi minyak (water in oil emulsion) jika
minyak sebagai fasa eksternal dan air menjadi fasa
internal.
Minyak dalam emulsi air (oil in water emulsion) jika
sebaliknya
b. Problem scale
Endapan scale adalah endapan mineral yang terbentuk
pada bidang permukaan yang bersentuhan dengan air formasi
sewaktu minyak diproduksikan ke permukaan. Timbulnya
endapan scale tergantung dari komposisi air yang
diproduksikan. Jika kelarutan ion terlampaui maka komponen
menjadiu terpisah dari larutan sebagai padatan, dan
membentuk endapan scale. Sebab-sebab terjadinya endapan
scale antara lain :
Air tak kompatibel
Air tak kompatibel adalah bercampurnya dua
jenis air yang tak dapat campur akibat adanya
kandungan dan sifat kimia ion-ion air formasi yang
berbeda. Jika dua macam air ini bercampur maka
terjadi ion-ion yang berlainan sifat tersebut sehingga
menyebabkan terbentuknya zat baru tersusun atas
kristal-kristal atau endapan scale.
Penurunan tekanan
Selama produksi terjadi penurunan tekanan
reservoir akibat fluida diproduksikan ke permukaan.
Penurunan tekanan ini terjadi pada formasi ke dasar
sumur, ke permukaan dan dari kepala sumur ke tangki
penimbun. Adanya penurunan tekanan ini, maka gas
CO2 jadi terlepas dari ion-ion bikarbonat. Pelepasan
121
CO2 menyebabkan berubahnya kelarutan ion yang
terkandung dalam air formasi sehingga mempercepat
terjadinya endapan scale.
Perubahan temperatur
Sejalan dengan berubahnya temperatur (ada
kenaikkan temperatur ) terjadi penguapan, sehingga
terjadi perubahan kelarutan ion yang menyebabkan
terbentuknya endapan scale. Perubahan temperatur ini
disebabkan oleh penurunan tekanan .
Faktor-faktor lainnya
Agitasi menyebabkan terjadinya turbulensi aliran,
sehingga endapan scale lebih cepat terbentuk. Semakin
lama waktu kontak semakin besar pula endapan scale
yang terbentuk. Semakin besar pH larutan
mempercepat terbentuknya endapan scale.
c. Problem korosi
Problem korosi timbul akibat adanya air yang
berasosiasi dengan minyak dan gas pada saat diproduksikan
ke permukaan. Air bersifat asam atau garam, atau keduanya
dan kecenderungan mengkorosi logam yang disentuhnya.
Besi umumnya mudah bersenyawa dengan sulfida dan
oksigen, sehingga korosi yang dihasilkan berupa feri oksida.
Untuk itu adanya anggapan bahwa korosi merupakan reaksi
antara besi dengan oksigen atau hidrogen sulfida sebagai
berikut :
4 Fe+++ + 3 O2 2 Fe2O3 (karat)
Fe++ + H2S FeS + H2 (karat)
Besi tidak bisa bereaksi dengan oksigen kering atau
hidrogen sulfida kering pada temperatur biasa karena korosi
hanya dapat terjadi jika ada air.
122
Korosi sebenarnya merupakan proses elektrokimia
yaitu proses listrik yang terjadi setelah reaksi kimia dan
disebabkan oleh kandungan garam dan asam dalam air. Jika
ada dua permukaan logam berbeda muatan listrik maka
terjadi aliran listrik melalui air.
Korosi pada logam dapat dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
1. Pengaruh komposisi logam, dimana setiap logam yang
berbeda mempunyai kecenderungan yang berbeda
terhadap korosi.
2. Pengaruh komposisi air, dimana pengkaratan oleh air
akan meningkat dengan naiknya konduktivitas.
Disamping itu pengkaratan oleh air juga akan
meningkat dengan menurunnya pH air.
3. Kelarutan gas, dimana oksigen, karbon dioksida atau
hidrogen sulfida yang terlarut didalam air akan
menaikkan korosivitas secara drastis. Gas yang terlarut
adalah sebab utama problem korosi.
d. Problem parafin
Terbentuknya endapan parafin dan aspal disebabkan
oleh perubahan kesetimbangan fluida reservoir akibat
menurunnya kelarutan lilin dalam minyak mentah.
