Anda di halaman 1dari 10

Filsafat dan Etika Lingkungan

PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh:
Yayan Sofyan
ysofyan@gmail.com

A. Pendahuluan

Dalam pandangan Islam, alam semesta itu ada dalam takdir Sang Pencipta dan ada dalam
pemeliharaannya. Allah Yang Maha Suci telah menentukan alam raya ini dengan seimbang dan
harmonis yang mana tiap-tiap bentuk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada diantara
keduanya diciptakan dengan sifat-sifat alamiahnya masing-masing untuk membimbing peranannya
menuju kesempurnaan masing-masing. Oleh karena itu, Islam memandang bahwa bentuk-bentuk
kreasi tidak ada yang sia-sia. Mereka diciptakan bukan tanpa alasan dan tujuan, segala sesuatu
diarahkan menuju kesempurnaannya sendiri. Islam mengajarkan bahwa alam raya diliputi oleh
hukum alam sebagai hukum milik Allah yang di dalamnya berlaku sebab dan akibat.

Sebagai contoh hubungan sebab-akibat dalam kerusakan lingkungan antara lain kondisi ketika
kerusakan dan dampaknya yang telah terjadi secara global, yaitu rusaknya keseimbangan lingkungan
yang diawali dengan kemunculan revolusi industri saat manusia memulai penggunaan energy fossil
(batubara) untuk menjalankan mesin-mesin industri (Zahaf, R., 2012).

Munculnya filsafat lingkungan diawali agar timbul kesadaran manusia sebagai makhluk yang memiliki
kelebihan untuk berpikir untuk lebih menyadari pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan
sebagaimana mestinya. Filsafat, yang berarti mencintai kebenaran, jika dikorelasikan dengan
lingkungan akan berujung pada bagaimana memelihara lingkungan sehingga segala kehidupan yang
ada di dalamnya dapat menjalankan hidupnya secara berkelanjutan.

Meskipun filsafat dan agama merupakan dua entitas yang berbeda, namun keduanya dapat saling
mempengaruhi. Filsafat lebih kepada aktivitas berfikir, sedangkan agama lebih kepada mengabdikan

1|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

diri (Trueblood, safat yang dipengaruhi oleh suatu agama akan memberikan pandangan yang khas
sesuai dengan karakteristik agama itu sendiri. Agama yang menelurkan berbagai dalil dan perintah
Tuhan Sang Pencipta berperan dalam merumuskan pandangan mengenai alam dan dalam
menciptakan perspektif-perspektif mengenai peran manusia terhadap alam. Karena agama memiliki
konsepsi yang jelas mengenai hubungan antara manusia dengan Pencipta, manusia dengan manusia,
dan manusia dengan alam sekelilingnya. Dalam posisi ini, agama menjadi sangat penting artinya
untuk menganalisis akar krisis lingkungan dan mencari pemecahannya. Disamping itu, agama-agama
besar dunia telah mengembangkan etika mengenai hubungan sosial di antara manusia, dan manusia
dengan alam sudah tentu meliputi persoalan-persoalan krisis ekologi ini. Dalam tulisan ini, akan
dipaparkan mengenai pandangan filsafat yang dilatarbelakangi oleh suatu agama, yaitu agama Islam,
yang berisikan ajaran-ajaran yang berhubungan dengan pengelolaan dan pelestarian lingkungan.

B. Peran Manusia terhadap Lingkungan

Terdapat satu ayat dalam Alquran yang selalu menjadi acuan bahwa kerusakan di dunia ini adalah
karena keserakahan manusia, lebih lengkapnya dalam terjemahan bahasa sebagai berikut:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). (Q.S. Ar-Ruum (30):41).

Ayat di atas menjelaskan bahwa kerusakan alam dan lingkungan ini akibat dari tangan-tangan
manusia, karena keserakahan dan pandangan hidupnya yang tidak ramah terhadap alam.

Dalam Islam, dikenal adanya etika hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Pencipta
(hablumminallah), dan hubungan manusia dengan manusia lain (hablumminannas), dan tentunya
termasuk juga hubungan manusia dengan makhluk lainnya serta lingkungan tempat manusia hidup.
Hubungan manusia dengan Sang Pencipta (Khalik) disebut hubungan vertikal, berupa pengabdian
manusia sebagai makhluk kepada Sang Pencipta, dapat berupa ibadah dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan yang lainnya adalah hubungan horisontal yaitu interaksi manusia dengan
manusia lain serta makhluk lainnya termasuk lingkungan. Di sinilah peran manusia sebagai tokoh
sentral, selain sebagai hamba yang mengabdi kepada Tuhannya, juga sebagai penentu baik-buruknya
hubungan dengan sesama makhluknya, dalam hal ini alam dan lingkungan.

