PETROGRAFI
Disusun oleh :
Yovie Adhitya P.
410015047
LABORATORIUM HARDROCK
YOGYAKARTA
2017
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PETROGRAFI 2014
Oleh:
410015047
LABORATURIUM HARDROCK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
2
LEMBAR PERSEMBAHAN
Rasa syukur dan terima kasih saya penjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat,
nikmat dan segala kemudahan yang diberikan kepada saya untuk mempelajari
ilmuNya di dunia ini.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada kedua orang tua saya
yang senantiasa memberikan dorongan dan bantuan berupa materi, nonmateri dan
atas doa yang tak pernah putus dipanjatkan kepada Allah hingga saya dapat berada di
bangku perkuliahan saat ini.
Terima kasih untuk semua asisten praktikum petrografi yang selalu membimbing
dan membimbing saya pada saat praktikum dan pengerjaan laporan. Semoga
keberadaan saya disini untuk menimba ilmu dapat bermanfaat dikemudian hari.
Terima kasih juga kepada angkatan, teman-teman jabiger atas semangat yang saling
kita berikan, teman-teman yang senantiasa saling bekerja sama, dan teman-
teman yang meramaikan suasana selama pengerjaan laporan berlangsung.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, tanpa salah satu dari
kalian saya tidak akan berada pada kondisi yang sekarang ini. Terima kasih atas
semua bantuan dan doanya.
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
Praktikum
Petrografi ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat agar dapat mengikuti
Nasional, Yogyakarta.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan serta pengarahan kepada saya, namun tidak dapat saya sebutkan pihak-
pihak tersebut karena begitu banyaknya dan tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, banyak
kekurangan yang perlu ditambahkan dan juga kesalahan yang perlu diperbaiki.
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................
5
II.2.2 Komponen Penyusun Batuan Piroklastik ................... 48
II.2.3 Mekanisme Pembentukan Batuan Piroklastik ............ 49
II.2.4 Tekstur Batuan Piroklastik ......................................... 51
II.2.5 Klasifikasi Batuan Piroklastik........................... 54
II.2.6 Petrografi.................................... 55
II.3 Petrografi Batuan Sedimen.................................................................... 61
II.3.1 Pengertian Batuan Sedimen........................................................ 61
II.3.2 Tekstur Batuan Sedimen.......................................................... 61
II.3.4 Komposisi Mineral Batuan Sedimen ............................................ 67
II.3.5 Struktur Batuan Sedimen.......................... 69
II.3.6 Klasifikasi Batuan Sedimen ....................................... 71
II.3.7 Petrogenesa..........................................................
II.4 Petrografi Batuan Mrtamorf .............................................................. 83
V.1.1 Tinjauan Umum ............................................................. 83
V.1.2 Tipe-tipe Metamorfisme ................................................. 86
V.1.3 Tekstur dan Struktur Batuan Metamorf ......................... 90
6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 113
7
BAB I PENDAHULUAN
komposisinya. Hubungan tekstural antara butir-butir dicatat, hal ini tidak hanya
familer dengan fraksi halus atau kecil dari berbagai batuan yang ditemukan di
alam. Sayangnya jumlah dari jenis-jenis batuan yang penting dijumpai sangat
sedikit. Hal ini dikarenakan batuan yang terbentuk hanya pada lingkungan
tektonik yang kecil di bumi dan kondisinya mengalami perubahan yang sedikit.
Walaupun tujuan akhir dari praktikum petrografi ini adalah pemerian dan
1
dari petrologi (ilmu yang mempelajari asal-usul dan pembentukan batuan) maka
kepentingannya akan lebih luas dan sangat berarti. Petrografi memberikan data
asal-usul batuan. Oleh karena itu mahasiswa peserta praktikum dan kuliah
I.2 Maksud
Maksud dari praktikum petrografi ini sendiri adalah agar mahasiswa peserta
beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf berdasarkan ciri-ciri optis (berupa
I.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum petrografi ini sendiri adalah agar mahasiswa peserta
sayatan tipis pada batuan dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop
2
I.4 Alat dan Bahan
4. Diagram Michel-Levy
1. Bersihkan lensa okuler dan lensa obyektif dari kotoran debu dan lemak
berlampu agar tidak berjamur atau dengan diberikan silika gel disekitar
mikroskop.
