Anda di halaman 1dari 20

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telinga Luar


2.1.1 Anatomi Telinga Luar
Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan
liang telinga (canalis acusticus eksternus/CAE). Telinga luar dipisahkan dengan
telinga dalam oleh membran timpani. Aurikula dan 1/3 lateral liang telinga tediri
dari kartilago elastis yang secara embrional berasal dari mesoderm dan sejumlah
kecil jaringan subkutan yang ditutupi oleh kulit dan adeneksanya. Hanya lobulus
pinna yang tidak memiliki kartilago dan terdapat lemak.3

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari kartilago yang dilapisi
kulit. Bentuk kartilago ini unik dan harus diusahakan untuk mempertahankan
bangunan ini karena dapat menjaga telinga luar dari trauma. Kulit pada
permukaan luar daun telinga melekat erat pada kartilago di bawahnya beserta
jaringan ikat dari dermis yang padat membentuk perikondrium. Sebaliknya, kulit
permukaan belakang daun telinga mempunyai lapisan subkutan sejati. Keadaan
daun telinga serta posisi daun telinga yang terbuka merupakan penyebab
3

timbulnya sebagian besar masalah klinis yang mengenai daun telinga yaitu
trauma, kontak langsung dengan cuaca, dan infeksi. Pengumpulan cairan akibat
proses-proses tersebut seperti adanya pus dan hematom mengakibatkan
terpisahnya perikondrium dari kartilago. Bila proses ini tidak segera diatasi maka
akan terjadi nekrosis kartilago karena terganggunya perfusi nutrisi dari pembuluh
darah perikondrium.4
Kanalis akustikus eksternus dapat dibagi menjadi 2 bagian. Bagian luar,
40% dari CAE, adalah bagian kartilaginosa dan terdapat lapisan tipis jaringan
subkutan diantara kulit dan kartilago. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa
lebih tebal dari bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang
banyaknya bervariasi tiap individu namun ikut membantu menciptakan suatu
sawar dalam liang telinga. Bagian dalam, 60% dari CAE, adalah bagian osseus
terutama dibentuk oleh timpanic ring dan terdapat jaringan lunak yang sangat tipis
antara kulit, periosteum dan tulang. Anatomi bagian ini sangat unik karena
merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dengan kulit langsung terletak di atas
tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka
dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk
ekspansi. Terdapat penyempitan pada petemuan bagian kartilaginosa dan bagian
osseus kanalis akustikus eksternus yang disebut isthmus. 3

Gambar 2.2 Kulit telinga bagian kartilaginosa


4

Gambar 2.3 a. bagian kartilaginosa. b. bagian osseus

Panjang kanalis akustikus eksternus pada orang dewasa rata-rata 2,5 cm.
Karena posisi membran timpani yang miring, maka bagian posterosuperior kanalis
akustikus eksternus lebih pendek 6 mm dari bagian anteroinferior. Kanalis
akustikus eksternus membentuk kurva seperti huruf S arah superior dan posterior
dari lateral ke medial. Kanalis akustikus eksternus juga mengarah ke hidung
sehingga pada pemeriksaannya aurikula perlu ditarik ke superior, lateral dan
posterior untuk meluruskan kanalis akustikus eksternus. 3
Bagian lateral kanalis akustikus eksternus dibatasi oleh meatus. Bagian
medial dibatasi oleh membran tympani dan bagian squamosa tulang temporal
yang menjadi barier yang baik terhadap penyebaran infeksi bila membran tersebut
utuh. Bila terjadi perforasi membran tympani infeksi dapat menyebar kembali dan
terus menyebar dari telinga tengah ke kanalis akustikus eksternus. Tympanic ring
yang berbentuk seperti tapal kuda dan bagian squamosa tulang temporal
memisahkan kanalis akustikus eksternus dengan fossa cranial media, yang jarang
terjadi penyebaran infeksi secara langsung ke intracranial. 3
Batas posterior kanalis akustikus eksternus adalah kavum mastoid.
Beberapa pembuluh darah masuk ke kanalis akustikus eksternus, khususnya
sepanjang sutura tympanomastoid. Infeksi dapat menyebar secara hematogen
melalui segmen mastoid ini. Dari posterior ke bagian kartilaginosa kanalis
5

