Anda di halaman 1dari 52

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

ROCK FAILURE

SUPANDI, ST, MT
supandisttnas@gmail.com
Mekanika Batuan
Jurusan : Teknik Geologi
Prodi : Teknik Pertambangan Strata 1.
Kode : AS5340
Mata Kuliah : Mekanika Batuan
SKS : 2 SKS
Semester :V
Waktu Perkuliahan : 2 x 50 menit
Dosen Pengampu : Supandi ST. MT
Sistem Perkuliahan :
Penilaian : a. Tugas, presentasi dan Diskusi, Quiz, 20%
b. Ujian Tengah Semester (UTS) 30%
c. Ujian akhir semester (UAS) 50%
Range Nilai : 0-20,9 = E ; 21-44 = D ; 45-60.9 = C ; 61
80 = B ; 81 100 = A
Contact Person : supandisttnas@gmail.com
Slide 2
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Mekanika Batuan

Textbook
1. Richard E. Goodman, 1989-Second Edition, Rock Mechanic,
John Willey & Sons.
2. John A Hudson and John P. Harrison, 2000, Engineering
Rock Mechanics Part 1, Pergamon.
3. Scott G Britton & G.T Lineberry, 2000, Part 5 Underground
Mining, Mining Engineering Handbook, SME,
4. Calvin J. Konya, 2008 Fourth Edition, Rock Blasting and
Overbreak Control, National Highway Institute.

Slide 3
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
PERILAKU BATUAN - 4

SUPANDI. ST. MT
STTNAS YOGYAKARTA

Slide 4
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Pendahuluan

Batuan mempunyai perilaku (behaviour) yang berbeda-beda


pada saat menerima beban.
Perilaku batuan ini dapat ditentukan antara lain di laboratorium
dengan uji kuat tekan.
Dari hasil uji dapat dibuat kurva tegangan-regangan, kurva
creep dari uji dengan tegangan konstan, dan kurva relaksasi
dari uji dengan regangan konstan.
Dengan mengamati kurva-kurva tersebut dapat ditentukan
perilaku dari batuan.

Slide 5
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Elastik & Elasto-Plastik
Perilaku batuan dikatakan elastik (linier maupun non linier) jika tidak
terjadi deformasi permanen pada saat tegangan dibuat nol
Kurva tegangan-regangan dan regangan-waktu untuk perilaku batuan
elastik linier dan elastik non linier
Plastisitas adalah karakteristik batuan yang mengijinkan regangan
(deformasi) permanen yang besar sebelum batuan tersebut hancur
(failure).

Elastik non linier Elastik linier


reversible reversible
1

t
Slide 6
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Kurva  t

Hookean Materials St. Venen Newtonian Materials


Elastik Plastik Materials Viscous perfect/pure

 o = W

E= t

W
E 3
Spring Dashpot

Slide 7
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Kurva & - t
Perilaku Batuan Elasto-Plastik


1 > E

E 1
1 = 0

E t

Slide 8
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Kurva -
Perilaku Batuan Elasto-Plastik Sempurna

r r

Slide 9
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Kurva -
Perilaku Batuan Elastik-Fragile

Slide 10
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Perilaku Kurva -

Perilaku batuan sebenarnya yang diperoleh dari uji kuat tekan digambarkan
oleh Bieniawski (1984).
Pada tahap awal batuan dikenakan gaya, kurva berbentuk landai dan tidak
linier yang berarti bahwa gaya yang diterima oleh batuan dipergunakan
untuk menutup rekahan awal (pre-existing cracks) yang terdapat di dalam
batuan.
Sesudah itu kurva menjadi linier sampai batas tegangan tertentu yang kita
kenal dengan batas elastik (sE) lalu terbentuk rekahan baru dengan
perambatan stabil sehingga kurva tetap linier.
Sesudah batas elastik dilewati maka perambatan rekahan menjadi tidak
stabil, kurva tidak linier lagi dan tidak berapa lama kemudian batuan akan
hancur.
Titik runtuh ini menyatakan kekuatan batuan.