2|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

Gambar 1. Hubungan manusia secara vertikal dan horisontal

Meskipun posisi manusia terhadap lingkungannya merupakan posisi sentral dan yang menentukan
keberlangsungan kehidupan alam, namun tidak sama dengan cara pandang Antroposentrisme,
faham yang dikeluarkan dalam oleh filsafat barat, yang membatasi keberlakuan etika hanya pada
komunitas manusia, Sepertinya cara pandang Islam terhadap lingkungan ini lebih identik dengan cara
pandang Ekosentrisme, dan manusia memiliki peran penting sebagai penentu keberlangsungan
hidup lingkungan dan semua yang ada di dalamnya. Jika manusia baik terhadap alam, maka alam
akan memberikan efek yang positif, dan sebaliknya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ar Radu ayat 11:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa yang ada pada diri mereka (QS. Ar Radu (13):11).

Ayat di atas adalah perintah Allah bagi manusia sehingga segala tindakan manusia sangat
mempengaruhi nasib manusia itu sendiri, termasuk lingkungan tempat tinggalnya. Dengan demikian,
peran manusia sangat besar terhadap keberlangsungan kelestarian lingkungan, dan bukan kewajiban
hewan ataupun tumbuhan.

C. Pengelolaan Lingkungan dalam Islam

3|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

Dalam filsafat Islam, sangat dianjurkan memahami Islam secara kontekstual dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Oleh karena itu, sangat dianjurkan adanya inisiatif mendekatkan kehidupan
spiritual bangsa Indonesia dengan kehidupan sehari-hari termasuk dalam aspek lingkungan.

Lingkungan adalah suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur
sebagai suatu kesatuan. Atau seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu sistem. Lingkungan terdiri atas unsur biotik (manusia, hewan, dan tumbuhan) dan
abiotik (udara, air, tanah, iklim dan lainnya). Allah SWT. berfirman:

"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi
keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-
kali bukan pemberi rezeki kepadanya." (Q.S. Al-Hijr (15): 19-20)

Hal ini senada dengan pengertian lingkungan hidup, yaitu sistem yang merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Atau bisa juga
dikatakan sebagai suatu sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap
tatanan ekosistem.

Usaha proteksi lingkungan mencakup proteksi pada tanah, udara, air, tumbuhan, binatang dan
energi. Pendekatan Filsafat Islam dapat menangani persoalan itu. Filsafat Islam memandang
persoalan-persoalan dengan sudut pandang dan cara pendekatan yang menyeluruh tetapi spesifik,
yang dengannya ia diterima oleh semua orang tanpa memandang kelas sosial, kecerdasan dan
tingkat pendidikan. Wilayah moral adalah salah satu wilayah penting dalam Islam dan diharapkan
pesan moral yang disampaikan dapat mencapai sasaran secara efektif, karena moral adalah nilai-nilai
yang diterima dan diperlukan oleh semua lapisan manusia.

D. Perintah Melestarikan Lingkungan

4|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

Filsafat Islam adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal tentang hekekat segala sesuatu
berdasarkan ajaran Islam. Singkatnya filsafat Islam itu adalah Filsafat yang berorientasi kepada
Alquran, Assunah, Ijma, Qiyas, serta tradisi umat Islam, dalam mencari jawaban mengenai masalah-
masalah asasi berdasarkan wahyu Allah, termasuk masalah lingkungan ini.

Islam memandang, bahwa manusia adalah bagian dari penciptaan, termasuk alam dan kehidupan.
Islam juga memandang, bahwa manusia adalah hamba Allah SWT yang memiliki kewajiban dan hak
yang ditetapkan oleh Penciptanya. Diantara kewajiban yang dibebankan Allah Subhana wa Taala
terkait masalah lingkungan adalah:

1) Perintah untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi

Perintah Allah SWT dalam Alquran Surat Al Araaf:

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik.[QS. Al Araaf (7):56]

Begitu pula sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatka oleh Imam Bukhari dan Muslim:

Sayangilah semua yang ada di bumi niscaya semua yang ada dilangit akan menyayangi
kalian. (H.R. Bukhari & Muslim)

Allah SWT dan Rasul-Nya menyuruh kita untuk menyayangi semua makhluk Allah SWT Baik
yang ada di bumi atau yang ada di langit. Artinya, manusia diperintahkan untuk selalu
menjaga lingkungannya.

2) Larangan untuk merusak tanaman dan hewan

Dalam surat Al Baqarah, Allah SWT berfirman:

Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan.[QS. Al Baqarah (2): 205]

5|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

Bahkan, dalam kondisi sedang dalam perjuangan di medan perang sekalipun, ummat Islam
dilarang untuk merusak tanaman. Sebagaimana hadits Nabi SAW:

Ketika Nabi Shalallaahu alaihi wa salam mengirim shahabatnya ke medan perang.


