Anda di halaman 1dari 6

Artikel Wanita Karir

A. Pendahuluan
Perempuan berperan penting dalam rangka pembentukan kehidupan keluarga yang
kokoh sehingga tidak terkena pengaruh negatif dari perubahan serta pencapaian suatu
keadaan yang sehat, sejahtera dan bahagia, sehingga mendukung terhadap penciptaan
masyarakat yang sejahtera, baik lahir maupun batin. Kemampuan dan potensi yang memadai
dari perempuan, sebagai istri dan ibu rumah tangga merupakan aspek terpenting dalam
menentukan keberhasilan (penunjang utama strategi suksesnya) suatu rumahtangga (terutama
masa depan anak-anak/generasi penerus). Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan adopsi
yang berkaitan dengan strategi peningkatan kemampuan dan potensi kaum perempuan,
sehingga perempuan dapat berperan optimal di sektor domestik secara professional
(Elizabeth 2007). Dengan demikian, perempuan memiliki peranan yang penting dalam
pencapaian suatu keadaan yang sejahtera dalam keluarga sehingga mendukung terhadap
upaya tujuan pembangunan nasional. Tekanan ekonomi yang tinggi menyebabkan banyak
perempuan yang masuk ke dalam ranah publik untuk bekerja. Oleh karena itu, tak jarang,
perempuan harus memikul beban ganda yaitu di sektor domestik dan di sektor publik. Dalam
keluarga miskin, peran ganda perempuan ini sangat diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup. Penghasilan tambahan dari aktivitas perempuan di sektor produktif
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah ekonomi keluarga. Selain itu, peran
perempuan atau istri dalam sektor domestic untuk mengelola sumberdaya keluarga yang
dimilikinya diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan keluarga.
a. Wanita Sepanjang Sejarah
Yunani dan Romawi, dua bangsa yang dulunya dikatakan memiliki peradaban yang
tinggi ini, ternyata menempatkan wanita tidak lebih dari sekedar barang murahan yang bebas
untuk diperjualbelikan di pasaran. Yunani, yang terkenal dengan pemikiran-pemikiran
filsafatnya, tidak banyak membicarakan hak dan kewajiban wanita. Mereka tidak memiliki
kemerdekaan dan kedudukan, tidak pula diberikan hak waris. Wanita sepenuhnya tunduk dan
hina di bawah kekuasaan pria secara mutlak. Hindustan, dalam syariat bangsa ini
dinyatakan, bahwa angin, kematian, neraka, racun dan api tidak lebih jelek dari wanita.
Lanjut Yahudi, adalah bangsa dan agama yang menganggap bahwasanya wanita adalah
makhluk yang terlaknat karena wanitalah yang menyebabkan Adam melanggar larangan
Allah hingga dikeluarkan dari Surga. Sebagian golongan Yahudi menganggap wanita
derajatnya adalah sebagai pembantu dan ayah si wanita berhak untuk menjualnya. Sementara
saudara dekat Yahudi, yaitu Nasrani, Sekitar abad ke-5, para pemimpin agama ini berkumpul
untuk membahas masalah wanita, apakah wanita itu sekedar tubuh tanpa ruh di dalamnya?
Atau ia memiliki ruh? Dan keputusan akhirnya mereka menetapkan bahwa wanita itu tidak
memiliki ruh yang selamat dari adzab neraka Jahannam kecuali Maryam ibunya Isa alihis
salam.
b. Kondisi Wanita di Dunia Barat
Dari sisi historis, terjunnya kaum wanita ke lapangan untuk bekerja dan berkarir
semata-mata karena unsur keterpaksaan. Ada dua hal penting yang melatar belakanginya:
Pertama, terjadinya revolusi industri mengundang arus urbanisasi kaum petani pedesaan,
tergiur untuk menga-du nasib di perkotaan, karena himpitan sistem kapitalis yang melahirkan
tuan-tuan tanah yang rakus. Berangkat ke perkotaan, mereka berharap menda-patkan
kehidupan yang lebih layak namun realitanya, justru semakin sengsara. Mereka mendapat
upah yang rendah. Kedua, kaum kapitalis dan tuan-tuan tanah yang rakus sengaja mengguna-
kan momen terjunnya kaum wanita dan anak-anak, dengan lebih memberikan porsi kepada
mereka di lapangan pekerjaan, karena mau diupah lebih murah daripada kaum lelaki,
meskipun dalam jam kerja yang panjang. Kehidupan yang dialami oleh wanita di Barat yang
demikian mengenaskan, sehingga menggerakkan nurani sekelompok pakar untuk membentuk
sebuah organisasi kewanitaan yang diberi nama Humanitarian Movement yang bertujuan
untuk membatasi eksploitasi kaum kapitalis terhadap para buruh, khususnya dari kalangan
anak-anak. Organisasi ini berhasil mengupayakan undang-undang perlindungan anak, akan
tetapi tidak demi-kian halnya dengan kaum wanita. Mereka tetap saja dihisap darahnya oleh
kaum kapitalis tersebut. Hingga saat ini pun, kedudukan wanita karir di barat belum
