PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lipid berasal dari kata Yunani yang berarti lemak. Secara bahasa lipid
merupakan lemak, sedangkan di lihat dari strukturnya, lipid merupakan senyawa
trimester yang di bentuk dari senyawa gliserol dan berbagai asam karboksilat
rantai panjang. Jadi lemak disusun dari 2 jenis molekul yang lebih kecil yaitu
gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki 3 karbon
yang masing masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak
memiliki kerangka karbon yang panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon,
panjangnya salah satu ujung asam lemak itu adalah kepala yang terdiri atas suatu
gugs karboksil dan gugus fungsional yang menyebabkan molekul ini diebut
sebagai asam lemak, yang berikatan dengan gugus karboksilat itu adalah
hidrokarbon panjang yang disebut ekor.
Lipid merupakan komponen penting dalam membrane sel, termasuk
diantanya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid
memiliki banyak kerangka gliserol (fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomylin).
Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosina
termasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lain
yang disintesis tubuh. Steroid tersebut adalah hormon-hormon yang penting
seperti hormone korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D, dan asam empedu.
(Dr.Saifuddin, 2013)
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dan terpenting kelompok
lipid, yaitu sebagai komponen makanan utama bagi organisme hidup. Lemak dan
minyak penting bagi manusia karena adanya asam-asam lemak esensial yang
terkandung di dalamnya. Fungsinya dapat melarutkan vitamin A, D, E dan K yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kemudian, lemak dan minyak
merupakan sumber energi yang lebih efisien dibandingkan dengan karbohidrat
dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 Kkal, sedangkan
karbohidratn dan protein hanya menghasilkan 4 Kkal setiap gram. (Dr. Saifuddin,
2013)
B. Tujuan
a. Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu
b. Mengetahui sifat asam basa minyak kelapa
c. Mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak
- Penjepit tabung
- Pipet ukur
- Pipet tetes
- Poselin tetes
2. Bahan
- Minyak kelapa
- Alkohol 96%
- Kloroform
B. Prosedur Kerja
1) Uji Kelarutan Lipid
t
Ditambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan 2 reaksi uji lipid, yaitu uji kelarutan lipid
dan uji keasaman minyak.
1. Uji Kelarutan Lipid
Uji sifat kelarutan lemak dapat dilihat secara langsung ataupun disaring
terlebih dahulu dengan menggunakan kertas saring, setelah itu pelarut diusapkan
dan dilihat ada atau tidaknya residu yang tertinggal. Uji kelarutan dapat digunakan
untuk mengetahui sifat kepolaran pelarut. Lemak atau lipid tidak dapat larut
dalam pelarut yang bersifat polar, namun lemak dapat larut dalam pelarut non-
polar (Sumardjo, 2008).
Pada uji kelarutan lipid kali ini digunakan empat sampel, yaitu kloroform,
air suling, Na2CO3, dan alkohol 96%. Pada sampel kloroform menunjukan hasil
positif minyak larut dalam kloroform, karena sampel tersebut merupakan senyawa
non-polar sehingga sampel dengan minyak dapat saling tarik-menarik
antarmolekul. Hal ini sudah sesuai dengan teori Kusnandar (2010) bahwa lemak
atau minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam pelarut organik
non-polar, seperti kloroform, heksana, petroleum eter, atau dietil eter.
Untuk sampel kedua air suling menunjukan hasil negatif, minyak tidak
larut dalam aquades. Aquades adalah pelarut yang bersifat polar sedangkan
minyak bersifat non polar, sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur. Hasil
percobaan ini telah sesuai dengan teori Kusnandar (2010) bahwa lemak atau
minyak tidak larut dalam air atau aquades karena air bersifat polar. Sementara
untuk sampel ketiga yaitu Na2CO3 menunjukan hasil negatif, minyak tidak larut
dalam Na2CO3. Hal ini merupakan penyimpangan karena Na2CO3 merupakan
senyawa non-polar dan menurut Kusnandar (2010) minyak larut dalam senyawa
non-polar. Sehingga dari hasil uji kelarutan lemak ini dapat diketahui bahwa
minyak atau lemak tidak dapat larut dalam pelarut polar, tetapi dapat larut dalam
pelarut semi polar dan larut sempurna dalam pelarut non polar.
Selanjutnya dilakukan pengujian minyak dengan larutan etanol atau
alkohol, disini etanol bersifat semipolar, yaitu dapat bereaksi dengan larutan polar
maupun nonpolar. Setelah minyak direaksikan dengan etanol dapat dilihat
reaksinya yaitu minyak terlarut dalam alkohol. Hal ini bertentangan dengan
pendapat Baidawi, et. all (2008) kelarutan minyak dalam metanol rendah
sedangkan katalis berada di fase metanol dan reaksi juga terjadi difase yang sama.
Namun, memang diperlukan waktu beberapa saat agar minyak dapat terlarut
dalam metanol. Adanya masalah keterbatasan transfer massa inilah yang
menyebabkan adanya lag time pada transesetrifikasi dengan metanol/metanolisis.
Adapun perbedaan hasil pengamatan dengan literatur bisa disebabkan karena
kesalahan praktikan yang kurang teliti dalam mengamati kelarutan lemak atau
karena kesalahan dalam mengikuti prosedur kerja.
2. Uji Keasaman Minyak
Berdasarkan percobaan di atas yaitu uji keasaman lemak dengan membandingkan
sifat asam atau basa pada minyak kelapa murni (VCO), minyak kelapa dan
minyak kelapa tengik. Pertama minyak kelapa murni dan minyak kelapa tengik
masing-masing diteteskan pada porselen tetes, kemudian di uji dengan
menggunakan kertas indikator pH. Hasil yang kami dapatkan pada kertas
indikator pH menunjukkan bahwa pH antara minyak kelapa murni (VCO) dengan
minyak kelapa sama yaitu 5. Sedangkan pH pada minyak tengik adalah sebesar 6.
Hal ini menunjukkan pada minyak kelapa tengik bersifat lebih asam karena telah
mengalami hidrolisis dan oksidasi yang mengahasilkan aldehid, keton, dan asam
lemak bebas. Begitu juga menurut pendapat Anasthasia (2008) yang menyatakan
bahwa pH pada VCO murni adalah berkisar pada angka 5,6. Sedangkan menurut
Amstrong (1995) minyak atau lemak yang mengandung asam asam lemak tidak
jenuh (berasal dari tumbuhan) dapat teroksidasi dari oksigen yang menghasilkan
suatu senyawa peroksida. Apabila minyak mengalami oksidasi maka senyawa
peroksida yang dihasilkan akan meningkat. Dengan peningkatan senyawa
peroksida ini, pH pada minyak juga mengalami penurunan (asam). Oleh sebab
itulah mengapa pH pada minyak kelapa murni lebih tinggi daripada pH pada
minyak tengik, tidak lain karena peningkatan jumlah senyawa peroksida akibat
kontak langsung dengan udara luar.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada praktikum Acara Lipida ini memiliki beberapa kesimpulan, antara
lain:
1. Minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam pelarut
organik non-polar, yaitu kloroform dan Na2CO3.
2. Untuk menentukan sifat asam basa minyak yaitu adalah dengan
menggunakan kertas lakmus (pH)
B. Saran
Sebaiknya, alat dan bahan yang digunakan selama percobaan bias
dilengkapi, untuk memudahkan praktikan dalam melakukan percobaan sehingga
praktikum dapat berjalan lancar, sesuai dengan penuntun, dan tidak ada yang
tertunda.
DAFTAR PUSTAKA
Anasthasia, Nia. (2008) UJI ANTI BAKTERI VIRGIN COCONUT OIL (VCO)
TERHADAP Stophyllococus aureus Rosenbach. Other thesis, Fakultas MIPA.
Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga. EGC: Jakarta
Hart, Harold. (2003) Kimia Organik Suatau Kulaih Singkat. Erlangga: Jakarta
Kuchel, Philip dan Gregory B. Ralston. 2002. Schaums Easy Outlines Biokimia.
Jakarta: Erlangga.
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Mikro. Dian Rakyat. Jakarta.
Nevin, K.G and T. Rajamohan. 2004. Beneficial Effects of Virgin Coconut Oil on
Lipid Parameters and in Vitro LDL Oxidation. Journal of Clinical
Biochemistry, Vol. 37: 830 835.
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN