Pengujian tanpa merusak atau Non Destructive Testing (NDT) merupakan
pengujian yang ditujukan untuk mengidentifikasi adanya cacat atau kelemahan pada material tanpa merusak atau menghancurkan bendanya, dimana cacat tersebut dapat mengganggu kinerja dari elemen-elemen mesin yang ada pada dunia industri permesinan Pada praktikum ini akan dilakukan tiga macam pengujian tanpa merusak (NDT) yaitu dengan metode Ultrasonic Inspection, Liquid Penetrant, dan Magnetic Particle. Secara umum pengujian dilakukan dengan membersihkan permukaan benda terlebih dahulu kemudian terdapat perlakuan berbeda pada setiap metodenya. Pada metode Ultrasonic Inspection specimen diinspeksi setelah alat dikalibrasi menggunakan standart block dan kemudian probe ditaruh pada permukaan yang akan diuji, pengamatan dilakukan dengan mengamati pulse echo pada layar CRT. Pada metode Liquid Penetrant specimen akan disemprotkan dengan penetrant dan ditunggu selama 5 menit. Kemudian dibersihkan dengan tissue dan disemprotkan kembali developer yang akan menimbulkan bercak merah apabila terdapat kecatatan pada permukaan. Pada metode Magnetic Particle specimen akan diukur dimensinya terlebihdahulu, kemudian disemprotkan pilox. Setelah kering, yoke diletakkan pada permukaan spesimen, kemudian diinduksikan dengan listrik, kemudian magnetic particle disemprotkan pada permukaan specimen dengan tetap diberi induksi listrik yang akhirnya akan bentuk cacat specimen akan timbul. Dari percobaan ini diharapkan nantinya akan terdapat gambar, ukuran, dan bentuk cacat yang timbul dari setiap specimen pada setiap metodenya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengujian tanpa merusak atau Non Destructive Testing (NDT) merupakan pengujian yang ditujukan untuk mengidentifikasi adanya cacat atau kelemahan pada material tanpa merusak atau menghancurkan bendanya, dimana cacat tersebut dapat mengganggu kinerja dari elemen-elemen mesin yang ada pada dunia industry permesinan. NDT mempunyai prinsip dasar yang digunakan dengan mengamati perubahan sifat fisik dari suatu mesin indikator yang melewati daerah retakan atau cacat, baik secara langsung (direct ) atau secara tidak langsung (indirect). Apabila pengamatan tersebut dilakukan secara tidak langsung maka dibutuhkan alat bantu seperti osiloskop, recorder, amplifier, zatfluoresensi, serbuk magnet, dan lain sebagainya. Adapun interpretasi dari hal-hal tersebut merupakan hal penting untuk menentukan ada tidaknya cacat. Pada praktikum ini akan dilakukan tiga macam pengujian tanpa merusak (NDT) yaitu dengan metode Ultrasonic Inspection, Liquid Penetrant, dan Magnetic Particle.Ketiga pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya cacat pada material serta menentukan lokasi cacat. 1.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain : 1. Untuk mendeteksi adanya cacat atau retakan pada bagian dari suatu benda tanpa merusak benda tersebut. 2. Untuk mengetahui interpretasi dari hasil pengujian dan menentukan lokasi cacat atau retakan tersebut 1.3 Batasan Masalah Pada praktikum NDT kali ini terdapat beberapa batasan masalah pada setiap metodenya, yaitu : 1. Semua percobaan dilakukan pada suhu kamar ( 27o C) 1.4 Sistematika Laporan Sistematika laporan ini diawali dengan abstrak yang berisi tentang ulasan singkat dari latar belakang, metodologi percobaan dan hasil yang didapatkan dari praktum Non Destructive Test (NDT) ini. BAB I PENDAHULUAN BAB I yang merupakan pendahuluan dimana berisikan latar belakang, tujuan, batasan masalah dan sistematika laporan. BAB II DASAR TEORI Pada BAB II terdapat dasar teori dimana menjelaskan tentang metode yang digunakan pada praktikum Non Destructive Test (NDT) meliputi Ultrasonic Inspection, Liquid PenetrantdanMagnetic Particle. BAB III METODOLOGI PERCOBAAN Pada BAB III terdapat metodologi percobaan yang terdiri dari peralatan dan bahan, langkah-langkah percobaan, dan flowchart percobaan dari ketiga metode yang ada BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV terdapat analisa data dan pembahasan yang menjelaskan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V berisikan kesimpulan dan saran yang menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dan saran dari praktikan untuk praktikum demi adanya perbaikan kedepannya. Pada akhir laporan terdapat daftar pustaka yang menjelaskan referensi yang didapat untuk melakukan dan menyusun laporan praktikum. BAB II DASAR TEORI
2.1 Non Destructive Test (NDT)
NDT (Non Destructive Test) merupakan pengujian/inspeksi terhadap suatu material untuk mengetahui adanya kerusakan atau kecacatan tanpa merusak material tersebut. Test ini biasa diaplikasikan di dunia industri terutama untuk mengetahui sebuah produk itu layak atau tidak untuk digunakan tanpa harus merusak produk tersebut, karena kecacatan yang ada dapat mengganggu kinerja dari elemen-elemen mesin yang ada di dunia industri tersebut. .
2.2 Jenis-jenis Non Destructive Test (NDT)
2.2.1 Ultrasonic Inspection Ultrasonic Inspection adalah salah satu jenis pengujian NDT yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mengukur ketebalan dan adanya cacat.Cacat tersebut dapat berupa retakan (crack), cacat gas (brau hole), penetrasi yang tidak sempurna (incomeplete penetration) pada pengelasan, inklusi, slag dan lain-lain.
Prinsip kerja ultrasonic inspection adalah dengan memamnfaatkan
rambatan gelombang ultrasonic yang dikeluarkan oleh transmitter (pemancar) pada benda kerja dan kemudian gelombang baliknya ditangkap oleh alat penerima.Gelombang suara yang digunakan memiliki range frekuensi antara 1 MHz hingga 5 MHz dengan kecepatan ribuan feet per sekon.Pada umumnya pemeriksaan ultrasonic ini didasarkan pada perbedaan intensitas gelombang yang diterima, perbedaan intensitas dan waktu perambatan serta perbedaan resonansi. Pada material yang ditembus oleh gelombang ini akan terjadi tranmisi dan refleksi yang ditimbulkan oleh transduser, energi tersebut kemudian akan mengakibatkan timbulnya panas pada material. Maka ultrasonic tersebut dapat mendeteksi adanya cacat pada bahan, mengukur ketebalan material, menguji kesatuan dari material, dan evaluasi hasil proses manufaktur. 2.2.1.1 Jenis Pengujian Ultrasonic Inspection a) Trough Transmision Trough transmission adalah pengujian dengan meletakkan tranduser pada dua sisi material, yang disebut sisi depan dan sisi belakang. Dimana sisi depan terdapat transmitting tranducer dan pada sisi belakang terdapat receiving tranducer. Gelombang suara dari transmitting tranducer menembus spesimen ke sisi lainnya.Pada receiving tranducer menerima getaran dan mengkonversikannya menjadi sinyal elektrik.Sinyal elektrik tersebut diperkuat dan diamati pada suatu indicator contohnya oskiloskop.Jika spesimen tidak memiliki flaw maka sinyal yang diterima relatif besar.Namun ketika tredapat flaw maka sinyal yang diterima semakin menurun akibat dari sipantulkannya sebagian energy saat gelombang menyentuh flaw. b) Pulse Echo Sistem ini memakai satu jenis prode yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver (pengirim suara dan penerima suara).Refleksi pertama (I) adalah pantulan pada permukaan, Refleksi kedua (II) adalah pantulan pada flaw sedangkan refleksi ketiga (III) adalah pantulan dinding. Jika tidak ada flaw berarti pantulan II tidak akan muncul. Tranducer yang digunakan disini hanya satu.Tranducer tersebut berperan sebagai pemancar sekaligus penerima.Jumlah energi yang dipantulkan ditampilkan terhadap waktu, yang menyediakan informasi tentang ukuran dan lokasi dari fitur yang mencerminkan suara.
Gambar 2.1 Metode pulse echo
2.2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Saat Proses Pemeriksaan a) Permukaan Permukaan material yang tidak rata, maka akan terjadi refleksi pada permukaan pemeriksa kurang mendapat hasil yang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan tepat maka permukaan material perlu diratakan dengan ampelas atau digunakan lapisan antara (gliserin). b) Bentuk dan Letak Cacat Dalam pemeriksaan bentuk dan letak cacat dalam benda yang diuji sangat mempengaruh hasil pemeriksaan karena tidak semua cacat mudah diketahui kondisi flaw (cacat) dalam benda uji akan menghasilkan interpretasi yang berbeda-beda pada layar oscilloscope. Jika cacat berada pada arah tegak lurus pancaran gelombangnya maka akan muncul satu pulse echo pada layar CRT. Jika cacat tersebut bersudut sehingga pantulan gelombangnya dibiaskan maka pada layar CRT tidak terdapat pulse echo karena pantulan gelombangnya tidak diterima oleh tranduser. Kondisi pulse echo yang tidak konstan (bergelombang naik turun) akan terjadi jika bahan yang diuji memiliki cukup banyak gelembung udara (gas hole) sehingga pancaran gelombang sebelum mengenai cacat akan dipantulkan terlebih dahulu dengan tidak merata. 2.2.1.3 Keuntungan dan Kelemahan Ultrasonic Inspection a) Keuntungan Ultrasonic Inspection 1. Dapat mendeteksi cacat pada permukaan (surface) dan didalam (subsurface). 2. Kemampuan untuk mendeteksi cacat lebih bagus dibandingkan dengan metode NDT lainnya. 3. Pada metode Pulse Echo hanya perlu menggunakan satu sisi saja. 4. Tingkat keakuratannya tinggi dalam mendeteksi letak, bentuk, dan ukuran cacat. 5. Persiapan yang dibutuhkan dalam metode ini lebih sedikit dibanding metode lain. 6. Didapatkan hasil secara langsung saat pengujian. 7. Lansung didapatkan gambar cacat secara detail. 8. Dapat juga mengukur ketebalan material, menguji kesatuan dari material, dan evaluasi hasil proses manufaktur. b) Kelemahan Ultrasonic Inspection 1. Permukaan harus dapat memantulkan gelombang ultrasonic. 2. Dibutuhkan kemampuan untuk melakukan metode ini. 3. Dibutuhkan medium untuk memancarkan gelombang ultrasonic ke spesimen uji. 4. Material yang bentuknya tidak beraturan (irregular), sangat kecil, terlalu tipis, dan tidak homogeny susah untuk dilakukan pengujian dengan metode ini. 5. Sulit mendeteksi cacat pada besi tuang dan material yang berbutir kasar karena kemampuan untuk memantulkan gelombang ultrasonic rendah dan memiliki tingkat kebisingan yang tinggi. 6. Kemungkinan tidak dapat mendeteksi jika ada cacat yang searah dengan arah pancaran gelombang ultrasonic. 7. Referensi standardisasi sangat dibutuhkan baik untuk kalibrasi peralatan maupun untuk karakteristik cacat.
2.2.2 Liquid Penetrant
Liquid Penetrant Inspection adalah salah satu pemeriksaan untuk mendeteksi cacat permukaan pada benda padat yang tidak berpori. Cacat yang terdeteksi dapat terjadi karena proses pembuatannya, atau karena fatique (kelelahan) pada elemen-elemen mesin yang sudah lama digunakan. Keretakan yang diselidiki adalah keretakan yang bersifat micro yaitu keretakan yang tidak dapat diamati dengan mata tanpa bantuan alat. Keretakan yang terjadi dapat menyebabkan pengurangan luasan dan momeninersia benda sehingga mengurangi ketahanan benda terhadap tegangan-tegangan langsung(direct stress) maupun tegangan momen terhadap lenturan, torsi, dan lain sebagainya. Keretakan ini dapat menyebabkan terjadinya daerah konsentrasi tegangan yang umumnya menjadi daerah awal penjalaran retak (propagation)sampai terjadinya patahan (fracture). 2.2.2.1 Keuntungan dan Kelemahan Liquid Penetrant Pendeteksian keretakan ini tidak bergantung ukuran, bentuk, arah retakan, struktur bahan maupun komposisinya karena liquid penetrant dapat meresap kedalam cacat di permukaan benda uji.Penyerapan penetrant ini terjadi karena adanya daya kapiler (tegangan permukaan yang rendah). Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan (surface cracks) dan kekeroposan (porosity). Penggunaannya tidak terbatas pada logam ferrous dan non-ferrous, tetapi juga dapat digunakan pada keramik, plastik, dan benda-benda lain hasil proses powder metallurgy.Tingkat kesensitivitasan tinggi untuk material dengan permukaan kecil.Luas dan volume yang besar pada material dapat diinspeksi secara berulang dengan biaya yang rendah.Bagian dengan bentuk geometri yang kompleks dapat diinspeksi secara rutin.Dengan menggunakan cairan aerosol sebagai penetrant, pengujian dapat dengan mudah dilakukan.Bentuk cacat dapat diindikasi secara langsung pada permukaan.Peralatan yang digunakan tidak mahal. Disamping kelebihan diatas, pemeriksaan ini juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu : 1. Keretakan terjadi harus sampai ke permukaan benda, sehingga metode ini tidak dapat mendeteksi keretakan didalam permukaan benda (sub-surface cracks) 2. Tidak dianjurkan untuk digunakan pada permukaan benda yang kasar dan memiliki pori-pori besar karena dapat mengakibatkan indikasi keretakan palsu 3. Metode ini hanya dapat digunakan untuk material tertentu saja 4. Hanya dapat mendeteksi cacat permukaan saja. 5. Material yang digunakan harus benar-benar bersih agar tidak terjadi kontaminasi. 6. Lapisan logam saat proses permesinan harus dihilangkan terlebih dahulu. 7. Kondisi permukaan sangat berpengaruh pada hasil pengujian. 8. Inspector harus memiliki akses langsung ke permukaan yang akan diinspeksi. 2.2.2.2 Penetrant System Terdapat tiga macam penetrant system yang dapat digunakan dan memiliki perbedaan cukup signifikan dimana pemilihan salah satu system tergantug pada beberapa faktor, yakni : 1. Kondisipermukaanbendakerja yang diselidiki 2. Karakteristikumumkeretakanlogam 3. Waktudantempatpenyelidikan 4. Ukuranbendakerja Ketiga system tersebut ialah : a) The Water-Washable Penetrant System Metode ini menggunakan penetrant yang dapat dibersihkan dimana merupakan jenis dari fluorescent atau visible dye.Proses inicepatdan efisien, tetapi harus dilakukan secara hati-hati karena penetrant dapat terbasuh dari keretakan. Derajat dan kecepatan pembasuhan pada proses ini bergantung pada spray nozzle, tekanan dan temperatur air selama pembasuhan, kondisi benda kerja dan karakteristik penetrant itu sendiri. Berikut ini adalah gambar proses pemeriksaan dengan metode water washable penetrant system:
Gambar 2.2 Proses pemeriksaan water washable penetrant system
Pada gambar tersebut dijelaskan proses pemeriksaannya, yaitu : 1. Pembersihan dan pengeringan permukaan kemudian pemberian liquid penetrant 2. Pembersihan permukaan dengan air 3. Pemberian developer 4. Inspeksi Adapun keterbatasan dari metode water washable penetrant system ini antara lain: 1. Dapat terjadi over removerd pada penetrant yang dibersihkan dengan air 2. Dapat terkontaminasi terhadap air yang digunakan 3. Sukar digunakan pada benda uji dengan celah cacat dangkal, karena mudah tergerus air 4. Diperlukan pengeringan air sebelum pemberian developer b) The Post-emulsifiable System Metode ini digunakan untuk menyelidiki keretakan-keretakan yang sangat kecil sehingga penetrant yang digunakan tidak dapat dibasuh dengan air.Penetrant jenis ini dilarutkan dalam emulsifier untuk memecahkan ikatan antar penetrant-nya sehingga dapat dibasuh dengan air. Pada metode ini terdapat dua jeni spenetrant yang digunakan, yaitu : 1. Penetrant yang memilik sifat hydrophilic dimana menggunakan emulsifier yang bersifat water-soluble (larut dalam air) 2. Penetrant yang memiliki sifat lopophilic dimana menggunakan emulsifier yang bersifat oil-based (larut dalam oli atau minyak) Berikut ini adalah gambar proses pemeriksaan dengan metode post- emulsifiable system: Gambar 2.3 Proses pemeriksaan post-emulsifiable system Pada gambar tersebut dijelaskan proses pemeriksaannya, yaitu : 1. Pembersihan dan pengeringan permukaan kemudian pemberian liquid penetrant 2. Pemberian emulsifier pada permukaan benda uji 3. Emulsifikasi atau pendiaman selama kurang lebih 20 detik 4. Pembersihan permukaan dengan air 5. Pemberian developer 6. Inspeksi Adapun keterbatasan dari metode post-emulsifiable system ini antara lain: 1. Kurang efisien untuk benda uji berbentuk sangat kompleks 2. Perlu adanya perhatian khusus untuk waktu emulsifikasi c) The Solvent-Removable System Metode ini dilpakai supaya pengujian dengan liquid penetrant dapat dilakukan dengan lebih praktis dengan cara penggunaan solvent pada awal pembersihan pendahuluan (pre-cleaning) dan pembasuhan penetrant. Penetrant jenis ini biasanya dilarutkan dalam oli, dimana pembersihan secara optimum dapat dicapai dengan mengelap permukaan benda kerja dari penetrant dengan lap yang dibasahi oleh solvent. Proses seperti ini merupakan proses liquid penetrant inspection yang paling sensitive apabila dilakukan dengan benar. Berikut ini adalah gambar proses pemeriksaan dengan metode solvent- removable system:
Gambar 2.4 Proses pemeriksaan solvent-removable system
Pada gambar tersebut dijelaskan proses pemeriksaannya, yaitu : 1. Pembersihan permukaan dengan solvent kemudian diberikan penetrant di permukaan benda uji 2. Pemberian solvent untuk membersihkan penetrant dari permukaan benda 3. Pemberian developer 4. Inspeksi Adapun keterbatasan dari metode solvent-removable system ini antara lain: 1. Solvent tidak boleh diberikan terlalu banyak, dimana dapat mempengaruhi ketelitian dalam pengin speksian bendauji 2. Dibutuhkan ketelitian pekerja yang tinggi karena larutan yang sangat sensitif 3. Hanya dilakukan pada sebagian kecil dari area benda uji 2.2.2.3 Bahan Liquid Penetrant Liquid penetrant atau cairan penetrant adalah cairan yang digunakan untuk mendeteksi kecacatan pada permukaan benda uji yang sangat kecil dan kasatmata dimana mempunyai criteria sebagai berikut : 1. Dapat membasahi permukaan benda uji 2. Dapat keluar kembali ke permukaan akibat adanya fenomena kapilaritas 3. Berada di titik cacat tetapi mudah dibersihkan 4. Berwarna kontras dan kasat mata 5. Tidak merusak benda uji Adapun pembagian dari cairan penetrant ini berdasarkan warnanya, yaitu : a) Fluorescent Liquid Penetrant Penetrant ini dapat menjadi berkilau apabila dikenai cahaya ultraviolet (UV) lemah pada ruangan yang cukup gelap. Sensitivitas fluorescent penetrant untuk berkilau dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni : a) Sensitivitas normal b) Sensitivitas tinggi c) Sensitivitas ultra tinggi Penggunaan sensitivitas bergantung pada level inspeksi yang dilakukan, kondisi permukaan yang diselidiki, proses, dan tingkatan yang dilakukan.
Gambar 2.5 Proses pemeriksaan dengan fluorescent liquid penetrant
b) Visible Penetrant Penetrant ini pada umumnya berwarna merah karena memiliki penampilan kontras terhadap latarbelakang developer-nya yang umumnya berwarna putih. Proses ini tidak membutuhkan cahaya ultraviolet (UV) tetapi membutuhkan cahaya putih yang cukup untuk pengamatan. Sensitivitas penetrant initi dak setinggi jenis fluorescent tetapi cukup memadahi untuk berbagai kegunaan inspeksi.
Gambar 2.6 Proses pemeriksaan dengan visible penetrant
2.2.3 Magnetic Particle Inspection
Magnetic particle icnspection adalah suatu cara mengetahui adanya retak atau cacat yang ada di permukaan maupun bawah permukaan (surface and subsurfacediscountinuities) pada bahan-bahan ferromagnetic. Prinsip dari metode ini adalah dengan memagnetasi bahan yang diuij.Pada pengujian ini digunakan hanya untuk bahan-bahan yang bersifat ferromagnetic seperti besi atau baja. Ketika ada crack atau cacat pada bahan ferromagnetic,medan magnet akan berbelok keluar bahan tersebut. Kemudian belokan medan magnet ini akan menarik partikel-partikel magnetic (iron powder) di sekitarnya, sehingga crack akan terlihat pada pengumpulan magnetic partikel-paartikel tersebut. Partikel- partikel yang terkumpul secara magnetic ini menggambarkan bentuk dari discontinuity dan biasanya menunjukkan letak, ukuran dan bentuknya. Pengujian magnetic memiliki keterbatasan, yaitu hanya dapat menguji benda ferromagnetic.Sedangkan bahan nonferromagnetik seperti paduan alumunium, paduan magnesium dan paduan lainnya tidak dapat diuji dengan pengujian ini. Ada duacara magnetisasi yang biasa dipakai dalam magnetic particle inspection yaitu continuous method dan residualmethod. Pada continuous method, serbuk magnetis disebarkan pada waktu arus listrik sedang mengalir, sedangkan pada residual method penyebaran serbuk dilakukan sesudah arus listrik dimatikan. Pemilihan salah satu cara tersebut tergantung dari bahan yamg dites. Continuous method digunakan untuk material yang mempunyai retentiviti rendah, sedangkan material yang mempunyai rentetiviti cukup tinggi maka digunakan residual method. Magnetik partikel yang digunakan dapat digolongkan menurut media pembawaannya yaitu: udara (dry particle method) atau cairan (wet particle method). Partilel-partikel magnetic dibuat menjadi butiran yang sangat halus dan memiliki sifat ferromagnetic yang sangat tinggi agar dapat mudah termagnetisir oleh field dan ditarik oleh medan tersebut sehingga menghasilkan indikasi yang mudah terbaca. Oleh karena itu retentiviti harus rendah agar tidak medah menggumpal .selain itu partikel akan mudah melekat pada permukaan yang disentuhnya pertama kali. Untuk memudahkan pembacaan indikasi, partikel jugadiberi pewarna merah atau hitam, merah untuk permukaan yang agak kelabu dan hitam untuk permukaan yang seperti warna karat. Untuk memperjelas pembacaan biasanya dipakai partikel-partikel yang diberi fluorescent berwarna kuning-hijau atau jingga.Partikel ini harus disinari dengan cahaya agar mudah terlihat. 2.2.3.1 Cara Pembakitan Medan Magnet. Beberapa cara yang digunakan untuk pembangkitan medan magnet antara lain: 1. Yoke: Pada pembangkit magnet yang menggunakan yoke, indikasi yang jelas akan timbul kalau retak terletak diantara kedua kutub dan hamper tegak lurus dengan garis yang menghubungkan edua kutub tersebut. Yoke ada yang terbuat dari magnet permanen dan ada juga yang terbuat dari elektromagnetik.
