PENDAHULUAN
Pendaftaran tanah untuk pertama kalinya dilakukan untuk tanah-tanah yang
belum didaftarkan atau belum pernah disertifikatkan, hal ini sesuai dengan ketentuan PP
Nomor 10 Tahun 1961 dan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Maka
untuk menjamin kepastian hukum, maka mendaftarkan hak atas tanah merupakan hal
yang penting untuk dilakukan. Hal ini dilakukan guna menjamin kepastian hukum bagi
pemegang hak atas tanah serta pihak lain yang berkepentingan dengan tanah tersebut.
Pendaftaran tanah dilakukan di kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) serta dibantu
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berada di wilayah kabupaten/kota.
Setiap instansi atau lembaga pemerintahan, dalam menjalankan tugas yang
diembannya sudah tentu memerlukan bidang tanah, baik untuk pembangunan gedung
kantor atau kegiatan operasionalnya. Bidang tanah tersebut ada yang diperoleh dari
pemberian langsung oleh pemerintah atau dari hasil pembelian milik penduduk. Status
bidang tanah itu tetap sebagai aset Pemerintah disebabkan oleh kareana sumber dananya
berasal dari Pemerintah. Adapun masalah tertib administrasi yang perlu menjadi
perhatian adalah tentang bagaimana tata cara penguasaan oleh instansi itu menjadi tertib
dan teratur serta tertib pengawasannya.
PEMBAHASAN
1. Hak Pengelolaan
1.1. Pengaturan Hak Pengelolaan
Hak Pengelolaan (selanjutnya disebut dengan HPL) diatur dalam
beberapa peraturan perundang-undangan antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (UU BPHTB)
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. (PP No.40/1996)
3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan
Konversi Hak enguasaan Atas tanah Negara dan Ketentuan-Ketentuan
tentang Kebijaksanaan Selanjutnya. (Permenag No.9/1965)
4. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9
Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah
Negara dan Hak Pengelolaan (Permenag No.9/1999).
1
yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
Berdasarkan pengertian hak pengelolaan diatas dapat dipahami bahwa hak
pengelolaan merupakan hak menguasai negara atas tanah (pasal 2 UUPA), bukan
merupakan hak atas tanah (pasal 16 (1) UUPA). Menurut Prof. Boedi Harsono
hak pengelolaan pada hakikatnya bukan hak atas tanah, melainkan merupakan
gempilan dari hak menguasai negara.
Mengenai pengertian hak pengelolaan dapat dilihat lebih jelas pada
penjelasan Pasal 2 ayat (3) UU No. 20/2000 tentang Perubahan Atas UU No.
21/1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah, yaitu:
hak pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara
lain, berupa perencanaan peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan
tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian
dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan
pihak ketiga
2
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
ruang angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara tersebut pada
ayat 2 pasal ini, digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan
makmur.
(4) Hak menguasai dari negara tersebut di atas pelaksanaannya dapat
dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat
hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan peraturan pemerintah.
Kewenangan negara dalam bidang pertanahan tersebut merupakan
pelimpahan tugas bangsa. Kewenangan tersebut bersifat publik semata-mata,
maka berbeda benar dengan hubungan hukum yang bersifat pemilikan antara
negara dan tanah berdasarkan domein-verklaring dalam hukum tanah
administratif pada waktu sebelum berlakunya UUPA. Sebagaimana diketahui
berbagai domein-verklaring sudah dicabut.
Subjek hak menguasai dari negara adalah negara Republik Indonesia
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat Indonesia. Hak menguasai dari
negara meliputi semua tanah dalam wilayah Republik Indonesia, baik tanah-
tanah yang tidak atau belum maupun yang sudah dimiliki dengan hak-hak
perorangan oleh UUPA disebut tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh negara
(Pasal 28, 37, 41, 43, 49). Untuk menyingkat pemakaian kata-kata dalam praktek
administrasi digunakan sebutan tanah negara.
3
(Persero), dan dari pemerintah daerah yang berbentuk perusahaan
daerah (PD).
4
3. Pasal 1 PP No. 36/1997
a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah;
b. Menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;
c. Menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada pihak ketiga dan
atau bekerjasama dengan pihak ketiga.
5
4. Pejabat Kantor Lelang
5. Lurah
6
a. Pembukuan HAT dalam buku tanah
b. Pengakuan HAT
c. Pemberian HAT
11. Pembukuan Hak (pasal 29) dilakukan dalam buku tanah
Didasarkan pada alat bukti hak2 lama dan berita cara pengesahan
pengumuman data fisik dan data yuridis
12. Penerbitan sertifikat (Pasal 31)
Diterbitkan oleh Kantor Pertanahan di TTD oleh Ketua Panitia Ajudikasi
atas nama Kkan.
7
c. Yang tidak termasuk 2 hal diatas, maka oleh Kkan diserahkan kepada
panitia ajudikasi untuk diselesaikan
5. Penyuluhan (Pasal 56)
Oleh Kkan dibantu panitia ajudikasi berkoordinasi dengan instansi terkait
yaitu : Pemda, Dinas Penerangan, Kantor PBB, Instansi lain yang dianggap
perlu
Disampaikan juga kewajiban dan tanggung jawab pemegang hak yaitu :
a. Memasang tanda batas
b. Berada dilokasi saat panitia ajudikasi mengumpulkan data fisik dan
data yuridis
c. Menunjukan batas2 bidang tanah pada Panitia Ajudikasi
d. Menunjukan bukti kepemilikan
e. Memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi pemegang hak.
Disampaikan juga, jadwal pelaksanaan, akibat hukumnya, hak2 nya untuk
mengajukan keberatan.
6. Pengumpulan data fisik (Pasal 57-58)
Jika pengukuran oleh BPN, penetapan batas dilakukan oleh satuan tugas
pengukuran dan pemetaan atas nama panitia ajudikasi
Jika pengukuran oleh pihak ke III, penetapan batas dilakukan oleh satuan
tugas pengumpul data yuridis a.n. panitia ajudikasi
7. Pengumpulan dan penelitian data yuridis (pasal 59-62)
Alat bukti tertulis kepemilikan tanah berupa alat bukti untuk pendaftaran
hak baru :
a. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang
b. Asli akta
c. HPL dengan penetapan pemberian HPL oleh pejabat yg berwenang
d. Tanah Wakaf dengan Akta Ikrar Wakaf
e. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dengan akta pemisahan
f. Hak Tanggungan dengan APHT
Alat bukti tertulis untuk hak lama :
a. Grosse akta hak eigendom yang telah dibubuhi catatan, untuk
dikonversi menjadi Hak Milik
b. Grosse akta hak eigendom yang sejak berlakunya UUPA sampai
tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut ketentuan PP 10/1961
di daerah yang bersangkutan.
c. Surat tanda milik berdasrkan peraturan swapraja yang bersangkutan
d. SHM berdasarkan PerMen Agraria 9/1959
e. SK pemberian Hak Milik, baik sebelum atau sejak berlakunya UUPA
yang tidak disertai kewajiban pendaftaran, tapi semua kewajibannya
telah dipenuhi
f. Petuk PBB/Landrente, girik dsb sebelum berlakunya PP 10/1961
g. Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan dengan dengan
saksi lurah sebelum berlakunya PP 24/1997, disertai alas hak yang
dialihkan
8
h. Akta pemindahan hak yang dibuat PPAT, yang tanahnya belum
dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan
i. Akta ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak dimulainya PP
28/1977, berikut alas haknya
j. Risalah lelang
k. Surat penunjukan pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil pemerintah atau Pemda
l. Surat Keterangan riwayat tanah yang dibuat kantor PBB, berikut alas
haknya
m. Lain2 pembuktian tertulis sesuai pasal II, VI dan VII ketentuan
konversi UUPA.
Jika bukti kepemilikan tidak lengkap maka bukti yang lain dilengkapi
dengan pernyataan yang bersangkutan, dan keterangan dari minimal 2
saksi yang bukan keluarga (sampai derajat ke 2 vertikal dan horisontal).
Untuk menilai kebenaran keterangan saksi2 maka panitia Ajudikasi dapat :
a. Mencari keterangan tambahan dari masy sekitar bidang tanah tersebut
untuk memperkuat kesaksian atau keterangan mengenai pemilikan
tanah.
b. Meminta keterangan tambahan untuk mengetahui riwayat kepemilikan
c. Melihat keadaan tanah dilokasi untuk mengetahui secara fisik
penguasaan atas tanah maupun penggunaannya.
Kenyataan penguasaan fisik dan pembuktiannya dituangkan dalam surat
pernyataan jika perlu diangkat sumpah dihadapan pengumpul data
yuridis. Hasil pengumpulan dan penelitian data yuridis disampikan dalam
Risalah Penelitian Data Yuridis dan Penetapan Batas , jika ada bidang
tanah yang masy ketahui ada pemiliknya tapi tidak dapat dihubungi,
maka akan dicatat sebagai tanah yang tidak dikenal pemegang haknya.
8. Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis dan Pengesahannya (Pasal 63-
64), selama 30 hari, dan disahkan oleh Panitia Ajudikasi
9. Penegasan Konversi, Pengakuan Hak dan Pemberian Hak (Pasal 65-66)
10. Pembukuan Hak (Pasal 67)
11. Penerbitan Sertifikat (Pasal 69-71) TTD oleh panitia ajudikasi a.n. Kkan
9
2. Bagi Pemerintah
a. Terwujudnya tertib administrasi pertanahan
b. Dapat mengurangi sengketa dibidang pertanahan
c. Memperlancar kegiatan pemerintahan (jika perlu tanah, sudah ada
datanya)
Definisi Pendaftaran Tanah Secara Sporadik (PP 24/1997 Pasal 1 angka 11)
Adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertamakali mengenai satu atau
beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu
desa/kelurahan secara individual atau massal.
Berarti pula seluruh biaya dibebankan kepada pemohon.
10
4. Camat
Sebagai PPAT sementara, membantu dalam menandatangani keterangan
waris.
11
8. Pembuktian Hak lama (Pasal 24 n 25)
Berasal dari konversi hak, dibuktikan dengan bukti tertulis, keterangan
saksi, jika tidak tersedia alat pembuktian yabng lengkap dapat dilakukan
dengan pernyataan penguasaan fisik selama 20 th berturut2, dengan syarat :
a. Penguasaan dilakukan dengan itikad baik secara terbuka dikuatkan
oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya (umumnya oleh lurah)
b. Tidak ada permasalahan dalam hal penguasaan baik sebelum maupun
setelah pengumuman.
9. Pengumuman Hasil Penelitian Yuridis dan Hasil Pengukuran (Pasal 26-27)
Jika ada pihak yang berkeberatan, maka disarankan untuk menyelesaikan
secara musyawarah, jika tidak berhasol, maka diselsaikan di pengadilan.
10. Pengesahan Hasil Pengumuman (Pasal 28)
Disahkan dalam suatu berita acara sebagai dasar untuk :
a. Pembukuan HAT dalam buku tanah
b. Pengakuan HAT
c. Pemberian HAT
11. Pembukuan Hak (Pasal 29-30)
Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur
merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya
dan bidang tanah yang diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah
terdaftar.
Jika ada yang belum lengkap dibuat catatan yang akan dihapus bila, telah
dilengkapi atau dalam jangka waktu 5 th tdk ada pengajuan gugatan ke
pengadilan.
Jika ada sengketa, maka akan dibuat catatan, yang akan hapus jika telah
ada kesepakatan damai atau 90 hari setelah terima pemberitahuan tidak
diajukan gugatan di pengadilan.
12. Penerbitan sertifikat (Pasal 31)
Dilakukan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan, jika ada
catatan2 maka penerbitan akan ditangguhkan.
12
c. Pendaftaran hak lama
Jika bukti kepemilikan tidak lengkap maka bukti yang lain dilengkapi
dengan pernyataan yang bersangkutan, dan keterangan dari minimal 2
saksi yang bukan keluarga (sampai derajat ke 2 vertikal dan horisontal).
Jika bukti kepemilikan tidak ada maka permohonan disertai :
a. Surat pernyataan pemohon mengenai :
a) Menguasai secara nyata 20 th berturut2, atau memperolah
penguasaan dari pendahulunya sehingga pemohon dan pendahulu
berjumlah 20 th
b) Penguasaan dengan itikad baik
c) Penguasaan tidak pernah diganggu gugat
d) Tanah tidak dalam sengketa
e) Jika apa yang dinyatakan tidak benar, maka bersedia menerima
sanksi baik pidana maupun perdata
b. Keterangan Lurah berikut 2 saksi
13
2. Pengukuran (Pasal 77-81)
Tanggung jawab Kkan, untuk keperluan optimasi dan kemampuan
teknologi petugas ukur, maka :
a. 10 ha 1.000 ha dilakukan oleh Kanwil
b. Lebih dari 1.000 ha oleh BPN, hasilnya disampaikan ke Kkan
Contradictoire delimitasi : didasarkan pada penunjukan oleh pemegang
hak atasu tanah yang bersangkutan dan disetujui oleh para pemegang hak
atas tanah yang berbatasan.
14
Tanah negara adalah tanah yang tidak dipunyai oleh perseorangan atau
badan hukum dengan suatu hak atas tanah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
15
Selanjutnya, Pasal 14 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan
Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara, yang menyatakan
bahwa :
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional memberikan
keputusan mengenai pemberian dan pembatalan hak atas tanah yang tidak
dilimpahkan kewenangannya kepada kepala kantor wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi atau Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya sebagaimana dimaksud dalam Bab II dan Bab
III.
16
Kepala Kantor Pertanahan memberi keputusan mengenai:
a. pemberian Hak Guna Bangunan untuk orang perseorangan atas
tanah yang luasnya tidak lebih dari 3.000 M (tiga ribu meter
persegi);
b. pemberian Hak Guna Bangunan untuk badan hukum atas
tanahyang luasnya tidak lebih dari 20.000 M (dua puluh ribu
meter persegi); dan
c. pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan.
c) Hak Pakai
Kepala Kantor Pertanahan memberi keputusan mengenai:
a. pemberian Hak Pakai untuk orang perseorangan atas tanah
pertanian yang luasnya tidak lebih dari 50.000 M (lima puluh ribu
meter persegi);
b. pemberian Hak Pakai untuk orang perseorangan atas tanah non
pertanian yang luasnya tidak lebih dari 3.000 M (tiga ribu meter
persegi);
c. pemberian Hak Pakai untuk badan hukum swasta, BUMN/BUMD
atas tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 20.000 M
(dua puluh ribu meter persegi);
d. pemberian Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan; dan
e. pemberian Hak Pakai aset Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
d) Izin Kerjasama dan Izin Perolehan Tanah
Kepala Kantor Pertanahan memberi keputusan mengenai:
a. Pemberian izin kerjasama pemegang Hak Pengelolaan dengan
pihak ketiga, jika dipersyaratkan dalam Surat Keputusan
pemberian Hak Pengelolaan;
b. Pemberian izin perolehan tanah bagi Badan Sosial dan
Keagamaan, jika dipersyaratkan dalam Surat Keputusan
persetujuan bahwa badan hukum tersebut dapat memiliki tanah
dengan Hak Milik.
17
c. pemberian Hak Milik untuk badan hukum keagamaan dan sosial
yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 1963 tentang Penunjukkan Badan-Badan Hukum yang
dapat mempunyai Hak Milik atas Tanah, atas tanah non pertanian
yangluasnya lebih dari 50.000 M (lima puluh ribu meter persegi)
dan tidak lebih dari 150.000 M (seratus lima puluh ribu meter
persegi).
d) Hak Pakai
Kepala Kanwil BPN memberi keputusan mengenai:
a. pemberian Hak Pakai untuk orang perseorangan atas tanah
pertanian yang luasnya lebih dari 50.000 M (lima puluh ribu
meter persegi) dan tidak lebih dari 100.000 M (seratus ribu meter
persegi).
b. pemberian Hak Pakai untuk orang perseorangan atas tanah non
pertanian yang luasnya lebih dari 3.000 M (tiga ribu meter
persegi) dan tidak lebih dari 10.000 M2 (sepuluh ribu meter
persegi);
c. pemberian Hak Pakai untuk badan hukum swasta,
BUMN/BUMDatas tanah non pertanian yang luasnya lebih dari
20.000 M (dua puluh ribu meter persegi) dan tidak lebih dari
150.000 M (seratus lima puluh ribu meter persegi).
18
a) Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia menetapkan
pemberian Hak Atas Tanah yang diberikan secara umum.
b) Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia memberi
keputusan mengenai pemberian Hak Atas Tanah yang tidak
dilimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kanwil BPN atau Kepala
Kantor Pertanahan.
Syarat dan berkas permohonan hak atas tanah yang telah lengkap dan
telah diproses sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah maka diterbitkanlah Surat Keputusan Pemberian Hak
Atas Tanah yang dimohon kemudian dilakukan pendaftaran haknya ke Kantor
Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan, untuk
diterbitkan sertifikat hak atas tanah sebagai tanda lahirnya hak atas tanah
tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan:
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah Tertentu.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran Tanah .
Website:
https://www.hukumproperti.com/hak-pengelolaan-lahan/aspek-hukum-hak-pengelolaan-
dan-peraturannya/
http://armyenlodika.blogspot.co.id/2014/06/hak-pengelolaan.html
http://bukupertanahan.blogspot.co.id/2012/07/pendaftaran-tanah-secara-sistematik_219
5 .html
http://bukupertanahan.blogspot.co.id/2012/07/pendaftaran-tanah-secara-sporadik.html
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt57f70ca119911/tata-cara-pemberian-hak-
milik-atas-tanah-negara
http://www.hukumproperti.com/pertanahan/kewenangan-pemberian-hak-atas-tanah/
https://materihukum.wordpress.com/2013/10/22/pengertian-tanah-dan-cara-
memperoleh-tanah-negara/
http://sertifikattanah.blogspot.co.id/2008/08/tanah-negara-dan-wewenang-
pemberian.html
20