Sifat kelamin pria dan wanita ditentukan secara genetik oleh kombinasi kromosom.
Pada pria : 46XY (sering disebut juga 44+XY)
Pada wanita : 46XX (sering disebut juga 44+XX)
Sel-sel gamet
Sel-sel yang berperan pada peristiwa reproduksi menjadi bakal keturunan selanjutnya. Disebut juga sel benih.
Pada pria : sel sperma
Pada wanita : sel telur / ovum
Gametogenesis
Proses pembentukan, pembelahan dan pematangan sel-sel gamet sampai menjadi sel gamet yang siap berperan
dalam proses reproduksi
Pada pria : spermatogenesis - spermiogenesis
Pada wanita : oogenesis
Pembelahan Sel
Mitosis
Kromosom melakukan replikasi DNA (2n-4n)
Stadium : profase - prometafase - metafase - anafase
- telofase, pembelahan sentromer. (baca sendiri juga
tentang biologi sel !!)
Jumlah akhir kromosom pada pembelahan mitosis :
kromosom sel anak = kromosom sel induk = 2n =
46.
Miosis
Pembelahan miosis pertama :
Replikasi DNA kromosom (2n-4n), membentuk pasangan homolog, kemudian mengadakan cross-over
kromatid, pemisahan membentuk kiasma, terjadi pertukaran gen interkromosom homolog.
Jumlah akhir kromosom pada pembelahan miosis pertama : kromosom sel anak = kromosom sel induk = 2n =
23 ganda.
Pembelahan miosis kedua :
Nonreplikasi, pembelahan pada sentromer,
Jumlah akhir kromosom pada pembelahan miosis kedua : kromosom sel anak = kromosom sel induk = n = 23
tunggal.
Gambar : Proses pembelahan sel, mitosis (kiri) dan miosis (kanan)
Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma dewasa yaitu spermatozoa.
Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan mengandung kromosom separuh dari
induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y.
Keseluruhan proses spermatogenesis - spermiogenesis normal pada pria memerlukan waktu 60-70 hari.
Setelah terbentuk sempurna, spermatozoa masuk ke dalam rongga tubulus seminiferus, kemudian akibat
kontraksi dinding tubulus spermatozoa terdorong ke arah epididimis.
Suasana keseimbangan asam-basa dan elektrolit yang sesuai di intratubulus dan epididimis memberikan
spermatozoa kemampuan untuk bergerak (motilitas sperma).
Folikel primordial tetap pada stadiumnya (disebut fase istirahat/ fase diktioten / diplotene stage), sampai sesudah
kelahiran dan menjelang pubertas. Jumlahnya pada saat kelahiran sekitar 700 ribu - 2 juta folikel.
Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuknya siklus menstruasi, folikel primordial / oosit primer mulai
melanjutkan pematangannya dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Pada saat ovulasi suatu siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu sebelum terjadinya perdarahan haid
berikutnya, hanya satu sel folikel yang mengalami pematangan sampai tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum
yang siap dibuahi.
Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan folikuler mulai dilapisi oleh
dua lapisan jaringan ikat yaitu teka interna (lapisan seluler, sebelah dalam, yang kemudian menghasilkan
hormon estrogen) dan teka eksterna (lapisan fibrosa, sebelah luar).
Pada stadium ini, folikel disebut sebagai berada dalam
stadium sudah matang, disebut sebagai folikel tersier atau
folikel deGraaf.
Pada saat oosit sekunder mencapai stadium pembentukan kumparan (coiling) terjadilah OVULASI di mana
oosit tersebut dilepaskan dari folikel deGraaf, bersama dengan lapisan cumulus oophorus dari sel folikular dan
lapisan zona pellucida.
Susunan cumulus oophorus di sekeliling zona pellucida kemudian menjadi corona radiata.
Jika terjadi pembuahan, oosit sekunder menyelesaikan stadium pembelahan pematangan keduanya sampai
menjadi oosit matang, kemungkinan dengan menghasilkan satu buah polar body lagi. Sementara polar body
hasil pembelahan sebelumnya diperkirakan juga mengadakan satu pembelahan lagi.
Jika terjadi pembuahan dan kehamilan, korpus luteum tetap aktif karena hormon progesteron yang
dihasilkannya berfungsi mempertahankan keseimbangan hormonal selama masa-masa awal kehamilan.
Jika tidak terjadi pembuahan, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dalam waktu sekitar 24-48 jam pasca
ovulasi.
Jika tidak terjadi pembuahan dan kehamilan, sampai dengan 9-10 hari sesudah ovulasi korpus luteum akan
berdegenerasi dan mengalami fibrosis menjadi korpus albikans.
Akibat degenerasi ini produksi progesteron juga menurun, menjadi stimulasi untuk terjadinya perdarahan haid
berikutnya.
Hasil akhir oogenesis normal kemungkinan adalah satu buah oosit matang dan 1-3 buah polar bodies.
Kromosom yang dikandung oleh oosit adalah separuh dari induknya, yaitu 23+X.
Gambar : Perbandingan antara gametogenesis pada pria dan wanita
FERTILISASI / PEMBUAHAN
Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama / coitus), dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi
pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani berisi sel-sel sperma ke dalam saluran reproduksi
wanita.
Jika sanggama terjadi dalam sekitar masa ovulasi (disebut "masa subur" wanita), maka ada kemungkinan sel
sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat
ovulasi.
Pertemuan / penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi.
Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba Falopii umumnya di daerah ampula /
infundibulum.
Perkembangan teknologi kini memungkinkan penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak bisa mempunyai anak)
dengan cara mengambil oosit wanita dan dibuahi dengan sperma pria di luar tubuh, kemudian setelah terbentuk
embrio, embrio tersebut dimasukkan kembali ke dalam rahim untuk pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini
disebut sebagai pembuahan in vitro (in vitro fertilization - IVF) - dalam istilah awam, bayi tabung.
(IVF tidak dibahas di sini)
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba. Gerakan ini mungkin
dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama.
Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pellucida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang
sangat cepat.
Sekali telah terjadi penembusan zona oleh satu sperma, terjadi reaksi khusus di zona pellucida (zone-reaction)
yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya.
Kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-6, di rongga sela-sela inner cell mass merembes cairan menembus zona
pellucida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar
massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan
dengan lapisan sel luar.
Pada stadium ini zigot disebut berada dalam stadium blastula atau pembentukan blastokista.
Inner cell mass kemudian disebut sebagai embrioblas, dan outer cell mass kemudian disebut sebagai trofoblas.
IMPLANTASI
Pada akhir minggu pertama (hari ke-5 sampai
ke-7) zigot mencapai cavum uteri.