akustikus eksternus terdapat jaringan ikat tebal mastoid yang dapat menyebabkan
infeksi sekunder. Batas superior kanalis akustikus eksternus adalah fossa
infratemporal dan basis kranii. Batas anterior adalah kelenjar parotis dan temporo
mandibularjunction. 3
Pada kanalis akustikus eksternus terdapat tiga mekanisme pertahanan
pelindung yaitu tragus dan antitragus, kulit degan lapisan serumen, dan isthmus.
Tragus dan antitragus membentuk barier parsial terhadap benda asing
makroskopik. Kulit pada bagian kartilaginosa memiliki banyak sel rambut dan
kelenjar apokrin seperti halnya kelenjar seruminosa. Ketiga struktur adeneksa ini
bersama-sama memberikan fungsi proteksi dan biasa disebut unit
apopilosebaseous. Eksfoliasi sel-sel epitel skuamosa ikut berperan dalam
pembentukan materi sebagai lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis
ini. Gabungan berbagai bahan ini membentuk suasana asam dengan pH 6, yang
berfungsi mencegah infeksi.migrasi sel epitel yang terlepas juga membentuk suatu
mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke arah luar. 4

Gambar 2.4 Unit Apopilosebaseus pada Kanalis Akustikus Eksternus

Invaginasi epidermis membentuk dinding terluar dari folikel rambut dan


tangkai rambut membentuk dinding bagian dalam. Saluran folikularis merupakan
ruangan antara kedua struktur ini. Alveoli dari kelenjar sebasea dan apokrin
kosong sampai dengan pendek, duktus ekskretorius yang lurus, dan bemuara ke
6

saluran folikularis. Sumbatan pada salah satu bagian dari salah satu sistem
kelenjar ini merupakan faktor predisposisi terhadap timbulnya infeksi. 3
Kanalis akustikus eksternus yang normal memiliki struktur proteksi dan
pembersihan sendiri. Lapisan serumen berangsur-angsur berjalan pada salurannya
yaitu setelah bagian isthmus ke bagian lateral kanalis akustikus eksternus dan
kemudian keluar dari telinga. Pembersihan kanalis akustikus eksternus yang
berlebihan, baik karena alat maupun sebagai suatu tindakan, dapat mengganggu
barier pelindung primer dan dapat memicu terjadinya infeksi. Variasi individu
pada anatomi kanalis akustikus eksternus dan konsistensi produksi serumen dapat
menjadi predisposisi terjadinya penumpukan serumen pada beberapa orang. 3

2.1.2 Vaskularisasi Telinga Luar


Aurikula dan kanalis akustikus eksternus menerima perdarahan dari arteri
temporalis superfisialis dan cabang aurikularis posterior yang merupakan cabang
dari arteri karotis eksterna. 3
Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu melalui vena
temporalis superfisiali dan vena aurikularis posterior kemudian bersatu
membentuk vena retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya bertemu
di vena jugularis, pertemuan terakhir terdapat pada vena jugularis eksterna namun
demikian juga menuju ke sinus sigmoid melalui vena emissarius mastoid. 3

2.1.3 Persarafan Telinga Luar


Persarafan sensoris ke aurikula dan canalis akustikus eksternus berasal dari
persarafan kranialis dan kutaneus dengan kontribusi dari cabang aurikulotemporal
N. Trigeminus (V), N. Fasialis (VII), dan N. Vagus (X)., dan juga N. Aurikularis
magna dari pleksus servikalis (C 2-3). Otot motorik ekstrinsik telinga, yaitu pada
bagian anterior, superior, dan posterior aurikula dipersarafi N. Fasialis (VII). 3
7

Tabel 2.1 Persarafan Aurikula

2.2 Serumen
2.2.1 Definisi Serumen
Serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi apokrin
dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut.
Serumen merupakan hasil sekresi dari kelenjar seruminosa pada kanalis akustikus
eksternus yang merupakan salah satu unsur yang membentuk earwax. Komponen
lainnya berupa lapisan besar hasil deskuamasi keratin skuamosa (sel-sel mati,
penumpukan sel pada lapisan luar kulit), keringat, sebum dan bermacam-macam
substansi asing. Subtansi asing ini dapat berupa zat-zat eksogen yang dapat masuk
ke kanalis akustikus eksternus, contohnya spray rambut (hair spray) sampo, krim
untuk mencukur janggut, bath oil, kosmetik, kotoran dan sejenisnya. Komponen
utama earwax adalah keratin. 5

Gambar 2.5 Serumen dalam liang telinga.


8

2.2.2 Macam-macam serumen


Kelenjar seruminosa terdapat di dinding superior dan bagian kartilaginosa
kanalis akustikus eksternus. Sekresinya bercampur dengan sekret berminyak
kelenjar sebasea dari bagian atas folikel rambut membentuk serumen. Serumen
membentuk lapisan pada kulit kanalis akustikus eksternus bergabung dengan
lapisan keratin yang bermigrasi untuk membuat lapisan pelindung pada
permukaan yang mempunyai sifat antibakteri, terdapat perbedaan besar dalam
jumlah dan kecepatan migrasi serumen. Pada beberapa orang mempunyai jumlah
serumen sedikit sedangkan lainnya cenderung terbentuk massa serumen yang
secara periodik menyumbat liang telinga.7
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering
dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.

Serumen tipe basah dan tipe kering.


Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan
dengan orang ras non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, memilki karakteristik
kering, berkeping-keping, berwarna kuning emas dan berkeratin skuamosa yang
disebut rice-brawn wax. Serumen pada ras non-Oriental berwarna coklat dan
basah, dan juga dapat menjadi lunak ataupun keras Perkembangan serumen
dipengaruhi oleh mekanisme herediter, alel serumen kering bersifat resesif
terhadap alel serumen basah. Yang cukup menjadi perhatian adalah bahwa rice-
bran wax berhubungan dengan rendahnya insidensi kanker payudara. Namun, ini
bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena kelenjar seruminosa dan kelenjar
pada payudara sama-sama merupakan kelenjar eksokrin.6
9

Gambar 2.6 Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering.

Serumen tipe lunak dan tipe keras


Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe
lunak dan serumen tipe keras :
Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering pada
orang dewasa.
Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan bersisik.
Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe keras.
Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering kita
temukan di tempat praktek. 6
Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan
konsistensinya dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang
berwarna hitam biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai
maka dapat menjadi tanda awal terjadinya aklaptonuria.5
Warna sebenarnya dari serumen tidak dapat diketahui hanya melalui mata
telanjang namun harus dilakukan apusan setipis-tipisnya dari sampel. Pigmen
yang menjadi zat pemberi warna pada semen masih belum dapat teridentifikasi.6

Gambar 3.7 Macam-macam Serumen.


10

2.2.3 Komposisi dan produksi serumen


Kanalis akstikus eksternus memiliki banyak struktur yang berperan dalam
produksi serumen. Yang terpenting adalah kelenjar seruminosa yang berjumlah
1000-2000 buah, kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar
keringat apokrin yang terdapat pada ketiak. Kelenjar ini memproduksi peptide,
padahal kelenjar sebasea terbuka ke folikel rambut pada kanalis akustikus
eksternus yang mensekresi asam lemak rantai panjang teraturasi dan tidak
teraturasi, alkohl, skualan, dan kolesterol.8
Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada
permukaan kulit. Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit
tersebut, dari migrasi hingga pengeluarannya. Bila hal ini terjadi di kulit luar sel-
sel dapat dengan mudah jatuh. Namun pada telinga kecil kemungkinannya untuk
tidak menumpuk. Sel-sel yang mengalami deskuamasi ini terkumpul pada kanalis
akustikus eksternus dalam bentuk lapisan, dan menjadi 60% dari berat total
serumen. Serumen juga terdiri atas lisosim, suatu enzim anti bakteri yang dapat
merusak sel dinding bakteri. Genetik mempengaruhi tipe serumen secara
signifikan. Ras kaukasia dan afrika-amerika memiliki serumen dengan warna
terang sampai coklat gelap lengket dan basah. Ras asia dan ras amerika latin
memiliki serumen abu-abu atau coklat muda, mudah patah dan kering yang
berhubungan dengan jumlah lemak yang sedikit dan granula pigmen.8
Serumen diproduksi di sepertiga luar bagian kartilaginosa kanalis
akustikus eksternus. Komponen utama dari serumen merupakan hasil akhir dari
siklus HMG-KoA reduktase, bernama skualan, lanosterol. Tipe serumen telah
digunakan oleh antropologis untuk melihat pola migrasi manusia. Perbedaan tipe
serumen berkaitan dengan perubahan dasar tunggal (suatu polimorfisme
nukleotida tunggal/ single nucleotide poly morphism) pada gen yang dikenal gen
C-11 rantai yang berikatan dengan ATP (ATP- binding cassette C-11 gene).
Selain mempengaruhi tipe serumen, mutasi ini dapat juga menurunkan produksi
keringat. Penelitian ini bermanfaat pada ras Asia Timur dan Amerika Latin yang
tinggal di daerah beriklim dingin.9
11

2.2.4 Fisiologi
Serumen memiliki banyak manfaat untuk telinga. Serumen menjaga
kanalis akustikus eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi dan
mambasahi kanalis. Sifat lengketnya yang alami dapat menangkap benda asing,
menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan,
dan serangga. Serumen juga mepunyai pH asam (sekitar 4-5). pH ini tidak dapat
ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi
pada kanalis akustikus eksternus.8
Proses fisiologis meliputi kulit kanalis akustikus eksternus yang berbeda
dari kulit pada tempat lain. Pada tempat lain, sel epitel yang sudah mati dan
keratin dilepaskan dengan gesekan. Karena hal ini tidak mugkin terjadi dalam
kanalis akustikus eksternus migrasi epitel squamosa merupakan cara utama untuk
kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam. Sel stratum korneum dalam membran
timpani bergerak secara radial dari arah area anular membran timpani secara
lateral sepanjang permukaan dalam kanalis akustikus eksternus. Sel berpindah
terus ke lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilaginosa dan
akhirnya dilepaskan, ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta
keberadaan membran basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis dari meatus
ke lubang lateral pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal memberikan
mekanisme pembersihan alami dalam kanalis akustikus eksternus, dan bila terjadi
disfungsi akan menyebabkan infeksi. Sejumlah kecil serumen ditemukan pada
kanalis akustikus eksternus, bila tidak ditemukan maka menjadi tanda patologis
terjadinya otitis eksterna kronis.5
Serumen dapat membantu menurunkan resiko otitis eksterna akut difusa.
Pada keadaan ini pasien mengalami kerusakan epidermis pada kanalis akustikus
eksternus, sering disebabkan oleh cara pembersihan telinga yang tidak tepat
seperti menggunakan tusuk gigi, pensil, dan sebagainya. Bila tidak ada serumen
yang menjaga dan melapisi robeknya epidermis organisme dapat menginfeksi
daerah tersebut. Organisme yang sering menginfeksi antara lain Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococci. Bila suhu dan kondisi tubuh kondusif untuk
pertumbuhan, kerusakan epidermis ini akan berkembang menjadi otitis eksterna
akut, yang juga disebut swimmwers ear. (ms ) bakteri lain yang dapat
12

menginfeksi antara Candida albicans, Tturicella otitidis, dan Alloiococcus otitis


namun jumlahnya tidak banyak.10

Fungsi Serumen 11
Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang
disebut conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan
gerakan seperti rahang (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah membran
timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo ke dinding kanalis akustikus
eksternus dan bergerak keluar dari kanalis akustikus eksternus. Serumen pada
kanalis akustikus eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-
pertikel yang dapat ikut keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan
menempatkan kotoran yang menempel pada dinding kanalis akustikus
eksternus dan meningkatkan harapan pengeluaran kotoran.
Lubrikasi
Lubrikasi mensegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis
akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari
kandungan lipid yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada
serumen tipe basah, lipid ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam
lemak rantai panjang dalam jumlah yang banyak, dan alcohol.
Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal
Fungsi antibacterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi
yang menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa
strain bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup
bakteri antara lain haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan
escherichia colli. Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis
juga dapat dihambat dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan
anti mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan
khususnya pH yang relatif rendah pada serumen (biasanya 6 pada manusia
normal). Studi imunohistokimia menduga terdapat reaksi imun yang dimediasi
oleh antibodi yang ada pada serumen dan menjaga kanalis akustikus eksternus
dari infeksi. Epidermis dan dermis memiliki kelenjar seruminosa dan sebasea
13

dengan pilar folikel yang dengan cepat dapat mengaktivasi reaksi imun lokal
termasuk IgA dan IgG.
Serumen biasanya berkumpul di lantai kanalis akustikus eksternus namun
terkadang dapat berkumpul dan menyumbat meatus. Selama sisa keratin bersifat
hidrofilik masuknya air dapat bercampur dengan serumen dan menyebabkan
sumbatan yang total, yang menyebabkan ketulian atau perasaan penuh. Serumen
yang tidak menyumbat secara sempurna kanalis akustikus eksternus tidak akan
menyebabkan ketulian. Ini dapat terjadi bila serumen benar-benar menyumbat
kanalis akustikus eksternus, sumbatan ini juga tejadi bila pasien mendorong
kumpulan serumen ke bagian dalam kanalis akustikus eksternus. Biasanya
disebabkan oleh cotton bud.5
Ketika serumen terperangkap dalam kanalis akustikus eksternus dengan
keadaan hampa udara dapat melalui membran timpani dan pasien merasa
telinganya tersumbat dan terjadi tuli ringan. Jika serumen menekan membran
timpani pergerakan serumen atau membran timpani dapat menimbulkan nyeri.12

2.2.5 Penyebab akumulasi serumen13


Penumpukan serumen mungkin disebabkan ketidakmampuan pemisahan
korneosit. Dermatologist melihat beberapa kondisi yang mereka sebut Gangguan
Retensi Korneosit yang memunjukkan adanya penumpukan serumen.

Keratosis Obturans
Beberapa pasien mendapati adanya benda yang putih seperti mutiara pada
telinga mereka dan terbentuk dari keratin skuamosa yang terkompresi. Jenis ini
sangat sulit untuk dibersihkan. Bila berlanjut lembar keratin akan berdeskuamasi
sampai ke lumen kanalis akustikus eksternus dan massa akan bertambah banyak.
Tekanan dari massa ini akan menimbulkan erosi pada tulang kanalis akustikus
eksternus.
Terdapat hipotesis yang menyebutkan bahwa impaksi serumen bukan
karena overproduksi dari kelenjar seruminosa, tetapi karena ketidakmampuan
korneosit di stratum korneum untuk terpisah-pisah. Pada orang normal, korneosit
terpisah satu sama lain sejalan dengan migrasi stratum korneum ke lateral dari
bagian profunda ke jaringan ikat superfisial di kanalis akustikus eksternus bagian
14

dalam. Bila proses ini gagal, lembara keratin tidak mengalami migrasi secara
normal, sehingga terjadi akumulasi di kanal bagian dalam.
Ketidakmampuan korneosit ini dikarenakan adanya komponen yang hilang
yaitu keratinocyte attachment-destroying substance(KADS). Menurut teori
KADS ini akan membantu sel-sel terpecah dan menjadi bagian yang kecil dan
terdeskuamasi. Bila tidak ada KADS, sel tidak akan terpecah dan akan mencapai
bagian superfisial namun dengan bentuk yang utuh. Hasilnya akan terbentuk
akumulasi dan bersatu dengan serumen yang membentuk massa sumbatan.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah steroid sulfatase yaitu enzim
arylsulfatase-C yang normalnya terdapat di sel epithelial, fibroblast, dan leukosit.
Enzim ini diketahui dapat membantu proses deskuamasi sel epidermal. Kohesi sel
di stratum korneum dijaga oleh kolesterol sulfat yang berfungsi sebagai perekat
intraselular. Steroid sulfat diyakini menghambat kerja kolesterol sulfat dan
melepaskan ikatan antar sel. Pad orang normal, aktivitas steroid sulfat lebih
banyak di epithelium kanalis akustikus eksternus profunda daripada di kanalis
superfisial. Jadi, steroid sulfat bertanggung jawab terhadap pemisahan keratosit
dan migrasinya ke arah luar. Juga tehadap iktiosis resesif X-linked, keratin
menjadi terakumulasi dan berwarna coklat gelap.

2.2.6 Tatalaksana
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-
alat. Irigasi yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis
akustikus eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah
diperiksa sebelumnya. Perforasi membran timpani memungkinan masuknya
larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis
media. Semprotan air yang terlalu keras kearah membran timpani yang atrofi
dapat menyebakan perforasi. Liang telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau
yang lebih mudah dengan botol irigasi yang diberi tekanan. Liang telinga
diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan belakang dengan pandangan
langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis akustikus ekstenus
sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar
ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan
seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.7
15

Gambar 2.7 Cara Membersihkan Kanalis Akustikus Eksternus

Alat-alat yang membantu dalam membersihkan kanalis akustikus


eksternus adalah jerat kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang
halus. Yang penting pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan lembut karena
liang telinga sangat sensitif terhadap alat-alat. Dinding posterior dan superior
kanalis akustikus eksternus kurang sensitif sehingga pelepasan paling baik
dilakukan disini. Kemudian serumen yang lepas dipegang dengan cunam dan
ditarik keluar. 7

Gambar 2.8 Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator

Pemeriksaan gendang telinga mungkin pembersihan lebih lanjut dengan


irigasi. Penghisapan digunakan untuk mengeluarkan serumen yang basah dan
untuk mengeringkan liang ini. Dapat juga digunakan aplikator logam berujung
kapas. Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum
16

pengangkatan untuk menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan adalah


gliserit peroksida dan dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer
serumen harus digunakan dengan hati-hati, karena enzim atau bahan kimianya
sering dapat mengiritasi liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.7
Membersihkan serumen dari lubang telinga tergantung pada konsistensi
serumen itu. Bila serumen cair, maka dibersihkan dengan mempergunakan kapas
yang dililitkan pada peilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait
atau kuret, sedangkan apabila dengan cara ini sukar dikeluarkan, dapat diberikan
karbon gliserin 10% dulu selama 3 hari untuk melunakkannya. Atau dengan
melakukan irigasi teinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
Perlu diperhatikan sebelum melakukan irigasi telinga, riwayat tentang adanya
perforasi membran timpani, oleh karena pada keadaan demikian irigasi telinga
tidak diperbolehkan. Sumbatan lubang telinga oleh pelepasan kulit sebaiknya
dibersihkan secara manual dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas
daripada dengan irigasi.7

Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga
waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral,
hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex. Pemakaian preparat komersial untuk
jangkan panjang atau tidak tepat dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan
dermatitis kontak.
Pada serumen tipe basah biasanya diperlukan untuk melembutkan serumen
sebelum dikeluarkan. Proses ini digantikan oleh zat serumenolisis dan keadaan ini
tercapai dengan mengunakan lautan yang bersifat serumenolytik agen yang
digunakan pada kanalis telinga biasanya dipakai untuk pengobatan di rumah.11
Terdapat 2 tipe seruminolitik yaitu aqueos dan organic.
Solutio aqueos tersusun atas air yang dapa dengan baik memperbaiki masalah
sumbatan serumen dengan melunakkannya, diantaranya :
- 10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan glycerine)
- 3% hidrogen peroksida
- 2% asam asetat
- Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium chloride.
17

Solusio organic dengan penyusun minyak hanya berfungsi sebagai lubrikan,


dan tidak berefek mengubah intergitas keratin skuamosa, antara lain :
- Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine
- Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral oil, baby
oil, olive oil)
- Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
- Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleate-condensate)
- Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada laxatives
Seruminolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat menimbulkan
reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Dan pembersihan serumen yang tidak
tuntas dapat menyababkan superinfeksi jamur. Komplikasi lain yang mungkin
adalah ototoksisitas yang dapat terjadi bila terdapat perforasi. Zat serumenolitik
ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum pengangkatan serumen.11

Penyemprotan telinga
Beberapa serumen bisa dilunakkan, ini bisa dikeluarkan dari kanalis
telinga dengan cara irigasi. Larutan irigasi dialirkan di canalis telinga yang sejajar
dengan lantai, mengambil serumen dan debris dengan larutan irigasi mengunakan
air hangat (37oC), larutan sodium bicarbonate atau larutan dan cuka untuk
mencegah sekunder infeksi.11

Gambar 2.9 Cara Penyemprotan Telinga


18

Metode Kuretase11

Gambar 2.10 Metode Kuretase untuk mengambil Serumen

Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret dibawah pengamatan


langsung. Perlu ditekankan disini pentingnya pengamatan dan paparan yang
memadai,. Umumnya kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan
penerangan cermin kepala dan suatu speculum sederhana. Irigasi dengan air
memakai spuit logam khusus juga sering dilakukan. Akhirakhir ini sebagian
dokter lebih memilih suatu alat irigasi yang biasa digunakan pada kedokteran gigi.
Sementara aurikula ditarik ke atas belakang untuk meluruskan lubang telinga, air
dengan suhu tubuh dialirkan dengan arah posterosuperior agar dapat lewat
diantara massa serumen dengan dinding belakang lubang telinga. Namun pada
sejumlah kasus, sekalipun irigasi telah beberapa kali dilakukan, pasien masih saja
mengeluhkan telinga yang tesumbat dan pada pemeriksaan masih terdapat sumbat
yang besar. Pada kasus demikian, kadang-kadang dilakukan pengisapan. Forsep
alligator tipe Hartmann juga berguna pada sumbat yag keras. Dalam melakukan
irigasi perlu berhati-hati agar tidak merusak membran timpani. Jika tidak dapat
memastikan keutuhan membran timpani, sebaiknya irigasi tidak dilakukan.
19

Gambar 2.11 Pengambilan Serumen dengan Suction.

