Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang
berjudul "Terapi Subsitusi pada Koagulasi lntravaskuler diseminata". Tinjauan
pustaka ini merupakan tugas dan persyaratan peserta Program Pendidikan Dokter
Spesialis I (PPDS I) Bagian llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas Padang dalam menjalani stase di Subbagian Hematologi
Onkologi Medis.
Penulis menyadari tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu diharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan tulisan ini.
Izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. dr. H. Nusirwan
Acang, SpPD-KHOM. FINASIM, dr. H. Irza Wahid, SpPD-KHOM. yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan selama menjalani stase di Subbagian
Hematologi Onkologi Medis. Semoga menjadi amalan baik dan mendapat balasan
Allah SWT. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KataPengantar ..................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
i
Daftar Tabel......................................................................................................
ii
Daftar Gambar..................................................................................................
iii
BAB I. Pendahuluan.........................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Patofisiologi
Gambar 1. Mekanisme pencetus terjadinya KID1
Terdapat berbagai macam penyebab Koagulasi Intravaskuler Diseminata
(KID) yang mencetuskan reaksi pembekuan darah melalui satu atau lebih dari 3
mekanisme yaitu : aktivasi jalur intrinsik pembekuan darah melalui pembentuk
faktor Xlla atau trombosit, aktivasi jalur ekstrinsik pembekuan darah oleh
masuknya tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi dan aktivasi secara langsung
pada faktor X atau II. Mekanisme pencetus melalui faktor jaringan paling banyak
sebagai penyebab terjadinya KID yaitu trauma luka bakar yang luas, solusio
plasenta, intrauteri fetal death, leukemia promielositik, emboli cairan amnion,
neoplasma, endotoxin dan adesi dan agregasi trombosit. Selain itu melalui jalur
kerusakan jaringan, adesi dan agregasi trombosit, aktifitas kontak, faktor X,
protrombin dan fibrinogen.1 Untuk lebih jelasnya ditampilkan pada gambar 1.
Kerusakan endotel pembuluh darah merupakan stimulus adesi trombosit,
yang selanjutnya melepaskan ADP, serotonin dan adrenalin yang menyebabkan
agregasi trombosit. Aktivasi platelet factor 3 (PF3) menyebabkan terjadinya
koagulasi melalui jalur intrinsik.2,5,12,13
Terbukanya kolagen dan komponen jaringan ikat lain pada kerusakan
endotel merupakan permukaan aktif yang dapat mengubah faktor XII menjadi
faktor Xlla. Faktor Xlla akan menambah prekalikren menjadi kalikren. Kalikren
yang terbentuk akan menambah perubahan faktor XII menjadi faktor Xlla.
Rangkaian reaksi pembekuan melalui jalur intrisik akhirnya akan menghasilkan
trombin.2,5,12,13
Pemecahan lebih lanjut dari faktor Xlla menghasilkan fragmen Xllf yang
dapat mengubah plasminogen menjadi plasmin. Aktivasi faktor XII selain
mengaktifkan sistim koagulasi dan fibrinolisis, juga dapat mengaktifkan sistim
kinin dan sistim komplemen. Reaksi-reaksi ini menyebabkan pembentukan
bekuan fibrin intravasskular, yang dapat diikuti oleh pemecahannya kembali oleh
plasmin.2,5,12,13
Plasmin merupakan enzim proteolitk yang kuat yang dapat memecah
fibrin dan fibrinogen, juga faktor V dan VIII. Aktivitas faktor XII menyebabkan
terbentuknya plasmin. Disamping itu, trombomodulin dari sel endotel bersama
trombin mengaktifkan protein C. Protein C aktif merangsang fibrinolisis. Secara
umum, pembentukan trombin bersama dengan pembentukan plasmin. Plasmin
memecah fibrin dan fibrinogen membentuk fibrin/fibrinogen membentuk
fibrin/fibrinogen degradation products (FDP).2,5,12,13
Aktivasi faktor XII dan perubahan prekalikrein menjadi kalikrein,
menyebabkan pembentukan bradikinin dari kinogen. Pelepasan bradikinin
menyebabkan terjadinya hipotensi. 2,5.
