Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker adalah penyakit atau pertumbuhan ganas yang dapat terjadi


pada manusia, hewan dan tanaman. Kanker bersifat memperbanyak sel yang
berlebihan, umumnya embrional, mendesak dan menghancurkan jaringan
disekitarnya (invasive). Di negara maju, kanker merupakan penyebab kematian
kedua setelah penyakit-penyakit kardiovaskular. Kanker payudara sering
ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari
seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis
setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju,
sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Diperkirakan,
kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di
antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun
5,9 juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang
berkembang. 1

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker


leher rahim di Indonesia. Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di
Indonesia tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap
menduduki tempat teratas. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita
kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya. Data Profil
Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di
rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%.
Selain itu, peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi
peningkatan di rumah sakit DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5%
menjadi 4,6%.1

Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan


dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam

1
keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker
tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat
dicegah. Tjindarbumi (1982) mengatakan, bila penyakit kanker payudara
ditemukan dalam stadium dini, angka harapan hidupnya (life expectancy)
tinggi, berkisar antara 85 s.d. 95%. Namun, dikatakannya pula bahwa 70--90%
penderita datang ke rumah sakit setelah penyakit parah, yaitu setelah masuk
dalam stadium lanjut.1

2
Rekam Medik
1. Identitas
Nama : Ny. R
No. RM : 846165
Umur : 46 tahun
Alamat : jalan dukuh V rt/rw 12/04 jakarta barat
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status : Menikah

2. Anamnesis
Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan
pada payudara sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada payudara sebelah


kiri sejak 1 tahun SMRS. Mula-mula benjolan ini sebesar biji kelereng,
kemudian lama-lama membesar hingga sebesar telur ayam. Kemudian dari
benjolan tersebut terasa nyeri hilang timbul pada payudara kiri, tidak
kemerahan, tidak terdapat luka pada daerah payudara tersebut. Adanya 1
benjolan diketiak kiri sebesar kelereng dan tidak nyeri 2 bulan lalu.
Pasien juga mengeluh nyeri pada punggung dan makin memberat 3 bulan
SMRS RSPAD . Pasien haid pertama pada usia 12 tahun dan tidak teratur
sampai setelah menikah pun tidak teratur.
Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-)
Hipertensi (-)
Sesak nafas yang makin memberat setelah beraktifitas
Gagal ginjal (-)
CVD (-)
Riwayat menstruasi yang tidak teratu
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada riwayat penyakit Jantung, DM, hipertensi dan asma.

3. Pemeriksaan fisik

3
Dilakukan pada tanggal 27/04/2017, jam 14.00 WIB di Ruang Perawatan
Umum lantai 4 PU
Keadaan umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Normal
Mobilitas : Kurang aktif
Sikap pasien : Kooperatif
Cara bicara : Lancar
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :116/80 mmHg
Suhu : 36,60C
Nadi : 88x/menit, regular
Pernapasan : 20x/menit

Kulit
Warna : Kuning langsat
Suhu raba : Hangat
Kelembaban : Cukup
Turgor : Cukup
Pucat : Tidak ada
Ikterik : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada

Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Hitam, distribusi merata
Wajah : Oedem (-), ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), nyeri tekan sinus
paranasalis(-)
Mata : Alis hitam, simetris, distribusi merata, ptosis(-/-), ektropion (-/-),
entropion (-/-), exopthalmus (-/-), endoftalmus(-/-), oedem

4
palpebra(-/-), tekanan bola mata normal, konjungtiva anemis
(-/-), sclera ikterik (-/-), pterigium (-/-), lensa keruh (-/-), pupil
isokor (+/+), RCL (+/+), RCTL (+/+), gerak bola mata normal
Telinga : Normotia (+/+), sekret(-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan
mastoid (-/-)
Hidung : Bentuk normal, deformitas(-), pernapasan cuping hidung (-),
lubang hidung simetris, deviasi septum (-), sekret(-/-), darah
(-/-)
Mulut : Mukosa tampak lembab, sianosis (-)
Lidah : Tidak tremor, tidak kotor, tidak hiperemis, tidak ada deviasi.
Tenggorokan : Arcus Faringeus tidak hiperemis, uvula letak ditengah.
Leher : Pembesaran KGB tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak
ada,trakea lurus di tengah, kaku kuduk (-).
Thorax depan
Inspeksi : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis, tidak ada yang
tertinggal, retraksi sela iga(-), ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), ictus cordis V 2 cm dari linea
midclavicula sinistra, vocal fremitus sama di kedua paru.
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Batas paru-hepar : ICS V linea midclavicularis kanan
Peranjakan paru-hepar : 1 sela iga
Batas paru-lambung : ICS VI linea axillaris anterior kiri
Batas atas jantung di ICS II linea sternalis kiri
Batas kiri jantung ICS V 3 cm lateral linea midclavicularis kiri
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis kanan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronchi (-/-), Wheezing (-/-) di kedua
lapang paru
Pada katup aorta di ICS II garis sternalis kanan,
Pada katup pulmonal di ICS II garis sternalis kiri
Pada katup mitral di ICS V garis midclavicula kiri
Pada katup tricuspid di ICS IV garis parasternalis kiri,

5
BJ I-II ireguler, pansistolik murmur (-),Gallop (-)
Thorax belakang :
Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, deformitas(-), skoliosis (-), lordosis
(-), kifosis (-)
Palpasi : Vocal fremitus sama kanan dan kiri.
Perkusi : Batas paru kiri : setinggi Th VIII
Batas paru kanan : setinggi Th VII
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.

Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, vena kolateral (-), tidak tampak luka bekas operasi.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), undulasi (-), tidak teraba adanya
pembesaran organ.
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen, nyeri ketuk (-), shifting
dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 6x/menit

Ekstremitas

Superior : Oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), akral hangat

Inferior : Pitting oedem (-/-) tungkai dan kaki, sianosis (-/-), akral hangat

STATUS LOKALIS

6
Pemeriksaan mammae sinistra :
Inspeksi : Tampak massa telur ayam mammae sinitra, retraksi -,
peau dorange + , inverted nipple, abses -, darah-. Tidak tampak
benjolan axila sinistra.
Palpasi : Teraba massa 4x3x4cm , terfiksir, konsistensi keras,
permukaan tidak rata, batas tegas mammae sinistra. Teraba massa
ukuran 4x3x4cm, imobile, konsistensi keras, permukaan licin,
batas tegas, teraba pembesar KGB axila sebelah kiri.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin

26/4/17 Nilai normal


Lekosit 6010 5,000 10,000/ul
Eritrosit 4,3 3,6 5,2 juta/mm3
Hemoglobin 11,1 12 16 g/dl
Hematokrit 33 38 46 %
Trombosit 299000 150,000 400,000/mm3

b. Kimia darah

7
26/4/17
SGOT 18
SGPT 16
Ureum 13
Creatinin 0,6
Gula darah puasa 81
PT/APTT 9,8/35,6

Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan rontgen pada thoraks PA pada tanggal

Resume
Terdapat benjolan di payudara kiri sejak 1 tahun lalu, mula-mula
benjolan ini sebesar biji kelereng, kemudian lama-lama membesar
hingga sebesar telur ayam.
Adanya 1 benjolan diketiak kiri sebesar kelereng dan tidak nyeri 2
bulan lalu. Pasien juga mengeluh nyeri pada punggung dan makin
memberat 3 bulan SMRS RSPAD .
Pemeriksaan mammae sinistra :
Inspeksi : Tampak massa berukuran 4x3x4cm mammae sinitra,
retraksi -, peau dorange - , abses -, darah-. Tidak tampak benjolan
kgb axila sinistra
Palpasi : Teraba massa 4x3x4cm , terfiksir, konsistensi keras,
permukaan tidak rata, batas tegas mammae sinistra. Teraba massa
ukuran 4x3x4cm, imobile, konsistensi keras, permukaan licin,
batas tegas, axilla anterior sinistra.

DIAGNOSA KERJA
Ca Mammae sinistra, KGB axilla sinistra, T2N1M0

TERAPI

Konservatif

8
Umum
o Diet biasa

o Edukasi penderita mengenai penyakitnya dan hal-hal yang dapat

dilakukan penderita untuk mendeteksi dini kelainan pada

payudara

Operatif
o Mastektomi
PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam


Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Mammae terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, lemak,


pembuluh darah, saraf, saluran getah bening, otot dan fascia. Parenkim epitelial
dibentuk oleh kurang lebih 15-20 lobus yang masing-masing mempunyai saluran
tersendiri untuk mengalirkan produknya dan bermuara pada puting susu. Tiap
lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 asini
grup. Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar dari mammae.

9
Jaringan ikat subcutis yang membungkus kelenjar mammae membentuk
septa diantara kelenjar dan berfungsi sebagai struktur penunjang dari kelenjar
mammae. Mammae dibungkus oleh fascia pectoralis superficialis dimana
permukaan anterior dan posterior dihubungkan oleh ligamentum Cooper yang
berfungsi sebagai penyangga.
Setengah bagian atas mammae, terutama quadran lateral atas mengandung
lebih banyak komponen kelenjar dibandingkan dengan bagian lainnya. Mammae
terletak diantara fascia superficialis dinding thorax anterior dan fascia profunda
(pectoralis), antara mammae dan dinding thorax terdapat bursa retromammaria
yang merupakan ruang antara fascia superficialis dengan fascia profunda
(pectoralis), dengan adanya bursa ini menjamin mobilitas mammae terhadap
dinding thorax.2
Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang kompleks. Pada
wanita dewasa, mammae terletak di anterior dinding thorax setinggi costa 2 atau 3
sampai dengan costa ke 6 atau ke 7, dan terbentang antara linea parasternalis
sampai dengan linea axillaris anterior atau media. Mammae pada wanita dewasa
berbentuk hemisphere yang khas dengan ukuran, kontur, konsistensi dan densitas
yang sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal, genetic dan diet.2
Diameter rata-rata mammae sekitar 10-12 cm dan tebalnya antara 5-7 cm.
Berat mammae bervariasi yaitu antara 150-225 gram pada mammae nonlaktasi,
namun dapat mecapai 500 gram pada mammae laktasi.2

10
Gambar Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan1
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar
daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan

11
secara bebas dengan fascia sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya
adalah kesatuan dalam anatomi. Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam
terdapat ruang retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik.

Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan


dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju
papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.
Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh
karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul dalam
bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang jelas dari
duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse . Pada
area bebas lemak di bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus
(lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu.
Intraductal papillomas sering terjadi di sini.
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita
jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam
dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen
parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit,
sehingga tidak mungkin dilakukan total mastectomy subkutan yang ideal. Dengan
adanya invasi keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami
kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini

12
berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau
d'orange, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel
rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit. 3

Gambar Dumpling of the breast, akibat


dari terlibatnya ligamentum Cooper pada penyakit yang invasive. Dapat
diperjelas dengan penekanan oleh tangan pemeriksa.
1. Vaskularisasi (4,5)
a. Arteri
Payudara mendapat pendarahan dari :
Cabang-cabang perforantes a.mamaria interna. Cabang-cabang
I,II,III dan IV dari a.mamaria interna menembus dinding dada dekat pingir
sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m.pektoralis mayoor dan
memberi pendarahan tepi medial glandula mammae.
Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun
diantara m.pektoralis minor dan m.pektoralis mayor. Pembuluh ini
merupakan pembuluh utama m.pektoralis mayor. Setelah menembus
m.pektoralis mayor, arteri ini akan mempendarahi glandula mammae
bagian dalam (deep surface).
A. Thorakalis lateralis. (a.mamaria eksterna). Pembuluh darah ini
berjalan turun menyusuri tepi lateral dari m.pektoralis mayor untuk
mempendarahi bagian lateral payudara.
A. Thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari
a.subskapularis. Arteri ini mempendarahi m.latissimus dorsi dan m.
serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberi pendarahan pada
glandula mammae, tetapi sangat penting artinya. Karena tindakan radikal
mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat terputusnya arteri ini sulit
dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan bloody angle.

13
b. Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
Cabang-cabang perfrantes v. mamaria interna
Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkandarah dari
payudara. Vena ini bermuara pada v.mamaria interna yang kemudian
bermuara pada v.innominata.
Cabang-cabang v.aksilaris yang terdiri dari v.thorako-akromialis,
v.thorakalis dan v.thorako-dorsalis.
Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis
V.interkostalis bermuara pada v.vertebralis, kemudian bermuara
v.azygos.
2. Sistem Limfatik (4,5)
a. Pembuluh getah bening
1. Pembuluh getah bening aksila
2. Pembuluh getah bening mamaria intena
3. Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial
bawah payudara
b. Kelenjar getah bening aksila
Terdapat beberapa grup kelenjar getah bening aksila:
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna
Grup ini dibagi dalam dua kelompok:
Kelompok superior setinggi interkostal II-III
Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI
2. Kelenjar getah bening skapula
3. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
4. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotters nodes)
5. Kelenjar getah bening v. aksilaris
6. Kelenjar getah bening subklavikula
7. Kelenjar getah bening prepektoral
8. Kelenjar getah bening mammaria eksterna

14
Gambar Kelenjar getah bening aksila dan payudara menurut klasifikasi dari
Haagensen (kiri). Aliran limfatik mammae (kanan).
3. Persarafan
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-
cabangnya melewati permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus
kutaneus lateral keempat juga mempersarafi papilla mammae.

Gambar Saraf-saraf
perifer penting yang ditemukan selama mastectomy
B. FISIOLOGI

Kelenjar payudara merupakan satu bagian integral dari sistem reproduksi


maka perbuahan fisiologis kelenjar tersebut rapat hubungannya dengan
reproduksi, dalam keseluruhannya dikendalikan oleh sistem neuro-endrokrinologi
yang sama.

15
Payudara mengalami tiga macam perubahan :
Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara
Pada waktu lahir payudara merupakan suatu sistem aluran yang bermuara
ke mamilla. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi dari kedua seks
menunjukkkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai bersekresi
sedikit mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kira-kira satu
minggu kemudian, kelenjar payudara kembali dalam keadaan infantil, tidak
aktif.
Dalam permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih
mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu cakram. Pertumbuhan
kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti
kuncup. Hal ini terjadi pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat.
Terutama yang tumbuh ialah jaringan lemak dan jaringan ikat di antara 15-20
lobus payudara, saluran lobus tidak banyak bertumbuh. Biasanya payudara
sudah sempurna terbentuk setelah haid mulai.
Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid
Pada saat haid payudara agak membesar dan tegang dan pada beberapa
wanita timbul rasa nyeri. Perubahan ini kiranya ada hubungan dengan
perubahan vaskuler dan limfogen.
Perubahan payudara pada saat hamil dan laktasi
Beberapa minggu setelah konsepsi timbul perubahan pada kelenjar
payudara. Payudara menjadi lebh penuh, tegang, areola lebih banyak
mengandung pigmen dan puting susu sedikit membesar. Pada awal
trimester kedua mulai timbul sistem alveolar, baik duktus maupun asinus
menjadi hipertrofi di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang
kadarnya meningkat, alveolus-alveolus mulai terisi cairan, yakni
kolostrum di bawah pengaruh prolaktin. Karena inhibisi estrogen da
progesteron, kolostrum tidak dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan terakhir
dapat dikeluarkan beberapa tetes. Pengecilan payudara sesudah menopause
adalah berdasarkan berkurangnya produksi estrogen. Pemakaian obat-

16
obatan yang tidak diketahui becampur dengan estrogen dapat
menimbulkan bermacam-macam keluhan.

