BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari kartilago yang dilapisi
kulit. Bentuk kartilago ini unik dan harus diusahakan untuk mempertahankan
bangunan ini karena dapat menjaga telinga luar dari trauma. Kulit pada
permukaan luar daun telinga melekat erat pada kartilago di bawahnya beserta
jaringan ikat dari dermis yang padat membentuk perikondrium. Sebaliknya, kulit
permukaan belakang daun telinga mempunyai lapisan subkutan sejati. Keadaan
daun telinga serta posisi daun telinga yang terbuka merupakan penyebab
3
timbulnya sebagian besar masalah klinis yang mengenai daun telinga yaitu
trauma, kontak langsung dengan cuaca, dan infeksi. Pengumpulan cairan akibat
proses-proses tersebut seperti adanya pus dan hematom mengakibatkan
terpisahnya perikondrium dari kartilago. Bila proses ini tidak segera diatasi maka
akan terjadi nekrosis kartilago karena terganggunya perfusi nutrisi dari pembuluh
darah perikondrium.4
Kanalis akustikus eksternus dapat dibagi menjadi 2 bagian. Bagian luar,
40% dari CAE, adalah bagian kartilaginosa dan terdapat lapisan tipis jaringan
subkutan diantara kulit dan kartilago. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa
lebih tebal dari bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang
banyaknya bervariasi tiap individu namun ikut membantu menciptakan suatu
sawar dalam liang telinga. Bagian dalam, 60% dari CAE, adalah bagian osseus
terutama dibentuk oleh timpanic ring dan terdapat jaringan lunak yang sangat tipis
antara kulit, periosteum dan tulang. Anatomi bagian ini sangat unik karena
merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dengan kulit langsung terletak di atas
tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka
dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk
ekspansi. Terdapat penyempitan pada petemuan bagian kartilaginosa dan bagian
osseus kanalis akustikus eksternus yang disebut isthmus. 3
Panjang kanalis akustikus eksternus pada orang dewasa rata-rata 2,5 cm.
Karena posisi membran timpani yang miring, maka bagian posterosuperior kanalis
akustikus eksternus lebih pendek 6 mm dari bagian anteroinferior. Kanalis
akustikus eksternus membentuk kurva seperti huruf S arah superior dan posterior
dari lateral ke medial. Kanalis akustikus eksternus juga mengarah ke hidung
sehingga pada pemeriksaannya aurikula perlu ditarik ke superior, lateral dan
posterior untuk meluruskan kanalis akustikus eksternus. 3
Bagian lateral kanalis akustikus eksternus dibatasi oleh meatus. Bagian
medial dibatasi oleh membran tympani dan bagian squamosa tulang temporal
yang menjadi barier yang baik terhadap penyebaran infeksi bila membran tersebut
utuh. Bila terjadi perforasi membran tympani infeksi dapat menyebar kembali dan
terus menyebar dari telinga tengah ke kanalis akustikus eksternus. Tympanic ring
yang berbentuk seperti tapal kuda dan bagian squamosa tulang temporal
memisahkan kanalis akustikus eksternus dengan fossa cranial media, yang jarang
terjadi penyebaran infeksi secara langsung ke intracranial. 3
Batas posterior kanalis akustikus eksternus adalah kavum mastoid.
Beberapa pembuluh darah masuk ke kanalis akustikus eksternus, khususnya
sepanjang sutura tympanomastoid. Infeksi dapat menyebar secara hematogen
melalui segmen mastoid ini. Dari posterior ke bagian kartilaginosa kanalis
5
akustikus eksternus terdapat jaringan ikat tebal mastoid yang dapat menyebabkan
infeksi sekunder. Batas superior kanalis akustikus eksternus adalah fossa
infratemporal dan basis kranii. Batas anterior adalah kelenjar parotis dan temporo
mandibularjunction. 3
Pada kanalis akustikus eksternus terdapat tiga mekanisme pertahanan
pelindung yaitu tragus dan antitragus, kulit degan lapisan serumen, dan isthmus.
Tragus dan antitragus membentuk barier parsial terhadap benda asing
makroskopik. Kulit pada bagian kartilaginosa memiliki banyak sel rambut dan
kelenjar apokrin seperti halnya kelenjar seruminosa. Ketiga struktur adeneksa ini
bersama-sama memberikan fungsi proteksi dan biasa disebut unit
apopilosebaseous. Eksfoliasi sel-sel epitel skuamosa ikut berperan dalam
pembentukan materi sebagai lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis
ini. Gabungan berbagai bahan ini membentuk suasana asam dengan pH 6, yang
berfungsi mencegah infeksi.migrasi sel epitel yang terlepas juga membentuk suatu
mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke arah luar. 4
saluran folikularis. Sumbatan pada salah satu bagian dari salah satu sistem
kelenjar ini merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya infeksi. 3
Kanalis akustikus eksternus yang normal memiliki struktur proteksi dan
pembersihan sendiri. Lapisan serumen berangsur-angsur berjalan pada salurannya
yaitu setelah bagian isthmus ke bagian lateral kanalis akustikus eksternus dan
kemudian keluar dari telinga. Pembersihan kanalis akustikus eksternus yang
berlebihan, baik karena alat maupun sebagai suatu tindakan, dapat mengganggu
barier pelindung primer dan dapat memicu terjadinya infeksi. Variasi individu
pada anatomi kanalis akustikus eksternus dan konsistensi produksi serumen dapat
menjadi predisposisi terjadinya penumpukan serumen pada beberapa orang. 3
2.2 Serumen
2.2.1 Definisi Serumen
Serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi apokrin
dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut.
Serumen merupakan hasil sekresi dari kelenjar seruminosa pada kanalis akustikus
eksternus yang merupakan salah satu unsur yang membentuk earwax. Komponen
lainnya berupa lapisan besar hasil deskuamasi keratin skuamosa (sel-sel mati,
penumpukan sel pada lapisan luar kulit), keringat, sebum dan bermacam-macam
substansi asing. Subtansi asing ini dapat berupa zat-zat eksogen yang dapat masuk
ke kanalis akustikus eksternus, contohnya spray rambut (hair spray) sampo, krim
untuk mencukur janggut, bath oil, kosmetik, kotoran dan sejenisnya. Komponen
utama earwax adalah keratin. 5
Gambar 2.6 Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering.
2.2.4 Fisiologi
Serumen memiliki banyak manfaat untuk telinga. Serumen menjaga
kanalis akustikus eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi dan
mambasahi kanalis. Sifat lengketnya yang alami dapat menangkap benda asing,
menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan,
dan serangga. Serumen juga mepunyai pH asam (sekitar 4-5). pH ini tidak dapat
ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi
pada kanalis akustikus eksternus.8
Proses fisiologis meliputi kulit kanalis akustikus eksternus yang berbeda
dari kulit pada tempat lain. Pada tempat lain, sel epitel yang sudah mati dan
keratin dilepaskan dengan gesekan. Karena hal ini tidak mugkin terjadi dalam
kanalis akustikus eksternus migrasi epitel squamosa merupakan cara utama untuk
kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam. Sel stratum korneum dalam membran
timpani bergerak secara radial dari arah area anular membran timpani secara
lateral sepanjang permukaan dalam kanalis akustikus eksternus. Sel berpindah
terus ke lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilaginosa dan
akhirnya dilepaskan, ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta
keberadaan membran basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis dari meatus
ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal memberikan
mekanisme pembersihan alami dalam kanalis akustikus eksternus, dan bila terjadi
disfungsi akan menyebabkan infeksi. Sejumlah kecil serumen ditemukan pada
kanalis akustikus eksternus, bila tidak ditemukan maka menjadi tanda patologis
terjadinya otitis eksterna kronis.5
Serumen dapat membantu menurunkan resiko otitis eksterna akut difusa.
Pada keadaan ini pasien mengalami kerusakan epidermis pada kanalis akustikus
eksternus, sering disebabkan oleh cara pembersihan telinga yang tidak tepat
seperti menggunakan tusuk gigi, pensil, dan sebagainya. Bila tidak ada serumen
yang menjaga dan melapisi robeknya epidermis organisme dapat menginfeksi
daerah tersebut. Organisme yang sering menginfeksi antara lain Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococci. Bila suhu dan kondisi tubuh kondusif untuk
pertumbuhan, kerusakan epidermis ini akan berkembang menjadi otitis eksterna
akut, yang juga disebut swimmwers ear. (ms ) bakteri lain yang dapat
12
Fungsi Serumen 11
Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang
disebut conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan
gerakan seperti rahang (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah membran
timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo ke dinding kanalis akustikus
eksternus dan bergerak keluar dari kanalis akustikus eksternus. Serumen pada
kanalis akustikus eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-
pertikel yang dapat ikut keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan
menempatkan kotoran yang menempel pada dinding kanalis akustikus
eksternus dan meningkatkan harapan pengeluaran kotoran.
Lubrikasi
Lubrikasi mensegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis
akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari
kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada
serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam
lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alcohol.
Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal
Fungsi antibacterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi
yang menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa
strain bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup
bakteri antara lain haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan
escherichia colli. Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis
juga dapat dihambat dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan
anti mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan
khususnya pH yang relatif rendah pada serumen (biasanya 6 pada manusia
normal). Studi imunohistokimia menduga terdapat reaksi imun yang dimediasi
oleh antibodi yang ada pada serumen dan menjaga kanalis akustikus eksternus
dari infeksi. Epidermis dan dermis memiliki kelenjar seruminosa dan sebasea
13
dengan pilar folikel yang dengan cepat dapat mengaktivasi reaksi imun lokal
termasuk IgA dan IgG.
Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus namun
terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Selama sisa keratin bersifat
hidrofilik masuknya air dapat bercampur dengan serumen dan menyebabkan
sumbatan yang total, yang menyebabkan ketulian atau perasaan penuh. Serumen
yang tidak menyumbat secara sempurna kanalis akustikus eksternus tidak akan
menyebabkan ketulian. Ini dapat terjadi bila serumen benar-benar menyumbat
kanalis akustikus eksternus, sumbatan ini juga tejadi bila pasien mendorong
kumpulan serumen ke bagian dalam kanalis akustikus eksternus. Biasanya
disebabkan oleh cotton bud.5
Ketika serumen terperangkap dalam kanalis akustikus eksternus dengan
keadaan hampa udara dapat melalui membran timpani dan pasien merasa
telinganya tersumbat dan terjadi tuli ringan. Jika serumen menekan membran
timpani pergerakan serumen atau membran timpani dapat menimbulkan nyeri.12
Keratosis Obturans
Beberapa pasien mendapati adanya benda yang putih seperti mutiara pada
telinga mereka dan terbentuk dari keratin skuamosa yang terkompresi. Jenis ini
sangat sulit untuk dibersihkan. Bila berlanjut lembar keratin akan berdeskuamasi
sampai ke lumen kanalis akustikus eksternus dan massa akan bertambah banyak.
Tekanan dari massa ini akan menimbulkan erosi pada tulang kanalis akustikus
eksternus.
Terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa impaksi serumen bukan
karena overproduksi dari kelenjar seruminosa, tetapi karena ketidakmampuan
korneosit di stratum korneum untuk terpisah-pisah. Pada orang normal, korneosit
terpisah satu sama lain sejalan dengan migrasi stratum korneum ke lateral dari
bagian profunda ke jaringan ikat superfisial di kanalis akustikus eksternus bagian
14
dalam. Bila proses ini gagal, lembara keratin tidak mengalami migrasi secara
normal, sehingga terjadi akumulasi di kanal bagian dalam.
Ketidakmampuan korneosit ini dikarenakan adanya komponen yang hilang
yaitu keratinocyte attachment-destroying substance(KADS). Menurut teori
KADS ini akan membantu sel-sel terpecah dan menjadi bagian yang kecil dan
terdeskuamasi. Bila tidak ada KADS, sel tidak akan terpecah dan akan mencapai
bagian superfisial namun dengan bentuk yang utuh. Hasilnya akan terbentuk
akumulasi dan bersatu dengan serumen yang membentuk massa sumbatan.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah steroid sulfatase yaitu enzim
arylsulfatase-C yang normalnya terdapat di sel epithelial, fibroblast, dan leukosit.
Enzim ini diketahui dapat membantu proses deskuamasi sel epidermal. Kohesi sel
di stratum korneum dijaga oleh kolesterol sulfat yang berfungsi sebagai perekat
intraselular. Steroid sulfat diyakini menghambat kerja kolesterol sulfat dan
melepaskan ikatan antar sel. Pad orang normal, aktivitas steroid sulfat lebih
banyak di epithelium kanalis akustikus eksternus profunda daripada di kanalis
superfisial. Jadi, steroid sulfat bertanggung jawab terhadap pemisahan keratosit
dan migrasinya ke arah luar. Juga tehadap iktiosis resesif X-linked, keratin
menjadi terakumulasi dan berwarna coklat gelap.
2.2.6 Tatalaksana
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-
alat. Irigasi yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis
akustikus eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah
diperiksa sebelumnya. Perforasi membran timpani memungkinan masuknya
larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis
media. Semprotan air yang terlalu keras kearah membran timpani yang atrofi
dapat menyebakan perforasi. Liang telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau
yang lebih mudah dengan botol irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga
diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan belakang dengan pandangan
langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis akustikus ekstenus
sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar
ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan
seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.7
15
Gambar 2.8 Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator
Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga
waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral,
hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex. Pemakaian preparat komersial untuk
jangkan panjang atau tidak tepat dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan
dermatitis kontak.
Pada serumen tipe basah biasanya diperlukan untuk melembutkan serumen
sebelum dikeluarkan. Proses ini digantikan oleh zat serumenolisis dan keadaan ini
tercapai dengan mengunakan lautan yang bersifat serumenolytik agen yang
digunakan pada kanalis telinga biasanya dipakai untuk pengobatan di rumah.11
Terdapat 2 tipe seruminolitik yaitu aqueos dan organic.
Solutio aqueos tersusun atas air yang dapa dengan baik memperbaiki masalah
sumbatan serumen dengan melunakkannya, diantaranya :
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium chloride.
17
Penyemprotan telinga
Beberapa serumen bisa dilunakkan, ini bisa dikeluarkan dari kanalis
telinga dengan cara irigasi. Larutan irigasi dialirkan di canalis telinga yang sejajar
dengan lantai, mengambil serumen dan debris dengan larutan irigasi mengunakan
air hangat (37oC), larutan sodium bicarbonate atau larutan dan cuka untuk
mencegah sekunder infeksi.11
Metode Kuretase11
Ceruminoma14
Lapisan dermal bagian kartilaginosa memiliki folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan kelenjar seruminosa(modifikasi kelenjar keringat). Kelenjar
seruminosa secara histologi mirip dengan kelenjar apokrin pada aksila dan genital
karena mempunyai dua lapisan struktur epitel terdiri dari selapis oxyphyilic
kolumnar dalam dan selapis mioepitel luar. Johnstone et al. (1957) menjelaskan
bahwa neoplasma kelenjar yang sulit dibedakan secara histologis dari tumor
kelenjar keringat dan terjadi pada tubuh dan berhubungan dengan hydradenoma.
Oneill dan Parker (1957) memberikan pendapat bahwa tumor kelenjar
keringat berhubungan dengan pendapat orang tersebut. Karena lokasi yang
spesifik tumor ini yang asalnya dari modifikasi kelenjar keringat, secara otology
dapat berlanjut menjadi seruminoma. Karakteristik khas secara klinik adalah
massa di kanalis akustikus eksternus yang dilapisi epitel squamosa, asimptomatis
sampai menyebabkan obstruksi pada kanalis. Pertumbuhannya berubah secara
ekstrim tetapi biasanya lambat dan progresif sampai terdapat pembengkakan.
Secara histology tumor terdiri dari sel asidofilik yang mengelilingi lumen
atau disekitar korda dan dibatasi oleh sel mioepital yang tidak dikenal. Terdapat
stroma intraglandula yang berubah-ubah. Kadang-kadang histologisnya mirip
dengan adenoma, mixed tumor, dan adenoidcystic. Rekurensi terjadi bila
karsinoma tidak diangkat semua. Pengobatannya tergantung luasnya pemotongan
tumor. Sifat agresif local atau invasif harus disamakan dengan keganasan
meskipun tidak ada kasus mengenai penyebaran seruminoma.