Anda di halaman 1dari 4

Skripsi yang saya baca berjudul KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

MAHASISWA ASING (studi tentang kecenderungan-kecenderungan komunikasi


antarbudaya yang berkembang di kalangan mahasiswa asing di Surakarta) yang di
tulis oleh Yhoga Rizky Kristanto pada tahun 2016 dalam rangka memenuhi
peryaratan mencapai gelar sarjana Ilmu Sosial dan Politik jurasan Ilmu
Komunikasi. Penelitan ini dibimbing oleh Bapak Prof. Drs. Pawito,Ph.D.

Skripsi ini dilandasi dari banyaknya mahasiswa-mahasiwa asing dari berbagai


negara yang mencari ilmu di Indonesia khususnya untuk mempelajari seni dan
budaya Indonesia. Sama halnya juga terjadi di kota Surakarta yang masih kental
dengan budaya lokalnya. Budaya lokal ini sendiri menjadi daya tarik sendiri untuk
warga negara asing untuk mempelajarinya, naik melalui jalur mandiri ataupun
program beasiswa Darmasiswa dari pemerintahan Indonesia kepada mahasiswa
asing yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indoenesia.

Dalam memperlajari kebudayaan yang ada di kota Surakarta, tentunya dibutuhkan


yang namanya komunikasi agar saling paham dan tidak salah persepsi. Dalam
berkomunikasi dengan orang asing tentunya banyak hal yag harus
dipertimbangkan salah satunya adaptasi. Keberhasilan adaptasi seseorang,
tergantung seberapa fungsional kompetensi antarbudaya yang dimiliki dan strategi
akomodasi melalui komunkasi yang daoar mengarah pada komnukasi antarbudaya
yang efektif, stereotip, etnosentrisme, penarikan, pengabaian dan sekumpulan
perilaku negarif lain. Keberadaan budaya juga mempengaruhi identitas yang
dimiliki seseorang namun tidak dapat dilepaskan dari kepribadian individu
melalui proses belajar yanng panjang yang disebut dengan sosialisasi. Karena
adanya keterkaitan antara identitas dan budaya, dimana budaya mampu
memperngaruhi suatu identitas begitu pula sebaliknya, identitas mampu
mempengaruhi suatu budaya maka penulis mengangkat judul skripsi ini.

Dalam skripsinnya, penulis ingin mengetahui dan mengidentifikasi


kecenderungan mahasiswa asing dalam menjalin komunikasi antarbudaya dengan
penduduk setempat eliputi empat aspek yaitu; (1) berkaitan dengan adaptasi, (2)
persoalan bahasa, (3) andangan stereotipik yang mengarah pada perilaku
diskriminatif dari penduduk setempat, dan (4) upaya mahasiswa asing dalam
menyelesaikan konflik komunikasi antarbudaya yang terjadi selama mereka
tinggal di Surakarta.

Pada Bab 3, penulis membahas langsung inti dari rumusan masalah yang ingin
beliau identifikasi. Untuk rumusan pertama, membahas tentang adaptasi para
mahasiswa asing dengan penduduk setempat. Disini beliau menemukan 4 hal
yang sering di alami oleh narasumber, diantaranya adalah penggunaan bahasa,
cara mereka beradaptasi dengan ketidakseimbangan, etnosentrisme dan juga
cultur shock. Disini menurut saya penulis menapatkan suatu yang cukup baru
dimana dari 10 narasumber ada yang memiliki pendapat yang berbeda.

Dalam rumusan masalahnya yang kedua, penulis menunjukkan konflik yang


paling sering dihadapai diawal-awal kedatangan mereka ke Indonesia dan yang
paling dibutuhkan dalam bersosialisasi yaitu adalah bahasa. Dimana disini,
penulis menggali tentang dalam menggunakan bahasa, apa yang sering terjadi
antara komunikan dan komunikator dalam berkomunkasi. Penulis menceritakan
bagaimana sebenarnya peran bahasa, kosakata, aksen dan juga keterbatasan
bahasa yang lebih merucut ke arah mahasiswa asing. Ada pula bahasa dan
pendidikan multikultural dan komunikasi non-verbal.

Dalam rumusan masalah yang ketiga, pandangan stereotip dan kesan


terdikriminasi yang dirasakan mahasiswa asing dalam proses pembelajaran,
kehidupan sehari-hari di luar kampus maupum peoses berinteraksi dengan
penduduk Surakarta. Dimana hal ini sering kali kita temukan jika kita berada
dilingkungan yang baru dan mengaitkan budayanya. Dimana perilaku
diskriminatif dan stereotip ini dilakukn tanpa disadari oleh orang yang
melakukannya.

Sementara dalam rumusan masalah yang keempat, penulis ingin


mengidentifikasikan tentang upaya penyelesaian konflik yang terjadi disini. Disini
penulis menemukan beberapa penyelesaian konflik yang di lakukan oleh
mahasiswa asing seperti negosiasi, strategi menghadapi lawan konflik, dan
mediasi yang dilakukan ketika mereka berhadapan dengan warga sekitar, baik
ditempat tinggal maupun di kampus.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh enulis, penulis mendapatkan hasil
bahwa ketika mahasiswa asing beradaptasi mereka cenderung mengalami culture
shoxk di masa-masa awal kedatangan mereka dan secara bersamaan melakukan
akulturasi. Dalam persoalan bahasa, kosakata dan aksen cenderung menjadi
kendala yang cukup besar yang dihadapi mahasiswa asing. Selain itu keterbatasan
bahasa juga menjadi penghalang dalam penyesuaian. Mahasiswa-mahasiswa ini
juga kebanyakan mengalami pandangan stereotip dan kesan diskriminatif oleh
penduduk setempat yang memuncukjan adanya rasisme dan kesan terintimidasi.
Reseolusi konflik pengaturan sendiri merupakan metode yang dilakukan
mahasiswa asing dalam menyelesaikan konflik mereka.

Skripsi yang dtulis oleh penulis sendiri menurut saya sangat menarik dimana
disini penulis menggambarkan situasi yang terjadi yang dialami oleh mahasiswa-
mahasiswa asing di Surakarta. Biasanya banyak penulis yang kan meneliti tentang
pola komunikasi yang terjadi antara mahasiswa asing dan warga lokal. Namun
disini hasil yang didapatkan sangatlah bermanfaat untuk diketahui. Dimana kita
dapat melihat seperti apa sebenarnya perilaku warga lokal kepada mereka dari
sudut pandang mereka. Dalam perbedaan budaya yag sangatlah mencolok.

Penulis disini mengidentifikasikan 4 rumusan masalah yang pada akhirnya dapat


di temukan semuanya dalam proses penelitiannya. Penulis juga secara random
dalam memilih narasumber, jadi jawabannya sangatlah variatif. Meskipun dari
asal yang berbeda, disini penulis mengambil sample dari latarbelakang mahasiswa
yang mengambil jurusan seni dan budaya. Namun, kecenderungan-kecenderungan
tersebut masih bercampur aduk antara mahasiswa asing dengan penduduk
setempat dan juga mahasiswa asing di lingkup kampus. Sehingga menurut saya
kurang spesifik.
Peneliti melakukan pembahasan yang cukup komplit dan tidak bertele-tele.
Dimana pada bab 1, peneliti sudah menjelaskan tentang landasan teori apa saja
yang dia gunakan untuk mencapai hasil dari 4 rumusan masalahnya. Sehingga
pada bab 3, peneliti langsung memaparkan hasil yang dia dapat dilapangan.
Dalam penelitiannya juga, peneliti ini tidak menemukan teori baru dilur yang
beliau paparkan di landasan teorinya sehingga menurut saya kurang komplit.

Selebihnya menurut saya, penelitian ini sudah cukup untuk dijadikan sebagai
bahan refrensi kedepan bagai peneliti lain yang membutuhkan dalam aspek
komunikasi antar budaya.

Anda mungkin juga menyukai