2.2.7 Kelaianan Mengenai Serumen


Hiperseruminosis14
Hiperseruminosis merupakan akumulasi abnormal dari serumen.
Penyebabnya dapat karena kerusakan saat memproduksi atau kerusakan pada saat
pembersihan. Hasil produksi serumen mungkin berhubungan dengan infeksi,
walaupun kebanyakan etiolologinya tidak jelas. Sumbatan yang terjadi pada
pasien dengan efek serumen menunjukkan adanya lapisan keratin berlebihan yang
menyerupai stratum korneum kulit kanalis profunda. Pemisahan keratosit
abnormal mungkin karena aktivitas steroid sulfat rendah pada statum korneum
kanalis profunda, yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya akumulasi serumen.
Steroid sulfatase yang memicu terjadinya pemisahan keratisid dengan cara
deaktivasi kolesterol sulfat yang mengikat bersama sel-sel dalam stratum
korneum. Level steroid sulfatase di bagian osseus kanalis akustikus eksternus
menunjukkan lebih tinggi daripada level dibagian kartilagnosa. Kekurangan
steroid sulfat mungkin mencegah pemisahan keratinosit normal pada stratum
korneum bagian osseus dan menyebabkan akumulasi lapisan keratinosit.
Akumulasi serumen dapat disebabkan obstruksi kanalis akustikus
eksternus. Saluran yang berbelit-belit dan isthmus yang sempit dapat memblok
migrasi alami stratum korneum dan bagian medial kanalis akustikus eksternus.
Pada lansia migrasi cenderung menurun dan aurikula, kadang dapat menyebabkan
oklusi parsial pada meatus eksternus dan mencegah eliminasi normal serumen.
Stenosis kanalis akustikus eksternus setelah trauma, infeksi kronis, atau
20

pembedahan mungkin akan menghalangi eliminasi serumen. Penyebab potensial


obstruksi adalah benda asing dan tumor.
Sebelum serumen dikeluarkan pasien perlu ditanya mengenai riwayat
perforasi membran timpani, riwayat operasi, atau riwayat otitis media akut atau
kronis. Tergantung konsistensi serumen, jerat kawat, kuret cincin yang tumpul,
atau suction mungkin digunakan untuk membersihkan kanalis. Irigasi harus
digunakan dengan hati-hati khususnya ketika kondisi membran timpani tidak
diketahui. Struktur ini mungkin rusak ketika ditipiskan, bagian tengah telinga
dalam yang datar mungkin rusak ketika gendang telinga tidak ada. Penerangan
cahaya yang sesuai dan magnifikasi binocular memfasilitasi pengeluaran serumen
dan meminimalisir trauma pada lapisan dasar epitel. Setelah semua debris
dikeluarkan, hal penting memeriksa kanal untuk beberapa kondisi patologis yang
mungkin menjadi predisposisi hiper serumenosa dan memeriksa keutuhan
membran timpani.

Seruminal Gland Addenoma (Ceruminoma, Hidradenoma) 14


Adenoma glandula seruminal adalah pertumbuhan lunak unit apilosebasea dalam
kanalis akustikus eksternus. Seruminoma dapat menyerupai lesi agresif lainnya
( seruminal gland carcinoma), oleh karena itu lebih baik disebut adenoma
glandula seruminal. Tumor ini terjadi pada usia 40-60 tahun dan pria disbanding
wanita sama dengan 3:1. lesi biasanya asimptomatis kecuali bila obstruksi kanalis
akustikus ekstenus dan infeksi sekunder. Adenoma glandula seruminal tampak
non ulserasi, epithelial ditutupi nodul pada lateral dinding. Secara histologis
menunjukkan nodul tumor yang merah keabu-abuan, kistik, dan kapsul dengan
batasan tidak jelas. Komponen glandula mungkin bervariasi, rata dalam tumor
yang sama tapi biasanya terdiri dari selapis epitel kuboid atau sel berbentuk spidel
yang mungkin mewakili kelenjar mioepitel kelnjar normal. Sel memiliki fenotip
yang lunak tanpa adanya invasi. Pengobatan meliputi pemotongan local pada lesi
dengan cangkok kulit selama waktu yang dibutuhkan. Rekuren bisa terjadi apabila
pemotongan tidak sempurna.
21

Ceruminal Gland Adenocarcinoma14


Adenocarcinoma ini menyerang usia pertengahan dan orang yang lebih tua, lebih
dominan pada pria. Karsinoma ini merupakan keganasan dari adenoma glandula
seruminal lunak(benign). Gejalanya antara lain otalgia, kotoran telinga yang
sering berdarah, dan tuli. Pemeriksaan menunjukkan eritem dan ulserasi pada
kanalis. Pemeriksaan secara histologis menunjukkan arsitektur umum sebagai lesi
lunak tetapi dengan aktivitas mitosis dan invasi. Perawatan mirip dengan
karsinoma adenoidcystic, terapi radiasi post operatif biasanya berperan penting.
Kekambuhan persentasenya 10-50%, ini bukanlah angka yang luar namun bila
terjadi metastase maka merupakan hal yang luar biasa.

Ceruminoma14
Lapisan dermal bagian kartilaginosa memiliki folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan kelenjar seruminosa(modifikasi kelenjar keringat). Kelenjar
seruminosa secara histologi mirip dengan kelenjar apokrin pada aksila dan genital
karena mempunyai dua lapisan struktur epitel terdiri dari selapis oxyphyilic
kolumnar dalam dan selapis mioepitel luar. Johnstone et al. (1957) menjelaskan
bahwa neoplasma kelenjar yang sulit dibedakan secara histologis dari tumor
kelenjar keringat dan terjadi pada tubuh dan berhubungan dengan hydradenoma.
Oneill dan Parker (1957) memberikan pendapat bahwa tumor kelenjar
keringat berhubungan dengan pendapat orang tersebut. Karena lokasi yang
spesifik tumor ini yang asalnya dari modifikasi kelenjar keringat, secara otology
dapat berlanjut menjadi seruminoma. Karakteristik khas secara klinik adalah
massa di kanalis akustikus eksternus yang dilapisi epitel squamosa, asimptomatis
sampai menyebabkan obstruksi pada kanalis. Pertumbuhannya berubah secara
ekstrim tetapi biasanya lambat dan progresif sampai terdapat pembengkakan.
Secara histology tumor terdiri dari sel asidofilik yang mengelilingi lumen
atau disekitar korda dan dibatasi oleh sel mioepital yang tidak dikenal. Terdapat
stroma intraglandula yang berubah-ubah. Kadang-kadang histologisnya mirip
dengan adenoma, mixed tumor, dan adenoidcystic. Rekurensi terjadi bila
karsinoma tidak diangkat semua. Pengobatannya tergantung luasnya pemotongan
tumor. Sifat agresif local atau invasif harus disamakan dengan keganasan
meskipun tidak ada kasus mengenai penyebaran seruminoma.

Anda mungkin juga menyukai

  • Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Dokumen9 halaman
    Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Sutjipto Wijono
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Karina Damayanti
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar1
    Kata Pengantar1
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar1
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar1
    Kata Pengantar1
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar1
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar1
    Kata Pengantar1
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar1
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pusaka
    Daftar Pusaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pusaka
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar ULFA
    Kata Pengantar ULFA
    Dokumen6 halaman
    Kata Pengantar ULFA
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kuliah Klasik Luka Bakar
    Kuliah Klasik Luka Bakar
    Dokumen4 halaman
    Kuliah Klasik Luka Bakar
    Nurul Ayni
    Belum ada peringkat
  • Macam Cairan Infus-1
    Macam Cairan Infus-1
    Dokumen1 halaman
    Macam Cairan Infus-1
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Ring As, Dexam, Aminofilin
    Ring As, Dexam, Aminofilin
    Dokumen2 halaman
    Ring As, Dexam, Aminofilin
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Power Point
    Power Point
    Dokumen18 halaman
    Power Point
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • DAPUS
    DAPUS
    Dokumen1 halaman
    DAPUS
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Ulfa Rois
    Belum ada peringkat