Gambar 2.7 Yoke
2. Coil: dipergunakan untuk longitudinal magnetization dari suatu batang yang pada umumnya tidak terlalu tebal.
Gambar 2.8 Coil
3. Central conductor: dipergunakan untuk memeriksa benda kerja yang berbentuk pipa atau ring.
Gambar 2.9 Central Conductor
4. Direct Contact Method: dipergunakan pada barang-barang yang tidak berongga. Ujung-ujung barang akan dijepit, kemudian dialiri listrik.
Gambar 2.10 Direct Contact Method
5. Prod Contact: pada prinsipnya sama dengan Direct Contact Method, hanya saja tidak digunakan penjepit tetapi arus listrik dialirkan lewat ujung prod.
Gambar 2.11 Prod Contact
Dari sekian banyak metode, yang paling sering digunakan adalah yoke method dan perpaduan antara coil serta central conductor
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Peralatan dan Spesimen
3.1.1. Ultrasonic inspection Spesimen Kain lap Pesawat ultrasonic SIUI CTS-9005 Probe SIUI 2,5Z20NL00 Standart block Gliserin Mistar ukur 3.1.2. Liquid penetrant Spesimen Kain lap Developer SKD-S2 Penetrant SKL-SP1 Thinner Mistar ukur 3.1.3. Magnetic particle Spesimen Magnetic particle 7HF Kain lap Yoke MAGNAFLUK 220V Mistar ukur Pylox warna putih 3.2. Langkah percobaan 3.2.1. Ultrasonic inspection Spesimen dibersihkan dari kotoran Alat ultrasonic inspection dikalibrasi menggunakan standart block Setelah dikalibrasi, specimen mulai diinspeksi Inspeksi dilakukan dengan menaruh probe pada permukaan yang akan diuji. Kemudian pulse eco pada layar CRT diamati Bentuk cacat yang timbul pada specimen digambar dan diukur 3.2.2. Liquid penetrant Permukaan speimen dibersihkan kemudian dikeringkan Penetran disemprotkan pada specimen lalu didiamkan selama 5 menit Spesimen dibersihkan dari penetran menggunakan tissue Developer disemprotkan pada permukaan specimen lalu didiamkan. Apabila ada cacat, akan timbul bercak merah pada permukaan Cacat yang timbul bercak merah pada permukaan digambar dan diukur 3.2.3. Magnetic particle Permukaan specimen dibersihkan Dimensi specimen diukurdengan mistar Pilox pada permukaan specimen disemprotkan dan ditunggu hingga kering Yoke diletekan pada permukaan specimen Specimen diinduksiksn dengan listrik Semprotkan magnetic particle pada permukaan specimen Saat magnetic particle disemprotkan, specimen tetap diberi induksi listrik Bentuk cacat yang timbul pada specimen digambar dan diukur
3.3. Flow Chart Percobaan
3.3.1. Flowchart Ultrasonik Inspection
3.3.2. Flowchart Liquid Penetrant
3.3.3. Flowchart Magnetic Particle
TUGAS PENDAHULUAN 1. NDT (Non Destructive Test) merupakan pengujian/inspeksi terhadap suatu material untuk mengetahui adanya kerusakan atau kecacatan tanpa merusak material tersebut. Test ini biasa diaplikasikan di dunia industri terutama untuk mengetahui sebuah produk itu layak atau tidak untuk digunakan tanpa harus merusak produk tersebut. 2. Pada dasarnya NDT dibedakan menjadi dua macam, yaitu untuk menguji cacat permukaan dan cacat dalam, berikut adalah beberapa contoh dari metode NDT yang ada : Magnetic Particle Inspection adalah metode pengujian dengan cara memagnetisasi bahan yang akan diuji dengan cara menggunakan serbuk magnetic yang disebarkan dipermukaan benda uji. Salah satu contoh aplikasinya adalah untuk menguji cacat surface dari suatu material pada dunia industry. Liquid Penetrant adalah metode pengujian dengan cara memberikan cairan berwarna pada permukaan material yang akan diuji kecacatannya (dengan cara disemprotkan atau dicelup). Pada akhirnya cacat akan terlihat jelas ketika ada perbedaan warna di permukaan benda, antara material yang diuji dengan warna liquid penetrant yang digunakan. Salah satu contoh aplikasinya adalah untuk menguji cacat pada permukaan keramik atau material semacamnya di industri bangunan. Ultrasonic Testing adalah metode pengujian yang menggunakan energi suara frekuensi tinggi. Contoh aplikasi metode ini adalah untuk deteksi cacat dalam material. 3. Ada empat metode inspeksi yang bisa dilakukan dengan ultrasonic yaitu metode gema pulsa, metode transmisi, metode beam normal dan sudut, dan metode kontak peredaman. 4. Pada awalnya gelombang ultrasonic disorotkan melalui probe pada permukaan dengan garis lurus dan pada kecepatan konstan sampai menembus permukaan benda. Kemudian sebagian energi gelombang suara akan dipantulkan dan sebagian akan ditransmisikan. Jumlah energi yang dipantulkan atau ditransmisikan dapat dideteksi dan memberikan informasi tenta ukuran reflector. Informasi ini akan ditampilkan pada osiloskop dengan domain waktu (microspeed) dan energi dalam bentuk tegangan (volt). Pada akhirnya perhitungan untuk mengetahui cacat tersebut akan menggunakan persamaan hubungan jarak, kecepatan dan waktu. 5. Untuk melakukan pengujian liquid penetrant pertama-tama permukaan material dibersihkan terlebih dahulu lalu dikeringkan. Kemudian cairan penetrant disemprotkan ke permukaan benda uji, cairan yang digunakan biasanya memiliki warna yang kontras atau mencolok untuk mempermudah pengamatan. Selanjutnya setelah didiamkan beberapa saat agar terserap sempurna, penetrant yang tersisa dipermukaan material dibersihkan. Selanjutnya semprotkan cairan developer yang berfungsi mengangkat cairan yang terserap sebelumnya. Setelah terangkat cacat akan dapat diamati dengan sendirinya, yang kemudian hasilnya akan dicatat pada lembar uji test. 6. Material yang dapat diuji dengan menggunakan metode magnetik adalah material yang bersifat feromagnetik (Bahan yang dapat ditarik magnet dengan kuat). Berikut adalah klasifikasi bahan berdasarkan sifat magnetiknya : a) Feromagnetik : adalah bahan Bahan ferromagnetic merupakan bahan yang dapat ditarik magnet dengan kuat. Bahan feromagnetik contohnya besi, baja, nikel, dan kobalt. Selain dapat ditarik magnet dengan kuat, bahan feromagnetik dapat dibuat menjadi magnet.
b) Paramagnetik : Bahan paramagnetik adalah bahan yang
dapat ditarik oleh magnet, tetapi tarikannya sangat lemah. Bahan yang tergolong paramagnetik adalah aluminium, tembaga, kaca, dan kayu. c) Diamagnetik : Bahan diamagnetik adalah bahan yang apabila didekatkan dengan magnet, maka magnet akan menolaknya (menjauhinya). Logam mineral yang tergolong bahan diamagnetik di antaranya emas dan timah hitam.