3. Perlakukan sayatan tipis dengan baik agar tidak pecah atau rusak
didapatkan.
3
BAB II BATUAN BEKU
Magma adalah cairan silikat pijar di dalam bumi, bersuhu tinggi (900 o 1300oC),
terbentuk secara alamiah dan berasal dari bagian bawah kerak bumi atau bagian
atas selimut atau selubung bumi, serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat
beku plutonik adalah batuan beku yang terbentuk di dalam bumi, sering dikenal
vulkanik adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi, sering disebut
sebagai batuan beku ekstrusi (hasil letusan dan leleran), sedangkan batuan beku
hipabisal adalah batuan beku intrusi dangkal atau dekat permukaan sub-volcanic
intrusion, sering dikenal sebagai batuan beku korok atau batuan beku gang.
terdapat beberapa hal yang sangat mendasar yang harus diperhatikan: [a] Batuan
primer adalah mineral utama yang terbentuk langsung dari magma selama proses
pendinginannya atau mengikuti seri Bowen dan mineral tambahan (maks. 3%)
terbentuk kemudian setelah mineral primer, mineral hasil ubahan atau alterasi dari
4
mineral primer karena pengaruh larutan sisa magma dan mineral hasil pelapukan
setelah batuan itu terbentuk. Dalam pemeriannya harus dijelaskan bahwa mineral-
mineral primer tertentu telah mengalami ubahan menjadi mineral sekunder yang
primer sebelum terjadi ubahan, namun dapat digunakan kata terubah lanjut
dibelakangnya (misal: andesit terubah lanjut). Derajat alterasi suatu batuan dapat
ubahan. [b] Sebaiknya, dalam mempelajari sayatan tipis thin sections juga
kehadiran mineraloginya.
5
Tekstur menunjukan hubungan individu butir dengan butir yang ada
kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, dan pertumbuhan bersama kristal. Tekstur
beberapa faktor:
1. Derajat kristalisasi
6
Gambar 2.2. Derajat Kristalisasi Holohyalin
7
Tekstur Afanitik, sangat halus, tidak dapat dibedakan dengan
d. Equigranular Tekstur:
8
Allotriomorfik Granuler, terdiri dari mineral-mineral yang
1. Tekstur Intergrowth
9
b. Granoferik, tekstur yang dibentuk oleh kalium feldspar dan
10
Gambar 2.8. Tekstur Intergranular
11
g. Subofitik, plagioklas tumbuh secara acak dan merata bersamaan
12
Gambar 2.13. Tekstur Poikilitik
13
Gambar 2.15. Tekstur Corona
gelas.
14
Gambar 2.17. Tekstur Vitrofirik
2. Tekstur Aliran
kesejajaran.
kesejajaran.
batuan vulkanik, struktur batuan plutonik dan struktur dari hasil inklusi. Banyak
batuan beku mengandung inklusi dari batuan lain atau material asing yang dikenal
sebagai senolit xenoliths. Senolit mungkin accidental bila disusun oleh batuan
yang seluruhnya tidak berubah terhadap batuan beku dimana mereka ditemukan
atau mungkin cognate bila terbentuk dari batuan yang secara genetik berhubungan
dengan batuan beku induk igneous host rock. Perbedaan di atas tidak selalu
mudah dibedakan. Senolit dapat pula terdiri dari individu kristal yang dikenal
15
mempunyai kelompok dan tumbuh bersama-sama membentuk tekstur
a. Banding (perlapisan)
e. Aliran
keluarnya gas, dijumpai pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal
dan inti lava. Contoh: granit, diorit, gabro dan inti andesit.
tidak teratur, dijumpai pada bagian luar batuan ekstrusi dan intrusi
dan basalt.
intermediet-asam.
oleh mineral lain seperti kuarsa dan kalsit, dijumpai pada batuan vulkanik
16
II.1.4 Mineral Penyusun Batuan Beku
1. Mineral Mafik
Kelompok Olivine:
- Forsterite : Mg2SiO4
- Fayalite : Fe2SiO4 - Monticellite :
CaMgSiO4
Kelompok Piroksen:
- Ortopiroksen
Enstatite : Mg2SiO6
- Klinopiroksen
Augit : (Ca, Mg, Fe, Al)2(Si,
Al)2O6
Diopsid : CaMgSi2O6
: (Mg, Fe, Ca)(Mg,
Pigeonite
Fe)Si2O6
Aegirine : NaFe+3Si2O6
Kelompok Amphibol
Kelompok Mika
2. Mineral Felsik
17
Kelompok Feldspar
- Plagioklas : CaAl2Si2O8_NaAlSi3O8
- Alkali Feldspar
- Feldspatoid
Leusit : KAlSi3O6
Sodalit : Na8Al6Si6O24Cl2
: (Na, K)6-8Al6Si6O24.(CO3)1-2.2-
Cancrinit 3H2O
Kelompok
Mika
- Muskovit : KAl2(AlSi3O10)(OH, F)2
Kuarsa : SiO2
Tridimit : SiO2
Kristobalit : SiO2
II.1.4.2 Mineral
Sekunder
Serpentin
: Mg6Si4O10(OH)8
Idingsit : MgO.Fe2O3.3SiO2.4H2O
Limonit : Fe2O3.nH2
18
Klorit : (Mg, Al, Fe)6(Al, Si)4O10(OH)8
Kalsit : CaCO3
Kaolin : Al2O3.2SiO2.H2O
Serisit : KAl3Si3O10
Analcite : NaAlSi2O6H2O
: Na2Al2Si3O102H2O
Natrolite
Beryl : Be3Al2(Si6O18)
Fluorit : CaF2
Perovskite : CaTiO3
Spinel : MgAl2O4
: Na(Mg, Fe, Al)3Al6Si6O18(BO3)3(OH,
Turmalin
F)4
Zircon : ZrSiO4
Magnetit : Fe3O4
Ilmenit : FeTiO3
19
Kerabat batuan gabro alkali
Tabel 2.1 Ciri-ciri Kerabat Batuan Beku (Konsep Clan Menurut Williams, 1954).
20
Ciri-ciri:
kuarsanya:
KF > 1/8 TF
Contoh batuannya:
Tabel 2.2. Jenis Batuan Beku Asam Berdasarkan Komponen Plagioklas dan
Feldspar.
1. Berbutir Halus
Kelompok Dasit-Riodasit-Riolit
a. Dasit
21
akibat proses korosi larutan magma sisa.
b. Riodasit
Biotit melimpah.
c. Riolit
KF dengan kuarsa).
ditemukan embayment.
2. Berbutir Kasar
a. Granodiorit
22
Mineralogi: plagioklas (andesin), orthoklas, kuarsa > 10%
b. Adamelit
mineral khas.
c. Granit
e. Granit alkali
23
II.1.5.2 Kerabat Batuan Diorit-Monzonit-Syenite Ciri-ciri:
Tekstur: porfiritik
Contoh batuan:
1. Berbutir Halus
a. Andesit
24
andesine), mineral mafik piroksen < , amfibol, olivine jarang.
b. Propilit
c. Trakhiandesit (Latite)
berupa
d. Trakhit
25
Bila mengandung kuarsa > 10% = Rhyolit, Bila mengandung
e. Phonolit
nefelin.
leusit.
2. Berbutir Kasar
a. Diorit
biotit sedikit.
b. Monzonit
26
Peralihan antara syenit dan diorite. Indeks warna 30 40 .
Tekstur: equigranular, hipidiomorfik granular. Tekstur khusus:
c. Syenit
mirmekitik.
Indeks warna 40 70
Kandungan SiO2 45 52 %
trakhitik.
1. Berbutir Halus
a. Trachybasalt
27
Analcite basalt: Kf < 1/8 total feldspar.
b. Spilite
2. Tekstur kasar
a. Kentalinite
b. Shonkinite
Tekstur: poikilitik
melimpah.
c. Malignite
28
Tekstur: porfiritik dengan fenokris berupa nefelin, poikilitik
Essexite Theralite
SiO2 45 % 52 %
Kuarsa, K. Feldspar bias hadir atau tidak hadir dengan kehadiran <
10 %.