Pengendapan yang terjadi pada sumur produksi dipengaruhi
oleh kelarutan minyak mentah dan kandungan lilin dalam
minyak. Kristal-kristal lilin yang menjarum berhamburan
dalam minyak mentah saat berbentuk kristal-kristal tunggal.
Bahan penginti (nucleating agent) yang terdapat bersama-
sama dengan kristal lilin dapat memisahkan diri dari larutan
minyak mentah dan membentuk endapan dalam sumur
produksi.
123
Penyebab utama terbentuknya endapan parafin dan
aspal adalah penurunan tekanan karena kelarutan lilin dalam
minyak mentah menurun saat menurunnya temperatur.
Adanya gerakan ekspansi gas pada lubang perforasi dan di
dasar sumur dapat menyebabkan terjadinya pendinginan atau
penurunan temperatur sampai di bawah titik cair parafin,
sehingga timbul parafin dan aspal. Terlepasnya gas dan
hidrokarbon ringan dari minyak mentah bisa menyebabkan
penurunnan kelarutan lilin, sehingga terbentuk endapan
parafin dan aspal. GOR yang tinggi dapat mempercepat
terbentuknya endapan parafin dan aspal.
124
3.4.2. Metoda Sembur Buatan
Pengangkatan buatan adalah merupakan suatu usaha untuk
membantu mengangkat fluida dari sumur produksi ke permukaan dengan
jalan memberikan energi mekanis dari luar. Metoda pengangkatan buatan
yang umum digunakan selama ini dalam metoda artificial lift adalah
dengan menggunakan jenis peralatan gas lift, pompa sucker rod, dan
pompa sentrifugal (pompa reda) yang masing-masing peralatan tersebut
akan dijelaskan di bawah ini.
3.4.2.1. Gas Lift
Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media
pengangkat ke dalam kolom fluida melalui valve-valve yang dipasang
pada tubing dengan kedalaman dan spasi tertentu.
Syarat-syarat suatu sumur yang harus dipenuhi agar dapat
diterapkan metoda gas lift antara lain :
1. Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu
sendiri maupun dari tempat lain.
2. Fluid level masih tinggi.
125
akan turun di bawah valve, selanjutnya valve ini (valve paling atas)
akan membuka, sehingga gas injeksi akan masuk ke dalam tubing.
Dengan bercampurnya gas injeksi dengan fluida reservoir, maka
densitas minyak akan turun dan mengakibatkan gradien tekanan
minyak berkurang sehingga akan mempermudah fluida reservoir
mengalir ke permukaan.
126
3.4.2.2. Pompa Sucker Rod
Sucker rod pump merupakan salah satu metoda pengangkatan
buatan, dimana untuk mengangkat minyak ke permukaan digunakan
pompa dengan tangkai pompa (rod). Pompa ini digunakan pada sumur-
sumur dengan viskositas rendah medium, tidak ada problem kepasiran,
GOR tinggi, sumur-sumur lurus dan fluid level tinggi.
A. Prinsip Kerja Pompa Sucker Rod
Prinsip kerja dari pompa sucker rod dapat dijelaskan sebagai
berikut : Gerak rotasi dari prime mover diubah menjadi gerak naik
turun oleh pumping unit terutama oleh sistem pitman crank
assembly. Kemudian gerak angguk (naik turun) ini oleh horse head
dijadikan gerak lurus naik turun untuk menggerakkan plunger.
Instalasi pumping unit di permukaan dihubungkan dengan pompa
yang ada dalam sumur oleh sucker rod sehingga gerak lurus naik
turun dari horse head dipindahkan ke plunger pompa dan plunger
bergerak naik turun dalam barrel pompa.
Pada saat up-stroke, plunger bergerak ke atas, di bawah
plunger terjadi penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur
lebih besar dari tekanan dalam pompa maka akibatnya standing
valve terbuka dan minyak masuk ke dalam pompa. Pada saat down-
stroke, standing valve tertutup karena tekanan dari minyak dalam
barrel pompa, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu traveling valve
terbuka oleh tekanan minyak akibat dari turunnya plunger,
selanjutnya minyak akan masuk ke dalam tubing. Proses ini
dilakukan secara berulang-ulang sehingga minyak akan sampai ke
permukaan dan terus ke separator melalui flow line.
127
Gambar 3.3. Sucker Rod Pump
128
(akibat dari gaya sentrifugal) dan arah tangensial.
129