C. PATOFISIOLOGI
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada sistem duktal, mula mula terjadi hiperplasia sel sel dengan
perkembangan sel sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat
diraba ( kira kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira kira seperempat dari
carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran
limfe dan aliran darah.4
D. DEFINISI

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengambil pertumbuhan yang tidak normal,
cepat dan tidak terkendali.
Payudara merupakan suatu kelompok kelenjar-kelanjar besar yang berasal
dari epidermis, yang terbungkus dalam fascia yang berasal dari dermis, dan fascia
superficial dari permukaan ventral dada.
Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma
yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World Health
Orgnization (WHO) dimasukkan ke dalam International Clasification of Disease
(ICD) dengan kode nomor 17.
E. ETIOLOGI

Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih sering untuk
berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang tidak memiliki
beberapa faktor risiko tersebut.6 Beberapa faktor risiko tersebut 1 :
Umur :

17
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata
pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause.
Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau sebelum usia 35
tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih
tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.
Riwayat kanker payudara :
Wanita dengan riwayat pernah mempunyai kanker pada satu payudara
mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker pada payudara yang
lainnya.
Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau
saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih
tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40
tahun. Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga
ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.
Perubahan payudara tertentu :
Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang
terlihat abnormal pada pemeriksaan mikroskopik. Risiko kanker akan
meningkat bila memiliki tipe-tipe sel abnormal tertentu, seperti atypical
hyperplasia dan lobular carcinoma in situ (LCIS).

Perubahan Genetik :
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya.
BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-
1 beruhubungan dengan invasive ductal carcinoma, poorly differentiated, dan
tidak mempunyai reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan
invasive ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan mengekspresikan
reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 akan
mempunyai risiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang

18
abnormal cenderung untuk berkembang menjadi kanker payudara pada usia
yang lebih dini.
Riwayat reproduksi dan menstruasi :
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan risiko
untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan berkurangnya paparan
justru memberikan efek protektif. Beberapa faktor yang meningkatkan jumlah
siklus menstruasi seperti menarche dini (sebelum usia 12 tahun), nuliparitas,
dan menopause yang terlambat (di atas 55 tahun) berhubungan juga dengan
peningkatan risiko kanker. Diferensiasi akhir dari epitel payudara yang terjadi
pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif, sehingga semakin tua
umur seorang wanita melahirkan anak pertamanya, risiko kanker meningkat.
Wanita yang mendapatkan menopausal hormone therapy memakai estrogen,
atau mengkonsumsi estrogen ditambah progestin setelah menopause juga
meningkatkan risiko kanker.
Wanita yang mendapat terapi radiasi pada daerah dada :
Wanita yang mendapat terapi radiasi di daerah dada (termasuk payudara)
sebelum usia 30 tahun, risiko untuk berkembangnya kanker payudara akan
meningkat di kemudian hari.
Overweight atau Obese setelah menopause:
Kemungkinan untuk mendapatkan kanker payudara setelah menopause
meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen
utama pada wanita postmenopause berasal dari konversi androstenedione
menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan kata lain obesitas
berhubungan dengan peningkatan paparan estrogen jangka panjang.
Kurangnya aktivitas fisik :
Wanita yang aktivitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk
menjadi kanker payudara meningkat. Dengan aktivitas fisik akan membantu
mengurangi peningkatan berat badan dan obesitas.
Diet :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum alkohol
mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol akan

19
meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan
berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum,
sehingga akan meningkatkan risiko kanker.

F. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA

a. Non invasive carcinoma


a) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk
pada sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum
menyebar. Saluran menjadi tersumbat dan membesar seiring
bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium cenderung terkumpul
dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai
kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular
calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada
hasil mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya
massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada
mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat
dokter melakukan biopsy tumor jinak. Sekitar 20%-30% kejadian
kanker payudara ditemukan saat dilakukan mamografi. Jika diabaikan
dan tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi
penyebaran ke seluruh tubuh.
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu
sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan
perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel
normal. Sel ini disebut solid, papillary atau cribiform. Tipe kedua,
disebut comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal
perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk
tak beraturan.

20
A B

Gambar Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari ductus,
menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
b) Lobular carcinoma in situ
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang
digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari
kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang
melewati dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute,
Amerika Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25%
munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum sebagai
infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.