29
1. Berbutir Halus
a. Basalt
b. Basalt Olivine
struktur amygdaloidal.
c. Diabas
30
Minealogi: olivin sedikit, tridimit dan kristobalit, apatit, bijih
2. Tekstur Kasar
a. Gabbro
b. Norit
c. Eucrit
d. Anortosit
Indeks warna 10
e. Olivine Gabbro
31
g. Gabbro Kuarsa
Ciri-ciri:
32
Umumnya berbutir kasar
1. Berbutir Halus
hornblende.
b. Limburgites
Terbentuk pada aliran lava, dike, sill dan plug dan biasa
33
Klinopiroksen (fenokris), Olivine (fenokris), Biotite dan
Hornblende (masadasar).
2. Berbutir Kasar
a. Dunite
b. Peridotite
dan Harzburgite.
34
Diagram 2.3. Klasifikasi Batuan Ultramafik (Anthony R.
Philpotts, 1989)
2. Berdasarkan komposisi:
35
Tabel 2.6. Klasifikasi Umum Batuan Beku Berdasarkan Tekstur dan Komposisi Mineral.
3. Berdasarkan warna:
36
II.1.6.2 Klasifikasi Berdasarkan Komposisi Kimia
a. Alkali total (Na2O + K2O) versus SiO2 (Le Bas, et al., 1986)
1. Kelompok Ultramafik
2. Kelompok Gabro
37
Mengandung mineral klinopiroksen, ortopiroksen dan olivin
3. Kelompok Diorit
SiO2 52 66%
38
Diagram 2.5. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi
(Streckeisen, 1976).
39
1. Metode Michel Levy dengan kembaran Albit: menggunakan kurva
Michel-Levy.
40
Diagram 2.6. Analisa Plagioklas Kembaran Albit (Michel-
Levys Method).
2. Metode dengan kembaran Carlsbad-Albit: menggunakan kurva After F.
E. Wright.
41
Diagram 2.7. Analisa Plagioklas Kembaran Carlsbad-Albit (After F. E.
Wright).
Schmidt.
42
Diagram 2.8. Analisa Plagioklas Kembaran Carlsbad-Albit (After E.
Schmid).
43
44
BAB III BATUAN PIROKLASTIK
lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi
sebelum ditransport maupun rewarking oleh air atau es. Pada dasarnya batuan
(ekstrusi) maupun eksplosif (letusan). Batuan gunung api yang keluar dengan
jalan efusif mengahasilkan aliran lava, sedangkan yang keluar dengan jalan
tefra (pumis dan abu gunung api, skoria, Pele's tears dan Pele's hair, bom
dan blok gunung api, accretionary lapilli, breksi vulkanik dan fragmen litik),
dengan komponen utama gas dan material padat berkonsentrasi partikel tinggi.
bumi, suhu dan kecepatan fluidisasinya. Material piroklastika dapat berasal dari
guguran kubah lava, kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah
45
(Fisher, 1979). Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari
proses fragmentasi magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam endapan
dapat berasal dari batuan dinding, magmanya sendiri, batuan kubah lava dan
magma yang diteruskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta
buih magma. Masa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok
46
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bila materialnya berasal
dari endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh
Yaitu material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua dibawah
vulkanik.
Endapan ini pada umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan
Ciri-ciri:
Sortasi baik
47
Yaitu material hasil langsung dari pusat erupsi kemudian
antara
Ciri-ciri:
Sortasi buruk
Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas atau uap air
yang memiliki rapat masa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi
planar. Yang khas dari endapan ini adalah struktur silang siur, melensa dan
bersudut kecil. Endapan surge umumnya kaya akan keratan batuan dan
kristal.
Ciri-ciri:
48
Cross beds, melensa, melidah, antidunes dan laminasi
1. Tekstur umum
butir mineral yang ada di dalamnya yang meliputi Glassy dan Fragmental.
49
Fragmental, merupakan tekstur pada batuan piroklastik yang nampak
2. Tektur Khusus
50
Gambar 3.4. Tekstur Perlitik
51
3. Lapili, berasal dari bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk material
52
Gambar 3.8. Material Gunungapi Produk Letusan (vide Compotn, 1985).
1. Tuf
tersusun atas fragmen litik, gelas shards, dan atau hancuran mineral
53
Gambar 3.9. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol
silang dan kanan: nikol sejajar). Dalam sayatan
menunjukkan adanya fragmen litik dan kristal dengan sifat
kembaran pada hancuran plagioklas, dan klastik litik
teralterasi berukuran halus.
2. Batulapili
butir antara 2-64 mm, biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan
kaldera) berasosiasi dengan tuf gunung api. Batulapili tersebut kalau telah
Komposisi batu lapili terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik
54
yang tertanam dalam massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal
mineral.
Gambar 3.10. Breksi pumis (batulapili) yang hadir bersama dengan kristal
kuarsa dan tertanam dalam massa dasar tuf halus.
55
Gambar 3.11. Tuf tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883
dengan glass shards yang sedikit terkompaksi.
4. Batuan gunung api yang terelaskan (welded ignimbrite) yaitu gelas shards
dan pumis yang mengalami kompaksi dan pengelasan saat lontaran balistik
deformasi akibat jatuh bebas, yang secara petrografi dapat terlihat dengan:
bawah Y.
56
Gambar 3.12. Tuf Rattlesnake, berasal dari Oregon pusat, menampakkan
shards yang sedikit memipih dan gelembung gelas yang
telah hancur membentuk garis-garis oval.
a. b. c.
Gambar 3.13. [a] Tuf terelaskan dari Idaho, [b] Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko
utara, [c] Tuf terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal.
57
BAB IV BATUAN SEDIMEN
dari suatu larutan pada atau dekat permukaan bumi atau suatu bahan organik yang
besar (Tabel 4.1). Material pembentuk batuan beku dan metamorf terhadap
yaitu: [1] pelapukan kimia; [2] pelapukan fisik dan [3] aktivitas organisme atau
pelapukan biologi.
Batuan sedimen menutupi 66% dari permukaan daratan dan mungkin lebih
banyak prosentasenya yang menutupi dasar lautan. Hal ini dapat dimengerti,
karena kecuali batuan beku dan metamorf terbentuk tidak pada kondisi atmosferik
batuan sedimen.
58
Perubahan tersebut mencakup proses ubahan secara fisik dan kimiawi, yang
Batuan sedimen yang dominan (> 95%) terdiri dari tiga kelompok utama
yaitu: [1] kelompok batulempung; [2] kelompok batupasir dan [3] kelompok
batuan sedimen terdiri dari Klastik (merupakan tekstur hasil transportasi) dan
Non Klastik (tekstur yang dihasilkan tidak dari proses transportasi: kalsitifikasi,
evaporit, biokimia, dan proses alami lainnya), pembahasan tekstur batuan sedimen
terdiri dari:
kebundaran yang sama dapat saja terdiri dari bentuk yang berbeda.
Gambar 4.1. Dua Dimensi Bentuk Butir dan Kebundaran (Gilbert, 1954).
2. Ukuran Butir
60
klasifikasi Pettijohn, yaitu:
Pada batuan sedimen kemas terbagi kedalam dua istilah yaitu kemas
lain (grain atau clast supported). Apabila ukuran butir fragmen ada
supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau
61
Gambar 4.2. Batuan Sedimen Berkemas Butir: Paking, Kontak dan Orientasi
Butir Serta Hubungan Antara Butir Matrik.
4. Pemilahan
sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya juga
kemas tertutup.
62
3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir didalam batuan sedimen
sangat seragam, dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat
5. Porositas
tidak ada
pori.
