Flash Kromatografi Kel 7
Flash Kromatografi Kel 7
Kelompok 7
2011
I. TUJUAN
1.1 Memhami prinsip kromatografi kilat (KKi) dan melakukan pemisahan dengan metoda
Kki.
1.2 Mampu melakukan pemisahan dan mengidentifikasi sampel dengan metoda KKi
Tehnik kromatografi kolom kering ini tidak lain merupakan modifikasi dengan
memanfaatkan keunggulan-keunggulan "Flash chromatography" yaitu pemisahan yang baik dan
cepat. Modifikasi yang dilakukan pada prinsipnya memikirkan bahan yang lebih murah,
peralatan yang lebih sederhana dan lebih praktis. Ada dua perbedaan yang mendasar, pertama
tehnik ini menggunakan sistem pengisapan (suction) untuk mempercepat proses elusi
menggantikan sistem penekanan dengan gas. Oleh karena itu proses ini sering disebut dengan
kromatografi cairan vakum ( Vacuum Liquid Chromatography-VLC).
2.3.2 Flash chromatography memisahkan senyawa organik pada pKa tinggi dengann
menggunakan kolom Teledyne Iscos specialty RediSep
Komponen organik dapat berinteraksi dengan permukaan senyawa silanol pada kromatografi
Flash normal. Interaksi ini menyebabkan timbulnya goresan puncak tidak tajam, yang akan
menyebabkan penumpukan (overlapping) fraksi selama proses pemisahan pada kromatografi.
Untuk memperbaiki resolusi pada pemisahan senyawa organik atau asam organik, para ahli
kimia membuat suau tipe dengan menambahkan fase gerak yang telah di modifikasi untuk
mengurangi goresan puncak. Penambahan sample dapat menjadi sebuah masalah. Pada
kromatografi jenis ini perlu ditempatkan sample di tempat yang setipis mungkin. Mempermudah
penambahan sample dapat menggunakan corong penambahan sample, dimana sebuah corong
dengan tangkai panjang dan teratur, dengan pembengkokkan pada ujung-ujung tangkai corong,
dan dengan lobang 4 mm disamping bagian bawah dinding kolom. Agar ketika sample mencapai
puncak atas kolom tidak terjadi gangguan pada puncaknya.
2.3.3 Kontrol Arus
Mempertajam puncak. Triethylamine atau ammonium hydroxide adalah bahan modifikasi
tambahan untuk fase gerak. Teledyne ISCO menawarkan beberapa kolom Redi Sep khusus yang
tersedia untuk flash kromatografi agar lebih efisien dalam pemisahan pada pKa tinggi dari
senyawa organik. Contoh dari kolom Teledyne ISCO antara lain :
RediSep Amine,
RediSep Basic Alumina,
RediSep SCX (Strong Cation Exchange),
RediSep Florisil columns.
Dengan menggunakan kolom tersebut dapat meminimalkan waktu pemisahan dengan
meningkatkan resolusi pemisahan.
V. DATA PENGAMATAN
Sampel 1 (campuran rhodamin B, EBT, metilen blue) dengan eluen etanol : diklorometan (3:1)
Urutan Warna Waktu
Warna 1 ( ) 0 menit 26,4 detik
Warna 2 ( ) 0 menit 45,8 detik
Warna 3 ( ) 02 menit 46,4 detik
Warna 4 ( ) 03 menit 08 detik
Warna 5 ( ) 04 menit 50 detik
Warna 6 ( ) 15 menit 45,27detik
lalu dipanskan
simpan filtrat filtrat pertama
lagi dipenangas
campuran yang pertama dan kedua
timbang 10 5 menit dan
tersebut lalu yang tersisa dicampur dan
gram saus tomat saring dengan saring . lakukan
dipanaskan di di kertas saring diuapkan sampai
lalu tambahkan kertas saring dua kali sampai
penangas ditambahkan didapatkan
etanol 15 mL ekstrak saus
selama 5 menit diklorometan 15 sampel ekstrak
tomat terambil
mL kental
semua.