2.2 Diagnosis
Menurut Bick untuk membuat diagnosis DIC diperlukan kriteria klinik dan
laboratorium. Kriteria klinik adalah perdarahan atau trombosis atau keduanya
yang menyertai suatu penyakit dasar. Secara laboratorium laboratorium ditemukan
bukti adanya aktivitas koaguiasi, aktivitas fibrinolisis, konsumsi inhibitor dan
bukti kegagalan fungsi organ. Bukti adanya aktivitasi sistim koaguiasi adalah
peningkatan fragmen protrombin 1 dan 2 (F1.2), trombin-antitrombin (TAT) , FPA
dan D dimer. Bukti adanya sistim fibrinolisis adalah peningkatan D dimer, fibrin
degradation products (FDP), dan plasmin-antitrombin (PAP) kompleks. Bukti
konsumsi inhibitor adalah penurunan antitrombin, protein C, protein S,
antiplasmin dan peningkatan TAT dan PAP. Bukti adanya kegagalan fungsi organ
adalah peningkatan LDH, kreatinin, penurunan pH dan tekanan parsial 02.2
Intenasional Society on Thrombosis and Hemostasis telah membuat
algoritma untuk membuat diagnosis DIC,16 seperti yang terlihat ditabel 1.
Tabel 1. Skor Diagnosis DIC menurut Intemasional Society on Thrombosis and
Hemostasis12
Global coagulation test results Score (0,1, or 2 points)
Platelet count > 100 x 109/L = 0
50 - 10 x 109/L = 1
<50xl09/L = 2
Elevated fibrin-related markers No increase = 0
(soluble fibrinomer, D-dimers, Moderate increase = 1
fibrin degradation productions) Strong increase = 2
2.3 Terapi
Penatalaksanaan KID yang banyak dipakai ialah : Pengobatan penyakit
dasar (underlying disease) adalah tindakan pertama yang hams dilakukan.
Tindakan ini termasuk juga pengobatan suportif seperti pemberian cairan dan
elektrolit yang cukup, koreksi asidosis dan hipoksia, perbaikan syok,
menghentikan proses pembekuan dengan heparin, dan pemberian komponen darah
(terapi subsitusi) yang mengandung faktor-faktor pembekuan atau trombosit
haruslah ditinjau kasus per kasus. Selain itu berkembang pemberian rekombinan
FVII aktivator, rekombinan protein C activator dan konsentrat antitrombin III.10,20
2.3.2 Antikoagulan
Pada kasus KID dengan predominan trombosis seperti tromboemboli arteri
atau vena, severe purpura fulminans berhubungan dengan iskemia akral atau
infaks vaskuler kulit dipertimbangkan pemberian heparin. 10,20
Dimana pasien yang berisiko tinggi untuk terjadi perdarahan, mungkin
pemberian infus kontinua unfractionated heparin yang waktu paruh pendek dan
reversible. Dosis yang diberikan lOu/kg/jam mungkin tanpa menilai pemanjangan
rasio aPTT 1.5 - 2.5 kali kontrol. Monitoring aPTT jika ditemui ada kompiikasi
dan observasi klinis ditemukan adanya tanda-tanda perdarahan.10,20
Pada penyakit kritis, tanpa perdarahan dengan KID, direkomendasikan
pemberian profilaksis heparin atau low molecular weight heparin terhadap
tromboemboli vena.10,20
Disetiap 175 - 250 mL/unit FFP mengandung fibrinogen 2 - 4.5 mg/mL dengan
waktu paruh 100 - 150 jam, protrombin, faktor V, faktor VII, faktor VIII, faktor
IX, faktor X, faktor XI, faktor XIII ~ 1 unit/mL3 (tabel 6)
Tabel 8. Pemberian komponen darah untuk kasus KID berdasarkan tipe Rumah
Sakit diwilayah New South Wales.
Fresh Frozen Plasma (n= Kriopres pitat
Trombosit (n =414)
669) (n=64)
Penyakit yang
Referal Urban Rural Referal Urban Rural Referal Urban
mendasari
n
n=259 n = 78 n = 77 n = 313 n=216 n = 60 n =4
=140
KID dengan 6% 4% 1% 4% 2% 0 12% 25%
perdarahan
KID tanpa perdarahan 2% 5% 4% 3% 4% 4% 5% 0
Penyebab lain 92% 91% 95% 93% 94% 96% 83% 75%
Gambar 6. Kebutuhan darah dan komponen darah sebelum dan setelah terapi
rVIIa30
Juga didukung penelitian muiticenter, randomisasi, double-blind, placebo-
controlled trial dilakukan oleh Lodge JP dkk (2005) terhadap pasien yang
menjalani orthotopic liver transplantation (OLT), diberikan rejimen intravena
bolus rFVIIa 60 atau 120 microg / kg atau plasebo. Hasil didapatkan pada studi
ini, penggunaan rejimen rFVIIa terhadap pasien yang akan menjalani OLT dapat
mengurangi secara signifikan kebutuhan transfusi red blood cell (RBC) dan tidak
ada peningkatan kejadian tromboemboli dibandingkan dengan placebo.31 Dan
penelitian oleh Cameron dkk (2007) terhadap pemakaian rekombinan faktor Vila
90 g/kg pada 88 pasien dengan krisis perdarahan akibat trauma. Hasil yang
didapatkan terjadi penurunan yang signifikan kebutuhan komponen darah dan
berkurang atau berhenti perdarahan sebanyak 59% pasien.32 Kontras dengan
penelitian double-blind trial oleh Planinsic RM dkk (2005) yang juga
menggunakan rFVIIa pada pasien sirosis hati yang menjalani Orthotopic liver
transplantation (OLT) dengan pemberian dosis tunggal rFVIIa bolus intravena (20,
40, atau 80 microg / kg) atau placebo. Studi ini menyimpulkan tidak ada
perbedaan yang signifikan terhadap kebutuhan transfusi RBC pada kelompok
yang mendapatkan rFVIIa atau plasebo 33
Diringer dkk (2008) melaporkan gabungan 3 penelitian randomized
placebo-controlled terhadap pasien yang didiagnosis pendarahan intracerebral
spontan terhadap efek samping pemberian rekombinan faktor Vila terhadap
kejadian tromboemboli. Jumlah sampel dalam penelitian ini 486 orang, yang
mendapatkan rekombinan faktor Vila sebanyak 371 pasien dan plasebo sebanyak
115 pasien dengan dosis pemberian yaitu 5-40 g/kg, 80 /kg, 120 - 160 g/kg.
Dari penelitian ini didapatkan kejadian tromboemboli lebih tinggi pada dosis 120
- 160 g/kg, mengenai arteri lebih banyak dengan manifestasi tromboemboli
seperti iskemia myokard, infark serebral, deep vein thrombosis, emboli pulmonal
dan kejadian vena yang lain. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada gambar 7.34
Gambar 7. Kejadian tromboemboli berdasarkan group dosis.34
4.1 Kesimpulan
1. Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah suatu kelainan yang
ditandai dengan sistim koagulasi dan atau fibrinolitik teraktivasi secara
sistemik.
2. Terapi subsitusi dipertimbangkan bila terjadi pendarahan yang signifikan
atau dilakukan tindakan invasif yang segera dikerjakan, sampai penyebab
yang mendasari dapat ditatalaksanakan.
3. Terapi subsitusi untuk pasien KID terdiri dari koagulan dan antikoagulan
4. Telah dikembangkan pemakaian terapi rekombinan yang berperan sebagai
koagulan seperti rFVIIa dan antikoagulan seperti rhAPC, rhATIII dan
rhTFPI
5. Pemberian terapi rekombinan FVIIa memberikan hasil yang memuaskan
untuk kasus perdarahan yang gagal menggunakan komponen darah.
6. Pemberian terapi subsitusi rekombinan antitrombin III, rekombinan
protein C aktif rekombinan tissue factor pathway inhibitor lebih diarahkan
untuk pasien KID dengan pencetus sepsis dan sampai sekarang masih
dalam penelitian.
4.2 Saran
1. Terapi subsitusi menjadi salah satu komponen untuk penatalaksanaan
Koagulasi intravaskuler diseminata (KID).
2. Masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk penggunaan terapi
subsitusi pada Koagulasi intravaskuler diseminata (KID).
Daftar Pustaka
1. Rodgers et al. Acquired Coagulation Disorders. In Wintrobe's Clinical
Hematologyl2th Ed. Editor: Greer et al. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia, 2009:1427 - 58.
2. Rahajuningsih dkk. Patofisiologis DIC dan Fibrinolisis. Dalam Hemostasis
dan Trombosis. Editor: Setiabudy R. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta, 2007:108 -19.
3. Kusuma et al. Acute Disseminated Intravascular Coagulation. Hospital
Physician 2009: 35 -40.
4. Haroen. Darah dan komposisi: komposisi, indikasi dan cara pemberian. Dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Ed IV. Editor: Aru W. Sudoyo. Pusat
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta, 2006: 685 - 90.
5. Saba et al. The Pathogenesis and Management of Disseminated Intravascular
Coagulation. Clinical Advances in Hematology & Oncology 2006: 919 - 26.
6. Stanworth et al. The Evidence-Based Use of FFP and Cryoprecipitate for
Abnormalities of Coagulation Tests and Clinical Coagulopathy. Hematology
2007:179 - 83.
7. Belisle et al. Fresh Frozen Plasma: Clinical Guidelines and Use. Transfusion
Alternatives in Transfusion Medicine 2003. 363-7
8. Makroo et al. Use of Blood Components in Critically III patients in the
Medical Intensive Care Unit of a Tertiary Care Hospital 2009: 82 - 5
9. Pantanowitz et al. Cryoprecipitate Patterns of Use. Am J Clin Pathol
2003,119:874-881.
10. Levi et al. Guidelines for the diagnosis and management of disseminated
intravascular coagulation. British Journal of Haematology 2009,145, 24-33.
11. Zeerleder et al. Disseminated Intravascular Coagulation in Sepsis. Chest
2005;128;2864 - 75
12. Levi et al. Infection and inflammation and the coagulation system.
Cardiovascular Research 60 (2003) 26-39.
13. Freeman et al. Coagulation inhibitor in the treatment of sepsis. Expert Opin.
Investig. Drugs 2002; 11: 69 - 74.
14. Rahajuningsih dkk. Activated protein C resistance. Dalam Hemostasis dan
Trombosis. Editor: Setiabudy R. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta, 2007:189 - 201.
15. Levi et al. Recombinant human activated protein C: current insights into its
mechanism of action. Critical Care 2007, ll(Suppl 5): 1 - 6
16. Taylor et al. Towards definition, clinical and laboratory criteria, and a scoring
system for disseminated intravascular coagulation. Thromb Haemost 2001;
86:1327 - 30.
17. Song et al. Plasma Factor XIII Activity in Patients with Disseminated
Intravascular Coagulation. Yonsei Medical Journal 2006: 47:196 - 200
18. Hambleton et al. Coagulation: Consultative Hemostasis. Hematology 2002:
335 - 52
19. Gando et al. Evaluation of New Japanese Diagnostic Criteria for Disseminated
Intravascular Coagulation in Critically III Patients. Clin Appl
Thrombosis/Hemostasis 2005: 71- 6
20. Levi et al. Guidelines for the diagnosis and management of disseminated
intravascular coagulation. British Journal of Haematology 2010.
21. Holland et al. Toward Rational Fresh Frozen Plasma Transfusion The Effect of
Plasma Transfusion on Coagulation Test Results. Am J Clin Pathol
2006;126:133 - 9.
22. Haslindawani et al. Coagulation parameters as guide for fresh frozen plasma
transfusion practice : A tertiary hospital experience. Asian J Transf Sci 2010:
25-7
23. Makroo et al. A prospective audit of transfusion requests in a tertiary care
hospital for use of fresh frozen plasma. Asian J Transf Sci 2007: 59 - 61.
24. Schofield et al. Appropriateness of platelet, fresh frozen plasma and
cryoprecipitate transfusion in New South Wales public hospitals. MJA 2003;
178:117-121
25. Casbard et al. The role of prophylactic fresh frozen plasma in decreasing
blood loss and correcting coagulopathy in cardiac surgery. A systematic
review. Anaesthesia, 2004, 550 -8.
26. Nakanishi. Comparison of Cryoprecipitate with Commercial Fibrinogen in
Bullectomy. Asian Cardiovasc Thorac Ann 2010;18:27-32.
27. Fenger-Eriksen et al. Fibrinogen concentrate substitution therapy in patients
with massive haemorrhage and low plasma fibrinogen concentrations. British
Journal of Anaesthesia 2008; 101: 769-73.
28. Weinkove et al. Fibrinogen concentrate for acquired hypofibrinogenaemic
states. Transfusion Medicine, 2008,18,151-7.
29. Kinra et al. Recombinant Factor VIIA. MJAFI 2009; 65 : 59-61
30. Martinowitz. The Use of rFVIIa as an Adjunct Treatment for Hemorrhage
Control in Trauma and Surgery. Bloodline Reviews 2001. 9 -11
31. Lodge JP et al. Efficacy and safety of repeated perioperative doses of
recombinant factor Vila in liver transplantation. Hati Transpl. 2005 Aug; 11 (8)
:973-9.
32. Cameron et al. The use of recombinant activated factor VII in trauma patients:
Experience from the Australian and New Zealand haemostasis registry. Injury,
Int. J. Care Injured (2007) 38,10301038
33. Planinsic RM et al. Safety and efficacy of a single bolus administration of
recombinant factor Vila in liver transplantation due to chronic liver disease.
Hati Transpl. 2005 Aug; 11 (8) :895-900.
34. Diringer et al. Risk of Thromboembolic Events in Controlled Trials of rFVIIa
in Spontaneous Intracerebral Hemorrhage. Stroke. 2008;39:850-856.
35. Opal et al. Antithrombin III in animal model of sepsis and organ failure. Sem.
Thromb. Haemost. 1998: 61 - 69.