6. Permeabilitas
63
Tingkat kemampuan suatu batuan untuk meluluskan air yang terdiri
dari batuan yang permeabel yaitu batuan yang dapat meloloskan air dan
batuan impermiabel yaitu batuan yang tidak dapat meloloskan air lewat
porinya.
batuan sedimen sebagai akibat dari proses pengendapan dan kondisi energi
baik dilakukan di lapangan (Pettijohn, 1975). Pada batuan sedimen, struktur dapat
1. Struktur Syngenetik
Struktur ekstemal: kelihatan dari luar, misal: ukuran butir dan bentuk
ripple mark, md curk, rain drops print, swash and rill marks, flute
tekanan).
64
b. Karena proses biologi
2. Struktur Epigenetik
lapiaan seperti batas tegas atau gradual, batas selaras atau tidak
"clastic dike yaitu terjadi karena adanya tekan hidrostiatika yang kuat
tek stabil (olivine, piroksen, hornblende, biotit, dan feldspar) dan mineral stabil
a. Mineral Alogenik
epidot,
b. Mineral Autigenik
pada kondisi diagenesa tetapi cenderung tidak stabil oleh pelapukan dan
pirit, zeolit (terutama yang kaya akan Ca), klorit, ortoklas, mikroklin.
2. Mineral Stabil
dari pada butiran atau fragmen, terletak diantara fragmen dan diendapkan
ataupun fosil.
66
3. Semen (cement): berukuran halus, merekat atau pengikat butiran atau
semen silika (kalsedon, kuarsa) dan semen oksida besi (limonit, hemait).
1. Batupasir
butirannya berukuran pasir (0,125-2 mm). Ada batupasir murni dan ada
batupasir yang tidak murni. Pengertian ini erat kaitannya dengan jumlah
67
a. Batupasir Arenit (murni) dengan matrik lempung dan lanau halus
lanau halus lebih dari 10%. Batu ini juga sering disebut batupasir
wacke dapat dikelompokkan lagi menjadi seperti pada (Diagram 4.1 dan
Diagram 4.2).
68
Diagram 4.1. Pembagian Batupasir Wacke (Gilbert, 1954).
Diagram 4.2 digunakan untuk jenis wacke. Diagram tersebut terdiri dari
kuarsa dapat diplot pada garis bawah, semakin ke atas semakin besar
sisi kiri, semakin ke kanan semakin besar. Perlu dicatat bahwa prosentase
69
20%, plagioklas asam 15%, biotit 5%, dasit 10%, kuarsa 38%, magnetit
rongga antar butirnya dapat saja diisi semen. Atau padanya dapat saja
terjadi secondary outgrowth. Pada batupasir wacke rongga antar butir lelah
diisi oleh material lempung sehingga semen tidak didapati atau sedikit
70
Gambar 4.6. Kiri: batupasir kuarsa dengan semen kalsium karbonat; Kanan:
batupasir kuarsa dengan mineral glaukonit (hijau yang terdiri
atas matrik berupa lempung dan semen kalsium karbonat.
proporsi felspar.
Batupasir subgraywacke atau lithic arenit, yaitu batupasir dengan
yaitu 25 %.
71
fosfat.
semen.
batuan karbonat.
2. Batuan Karbonat
berikut;
Fosil
Ooid
Pellets
Interklas
73
karbonat. Awalnya lumpur karbonat diendapkan berupa kristal
pada saat
terlitifikasi.
batugamping.
olehnya.
74
Gambar 4.7. Klasifikasi Batugamping (Modifikasi R. L. Folk, 1959 dalam
Tucker & Wright, 1962).
75
Gambar 4.9. Batugamping dengan Allochem Fosil.
76
77
BAB V BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk (batuan
beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf) yang telah mengalami proses
batuan sedimen atau asal-usul metamorfik. Hasil akhir dari perubahan tersebut
dikenal sebagai batuan metamorf. Karena bumi merupakan sistem dinamis dan
baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam
tekanan dan temperatur diatas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan
adalah bahwa batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat.
Satu hal yang menarik dari petrologi metamorfik adalah batasan dari
tingkat akhir suatu diagenesa dan awal dari metamorfisme. Penyebab yang paling
78
penting dari diagenesa dan metamorfik tingkat rendah di dalam batuan adalah
dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia
yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara
telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada
peleburan merupakan fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap.
Satu kisaran dari 650oC 800oC menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas
atas dari metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut
diantaranya muncul menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.
Mereka adalah batuan kristalin, yang secara kuat dan keras. Pada umumnya
batuan metamorf, tetapi lainnya umum dijumpai pada batuan beku dan metamorf.
Tekstur pada batuan metamorf adalah kenampakan yang paling khusus. Contoh
tipe-tipe batuan. Daerah batuan metamorf diseluruh dunia yang berbeda umur
Terdapat dua kenampakan yang utama dari banyak batuan yang harus
diperikan yaitu kandungan mineral dan tekstur. Ukuran butir dan struktur juga
80
V.1.2 Tipe-tipe Metamorfisme
tingkat pengaruh dari tekanan dan temperatur (Bucher dan Frey, 1994), lihat pada
81
Diagram 5.1. Tipe Metamorfisme dan Tempat
Terjadinya.
ini terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfisme ini dibedakan
a. Metamorfisme Orogenik
82
Metamorfisme ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana
b. Metamorfisme Burial
2. Metamorfisme Lokal
berbutir halus.
vulkanik.
84
d. Metamorfisme Hidrothermal atau Metasotisme
e. Metamorfisme Impact
(geothermal).
(Combs, 1961).
85
munculnya konsep fasies, penamaan batuan kadang-kadang rancu dengan
pengertian fasies.
rekristalisasi kuat ditandai oleh tekstur skistose yang baik, diberi nama sekis
schist. Apabila kehadiran mineral pipih atau prismatik berkurang, dan sebagai
maka tekstur yang demikian disebut gneisik dan batuannya disebut genes
akan membentuk batuan berbutir halus dengan tekstur skistose (karena penjajaran
mineral muskovit dan klorit) dan batuannya disebut filit phyllite. Apabila
derajat kristalinitas lebih rendah, yang terbentuk adalah batu sabak slate. Batu
sabak ini dianggap transisional antara batuan metamorf dan batuan yang belum
86
Diagram 5.3. Perubahan Batuan Metamorfisme dengan
Peningkatan T Secara Bertahap.
apabila masih dapat dikenali sifat dari batuan asalnya, contoh: metasedimen,
masih dapat terlihat pada batuan metamorf, biasanya diberikan walan blasto,
nama tekstur yang terbentuk oleh mirip porfiritik pada batuan beku, tetapi di sini
juga berlaku untuk istilah tekstur granoblastik yang dicirikan oleh hadirnya
87
V.1.3.1 Tekstur Batuan Metamorf
terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan batuan mengkristal
1. Bentuk
anhedral.
2. Orientasi
88
Tekstur suture: kristalnya equidimensional atau lentikuler,
bintik-bintik.
disebut porfiroblast.
(inklusi).
90
Gambar 5.2 Tekstur Poikiloblastik
tersusun sembarangan.
kenampakan berarah.
91
Gambar 5.3. Tekstur Batuan Metamorf (Spry, 1969 dalam Graha,
1987).
poligranuler.
lentikuler.
klorit.
92
Lepidoblastik: tekstur yang menunjukkan kesekisan tetapi
3. Tekstur Metamorfisme
umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari
93
Gambar 5.4. Tekstur Granoblastik
maupan sisa bataun sudah tidak kelihatan lagi karena telah mengalami
yang tediri dari bentuk, ukuran dan orientasi kesatuan banyak butir mineral.
Secara umum dapat dibedakan menjadi: struktur foliasi dan struktur non
foliasi.
94
1. Struktur Foliasi
mineral butiran.
95
pipih di dalam matrik; [f] Orientasi kumpulan mineral lentikuler;
[g] Orientasi retakan atau sesar mikro; [h] Kombinasi unsur-
unsur kemas a, b dan c, kombinasi ini umum pada batuan
metamorf (Hoobs et al.,1976).
mineralnya halus.
struktur filit.
96
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan
1. Mineral Stress
dimana mineral ini dapat berbentuk pipih atau tabular, prismatik, sehingga
mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya atau stress.
97
Contoh: mika, termolit-aktinolit, hornblende, serpentin, silimanit, kianit,
2. Mineral Anti-Stress
Selain mineral-mineral diatas, terdapat juga mineral yang khas dijumpai pada batuan
metamorf. Contoh:
Zonasi Mineralogi
feldspar.
98
Diagram 5.4. Mineral Indeks Pada Batuan Metamorf.
mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit;
rekristalisasi dari batupasir atau chert atau rijang. Secara umum jenis batuan
99
Diagram 5.5. Klasifikasi Batuan Metamorf (Winkler,
1979).
klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina)
100
basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal
terjadi akibat alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku
2007).
Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin
101
Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral
karbonat.
Skarn: Marmer yang tidak bersih atau kotor yang mengandung kristal dari
batuan beku.
Fasies Metamorfisme
102
Diagram 5.6. Fasies Metamorfisme yang Diplot Sebagai Fungsi
dari Tekanan, Temperatur dan Kedalaman.
103
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Petrografi adalah salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari batuan
batuan, serta menentukan volume komposisi yang terdapat di dalam batuan, baik
batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf. Batuan beku sendiri adalah
batuan yang terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma. Magma adalah
cairan silikat pijar di dalam bumi, bersuhu tinggi (900o 1300oC), terbentuk secara
alamiah dan berasal dari bagian bawah kerak bumi atau bagian atas selimut atau
selubung bumi, serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah bergerak dan
lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi
yang bersifat eksplosif. Batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk sebagai
hasil pemadatan consolidation dari bahan endapan lepas atau penguapan kimiawi
dari suatu larutan pada atau dekat permukaan bumi atau suatu bahan organik yang
adalah batuan yang berasal dari batuan induk (batuan beku, batuan sedimen, maupun
mineralogi, tekstur dan struktur akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
104
Petrografi begitu sangat penting karena hakikatnya memberikan data umum
batuan. Oleh karena itu mahasiswa peserta praktikum dan kuliah petrografi
VI.2 Kritik
Ruangan laboratorium cukup sempit dan tata letak properti yang kurang
teratur membuat kondisi laboraturium kurang nyaman dan sirkulasi udara yang
sangat minim membuat udara di dalam ruangan tidak begitu nyaman, terlebih pada
saat suhu sekitar sedang tinggi. Kemudian yang perlu di perhatikan adalah dari
modul atau buku panduan praktikum yang kondisinya sangat minim, karena berupa
fotocopy-an, maka gambar-gambar optis dari contoh tekstur dan struktur batuan
sangat sulit untuk di pahami serta kondisi mikroskop polarisasi yang kurang terawat
dan jauh dari kata layak dan jumlah dari sayatan tipis yang sangat minim kuantitas
dan kualitasnya.
VI.3 Saran
105
dengan sebaik-baiknya, bila ada bagian yang kurang jelas, maka jangan segan-segan
untuk bertanya. Kemudian hal lain yang harus lebih diperhatikan adalah perawatan
terhadap mikroskop polarisasi dan menjaga sampel sayatan tipis batuan adalah hal
yang tidak kalah pentingnya, karena mengingat sulitnya untuk mendapatkan sayatan
tipis batuan. Kedua komponen penting ini adalah hal utama yang perlu di perhatikan
karena menjadi kunci utama dalam keberlangsungan dari praktikum petrografi ini.
106
DAFTAR PUSTAKA
Soesilo, Joko., dkk. 2014. Buku Panduan Praktikum Petrografi Tahun Ajaran
2013/2014. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta.
Setyobudi, Prihatin Tri. 2012. Proses Pembentukan Batuan Metamorf Serta Tipe-tipe
Metamorfisme. Dari http://ptbudie.wordpress.com/2012/04/02/proses-pemb
entukan-batuan-metamorf-serta-tipe-tipe-mitamorfisme/, (diakses 5 Juni
2014).
Loucks, Robert G., Kerans, Charles., Bureau, Xavier Janson. 2003. Introduction to
Carbonate Environments, Facies, and Facies Tracts. Dari
http://www.beg.utexas.edu/lmod/_IOL-CM01/cm01-step03.htm#, (diakses 6
Juni 2014).
107
LAMPIRAN
LAMPIRAN
108
109