21
Gambar Lobular carcinoma in situ
b. Invasive carcinoma
a) Pagets disease dari papilla mammae
Pagets disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada
tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari papilla
mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus. Paget's
disease biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ)
yang luas dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla
mammae akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran
atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah
terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam deretan
epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease meliputi lumpectomy,
mastectomy, atau modified radical mastectomy, tergantung penyebaran
tumor dan adanya kanker invasif.
b) Invasive ductal carcinoma
o Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST)
(80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan
pada 60% kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro
maupun makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya
terdapat pada wanita perimenopause or postmenopause dekade

22
kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya
kurang tegas dan pada potongan meilntang, tampak permukaannya
membentuk konfigurasi bintang di bagian tengah dengan garis
berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan
payudara. Sel-sel kanker sering berkumpul dalam kelompok kecil,
dengan gambaran histologi yang bervariasi.
o Medullary carcinoma (4%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker
payudara, berkisar 4% dari seluruh kanker payudara yang invasif
dan merupakan kanker payudara herediter yang berhubungan
dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi
sekunder terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan
bilateral. Karakterisitik mikroskopik dari medullary carcinoma
berupa (1) infiltrat limforetikular yang padat terutama terdiri dari
sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik besar yang
berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola pertumbuhan
seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi duktus
atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS
dengan karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan kurang dari
10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini
mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan
NST atau invasive lobular carcinoma.
o Mucinous (colloid) carcinoma (2%)
Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe
khusus lain dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker
payudara yang invasif, biasanya muncul sebagai massa tumor yang
besar dan ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena
komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada
pemeriksaan mikroskopik.
o Papillary carcinoma (2%)

23
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker
payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.
Biasanya ditemukan pada wanita dekade ketujuh dan sering
menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang
mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan kawan-kawan
menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB aksila yang rendah dan
5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan tubular
carcinoma.
o Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.
Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause dan pada periode
awal menopause. Long-term survival mendekati 100%.

c. Invasive lobular carcinoma (10%)


Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.
Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat,
nucleoli tidak jelas, dan sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus dapat
mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma, yang dapat
menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma). Seringnya multifokal,
multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang tersembunyi
sehingga sulit untuk dideteksi.

G. STADIUM KANKER PAYUDARA

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak pada tumor jinak. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan

24
klasifikasi sistim TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union
Against Cancer) atau AJCC (American Joint Committee On Cancer). Pada sistem
TNM ini dinilai tiga faktor utama, yaitu :5,6
1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana
lokasinya (T, Tumor)
2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar
kekelenjar getah bening disekitarnya (N, Node)
3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain (M, Metastasis)
Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi,
juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada
kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :4
T (Tumor size), ukuran tumor
- T 0 : tidak ditemukan tumor primer
- T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
- T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
- T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
- T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada atau pada keduanya , dapat berupa borok,
edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada
benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB) :


- N 0 : tidak terdapat metastasis pada KGB regional di ketiak / aksilla
- N 1 : ada metastasis ke KGB aksilla yang masih dapat digerakkan
- N 2 : ada metastasis ke KGB aksilla yang sulit digerakkan
- N 3 : ada metastasis ke KGB di atas tulang selangka (supraclavicula)
atau pada KGB di mammary interna di dekat tulang sternum

M (Metastasis), penyebaran jauh :


- M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
- M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
- M 1 : terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
Stadium 0 (T0 N0 M0)

25
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer. Yaitu
kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan
kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.

Stadium I (T1 N0 M0)


Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik
pada pembuluh getah bening. Tumor dengan garis tengah kurang dari 2
cm dan belum menyebar keluar payudara.

Stadium IIA (T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0)


Pada stdium ini :
- Tidak ada benjolan yang ditemukan pada payudara, tetapi kanker
ditemukan pada limfonodi axillaris (kelenjar limfe dibawah lengan);
atau
- Benjolan berukuran 2 cm atau lebih kecil dan sudah menyebar ke
limfonodi axillaris; atau

26
- Benjolan lebih besar dari 2 cm tetapi tidak lebih besar dari 5 cm
(antara 2-5 cm) dan tidak menyebar ke limfonodi axillaris.

Stadium IIB (T2 N1 M0 / T3 N0 M0)


Pasien stadium ini, benjolan berukuran :
- 2-5 cm dan sudah menyebar pada limfonodi axillaris; atau
- Lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke limfonodi axillaris.

Stadium IIIA (T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0)


Tidak ada benjolan yang ditemukan di payudara. Kanker ditemukan di
limfonodi axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada
jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar tulang
dada atau :
- Benjolan berukuran 2 cm atau lebih kecil. Kanker ditemukan di
limfonodi axillaris yang saling berdekatan satu sama lin atau pada

27
jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar
tulang dada; atau
- Benjolan berukuran 2-5 cm. Kanker sudah menyebar ke limfonodi
axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan
lainnya, atau kanker mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar
tulang dada; atau
- Benjolan lebih besar dari 5 cm. Kanker sudah menyebar ke limfonodi
axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan
lainnya, atau kanker mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar
tulang dada.

Stadium IIIB (T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0)


Benjolan bisa sebesar apapun dan kanker :
- Sudah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara; dan
- Mungkin sudah menyebar ke limfonodi axillaris yang saling
berdekatan satu sama lain atau pada jaringan lainnya, atau kanker
mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar tulang dada
Kanker yang sudah menyebar ke kulit payudara disebut kanker payudara
inflamatorik (Inflammatory Breast Cancer)

28
Stadium IIIC (Tiap T N3 M0)
Pada stadium ini, terdapat kanker payudara ataupun benjolan dalam
berbagai ukuran dan mungkin sudah menyebar ke dinding dada dan/atau
kulit payudara. Selain itu, kanker juga :
- Sudah menyebar ke linfonodi diatas atau dibawah tulang leher dan
- Mungkin sudah menyebar ke limfonodi axillaris atau ke limfonodi di
sekitar tulang dada.
Kanker payudara stadium IIIC dibagi menjadi stadium IIIC yang dapat
dioperasi dan tidak dapat dioperasi.
Pada stadium IIIC yang dapat dioperasi, kanker :
Ditemukan dalam sepuluh atau lebih limfonodi axillaris; atau
Ditemukan dalam limfonodi dibawah tulang leher; atau
Ditemukan dalam limfonodi axillaris dan limfonodi di sekitar
tulang dada
Pada stadium IIIC yang tidak dapat dioperasi, kanker sudah menyebar
ke limfonodi diatas tulang leher.

29
Stadium IV (Tiap T-Tiap N -M1)
Kanker sudah menyebar ke organ lain tubuh, yang paling sering
adalah ke tulang, hati, atau otak..

H. DIAGNOSIS

a. Gejala
Gejala yang yang paling sering meliputi:1
1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting
susunya
a. Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di daerah
ketiak
b. Puting susu terasa mengeras
2. Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting susunya

30
a. Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara
b. Puting susu tertarik ke dalam payudara
c. Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak.
Kulit mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.
3. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu
Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika
sel kanker telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar
limfe yang berada di sekitar payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke
berbagai bagian tubuh lain, paling sering ke tulang, hati, paru-paru, dan otak.
Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada
payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang
ditemukan meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan pada
puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau eritema kulit
payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50% wanita
dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada payudara
biasanya berhubungan dengan kelainan yang bersifat jinak.7
b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah
terdapat edema (peau dorange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema.7

2. Palpasi
Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi
kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang
teraba atau suatu lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya,
konsistensinya, bentuk, mobilitas atau fiksasinya.7

31
c. Pemeriksaan penunjang

1. Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk


mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi.
Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi
setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui
palpasi.7
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan
teknik ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas
gambarnya. Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1
sentigray (cGy) setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray
thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat
digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi mempunyai
2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO).
MLO memberikan gambaran jaringan mammae yang lebih luas, termasuk
kuadran lateral atas dan axillary tail of Spence. Dibandingkan dengan MLO,
CC memberikan visualisasi yang lebih baik pada aspek medial dan
memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar.
Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara
dengan tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%.
Gambaran mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae antara lain
massa padat dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan
asimetris jaringan mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran

32
mikrokalsifikasi ini merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda,
yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi yang ada.
Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi
karsinoma mammae stadium awal, dengan tingkat akurasi sebesar 90%.
Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center Network (NCCN)
menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus dilakukan
pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun, pemeriksaan
payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi.
Pada suatu penelitian atas screening mammography, menunjukkan reduksi
sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium II, III dan IV pada
populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi.8

2. Ultrasonografi (USG)
Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk
membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik digunakan
untuk menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada
pemeriksaan dengan USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas
yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian
tengahnya. Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus,
berbentuk oval atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas
yang tegas. Karsinoma mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan,
tetapi dapat juga berbatas tegas dengan peningkatan akustik. USG juga
digunakan untuk mengarahkan fine-needle aspiration biopsy (FNAB), core-
needle biopsy dan lokalisasi jarum pada lesi payudara. USG merupakan
pemeriksaan yang praktis dan sangat dapat diterima oleh pasien tetapi tidak
dapat mendeteksi lesi dengan diameter 1 cm.7

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada
mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada

33
pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka
kemungkinan untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil.7
MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan
untuk skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma
mammae yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam
memeriksa mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara,
menentukan penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau
menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.8

4. Biopsi
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan
sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional
dengan resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam
diagnosis sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah
pengambilan sampel, karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi
false-positive dalam diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat
false-negative sebesar 10%. Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak
akan menghiraukan massa dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi
FNA adalah negatif, kecuali secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan
sitologi semuanya menunjukkan hasil negatif.
Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti
jaringan dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core
needle biopsy dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di
klinik dan cost-effective dengan anestesi lokal.8
Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum
memutuskan tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat
dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif,
memberikan hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi
ketika hasilnya negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy. Open
biopsy dapat berupa biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi
insisional mengambil sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila
tidak tersedianya core-needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan

34
gambaran DCIS saja atau klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi
tidak tersedia core-needle biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa
payudara diambil.8

5. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker
sebagai salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae.
Biomarker ini mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara
inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil
akhir dalam penelitian kemopreventif jangka pendek dan termasuk perubahan
histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah pada
karsinoma.
Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae
antara lain (1) petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen
(PNCA), BrUdr dan Ki-67; (2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio
bax:bcl-2; (3) petanda angiogenesis seperti vascular endothelial growth factor
(VEGF) dan indeks angiogenesis; (4) growth factors dan growth factor
receptors seperti human epidermal growth receptor (HER)-2/neu dan
epidermal growth factor receptor (EGFr) dan (5) p53. 7

I. SKRINING
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American
Cancer Society :
Wanita berumur 40 tahun harus melakukan screening mammogram
secara terus-menerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan
setiap tahun
Wanita berumur 20-30 tahun harus melakukan pemeriksaan klinis
payudara (termasuk mammogram) sebagai bagian dari pemeriksaan
kesehatan yang periodik oleh dokter dianjurkan setiap 3 tahun
Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri
mulai umur 20 tahun. Unuk kemudian melakukan konsultasi ke dokter bila
menemukan kelainan

35
Wanita yang berisiko tinggi tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan
MRI dan mammogram setiap tahun
Wanita yang resiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram setiap
tahun, dan konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan MRI
atau tidak
Wanita yang resiko rendah (<15%) tidk perlu pemeriksaan MRI periodik
setiap tahun
Wanita termasuk resiko tinggi
- Mempunyai gen mutasi dari BRCA 1 atau BRCA 2
- Mempunyai kerabat dekat tingkat pertama (orang tua, kakak-adik)
yang memiliki gen mutasi dari BRCA 1 atau BRCA 2 tetapi belum
pernah melakukan pemeriksaan genetik
- Mempunyai resiko kanker 20-25% menurut penilaian faktor resiko
terutama berdasarkan riwayat keluarga
- Pernah mendapat radioterapi dinding dada dada saat umur 10-30
tahun
- Mempunyai Li-Fraumeni syndrome, Cowden syndrome, atau
Bannayan-Riley-Ruvalcaba syndrome, atau ada kerabat dekat tingkat
pertama memiliki salah satu sindrom-sindrom ini
Wanita termasuk resiko sedang
- Mempunyai resiko kanker 15-20% menurut penilaian faktor resiko
terutama berdasarkan riwayat keluarga
- Mempunyai riwayat kanker pada satu payudara, ductal carcinoma in
situ (DCIS), lobular carcinom in situ (LCIS), atypical ductal
hyperplasia (ADH), atu atypical lobular hyperplasia (ALH)
Mempunyai kepadatan yang tidak merata atau berlebihan terlihat pada
pemeriksaan mammogram

J. PENATALAKSANAAN
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk
stadium I, II, III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan
inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi
multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan
pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh atau
untuk karsinoma lokal yang tiidak dapat direseksi.8

36
Gambar Macam-macam operasi carcinoma mammae

1. Terapi secara pembedahan


a. Mastektomi partial (breast conservation)
Tindakan konservatif terhadap jaringan payudara terdiri dari
reseksi tumor primer hingga batas jaringan payudara normal,
radioterapi dan pemeriksaan status KGB (kelenjar getah bening)
aksilla. Reseksi tumor payudara primer disebut juga sebagai reseksi
segmental, lumpectomy, mastekstomi partial dan tylectomy. Tindakan
konservatif, saat ini merupakan terapi standar untuk wanita dengan
karsinoma mammae invasif stadium I dan II. Wanita dengan DCIS
hanya memerlukan reseksi tumor primer dan radioterapi adjuvan.
Ketika lumpectomy dilakukan, insisi dengan garis lengkung konsentrik
pada nipple-areola complex dibuat pada kulit diatas karsinoma
mammae. Jaringan karsinoma diangkat dengan diliputi oleh jaringan
mammae normal yang adekuat sejauh 2 mm dari tepi yang bebas dari
jaringan tumor. Dilakukan juga permintaan atas status reseptor
hormonal dan ekspresi HER-2/neu kepada patologis.8
Setelah penutupan luka payudara, dilakukan diseksi KGB aksila
ipsilateral untuk penentuan stadium dan mengetahui penyebaran
regional. Saat ini, sentinel node biopsy merupakan prosedur staging
yang dipilih pada aksila yang tidak ditemukan adanya pembesaran
KGB. Ketika sentinel node biopsy menunjukkan hasil negatif, diseksi
KGB aksila tidak dilakukan.8
b. Modified Radical Mastectomy

37
Modified Radical Mastectomy mempertahankan baik M.
Pectoralis mayor and M. Pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB
aksilla level I dan II tetapi tidak level III. Modifikasi Patey
mengangkat M. Pectoralis minor dan diseksi KGB aksila level III.
Batasan anatomis pada Modified Radical Mastectomy adalah batas
anterior M. Latissimus dorsi pada bagian lateral, garis tengah sternum
pada bagian medial, bagian inferiorny 2-3 cm dari lipatan infra-
mammae dan bagian superiornya m. subclavia.7
Seroma dibawah kulit dan di aksilla merupakan komplikasi
tersering dari mastektomi dan diseksi KGB aksilla, sekitar 30% dari
semua kasus. Pemasangan closed-system suction drainage
mengurangi insidensi dari komplikasi ini. Kateter dipertahankan
hingga cairan drainage kurang dari 30 ml/hari. Infeksi luka jarang
terjadi setelah mastekstomi dan kebanyakan terjadi sekunder terhadap
nekrosis skin-flap. Pendarahan jadi setelah mastektomi dan sebaiknya
dilakukan eksplorasi dini luka untuk mengontrol pendarhan dan
pemasangan ulang closed-system suction drainage. Insidensi
lymphedema fungsional setelah modified radical mastectomy sekitar
10%. Diseksi KGB aksilla ekstensif, terapi radiasi, adanya KBG
patologis dan obesitas merupakan faktor-faktor predisposisi.7