Slide 11
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Bieniawski (1967)

Proses terjadinya perambatan rekahan mikro di dalam


batuan pada rayapan identik dengan proses runtuhan yang
terjadi pada uji kuat tekan uniaksial yaitu:
Penutupan rekahan (closing of crack)
Deformasi elastik sempurna (perfectly elastic
deformation)
Perambatan rekahan stabil (stable fracture
propagation)
Perambatan rekahan tidak stabil (unstable fracture
propagation)

Slide 12
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Kurva UCS

Tegangan

Strength failure D

4. Perambatan rekahan tidak stabil


Critical energy release (long term strength) C

3. Perambatan rekahan stabil


Fracture initiation B

  l v a 2. Deformasi elastik sempurna

Crack closure A

1. Penutupan rekahan

Regangan
O
 = regangan lateral;  v = regangan volumetrik; a= regangan aksial

Slide 13
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Kekuatan Jangka Panjang
Bieniawski (1970)

s1

s2

s3
s5 s4
s6

E1
E2
E3
E4
E5
E6

e1 e2 e3 e4 e5 e6

Slide 14
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Kekuatan Jangka Panjang

Griggs, 1939 - Fundamental strength


Phillips, 1948 - True strength
Potts, 1964 - Time safe stress
Price, 1960 - Longterm strength
Vutukuri (1978) Time dependent strength = maximum
stress that is carried by a rock without any failure

Slide 15
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Creep Pada -

Failure

Uji Kuat Tekan a

O
Uji Creep Kuat Tekan t
Slide 16
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Relaksasi Pada -


a
a

Slide 17
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011

E

C
Rayapan
A
F

O G t
OA - Regangan elastik seketika
AC - Rayapan primer (transient creep) laju deformasi menurun fungsi waktu - deformasi elastik
tertunda - jika tegangan dibebaskan sebelum melewati (C), terjadi instantaneous recovery (CF) diikuti
dengan delayed elastic recovery (FG).
CD - Rayapan sekunder (steady-state creep) laju deformasi konstan
DE - Rayapan tersier (accelerated rate creep) laju deformasi menaik fungsi waktu - runtuh
Jika tegangan tetap diberikan setelah (C) rayapan sekunder dgn laju regangan konstan & contoh
mengalami deformasi permanen.
Jika tegangan dibebaskan sepanjang titik (CD), deformasi permanen & tidak kembali ke kondisi
semula.
Deformasi permanen = f(laju regangan tetap & t pembebanan yang dialaminya)
Slide 18
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Model Reologi
Model reologi untuk rayapan:
model sederhana - Hooke (elastis) & Newton (viskos)
model kompleks - Kelvin, Maxwell, dan Burger
Model Burger model kompleks yang paling banyak
digunakan karena dianggap mampu mengakomodasi
tahapan dalam rayapan
Tahap regangan seketika & rayapan sekunder model
Maxwell
Tahap rayapan primer model Kelvin
Tahap rayapan: regangan seketika, rayapan primer &
rayapan sekunder model Burger [seri antara Maxwell
& Kelvin] representatif untuk kepentingan praktis
Slide 19
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Reologi Sederhana
1. Hookean - Elastik

= G ,
E= G= modulus geser

E - Spring

Slide 20
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Reologi Sederhana
2. Newtonian - Plastik Sempurna

W
0

t 
o = W


t
3
Dashpot

Suatu material plastik sempurna adalah material yang tidak akan terdeformasi sama
sekali selama tegangan yang diterimanya lebih kecil dari tegangan batas  o.
Jika tegangan yang diterima sama atau lebih besar dari batas tersebut ( o) , material
akan terus terdeformasi tanpa penambahan tegangan.
Model material tersebut adalah sebuah beban W diletakkan pada permukaan yang
memiliki koefisien gesekan tetap  Slide 21
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Reologi Sederhana
2. Newtonian plastik/Viscous perfect/pure

=
t 3
= ( = Viscocity tetap )
1 1
= = 0 .5 3 = 2 =
2 2
1
Shear stress max = 1 2 = 3
2
1
= =
2
1 1 1
= 3 = 3
2 2 2
d
1 = 3 1 = 3
dt
Slide 22
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Reologi Sederhana
3. St. Venent Elasto Plastik Sempurna

E
W W


0
0

Material elasto-plastik sempurna (material St. Venant)


Material St. Venant adalah material yang berperilaku elastik
sempurna pada aplikasi tingkat tegangan di bawah o , dan
plastik sempurna ketika o tersebut tercapai.
Jadi, material ini adalah kombinasi dari suatu elemen elastik
sempurna E dan elemen plastik sempurna W yang disusun
secara seri.
Slide 23
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Reologi Kompleks
4. Maxwell Elasto viscous
E


/E
E

t t

1 = 2 =
k
= 1 + 2 Regangan seketika disusul dengan
kenaikan reganan secara linear

= +
E
System = 0 t = 0
t
= +
E
Slide 24
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Reologi Kompleks
4. Kelvin Firm Viscous
o
/E

t t

E
Et
0 = +
= 1 e 3
= E + 3
E

3

Slide 25
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Reologi Kompleks
4. Generalized Kelvin

(E1 + E 2 ) E1
E1 E 2 E2

/E
t
= 11 + E11
= E22
= 1 + 2
= 1( (/E1) + k1( (/E2)
1 + (E1 + E2) = E2(1 + E1)
Slide 26
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Reologi Kompleks
4. Burger
E1
E2


3

3
Model merepresentasikan
model material yang paling
t
sederhana daripada
t regangan pada saat
t reganagan primer dan
= + 1 e t1
+
k2 k1 2 sekunder.
Model ini adalah yang paling
G1t
2 1 1 1 1 1 1t cocok untuk material
1 (t ) = + + e + sedimen
9k 3G 2 3G1 3G1 3 2
h1 = Delayed rate elasticity
E h2 = rate viscous flow
k=
3(1 - 2 ) G1 = delayed elasticity
G2 = elastic shear modulus
Slide 27
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Model Reologi untuk Tipe Batuan yang
Berbeda
(Lama & Vutukuri, 1978)
Jenis batuan Model Reologi Perilaku Sumber
Batuan keras Hookean Elastik Obert dan Duvall, 1967

Batuan pada umumnya Kelvin Viskoelastik Salustowicz, 1958

Batuan pada kedalaman yang


Maxwell Viskoelastik Salustowicz, 1958
cukup besar

Batuan yang dibebani untuk Generalized Kelvin atau


Viskoelastik Nakamura, 1940
jangka pendek Nakamura

Sandstone, Limestone, batuan Model Hooke diparalel Ruppeneit dan Libermannn,


Viskoelastik
lain dengan Maxwell 1960

Hardy, 1959;
Batubara Modified Burger Viskoelastik
Bobrov, 1970

Model Hooke dan sejumlah


Dolomit, Claystone, dan Anhydrite Viskoelastik Langer, 1966, 1969
model Kelvin secara seri

Batuan Carboniferous Kelvin Viskoelastik Kidybinski, 1966


St Venant paralel dengan
Batuan Carboniferous Elastoviskoplastik Loonen dan Hofer, 1964
Newtonian

Slide 28
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Simbol

s = tegangan
= regangan geser
e = regangan
= koefisien gesek
E = Modulus Young
= koefisien viskositas
W = beban Kuznetsov dan Vashcillin

Slide 29
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Model Hubungan regangan-waktu
Model mekanik Diskripsi Model
Reologi Rumus Grafik
Hooke

E

= Regangan elastik seketika
E

t
Newton
3

(t ) = t Rayapan sekunder
3

Kelvin E
E
/E
t
(t ) = 1e
3
E Rayapan primer
3
t

Maxwell E 3

(t ) = + t Regangan elastik seketika
E 3
/ t dan rayapan sekunder
E

Burger E1
E1

E2
3 1
t
(t ) = + 1 e Regangan elastik seketika,
E2 E1
32
rayapan primer dan
+ t
31
3 2 /E2
t
sekunder

Slide 30
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Slide 31
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
2.5
KURVA RAYAPAN SAMPEL C 02

2.0
Regangan (%)

1.5

REG AKSIAL
1.0

0.5

0.0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260

Waktu (jam)

Grafik Rayapan, Station 3 Slice 3


(Regangan Vs Waktu), Dinding Kiri

Kurva Creep 1,80


1,60
Regangan (x 0,001)

1,40
1,20
y = 0,0006x + 1,2542
1,00 y = 0,2549x 0,3465 R2 = 0,8509
0,80 R2 = 0,9967
0,60
0,40 y = 0,0261x
0,20 R2 = 1
0,00
0 100 200 300 400 500
Slide 32
STTNAS YOGYAKARTA Waktu (jam )
2011 27/12/2011
Kurva Rayapan Umum - Regangan

e = ee + e(t) + At + eT(t)

= regangan total
e = regangan elastik seketika
(t) = fungsi regangan - rayapan primer
At = fungsi regangan linier terhadap waktu - rayapan
sekunder
T (t) = fungsi regangan - rayapan tersier

Slide 33
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Kurva sederhana rayapan primer yang cocok, e(t) = Atn
Andrade (1910): rayapan pada logam lunak, e(t) = At0.33
Rayapan pada massa batuan perambatan rekahan
Tahap rayapan primer: batuan beradaptasi dengan tegangan yang
diaplikasikan dan perambatan rekahan berjalan lambat hingga
mencapai stabil hampir mendekati konstan.
Tahap rayapan sekunder: kerusakan batuan semakin bertambah
hingga pada akhirnya mencapai tahap tersier terjadi percepatan
perambatan rekahan yang tidak terkontrol dan batuan mengalami
runtuhan.
Pada suhu kamar dan tekanan atmosfir, rekahan mikro berperan
dominan dalam perilaku rayapan batuan, terutama pada batuan
dengan kekuatan lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan butir.
Rekahan mikro akan meningkatkan efek pada tahap rayapan tersebut.
Beberapa orientasi rekahan akan menjalar pertama kali sebagai
tekanan minimum kritis dan diikuti oleh rekahan lainnya, dimana
sebagian kecil orientasi akan menimbulkan rayapan sekunder. Pada
tahap akhir, karena kerusakan semakin besar pada spesimen,
perambatan rekahan menjadi tidak stabil dan memberikan rayapan
tersier (Lama & Vutukuri, 1978).

Slide 34
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Faktor Yang Mempengaruhi Rayapan

Jenis Beban
Wawersik & Brown (1973): Rayapan UCS & UTS batu granit Westerly -
percepatan rayapan meningkat sedikit demi sedikit hingga tercapai rayapan
tersier. Sebelum contoh runtuh ada tanda-tanda keruntuhan yang
ditunjukan oleh pengukur deformasi. Sedang pada beban tarik, rayapan
tersier terjadi begitu cepat dan tidak ada tanda-tanda sebelum terjadi
keruntuhan.
Chugh (1974): Rayapan UCS & UTS - laju rayapan UTS batu pasir = 6 kali
laju rayapan UCS batupasir. Laju rayapan UTS batu gamping & granit = x
kali laju rayapan UCS batu gamping & granit.
Tingkat Tegangan
Besarnya rayapan = f(tegangan yang diterima batuan).
Jika tegangan yang diterima kecil regangan yang terjadi terlampau kecil.
Jika tegangan yang diberikan besar kurva akan langsung menuju tahap
tersier & disusul dgn keruntuhan & tahap ini berlangsung sangat cepat.
Afrouz dan Harvey (1974) melakukan uji batuan yang berbeda yaitu dalam
kondisi jenuh air dan kering pada tingkat tegangan yang berbeda dan
memperoleh data bahwa pada tingkat beban dua kali lipat rayapan
sekunder naik 90% sedangkan rayapan primer naik 50%-80%.

Slide 35
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Faktor Yang Mempengaruhi Rayapan
Kandungan Air dan Kelembaban
Griggs (1940) batuan Alabaster yang dicelup dalam larutan HCl & kecepatan
rayapannya lebih cepat dibandingkan dalam air walaupun kelarutannya lebih kecil
tapi bukan fungsi waktunya.
Kanagawa & Nakaarai (1970) pada batusabak (slate) dan porfirit kondisi kering laju
regangan awalnya lebih besar 2-5 kali, tetapi setelah 20-100 hari laju regangan pada
kondisi rayapan sekunder cenderung sama. Jenis batuan yang berbeda akan
mempunyai kemampuan untuk menyerap air yang berbeda khususnya pada batuan
sedimen. Afrouz & Harvey (1974) menyatakan bahwa pada batuan lunak (soft rock)
yang jenuh, laju rayapan akan meningkat, sebesar tiga kali pada batubara dan
delapan kali pada batuserpih (shale)
Faktor Struktur
Lacomte (1965) meneliti pengaruh ukuran butiran terhadap perilaku rayapan pada
batu garam (salt-rock), peningkatan ukuran butir mengurangi kecepatan rayapan.
Temperatur
Mc Clain dan Bradshaw (1970) pengaruh panas pada pilar batugaram - pemanasan
meningkatkan laju regangan sekitar 100 kali.
Kuznetsov dan Vashcillin (1970) menguji batupasir menyatakan bahwa deformasi
rayapan sekunder akan meningkat dengan meningkatnya temperatur.
Slide 36
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Analogi Uji Rayapan vs. Uji UCS

Uji rayapan Uji kuat tekan uniaksial

Regangan elastik seketika Penutupan rekahan

Rayapan primer Deformasi elastik sempurna

Rayapan sekunder Perambatan rekahan stabil

Rayapan tersier Perambatan rekahan tidak stabil

Slide 37
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Hubungan - Untuk Perilaku Batuan
Elastik Linier & Isotop

0.5 L

[e1, e2, e3] = f [s1, s2,


L/D=2
s3]
1

0.5 L
D + D
2

Slide 38
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Batuan Elastik Linear & Isotrop
1. Batuan dikenakan tegangan sebesar s1 pada arah (1), sedangkan
pada arah (2) dan (3) = 0
1 1 1
1 = 2 = 3 =
E E E
2. Batuan dikenakan tegangan sebesar 2 pada arah (2),
sedangkan tegangan pada arah (1) dan (3) = 0
2 2 2
1 = 2 = 3 =
E E E
3. Batuan dikenakan tegangan sebesar 3 pada arah (3), sedangkan tegangan
pada arah (1) dan (2) = 0
3 3 3
1 = 2 = 3 =
E E E
1
4. Batuan dikenakan tegangan 1 pada arah (1) # 1 total = ( 2 + 3 )
E E
2
2 pada arah (2) # 2 total = ( 1 + 3 )
E E
3
3 pada arah (3) # 3 total = ( 1 + 2 )
E E

Slide 39
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
1. Bentuk umum hubungan & adalah sebagai berikut (arah prinsipal):

N = 1 + 2 + 3
i bervariasi dari 1 sampai 3. 1 +
1 = 1 N
E E
Jika tidak pada arah prinsipal maka hubungan regangan tegangan
adalah:
i bervariasi dari 1 sampai 3
j bervariasi dari 1 sampai 3
1 +
ij = ij N ij
E E
11 12 13
Strain tensor : i 21 22 23
31 32 33 dij = 0 jika i j
dij = 1 jika i = j
11 12 13
Stress tensor : i 21 22 23
31 32 33
Slide 40
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Bentuk umum hubungan tegangan dan regangan adalah sebagai
berikut :
si = m ei + li x (arah prinsipal)
x = e1 + e2 + e3
i bervariasi dari 1 sampai 3
E
Modulus Geser = G = =
2(1 + )
E
=
(1 + )(1 2 )

dan dikenal sebagai koefisien Lame

4. Jika tidak pada arah prinsipal maka hubungan & :


ij = 2 ij + x ij
i bervariasi dari 1 sampai 3
j bervariasi dari 1 sampai 3

Slide 41
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Hubungan & Pada Bidang Untuk
Perilaku Batuan Elastik Linier & Isotrop

Untuk menyederhanakan perhitungan hubungan antara


tegangan dan regangan maka dibuat model dua
dimensi di mana pada kenyataannya adalah tiga
dimensi.
Model dua dimensi yang dikenal adalah :
Regangan bidang (plane strain)
Tegangan bidang (plane stress)
Symmetrical revolution

Slide 42
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Regangan Bidang (Plane Strain)

Misalkan sebuah terowongan yang mempunyai sistem


sumbu kartesian x, y & z dipotong oleh sebuah bidang
dengan sumbu x, y, sehingga :
ez = 0 Y
yz = 0 (gyz = e23)
xz = 0 (gxz = e13)

Slide 43
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
z
z = ( x + y ) = 0
E E
z
= ( x + y )
E E
1 1 1
x = ( x y z ) = ( x y 2 x 2 y ) = (1 2 ) x (1 + ) y )
E E E
1 1 1
y = ( y x z ) = ( y x 2 x 2 y ) = (1 2 ) y (1 + ) x )
E E E
(1 ) E E
x = x + y = ( + 2 ) x + y
(1 + )(1 2 ) (1 + )(1 2 )
(1 ) E E
y = y + x = ( + 2 ) y + x
(1 + )(1 2 ) (1 + )(1 2 )
E
xy = xy dengan xy = 12 dan xy = 12
2(1 + )
xy = xy
z = ( x + y )
(1 ) E E
0
x (1 + )(1 2 ) (1 + )(1 2 ) x
E (1 ) E
y = 0 y
(1 + )(1 2 ) (1 + )(1 2 )
xy E xy
0 0
2(1 + )
Slide 44
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Tegangan Bidang (Plane Stress)
Pada tegangan bidang maka seluruh tegangan pada salah satu
sumbu sama dengan nol.
sz = 0, txz = 0, tyz = 0. Z z = 0 & z = 0

y y
1
x = ( x y )
E
1
y = ( y x )
E z # 0 x x
xy
xy = z = ( x + y )
G E
z = 0 = xz = yz E
x = ( x + y )
(1 )
2

E
y = ( y + x )
(1 )
2

xy = G xy
Slide 45
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Symmetrical Revolution
Jika sebuah benda berbentuk silinder diputar pada sumbunya maka
benda tsb dapat diwakili oleh sebuah bidang.
Karena sumbunya merupakan sumbu simetri maka benda tsb cukup
diwakili oleh bidang yang diarsir

Elemen yang mewakili

Slide 46
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Contoh Metode Perhitungan

Analisis Dengan FEM


Untuk memperkirakan deformasi yang terjadi pada
permukaan tanah
Model dianggap sebagai suatu massa yang kontinu
2 Pendekatan analisis yaitu, penurunan tekanan
hidrostatis lumpur dan adanya rongga (cavity) bawah
tanah

Model Analisis
Model Axisymmetric
Model Plainstrain

Slide 47
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Model Axisymmetric

Load
Load
Load

Load Load
Load

Bentuk Original Potongan Model Model 2D yang dianalisis

Slide 48
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
SKETSA PERKIRAAN DIMENSI KAWAH LUMPUR SIDOARJO

Slide 49
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Lubang
Kepundan
Kepundan
Kepundan

Lubang
Lubang

Pembawa
Lumpur

Pembawa
Lumpur

Model Axisymmetric Potongan Model


Keseluruhan Model Axisymmetric
Axisymmetric Yang DIanalisis
Slide 50
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Pendekatan Pemodelan Numerik

Pemodelan dilakukan dengan dua kondisi pendekatan


Kondisi 1, Pemodelan massa batuan tanpa material lumpur
Analisis pada penurunan profil permukaan tanah akibat
adanya lubang saluran mud diapir dan penurunan tekanan
hidrostatis dari lumpur di bawah tanah
Lumpur dianggap sebagai material yang bersifat hidrostatis,
dan pemodelan dilakukan dengan mengganti material lumpur
dengan memberikan tekanan hidrostatis kepada massa
batuan
Tekanan hidrostatis akan menurun seiring dengan keluarnya
lumpur ke permukaan
Kondisi 2, Pemodelan massa batuan dengan material lumpur
Analisis pada penurunan profil permukaan tanah akibat
adanya lubang saluran mud diapir dan lumpur yang keluar
sehingga meninggalkan ruang kosong (cavity)

Slide 51
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011
Pemodelan Lubang Mud-diapir

0
-0.2 0 200 400 600 800 1000 1200 1400
-0.4
-0.6

Penurunan (m)
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
-2
Jarak (m)

Slide 52
STTNAS YOGYAKARTA
2011 27/12/2011

Anda mungkin juga menyukai