Kemudian beliau berpesan kepada mereka dengan kalimat: Berangkatlah atas nama Allah
SWT. Dan jangan memotong setiap pohon kecuali pohon yang menghalangi pertempuran
antara engkau dengan pihak lawan (HR. Baihaqi)

3) Perintah untuk menjaga sumber daya air

Diambil dari sebuah hadits Rasulullah SAW:

Hindarkanlah 3 perbuatan yang membawa kebencian manuasia: Membuang hajat di


sumber air, di jalan dan di tempat berteduh/bernaung (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Hadits lain yang menerangkan bahwa Rasulullah menggunakan air sehemat mungkin:

Adalah Nabi shollallahu alaihi wa ala alihi wa sallam mandi dengan satu sho dan
berwudhu dengan satu mudd . (HR. Muslim).

Perlu diketahui, 1 sho adalah 4 mudd, sedangkan 1 mudd adalah setara dengan 2 telapak
tangan lelaki dewasa normal. Konversi ke dalam ukuran sekarang 1 sho adalah sekitar 2.5
liter. Sehingga ukuran air 1 mudd yaitu sekitar 750 ml.

Perintah di atas menjelaskan bahwa kita harus tetap menjaga lingkungan tanpa mengotori
limbah di sembarang tempat, terutama sumber air, serta menggunakan air seperlunya.

4) Perintah untuk menjauhkan/menyingkirkan segala hal yang mendatangkan bahaya bagi


manusia dan lingkungan

Hadits Rasulullah SAW menerangkan:

Iman itu terdapat 70 atau 60 cabang. Cabang tertingi adalah bersyahadat Laa illa ha
ilallaah, dan cabang terendah adalah menjauhkan/menyingkirkan sesuatu yang
berbahaya di jalan (HR. Muslim)

6|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

Walaupun hanya perbuatan menyingkirkan duri di jalan, perbuatan tersebut sudah


merupakan bagian dari keimanan seseorang. Dengan demikian, jangan meremehkan
perbuatan kecil yang dapat memberikan manfaat bagi sesama dan lingkungan.

5) Perintah menanam pohon (reboisasi)

Dari Anas radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Tidak
seorang pun muslim yang menanam tumbuhan atau bercocok tanam, kemudian buahnya
dimakan oleh burung atau manusia atau binatang ternak, kecuali yang dimakan itu akan
bernilai sedekah untuknya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Tidak ada hadits yang lebih kuat anjurannya terhadap usaha menanam selain hadits di atas.
Alam dengan fitrahnya selalu menghasilkan kekayaan tanpa pamrih, bagaikan sumber
cahaya matahari yang selalu menyinari tiada henti. Karena itu, walaupun hari kiamat akan
datang, kita dianjurkan untuk terus menanam. Sebab yang dilihat Allah adalah usaha kita,
bukan hasil yang akan kita petik saat itu. Karena bagi kita, berkerja dan memberi
merupakan salah satu bentuk ibadah. Hadits lain yang memerintahkan hal yang sama
adalah sebagai berikut:

Jika hari kiamat telah tegak, sedang di tangan seorang di antara kalian terdapat bibit
pohon korma; jika ia mampu untuk tidak berdiri sampai ia menanamnya, maka
lakukanlah. (HR. Bukhari dan Ahmad)

6) Perintah memanfaatkan lahan mati (idle asset)

Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata :

Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami
akan sewakan tanah itu (untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat
dan seperdua. Rosulullah SAW. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka
hendaklah ia tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia
enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. (HR. Bukhori)

Dari ungkapan Nabi SAW. dalam hadits di atas yang menganjurkan bagi pemilik tanah
hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk
menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan

7|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan
secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-
tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya,
maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan
kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan.

7) Perintah untuk selalu menjaga kebersihan

Sebuah hadits yang Diriwayatkan dari Saad bin Abi Waqas Rasulullah SAW bersabda :

Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang
menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang
menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu (HR. Tirmizi)

Hadits lain yang memerintahkan hal yang sama Diriwayatkan dari Malik Al Asyari dia
berkata, Rasulullah saw. bersabda:

Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan
(timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi,
dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan
Alquran adalah pedoman bagimu. (HR. Muslim)

Perintah agama di atas jelas sangat berhubungan dengan menjaga dan melestarikan
lingkungan, khususnya dengan menjaga kebersihan, baik kebersihan diri maupun
sekitarnya.

Dengan demikian, dalam menjaga dan melestarikan lingkungan ini selain dapat memberikan manfaat
bagi segenap penghuninya, juga merupakan bagian dari ibadah, dan akan mendapatkan pahala dari
Sang Pencipta bagi yang mengamalkannya.

E. Penutup

8|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

Timbulnya masalah lingkungan hidup pada dasarnya diakibatkan karena ketidakseimbangan


sumberdaya alam dan perilaku manusia. Manusia yang diberi kelebihan akal dan pikiran oleh Sang
Pencipta daripada makhluk lainnya seharusnya menjadi pemelihara dan penjaga akan kelestarian
lingkungan yang baik dan berkelanjutan. Dalam filsafat Islam, melalui peraturan yang tercantum
dalam kitab suci Alquran serta dasar lainnya yang digunakan dalam Islam (Assunah/Alhadits, Ijma,
dan Qiyas), telah dijelaskan bahwa melestarikan lingkungan merupakan sebuah kewajiban bagi umat
manusia.

Pengelolaan lingkungan dalam pandangan Islam sejalan dengan faham Ekosentrisme yang dituliskan
dalam teori Filsafat Barat. Namun terdapat perbedaan pandangan antara Filsafat Barat dengan
Filsafat Islam, antara lain mengenai feminisme, sebagai cara berfikir yang membela kaum perempuan
bahwa ada suara lain selain kaum laki-laki, dalam konteks lingkungan bahwa lingkungan harus
diperhatikan bukan sekedar obyek pemenuhan kebutuhan semata. Dalam filsafat Islam, tidak ada
faham ini dideklarasikan secara eksplisit dan spesifik. Mengapa demikian, karena dalam filsafat Islam,
posisi seorang feminim (perempuan) memiliki porsi khusus dengan proporsi yang sebaik-baiknya dan
semulia-mulianya. Begitu juga lingkungan, diproporsikan dalam kedudukan yang khusus pula dan
banyak dibahas dalam Alquran dan Assunah, bagaimana manusia diciptakan sebagai khalifah di muka
bumi ini. Selain itu, Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin, rahmat (Ar rahmat: rasa cinta,
kasih sayang, dan rasa iba) untuk seluruh alam. Ya, alam yang dapat pula ditafsirkan lingkungan
tempat tinggal kita beserta segala isinya.

Walaupun terdapat sedikit perbedaan antara filsafat barat dan filsafat Islam, namun tetap
mempunyai tujuan yang sama dalam mengelola lingkungan, yaitu bagaimana manusia sebagai
subyek sentral dalam mengelola lingkungan (khalifah di muka bumi) harus tetap dapat menjaganya
sehingga keberlangsungan hidup makhluk di dalamnya dapat berkelanjutan secara damai, tenang,
tentram. Life happily ever after di bumi lestari tercinta.

***

9|Page
Filsafat dan Etika Lingkungan

Daftar Pustaka

Keraf, A. Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Mangunjaya, Fachruddin M., dkk. 2007. Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan
Gerakan Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nasruddin, Imam, Konsep Lingkungan Hidup dan Pendidikan Islam, dalam Perspektif Teologi
Pendidikan, artikel
Trueblood, David. 1965. Filsafat Agama. Terjemahan oleh Prof. Dr. H. M. Rasjidi, Jakarta:
Bulan Bintang.
http://essaysfmangunjaya.blogspot.com/2010/06/emil-salim-dan-lingkungan-di-dunia.html,
(diakses pada 23 Oktober 2012)
http://teosophy.wordpress.com/2011/03/28/Islam-dan-lingkungan-hidup/, (diakses pada 23
Oktober 2012)
http://agama.kompasiana.com/2010/06/21/kajian-lingkungan-dalam-persfektif-Islam/,
(diakses pada 23 Oktober 2012)
http://hunafa.stain-palu.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/4-Ihsan.pdf, (diakses pada 23
Oktober 2012)
http://tanbihun.com/tasawwuf/filsafat/filsafat-Islam-dan-pengaruhnya-terhadap-ilmu-
pengetahuan/#.UITiosUxo_Y, (diakses pada 23 Oktober 2012)
http://rumahshintazahaf.wordpress.com/2012/08/10/solusi-Islam-di-dalam-permasalahan-
lingkungan/, (diakses pada 30 Oktober 2012)
http://www.majalah.nurhidayahsolo.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=592:hadits-tentang-memelihara-lingkungan-
hidup&catid=64:mutiara-hadits&Itemid=105, (diakses pada 30 Oktober 2012)
http://bahrululummunir.blogspot.com/2011/03/hadits-tentang-upaya-pelestarian.html
(diakses pada 30 Oktober 2012)
http://bennysyah.edublogs.org/2007/01/06/ramah-lingkungan-dalam-pandangan-Islam/
(diakses pada 30 Oktober 2012)
http://rajaalmasthuriyah-cestlavie.blogspot.com/2009/11/hadits-yg-berhubungan-dngn-
melestarikan.html (diakses pada 30 Oktober 2012)
http://fithab.multiply.com/journal/item/222?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(diakses pada 30 Oktober 2012)

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai