Anda di halaman 1dari 15

Pneumonia Asma TB Paru

DEFINISI Infeksi akut parenkim paru yang Mengi berulang dan/atau batuk persisten Penyakit akibat infeksi kuman
meliputi alveolus dan jaringan dengan karakteristik Mycobacterium tuberculosis
Interstitial (konsolidasi infiltrate timbul secara episodik, cenderung yang bersifat sistemik sehingga dapat
pada aleveoli) pada malam/dini hari (nokturnal), mengenai hampir semua organ tubuh
musiman dengan
setelah aktivitas fisik, serta lokasi terbanyak di paru yang
terdapat riwayat asma atau atopi biasanya merupakan lokasi infeksi
lain pada pasien dan/atau primer.
keluarganya.
Reversible

EPIDEMIOLOGI Pneumonia merupakan penyakit Asma sulit didiagnosis pada anak di TB Anak adalah penyakit TB yang
yang menjadi masalah di berbagai bawah umur 3 tahun. terjadi pada anak usia 0-14 tahun.
negara terutama di Prevalens asma di Indonesia berdasarkan Kasus TB Anak dikelompokkan
negara berkembang termasuk penelitian tahun dalam kelompok umur 0-4 tahun dan
Indonesia. Insidens pneumonia pada 2002 pada anak usia 13-14 tahun adalah 5-14 tahun, dengan jumlah kasus pada
anak <5 tahun (4-6bulan) 6,7%. kelompok umur 5-14 tahun yang
lebih tinggi dari kelompok umur 0-4
tahun.
ETIOLOGI Pneumonia dapat disebabkan oleh Penyebab asma masih belum jelas. reaksi Penyebab TB yaitu kuman
berbagai macam mikroorganisme, hiperaktivitas bronkus(belum jelas) Mycobacterium tuberculosis pada
yaitu bakteri, virus, jamur dan Faktor genetic, biokimia, saraf otonom pemeriksaan sputum, bilas lambung,
protozoa. mempengaruhi terjadinya asma (penyakit cairan serebrospinal, cairan pleura
Infeksi bakteri ex: S. Pneumoniae multifactorial). Alergi(atopi) salah satu ataupun biopsi jaringan
Virus: Influenza faktor pencetus asma juga diturunkan
Jamur: Aspergillus secara genetic tapi belum pasti bagaimana
Protozoa: Toksoplasmosis caranya.

MANIFESTASI Klasifikasi pneumonia (berdasarkan 1. Sesak napas, 1. Nafsu makan kurang.


KLINIS WHO): 2. Batuk, mengi 2. Berat badan sulit naik,
Bayi kurang dari 2 bulan 3. Dada rasa tertekan menetap, atau malah turun
1. Pneumonia berat: napas cepat Pada umumnya, eksaserbasi disertai 3. Demam subfebris
atau retraksi yang berat distress pernapasan. berkepanjangan
2. Pneumonia sangat berat: 4. Pembesaran kelenjar
tidak mau menetek/minum, superfisial di daerah leher,
kejang, letargis, demam atau aksila, inguinal, atau tempat
hipotermia, bradipnea atau lain.
pernapasan ireguler 5. Keluhan respiratorik berupa
Anak umur 2 bulan-5 tahun batuk kronik lebih dari 3
1. Pneumonia ringan: napas minggu atau nyeri dada.
cepat
2. Pneumonia berat: retraksi 6. Gejala gastrointestinal seperti
3. Pneumonia sangat berat: diare persisten yang tidak
tidak dapat minum/makan, sembuh dengan pengobatan
kejang, letargis, malnutrisi 7. baku atau perut membesar
karena cairan atau teraba
massa dalam perut.
8. Keluhan spesifik organ dapat
terjadi bila TB mengenai
organ ekstrapulmonal, seperti:
Benjolan di punggung
(gibbus), sulit membungkuk,
pincang, atau pembengkakan
sendi.
9. Bila mengenai susunan saraf
pusat (SSP), dapat terjadi
gejala iritabel, leher kaku,
10. muntah-muntah, dan
kesadaran menurun.
11. Gambaran kelainan kulit yang
khas yaitu skrofuloderma.
12. Limfadenopati multipel di
daerah colli, aksila, atau
inguinal.
13. Lesi flikten di mata.

DIAGNOSIS
Anamnesis Anamnesis Riwayat penyakit yang tepat mengenai Anamnesa berdasarkan manifestasi
1. Batuk yang awalnya kering, gejala sulit bernapas, mengi, atau dada Klinis
kemudian menjadi produktif terasa berat yang bersifat episodik dan
dengan dahak purulen bahkan berkaitan dengan musim, serta adanya
bisa berdarah riwayat asma atau penyakit atopi pada
2. Sesak napas anggota keluarga
3. Demam
4. Kesulitan makan/minum
5. Tampak lemah
6. Serangan pertama atau
berulang, untuk membedakan
dengan kondisi
imunokompromais,
7. kelainan anatomi bronkus,
atau asma
Pemeriksaan Fisik 1. Penilaian keadaan umum 1. Kesadaran Pada sebagian besar kasus TB, tidak
anak, frekuensi napas, dan 2. Suhu tubuh dijumpai kelainan fisis yang khas.
nadi harus dilakukan pada 3. Sesak napas, apakah terdapat Antropometri: gizi kurang
saat sesak napas Suhu subfebris dapat ditemukan pada
2. awal pemeriksaan sebelum 4. Tanda gagal napas sebagian pasien.
pemeriksaan lain yang dapat 5. Tanda infeksi Kelainan pada pemeriksaan fisis baru
menyebabkan anak gelisah penyerta/komplikasi dijumpai jika TB mengenai organ
3. atau rewel. 6. Penilaian derajat serangan asma: tertentu.
4. Penilaian keadaan umum ringan/sedang/berat/mengancam 1. TB vertebra: gibbus, kifosis,
antara lain meliputi kesadaran jiwa paraparesis, atau paraplegia.
dan kemampuan makan/ 2. TB koksae atau TB genu:
minum. jalan pincang, nyeri pada
5. Gejala distres pernapasan pangkal paha atau lutut.
seperti takipnea, retraksi 3. Pembesaran kelenjar getah
subkostal, batuk, krepitasi, bening (KGB) multipel, tidak
dan penurunan suara paru nyeri tekan, dan konfluens
Demam dan sianosis (saling menyatu).
6. Pada anak yang demam dan 4. Meningitis TB: kaku kuduk
sakit akut, terdapat gejala dan tanda rangsang meningeal
nyeri yang diproyeksikan ke lain.
abdomen. Pada bayi muda, 5. Skrofuloderma: Ulkus kulit
terdapat gejala pernapasan dengan skinbridge biasanya
tak teratur dan hipopnea. terjadi di daerah leher, aksila,
atau inguinal.
6. Konjungtivitis fliktenularis
yaitu bintik putih di limbus
kornea yang sangat nyeri.

Pemeriksaan Pemeriksaan Radiologi 1. Foto Toraks: pada asma umumnya 1. Foto toraks antero-posterior
Penunjang 1. Pemeriksaan foto Thorak tampak hiperaerasi, bisa dijumpai (AP) dan lateral kanan.
direkomendasikan pada komplikasi berupa atelektasis, Gambaran radiologis yang
penderita pneumonia yang pneumotoraks, dan sugestif TB di antaranya:
dirawat inap atau bila tanda pneumomediastinum pembesaran kelenjar hilus
klinis yang ditemukan 2. Pemeriksaan Fungsi Paru: Peak atau paratrakeal, konsolidasi
membingungkan (daerah Flow Meter, spirometer segmen/lobus paru, milier,
opak yang menggambarkan 3. Analisis gas darah: pada asma kavitas, efusi pleura,
konsolidasi infiltrate) dapat terjadi asidosis respiratorik atelektasis, atau kalsifikasi.
2. Pemeriksaan foto thorak tidak dan metabolic 2. Uji tuberkulin: dengan cara
dapat mengidentifikasi agen 4. Darah lengkap dan serum Mantoux yaitu penyuntikan
penyebab elektrolit 0,1 ml tuberkulin PPD secara
intra kutan di bagian volar
Pemeriksaan Laboratorium 5. Serangan asma ditandai oleh lengan dengan arah suntikan
1. Pemeriksaan jumlah leukosit penurunan PEF atau FEV1. (longitudinal). Reaksi diukur
dan hitung jenis leukosit 48-72 jam setelah
perlu dilakukan untuk penyuntikan. Indurasi
membantu menentukan transversal diukur dan
pemberian antibiotik dilaporkan dalam mm.
2. Pemeriksaan kultur dan Indurasi 10 mm ke atas
pewarnaan Gram sputum dinyatakan positif. Indurasi
dengan kualitas yang baik <5 mm dinyatakan negatif,
direkomendasikan dalam tata sedangkan indurasi 5-9 mm
laksana anak dengan meragukan dan perlu diulang,
pneumonia yang berat dengan jarak waktu minimal 2
3. Kultur darah minggu.
direkomendasikan pada (Uji tuberkulin positif menunjukkan
pasien rawat inap dengan adanya infeksi TB dan kemungkinan
kondisi berat dan pada setiap TB aktif (sakit TB) pada anak)
anak yang dicurigai 3. Pemeriksaan mikrobiologik
menderita pneumonia dari bahan bilasan lambung
bacterial atau sputum(BTA).
4. Pada anak kurang dari 18 4. Pemeriksaan patologi
bulan, dilakukan pemeriksaan dilakukan dari biopsi kelenjar,
untuk mendeteksi antigen
virus dengan atau tanpa kulit, atau jaringan lain yang
kultur virus jika fasilitas dicurigai TB.
tersedia 5. Pemeriksaan serologi seperti
5. Jika ada efusi pleura, PAP TB, ICT, Mycodot dan
dilakukan pungsi cairan lain-lain-- Funduskopi perlu
pleura dan dilakukan dilakukan pada TB milier dan
pemeriksaan mikroskopis, Meningitis TB.
kultur, serta deteksi antigen 6. Pungsi lumbal harus
bakteri (jika fasilitas tersedia) dilakukan pada TB milier
untuk penegakkan diagnosis untuk mengetahui ada
dan menentukan mulainya tidaknya meningitis TB.
pemberian antibiotik 7. Foto tulang dan pungsi pleura
6. Pemeriksaan uji tuberkulin dilakukan atas indikasi.
selalu dipertimbangkan pada 8. Pemeriksaan darah tepi, laju
anak dengan riwayat kontak endap darah, urin dan feses
dengan penderita TBC rutin, sebagai pelengkap data
dewasa namun tidak berperan penting
Pemeriksaan Lain dalam diagnostik TB.
Pada setiap anak yang dirawat inap
karena pneumonia, seharusnya
dilakukan pemeriksaan pulse
oxymetry.
TATALAKSANA Tata laksana umum Serangan Asma Ringan Medikamentosa
1. Pasien dengan saturasi 1. Jika dengan sekali nebulisasi Terapi TB terdiri dari dua fase, yaitu:
oksigen <92% pada saat + pasien menunjukkan respons yang 1. Fase intensif: 3-5 OAT selama
bernapas dengan udara kamar baik (complete response), berarti 2 bulan awal:
harus diberikan terapi derajat serangannya ringan. 2. Fase lanjutan dengan paduan
oksigen dengan kanul nasal, 2. Pasien dibekali obat -agonis 2 OAT (INH-rifampisin)
head box, atau sungkup untuk (hirupan atau oral) yang harus hingga 6-12 bulan.
mempertahankan saturasi diberikan tiap 4-6 jam. Pada anak, obat TB diberikan secara
oksigen >92% 3. Jika pencetus serangannya adalah harian (daily) baik pada fase intensif
2. Pada pneumonia berat atau infeksi virus, dapat ditambahkan maupun fase lanjutan.
asupan per oral kurang, steroid oral jangka pendek (3-5 1. TB paru: INH, rifampisin, dan
diberikan cairan intravena hari). pirazinamid selama 2 bulan
dan dilakukan balans cairan fase intensif, dilanjutkan INH
ketat Serangan Asma Sedang dan rifampisin hingga genap 6
3. Fisioterapi dada tidak 1. Jika dengan pemberian nebulisasi bulan terapi (2HRZ 4HR).
bermanfaat dan tidak dua atau tiga kali pasien hanya 2. TB paru berat (milier,
direkomendasikan untuk menunjukkan respon parsial destroyed lung) dan TB ekstra
anak dengan pneumonia (incomplete response), paru: 4-5 OAT selama 2 bulan
4. Antipiretik dan analgetik kemungkinan derajat serangannya fase intensif, dilanjutkan
dapat diberikan untuk sedang. dengan INH dan rifampisin
menjaga kenyamanan pasien 2. Pada serangan asma sedang, hingga genap 9-12 bulan
dan mengontrol batuk diberikan kortikosteroid sistemik terapi.
5. Nebulisasi dengan 2 agonis (oral) metilprednisolon dengan 3. TB kelenjar superfisial:
dan/atau NaCl dapat dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari selama terapinya sama denganTB
diberikan untuk memperbaiki 3-5 hari. paru.
mucocilliary clearance 4. TB milier dan efusi pleura TB
6. Pasien yang mendapatkan Serangan Asma Berat diberikan prednison 1-2
terapi oksigen harus 1. Bila dengan 3 kali nebulisasi mg/kgBB/hari selama 2
diobservasi setidaknya setiap berturut-turut pasien tidak minggu, kemudian dosis
4 jam sekali, termasuk menunjukkan respon (poor diturunkan bertahap
pemeriksaan saturasi oksigen response), yaitu gejala dan tanda (tappering off) selama 2
serangan masih ada pasien harus minggu, sehingga total waktu
Rekomendasi UKK Respirologi dirawat di ruang rawat inap. pemberian 1 bulan.
Antibiotik untuk community 2. Oksigen 2-4L/menit diberikan
acquired pneumonia: sejak awal termasuk saat Kelompok risiko tinggi memerlukan
Neonatus - 2 bulan: nebulisasi. medikamentosa profilaksis.
Ampisilin + gentamisin 3. Kemudian dipasang jalur 1. Profilaksis primer untuk
> 2 bulan: parenteral dan dilakukan foto mencegah tertular/infeksi
Lini pertama Ampisilin bila toraks. pada kelompok yang
dalam 3 hari tidak ada 4. Jika ada dehidrasi dan asidosis, mengalami kontak erat
perbaikan dapat ditambahkan diatasi dengan pemberian cairan dengan pasien TB dewasa
kloramfenikol intravena dan koreksi terhadap dengan uji BTA positif.
Lini kedua Seftriakson asidosis. 2. Profilaksis sekunder untuk
mencegah terjadinya sakit TB
5. Steroid intravena diberikan secara pada kelompok yang telah
bolus, tiap 6-8 jam. Dosis steroid terinfeksi TB tapi belum sakit
intravena 0,5-1 mg/kg BB/hari. TB.
6. Nebulisasi -agonis + Konsep dasar profilaksis primer dan
antikolinergik dengan oksigen sekunder berbeda, namun obat dan
dilanjutkan tiap 1-2 jam; jika dosis yang digunakan sama yaitu INH
dengan 4-6 kali pemberian mulai 5-10 mg/kgBB/hari.
terjadi perbaikan klinis, jarak
pemberian dapat diperlebar 1. Profilaksis primer diberikan
menjadi tiap 4-6 jam. selama kontak masih ada,
7. Aminofilin diberikan secara minimal selama 3 bulan. Pada
intravena dengan ketentuan akhir 3 bulan dilakukan uji
sebagai berikut: tuberculin ulang. Jika hasilnya
a) Jika pasien belum negatif, dan kontak tidak ada,
mendapat aminofilin profilaksis dihentikan. Jika
sebelumnya, diberikan terjadi konversi tuberkulin
aminofilin dosis awal menjadi positif, dievaluasi
(inisial) sebesar 6-8 apakah hanya terinfeksi atau
mg/kgBB dilarutkan sudah sakit TB. Jika hanya
dalam dekstrosa 5% atau infeksi profilaksis primer
garam fisiologis sebanyak dilanjutkan sebagai
profilaksis sekunder.
20 ml, diberikan dalam 20-
30 menit. 2. Profilaksis sekunder
b) Jika pasien telah mendapat diberikan selama 6-12 bulan
aminofilin sebelumnya yang merupakan waktu risiko
(kurang dari 4 jam), dosis tertinggi terjadinya sakit TB
yang diberikan adalah pada pasien yang baru
setengah dosis inisial. terinfeksi TB.
c) Sebaiknya kadar
aminofilin dalam darah
diukur dan dipertahankan Bedah
sebesar 10-20 mcg/ml; 1. TB paru berat dengan
d) Selanjutnya, aminofilin destroyed lung untuk
dosis rumatan diberikan lobektomi atau pneumektomi.
sebesar 0,5-1 2. TB tulang seperti spondilitis
mg/kgBB/jam. TB, koksitis TB, atau gonitis
8. Jika telah terjadi perbaikan klinis, TB. Tindakan bedah dapat
nebulisasi diteruskan setiap 6 jam, dilakukan setelah terapi OAT
sampai dengan 24 jam. Steroid selama minimal 2 bulan,
dan aminofilin diganti dengan kecuali jika terjadi kompresi
pemberian per oral. medula spinalis atau ada abses
9. Jika dalam 24 jam pasien tetap paravertebra tindakan bedah
stabil, pasien dapat dipulangkan perlu lebih awal.
dengan dibekali obat -agonis Suportif
(hirupan atau oral) yang diberikan Asupan gizi yang adekuat sangat
tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. penting untuk keberhasilan terapi TB.
Selain itu, steroid oral dilanjutkan Jika ada penyakit lain juga perlu
hingga pasien kontrol ke klinik mendapat tata laksana memadai.
rawat jalan dalam 24-48 jam untuk Fisioterapi dilakukan pada kasus
evaluasi ulang tata laksana. pasca bedah.
10. Ancaman henti napas; hipoksemia
tetap terjadi walaupun sudah
diberi oksigen (kadar PaO2<60
mmHg dan/atau PaCO2 >45
mmHg). Pada ancaman henti
napas diperlukan ventilasi
mekanik.
http://www.spiritia.or.id/Dok/juknisTBAnak2013.pdf
PPM IDAI
Pedoman Diagnosis Dan Terapi Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak Ed.3 2008
PENUGASAN
PERBANDINGAN ANTARA PNEUMONIA, ASMA DAN TUBERKULOSIS PARU

Oleh:
ALFIAN RIZKI MAULANA
H1A013005

Anda mungkin juga menyukai