terangkat dan masih saja mengenaskan, meskipun sudah mendapatkan sebagian hak mereka.
Di antara indikasinya, mendapatkan upah lebih kecil daripada kaum laki-laki, keharusan
membayar mahar kepada laki-laki bila ingin menikah, keharusan menanggung beban peng-
hidupan keluarga bersama sang suami, dan lain sebagainya.
Ketika Elizabeth Blackwill yang merupakan dokter wanita pertama di dunia
menyelesaikan studinya di Geneve University pada 1849, teman-temannya yang bertempat
tinggal dengannya memboikot dengan dalih bahwa wanita itu tidak wajar memperoleh
pelajaran. Bahkan ketika dokter ini, bermaksud mendirikan Institut Kedokteran untuk
wanita di Philadhelpia, Amerika Serikat, ikatan dokter setempat mengecam untuk memboikot
semua dokter yang bersedia mengajar disana. Demikian selayang pandang sejarah kelam
perjalanan wanita. Nah, situasi dan pandangan yang demikian tentunya tidak sejalan dengan
petunjuk petunjuk Al Quran di dalam memposisikan wanita. Bermula dari itulah,
diskursus tentang karir wanita dan wanita karir era ini semakin menarik untuk dibahas dan
dikupas. Sementara, lahirnya pemerhati wanita atau yang sering disebut dengan kaum
feminisme, menjadi supporter yang sangat solid untuk mendukung kebangkitan generasi
hawa ini. Promosi-promosi emansipasi dan persamaan hak disegala bidang terus digalakkan.
Pengusungan tema-tema menarik tentang kesetaraan gender menjadi program unggulan
kaum ini. Tidak sedikit wanita muslimah terkecoh olehnya, terutama bagi mereka yang tidak
memiliki basic keagamaan yang kuat dan memadai.
B. Pengertian Karir
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) karis berasal dari karier
(Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan
dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Selain itu kata karir
selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti
wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan). Dengan demikian
dapat dirumuskan bahwa wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa
pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai suatu
kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.
Pengertian wanita karir sebagaimana dirumuskan diatas, nampaknya tidak identik
dengan wanita pekerja. Menurut Omas Ihromi, wanita pekerja adalah mereka yang hasil
karyannya akan mendapat imbalan uang. Meskipun imbalan tersebut tidak langsung
diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja inilah ditekankan pada hasil berupa imbalan
keuangan, pekerjaannya tidak harus ikut dengan orang lain ia bisa bekerja sendiri yang
terpenting dari hasil pekerjaannya menghasilkan uang dan kedudukannya bisa lebih tinggi
dan lebih rendah dari wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam perdagangan.
Sedangkan wanita yang biasa disebut dengan Tenaga Kerja Wanita (TKW) adalah wanita
yang mampu melakukan pekerjaan didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ciri dari wanita ini
adalah kemampuan melakukan pekerjaan untuk mengasilkan jasa atau barang, bepenghasilan
lebih tinggi bahkan punya kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar dan tidak
identik dengan babu atau pembantu rumah tangga, dokter para ahli wanita dan sejenisnya
sebagian tenaga kerja wanita masuk dalam kategori ini.
a. Beberapa ciri wanita karir:
1) Wanita yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu kemajuan.
2) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu merupakan kegiatan-kegiatan profesional
sesuai dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, pemerintah,
ilmu pengetahuan, ketentaraan, sosial, budaya pendidikan, maupun di bidang-bidang
lainnya
3) Bidang pekerjaan yang ditekuni oleh wanita karir adalah pekerjaan yang sesuai
dengan keahliannya dan dapat mendatangkan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan,
atau jabatan.
b. Syarat-syarat menjadi wanita karir meliputi:
1) Memiliki kesiapan mental; Kesiapan mental dapat diperoleh dengan cara selalu
menambah wawasan agar sesuai dengan bidang yang digelutinya. Wawasan yang luas
dapat menambah keberanian dalam memikul tanggung jawab dan tidak bergantung
pada orang lain.
2) Kesiapan jasmani, seperti kesehatan jasmani serta stamina yang memadai untuk
menekuni bidang pekerjaan tertentu.
3) Kesiapan sosial; Mampu mengembangkan keharmonisan hubungan antara karir
dan kegiatan rumah tangga serta mampu menumbuhkan saling pengertian dengan
keluarga dekat dan tetangga. Memiliki pergaulan yang luas tetapi dapat menjaga
martabat diri sehinggga terhindar pelecehan dan mampu beradaptasi dengan lingkungan
yang terkait. Memiliki kemampuan untuk selalu meningkatkan prestasi kerja demi
kelangsungan karir di masa depan. Selain daripada itu, harus dapat menggunakan
peluang dan kesempatan dengan baik.
c. Motivasi yang mendorong wanita terjun ke Dunia karir antara lain:
1) Merasa memiliki pendidikan yang lebih.
2) Terpaksa oleh keadaan dan kebutuhan yang mendesak, karena keadaan keuangan
tidak menentu atau pendapatan suami tidak memadai/mencukupi kebutuhan, atau
karena suami telah meninggal dan tidak meninggalkan harta untuk kebutuhan anak-
anak dan rumah tangga.
3) Untuk ekonomis, agar tidak tergantung kepada suami, walaupun suami mampu
memenuhi segala kebutuhan rumah tangga namun karena sifat wanita yang berfikiran
selagi ada kemampuan sendiri, tidak ingin selalu meminta kepada suami.
4) Untuk mengisi waktu luang.
5) Untuk mengembangkan bakat.
C. Dampak positif dan negatif wanita karir:
Terjunya wanita dalam dunia perekonomian/karir, banyak membawa pengaruh
terhadap segala aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi dan keluarga, maupun kehidupan
masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat menimbulkan dampak positif dan negatif.
a) Adapun pengaruh positif antara lain:
1) Dengan berkarir, wanita dapat membantu meringankan beban keluarga yang tadinya
hanya dipikul suami yang mungkin kurang memenuhi kebutuhan, tetapi dengan
adanya wanita ikut berkiprah dan mencari nafkah, maka krisis ekonomi dapat diatasi.
2) Dengan berkarir, wanita dapat memberikan pengertian dan penjelasan kepada
keluarganya, utamanya kepada putra-putrinya tentang kegiatan-kegiatan yang
diikutunya, sehingga jika sukses dan berhasil dalam karirnya putra-putrinya akan
bangga dan gembira, bahkan menjadikan ibunya sebagai panutan dan suri teladan
bagi masa depanya.
3) Dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan bangasa di perlukan
partisipasi serata keikutsertaan kaum wanita, karena dengan segala potensinya wanita
mampu dalam hal ini, bahkan ada pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan oleh pria
dapat berhasil ditangani oleh wanita, baik karena keahlianya maupun karena
bakatnya.
4) Dengan berkarir, wanita dalam mendidik anaknya pada umumnya lebih bijaksana,
demokratis dan tidak otoriter, sebab dengan karirnya itu bisa memiliki pola pikir yang
moderat.
5) Dengan berkarir, wanita yang menghadapi kemelut dalam rumah tanggganya atau
sedang mendapat gangguan jiwa, akan terhibur dan jiwanya akan menjadi sehat.
Dengan berkarir, sorang wanita akan disibukkan dengan aktivitas yang membuatnya
lupa pada masalah-maslah yang dihadapinya.
b) Dampak negatifnya adalah:
1) Terhadap anak, wanita yang hanya menggutamakan karirnya akan berpengaruh pada
pembinaan dan pendidikan anak-anak maka tidak aneh kalau banyak terjadi hal-hal
yang tidak di harapkan. Hal ini harus diakui sekalipun tidak bersifat menyeluruh bagi
setiap individu yang berkarir.
2) Terhadap suami, di balik kebanggan suami yang mempunyai isteri wanita karir yang
maju, aktif dan kreatif, pandai dan dibutuhakn masyarakat tidak mustahil menemui
persoalan-persoalan dengan isterinya.
3) Terhadap rumah tangga, kadang-kadang rumah tangga berantakan di sebabkan oleh
kesibukan ibu rumah tangga sebagai wanita karir yang waktunya banyak tersedia oleh
pekerjaanya di luar rumah.
4) Terhadap kaum laki-laki, laki-laki banyak menggangur adanya wanita karir, kaum
laki-laki tidak memperoleh kesempatan untuk bekerja, karena jatahnya telah
direnggut atau di rampas kaum wanita.
5) Terhadap masyarakat. Wanita karir yang kurang memperdulikan segi-segi normative
dalam pergaulan dengan lain jenis dalam lingkungan pekerjaan atau dalam kehidupan
sehari-hari akan mnimbulkan dampak negatif terhadapkehidupan suatu masyarakat.
Daftar Pustaka

Ismail, Nurjannah. 2003. Perempuan dalam Pasungan, Bias Laki-laki dalam Penafsiran.
Yogyakarta : Lkis.

Baidan, Nasharuddin. 1999. Tafsir bi Al Rayi, Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam Al
Quran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Djawas A. Abdullah, 1996, Dilema Wanita Karier (menuju keluarga sakinah), Ababil

Drs. Hamid Laonso, M. Ag. M. Pd dan Drs. Muhammad Jamil, M.Pd, 2005, Hukum Islam

Muhsin, Amina Wadud. 1992. Quran and Women. kuala lumpur: Fajar Bakti

Anda mungkin juga menyukai