Disusun Oleh:
MUSTAFIQOTUN NIKMAH
41151095000032
II. Definisi
Diabetes melitus tipe II adalah bentuk yang lebih sering dijumpai, meliputi
sekitar 90% pasien yang menyandang diabetes. Pasien diabetes khasnya menderita
obesitas, dewasa dengan usia lebih tua dengan gejala ringan sehingga penegakan
diagnosis bisa saja baru dilakukan pada stadium penyakit yang sudah lanjut,
seringkali setelah ditemukannya komplikasi seperti retinopati atau penyakit
kardiovaskuler. Insensivitas jaringan terhadap insulin (resistensi insulin) dan tidak
adekuatnya respons sel pakreas terhadap glukosa plasma yang khas, menyebabkan
produksi glukosa hati berlebihan dan penggunaannya terlalu rendah oleh jaringan
(Rahmalia, 2007).
III. Etiologi
1|Page
tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa
bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami
desensitisasi terhadap adanya glukosa (Smeltzer & Bare, 2008); ADA, 2011).
a. Kelainan genetik
b. Usia
V. Manifestasi Klinis
2|Page
reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
komplikasi (Ndraha, 2014)
VI. Patofisiologi
(Terlampir)
3|Page
cukup untuk menegakkan
diagnosis DM. Kedua, dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa
yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta
murah, sehingga pemeriksaan ini
dianjurkan untuk diagnosis DM.
Ketiga dengan TTGO. Meskipun
TTGO dengan beban 75 g glukosa
lebih sensitif dan spesifik
dibanding dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa, namun
memiliki keterbatasan tersendiri.
TTGO sulit untuk dilakukan
berulang-ulang dan dalam praktek
sangat jarang dilakukan.
Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil, dapat dilihat pada tabel-1.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang
diperoleh.
4|Page
Cara Pelaksanaan TTGO
Pemeriksaan Penyaring
5|Page
penyakit lain atau general check-up. Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah
puasa sebagai patokan penyaring dapat dilihat pada tabel-2.
Tabel-2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (ml/dl).
Catatan: Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan
ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko lain,
pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
(PERKENI, 2011).
VIII. Penatalaksanaan
Resistensi insulin merupakan dasar dari diabetes tipe 2, dan kegagalan sel
mulai terjadi sebelum berkembangnya diabetes yaitu dengan terjadinya
ketidakseimbangan antara resistensi insulin dan sekresi insulin. De Fronzo
menyatakan bahwa fungsi sel menurun sebesar kira-kira 20% pada saat terjadi
intoleransi glukosa. Dengan demikian jelas bahwa pendekatan pengobatan diabetes
tipe 2 harus memperbaiki resistensi insulin dan memperbaiki fungsi sel . Hal yang
mendasar dalam pengelolaan Diabetes mellitus tipe 2 adalah perubahan pola hidup
yaitu pola makan yang baik dan olah raga teratur. Dengan atau tanpa terapi
farmakologik, pola makan yang seimbang dan olah raga teratur (bila tidak ada
kontraindikasi) tetap harus dijalankan (Bloomgarden, 2008; ADA, 2008).
6|Page
Edukasi
Latihan jasmani
Intervensi farmakologis
7|Page
IX. Kriteria Pengendalian DM
Untuk mencegah
komplikasi kronik, diper - lukan
pengendalian DM yang baik
yang merupakan sasaran terapi.
Diabetes dinya - takan
terkendali baik bila kadar
glukosa da - rah, A1c dan lipid
mencapai target sasaran.
Kriteria lengkap dari
keberhasilan pengen - dalian
DM ini dapat dilihat pada tabel-
3 (PERKENI, 2011).
X. Asuhan Keperawatan
8|Page
dehidrasi, elastisitas turgor Monitor Hb & hematokrit
kulit baik, membran Monitor vital sign, berat badan
mukosa lembab, tidak ada Pelihara IV line
rasa haus yang berlebihan. Pemberian cairan IV, monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume cairan
9|Page
3. Diagnosa Keperawatan: Keletihan b.d fisiologis
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
NOC: NIC
Endurance Energy Management
Concentration Observasi adanya pembatasan klien dalam
Energy conservation melakukan aktivitas
Nutritional status: energy Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Kriteria Hasil: kelelahan
Memverbalisasikan Monitor nutrisi dan sumber energi yang
peningkatan energi dan merasa adekuat
lebih baik Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
Menjelaskan penggunaan dan emosi secara berlebihan
energi untuk mengatasi Monitor respon kardiovaskuler terhadap
kelelahan aktivitas
Kecemasan menurun Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
Glukosa darah adekuat pasien
Kualitas hidup meningkat Bantu aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
Istirahat cukup Tingkatkan tirah baring dan pembatasan
Mempertahankan kemampuan aktivitas
untuk berkonsentrasi Kolaborasi dengan ahli gizi
(Nurarif, 2015).
10 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ndraha, S. (2014). Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. Leading Article
MEDICINUS, Vol. 27, No. 2, 9-16.
Smeltzer & Bare . (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2. Philadelphia:
Linppincott William & Wilkins.
11 | P a g e