Nama : Fanny Fauziyah
NIM : 091431008
Kelas : 2 A - Analis Kimia
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemisahan suatu campuran zat warna
dengan metode Flash Chromatography ( kromatografi kilat). Flash Kromatografi adalah bentuk
yang cepat dari kromatografi kolom preparatif - Prep LC berdasarkan tekanan udara untuk
pemisahan cepat. Menggunakan prinsip yang sama seperti KLT, kromatografi kilat dapat
dilakukan dengan pemanfaatan jumlah yang tepat dari fase diam dan jenis eluen, dalam
percobaan fase diam yang digunakan adalah pasir silika, dan pelarut pengembang (eluen)
campuran methanol dan dichlormetan dengan perbandingan 1:3. Sebanyak 10 gram pasir silika
dicampurkan dengan eluen hingga homogen dan campuran menjadi agak kental. Campuran
kemudian dimasukkan dengan cepat ke dalam kolom yang sudah dipersiapkan sampai ketinggian
15 cm dari kolom. Pada saat memasukkan silika ke dalam kolom harus dilakukan dengan cepat
sambil menambahkan terus eluen, hal ini dilakukan karena sifat silika yang mudah mengeras,
sehingga untuk menjaga kolom agar tidak pecah maka harus ditambahkan eluen, karena jika
kolom pecah akan mempengaruhi kecepatan pemisahan dan proses pemisahan tidak akan
sempurna. Dengan menggunakan pipet, sebanyak 2 mL sampel dimasukkan ke dalam kolom
yang telah berisi campuran silica dan eluen. Sampel yang digunakan adalah campuran zat warna
dari Rhodamine- B (merah), EBT (ungu) dan, Metil Biru (biru). Berbagai komponen warna dari
campuran sampel yang terpisah berdasarkan pada polaritas dan afinitas masing-masing. Dengan
bantuan tekanan udara dari atas dapat mengumpulkan fraksi pelarut dari kolom, yang berisi
komponen terisolasi (dimurnikan). Tekanan udara digunakan untuk memaksa pelarut melalui
kolom dan membawa zat warna yang terpisah di dalam kolom, sehingga mempercepat proses
pemisahan.
Percobaan dilakukan secara duplo, yang pertama proses pemisahan tidak menggunakan
tekanan dan yang kedua dengan menggunakan tekanan. Pada percobaan yang pertama zat warna
yang pertama terpisah dan keluar dari kolom adalah warna biru yang tak lain adalah metil biru,
namun pada percobaan yang kedua zat warna yang pertama terpisah adalah warna merah yaitu
Rhodamin B, hal ini kemungkinan terjadi karena kondisi kolom pada percobaan yang pertama
yang kurang baik dan kolom pecah, sehingga tidak terjadi proses pemisahan yang sempurna.
Tetapi pada percobaan yang kedua kondisi kolom lebih baik, sehingga pemisahan terjadi dengan
baik. Penyebab rusaknya kolom pada percobaan yang pertama adalah pada saat memasukkan
silika kedalam kolom seharusnya dengan cepat ditambahkan eluen secara bersamaan agar silika
tidak kering, namun pada saat percobaan eluen terlambat dimasukkan sehingga membuat silika
mengering dan menjadi pecah. Setiap zata warna yang terkandung dalam sampel memiliki nilai
afinitas terhadap fasa diam yang berbeda, afinitas tersebut mempengaruhi seberapa lama zat
warna tersebut tertahan didalam fasa diam. Semakin besar afinitas yang dimiiki suatu zat warna
semakin lama waktu yang dibutuhkan zat tersebut untuk keluar dari kolom. Diambil dari data
percobaan kedua bahwa sampel warna merah (Rhodamin B) memiliki nilai afinitas yang lebih
kecil terhadap fasa diam, sehingga warna merah lebih dulu keluar kemudian diikuti oleh warna
ungu, dan yang terakhir keluar adalah warna. Dapat disimpulkan bahwa afinitas warna biru lebih
besar terhadap fasa diam dibandingkan dengan warna ungu dan merah (merah<ungu<biru). Dari
hasil pengamatan dapat dilihat pada percobaan yang pertama proses pemisahan terbukti lebih
lambat bila dibandingkan dengan percobaan yang kedua, hal ini terbukti bahwa tekanan sangat
berpengaruh terhadap waktu pemisahan, maka disebut Flash Chromatography.
Nama : Dwi Wulan Janiar Sari
Kelompok :2
NIM : 091431006
Pembahasan
Pada dasarnya, kromatografi kilat (flash chromatography) memiliki prinsip yang sama
dengan kromatografi kolom cara basah. satu hal yang membedakan adalah adanya peralatan
tambahan yang dipasangkan pada flash kromatografi. Adapun peralatan tersebut adalah suatu
pompa yang merupakan alat yang biasa digunakan pada akuarium. Pemasangan pompa bertujuan
untuk memberikan tekanan sehingga memperlacar pergerakan eluen dalam kolom dan proses
pemisahan sampel dapat berlangsung dengan lebih cepat.
Pada kromatografi kilat, yang menjadi fasa diam adalah silika gel sementara yang
menjadi fasa gerak adalah larutan pelarut pengembang (eluen). Pada praktikum, eluen yang
digunakan adalah campuran antara metanol dan dikloro metana yang dicampurkan dengan
perbandingan 1:3. Sementara itu sampel yang akan dipisahkan merupakan campuran dari tiga
jenis pewarna yaitu rhodamine B (merah), metilen blue (biru) dan dan EBT (ungu) yang
dicampurkan masing masing sebanyak 2 mL.
Percobaan dilakukan beberapa kali dengan perlakuan, kondisi dan hasil yang berbeda.
Percobaan pertama, perlatan pompa tidak dipasang pada kolom. Dengan kondisi kolom yang
kurang baik (silika gel pecah) akibat penambahan eluen yang terlambat, proses pemisahan
berlangsung dengan cukup cepat walaupun pemasangan pompa tidak dilakukan. Hasilnya, warna
biru terpisah terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan terpisahnya warna ungu dan merah (warna
yang terpisah sedikit kurang sempurna pula akibat rusaknya kolom). Percobaan kedua
berlangsung dengan pemasangan pompa. Kali ini kondisi kolom lebih baik dengan jumlah
bagian silika yang pecah lebih sedikit dari sebelumnya. Pada percobaan kedua ini proses
pemisahan berlangsung dalam waktu yang lebih singkat dan dengan kualitas pemisahan yang
lebih baik (lebih sempurna) dibanding dengan proses pemisahan pada percobaan pertama. Hasil
yang berbeda pun ditunjukan dengan terpisahnya warna merah terlebih dahulu yang kemudian
diikuti dengan warna ungu dan warna biru terpisah paling akhir. Dilihat dari kondisi pada
percobaan kedua yang lebih baik yaitu dari kondisi silika yang lebih baik dan dengan pemberian
tekanan (pompa) maka hasil yang diambil adalah hasil yang didapat pada percobaan kedua
dengan urutan warna yang terpisah secara berurutan : merah-ungu-biru.
Setiap zat warna yang tercampur dalam sampel memiliki afinitas yang berbeda terhadap
fasa diam. Afinitas tersebut menentukan berapa lama ia tertahan di dalam fasa diam. Dari hasil
yang didapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa afinitas warna biru lebih besar terhadap fasa
diam dibandingkan dengan warna ungu dan merah (merah<ungu<biru).
Nama : Erlina Ratnasari
NIM : 091431007
Percobaan Flash Kromatografi pada dasarnya, memiliki prinsip kerja yang sama dengan
Kromatografi Kolom hanya saja pada Flash Kromatografi menggunakan pompa (tekanan udara)
sehingga kecepatan aliran dari fase gerak yang melalui fase diam tidak hanya dipengaruhi oleh
adanya gaya gravitasi saja tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya tekanan dari pompa. Karena
penggunaan pompa disini bertujuan untuk mempercepat proses elusi.
Percobaan ini menggunakan teknis basah dan dilakukan secara duplo dimana silika jel
terlebih dahulu dicampurkan dengan eluen barulah dituangkan kedalam kolom hingga mencapai
ketinggian 15 cm. Lalu dimasukkan sampel sebanyak 2 ml dan disusul dengan eluen. Kondisi
eluen dalam kolom harus dijaga keberadaannya yaitu 2cm diatas lapisan silica jel. Hal ini
bertujuan agar silica jelnya tidak rusak atau berrongga sehingga pemisahan dapat terjadi dengan
optimal. Eluen yang digunakan adalah campuran methanol dan dikloro metana dengan
perbandingan 1:3 sedangkan sampelnya merupakan campuran dari rhodamin B (merah), metylen
blue (biru) dan EBT (ungu).
Percobaan pertama memperoleh urutan warna biru ungu merah. Hal ini berarti warna
biru memiliki nilai afinitas yang paling rendah terhadap fasa diam dibandingkan dengan warna
yang lain. Dan sebaliknya warna merah memiliki nilai afinitas paling tinggi terhadap fasa diam.
Dan dapat diketahui pula bahwa semakin rendah nilai afinitas suatu senyawa maka akan semakin
singkat waktu yang dibutuhkan oleh senyawa tersebut untuk meninggalkan kolom. Pada
percobaan ini tidak digunakan tekanan dari pompa sehingga sama saja dengan kromatografi
kolom. Dan pada silike jel terdapat banyak rongga sehingga hasil dari pemisahan ini pun
diragunakan keakuratannya sehingga perlu dilakukan percobaan ulang.
Untuk percobaan kedua memperoleh urutan warna yang berbeda dengan percobaan
pertama yaitu merah ungu biru. Hasil ini justru kebalikkan dari percobaan pertama namun
hasil ini diduga merupakan hasil yang seharusnya karena pada percobaan kedua ini pada silika
jel dalam kolom tidak terdapat rongga dan diberikan tekanan dari pompa. Selain itu jika dilihat
dari lamanya waktu pemisahan percobaan kedua ini lebih cepat dari pada percobaan pertama
sehingga sesuai dengan teori dimana salah satu kelebihan Flash Kromatografi yaitu memiliki
waktu pemisahan yang relatif cepat karena adanya tekanan dari pompa. Sehingga dari percobaan
kedua diketahui bahwa warna merah memiliki nilai afinitas paling rendah terhadap fasa diamnya
daripada warna lainnya.
Nama :Dini Riyanti
NIM :091431005
Suatu zat dapat dipisahkan menjadi suatu senyawanya dengan proses Kromatografi.Kali
ini dilakukan suatu proses Flash Kromatografi, dimana proses ini memiliki prinsip yang sama
dengan kromatografi kolom.Adapun yang membedakan adalah penambahan vakum/pompa pada
flash kromatografi sehingga kecepatan pada fasa gerak lebih cepat terhadap fasa diam
dikarenakan tekanan yang berasal dari pompa.
Percobaan ini menggunakan fasa diam dengan teknis basah dimana fasa diam berupa
silika gel yang dicampurkan dengan eluen.Eluen yang digunakan merupakan campuran dari
larutan metanol dan diklorometana dengan perbandingan 1 : 3.Sementara itu sampel yang
digunakan adalah merupakan campuran dari tiga jenis pewarna yaitu rhodamine B (merah),
metilen blue (biru) dan dan EBT (ungu) yang dicampurkan masing masing sebanyak 2 mL.
Silika gel yang telah ditambah eluen dimasukkan ke dalam kolom sebanyak 12 cm dari
panjang kolom kemudian sampel dimasukkan.Percobaan dilakukan secara duplo.Pada percobaan
pertama proses dilakukan tanpa bantuan pompa,proses pemisahan berlangsung dengan cukup
cepat walaupun pemasangan pompa tidak dilakukan.Namun pada percobaan pertama ini terjadi
kerusakan pada fasa diam (terjadi keretakan pada silika gel).Hasilnya,warna biru (metilen blue)
keluar terlebih dahulu kemudian disusul dengan warna ungu(EBT) dan merah (rhodamine
B).Sementara itu pada percobaan yang kedua,percobaan dilakukan dengan bantuan tekanan dari
pompa.Kali ini kondisi kolom lebih baik dengan jumlah bagian silika yang pecah lebih sedikit
dari sebelumnya dan pemisahan berlangsung dalam waktu yang lebih singkatHasil pemisahan
menunjukan hasil yang berbeda dengan percobaan pertama. Kali ini warna merah terpisah
terlebih dahulu yang kemudian diikuti dengan warna ungu dan warna biru terpisah paling
akhir.Percobaan yang kedua ini menunjukan hasil yang lebih baik karena kondisi peralatan yang
menggunakan pompa dan waktu pemisahan yang lebih cepat.Karena hal tersebut hasil pada
percobaan 2 adalah hasil yang diambil.
Berdasarkan percobaan kali ini dapat diketahui bahwa afinitas metilen blue(biru)
terhadap fasa diam lebih tinggi dibandingkan dengan EBT (ungu) dan Rhodamine B(merah)
(merah<ungu<biru).Afinitas tersebut menentukan berapa lama ia tertahan di dalam fasa diam.
VI. KESIMPULAN
Sampel pertamayang mengandung rhodamin B, methylen blue, dan EBT memiliki nilai
afinitas yang berbeda beda. Berikut ini urutan nilai afinitas dari yang terrendah hingga terbesar:
Rhodamin B (merah) EBT (ungu) Methylen blue (biru)