2. Terapi secara medikalis (non-pembedahan)


a. Radioterapi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma
mammae. Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy,
radiasi adjuvan diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal,
juga dilakukan untuk stadium I, Iia, atau Iib setelah lumpectomy.
Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/ kecurigaan metastasis yang
tinggi.7
Pada karsinoma mammae yang lanjut (stadium Iia atau IIIb),
dimana resiko rekurensi dan metastasis yang tinggi maka setelah
tindakan pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.7
b. Kemoterapi

38
Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada
karsinoma mammae tanpa pembesaran KGB dengan tumor 0,6
sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi
tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor prognostik yang
tidak menguntungkan termasuk invasi pembuluh darah atau limfe,
tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu
dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga
direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan.7
Contoh regimen kemoterapi yang digunakan antara lain
siklofosfamid, doxorubisin, 5-fluorourasil dan methotrexate.7
Untuk wanita ddengan karsinoma mammae yang reseptor
hormonalnya negatif dan lebih besar dari 1 cm, kemoterapi adjuvan
cocok untuk diberikan. Rekomendasi pengobatan saat ini,
berdasarkan NSABP B-15, untuk stadium IIIa yang operabel adalah
modified radical mastectomy diikuti kemoterapi adjuvan dengan
doxorubisin diikuti terapi radiasi.7
Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang
diberikan sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana
dilakukan apabila tumor terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy.
7

Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut


adalah kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti
mastektomi atau lumpectomy dengan terapi radiasi. Untuk stadium
IIIa inoperabel dan IIIb, kemoterapi neoadjuvan digunakan untuk
menurunkan beban atau ukuran tumor tersebut, sehingga
memungkinkan untuk dilanjutkan modified radical mastectomy,
diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.7
c. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein pesifik
berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen pada jaringan
payudara. Respon klinis terhadap anti-estrogen sekitar 60% pada

39
wanita dengan karsinoma mammae dengan reseptor hormon yang
positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada reseptor hormonal
yang negatif. Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak
adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah
dan retensi cairan dapat terjadi pada penggunaan tamoxifen. Resiko
jangka panjang penggunaan tamoxifen adalah karsinoma
endometrium. Terapi dengan tamoxifen dihentikan setelah 5 tahun.
Beberapa ahli onkologi merekomendasikan tamoxifen untuk
ditambahkan pada terapi neoadjuvan pada karsinoma mammae
stadium lanjut terutama pada reseptor hormonal yang positif. Untuk
semua wanita dengan karsinoma mammae stadium IV, anti-estrogen
(tamoxifen), dipilih sebagai terapi awal.7
d. Terapi antibodi anti-HER2/neu
Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua karsinoma mammae
yang baru didiagnosis, saat ini direkomendasikan. Hal ini digunakan
untuk tujuan prognistik pada pasien tanpa pembesarann KGB, untuk
membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena dengan regimen
adriamycin memberikan respon yang lebih baik pada karsinoma
mammae dengan overekspresi HER-2/neu. Pasien dengan
overekspresi Her-2/neu mungkin dapat diobati dengan trastuzumab
yang ditambahkan pada kemoterapi adjuvan.7
K. PROGNOSIS
Seperti keganasan pada umumnya, prognosis kanker payudara ditunjukkan
oleh angka harapan hidup atau interval bebas penyakit. Prognosis penderita
keganasan payudara diperkirakan buruk jika usianya muda, menderita kanker
payudara bilateral, mengalami mutasi genetic, dan adanya triple negative yaitu
grade tumor tinggi dan seragam, reseptor ER dan PR negative, dan reseptor
permukaan sel HER-2 juga negative.3

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara.


Medika; Januari 2000. Jakarta.
2. Schwartz, et al, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi Keenam, EGC,
Jakarta: EGC, 2000. (6)
3. Sabiston, David C. Sabistons Essentials Surgery. Part 1 : Breast.
Philadelphia : W.B.Saunders Co. 1992 (7)

4. Price, Wilson Lorraine, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses


Penyakit, Edisi 6, Jakarta : EGC 2005. (2)
5. Sjamsuhidayat,R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3:
Payudara.Jakarta: EGC, 2010. (5)
6. Ramli, Muchlis. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah: Kanker
Payudara.Tangerang : Binarupa Aksara. 1995.
7. Robbins, et al, Buku Ajar Patologi, Edisi 7. Jakarta : EGC, 2007.
8. Tjindarbumi, Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya,
Dalam: Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2000.(9)

9. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas


Publishing House PVT LTD.

41

Anda mungkin juga menyukai