Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN UAS

MATA KULIAH : SEMINAR AUDIT


NAMA : SUSANTININGRUM
NPM : 14133129

1.a kertas kerja audit adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit.
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk, dan isi
kertas kerja yang diperlukan, yang akan digabungkan dalam satu kertas kerja pada
waktu melaksanakan penugasan audit, antara lain :
a. Sifat penugasan auditor
b. Sifat laporan audit
c. Sifat lap. Keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor dalam
pembuatan laporan
d. Sifat dan kondisi catatan klien
e. Tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan oleh auditor
f. Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan review atas
pekerjaan yang dilakukan para asisten
Dokumentasi auditor antara lain berisi :
a. Semua jawaban atas resiko salah saji pada level keuangan
b. Sifat, waktu, dan luas dari prosedur audit yang selanjutnya
c. Hubungan prosedur dengan penilaian resiko pada level asersi
d. Hasil dari prosedur audit
e. Sifat dan pengaruh dari jumlah salah saji
f. Kesimpulan auditor terhadap jumlah salah saji yang menyebabkan salah saji menjadi
material
g. Faktor-faktor kualitatif yang dipertimbangkan auditor dalam mengevaluasi salah saji
yang material dan kesimpulannya.
Contoh kertas kerja : Catatan memo, hasil analisa jawaban konfirmasi, Clients
Representation Letter, komentar yang dibuat atau didapat oleh akuntan pemeriksa,
tembusan (copy) dari dokumen penting dari suatu daftar baik yang diperoleh ataupun
yang didapat dari klien dan diverifikasi oleh akuntan.
1.b berdasarkan aspek materialistis auditor harus membuat perencanaan audit dengan
sedemikian rupa sehingga resiko audit dapat ditekan dengan tingkat yang rendah sesuai
dengan pertimbangan profesionalnya. serta evaluasi kewajaran lap. keuangan secara
keseluruhan. Seorang auditor yang memiliki skeptisme profesional tidak akan
menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk
memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai obyek yang dipermasalahkan.
2.a Standar Audit (SA) 570 Kelangsungan Usaha
2.b Contoh :
Laporan audit dengan pendapat wajar dengan pengecualian karena
adanyapengungkapan yang tidak cukup.

Kepada Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. A
Jl. Margonda Raya No 100
Pondok Cina Depok

Kami telah mengaudit neraca PT. A per 31 Desember 2001 serta laporan rugi laba,
laporan perubahan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan
audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti
yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit
juga meliputi penilaian atas standar akkuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan
yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan
secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk
menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT. A per 31 Desember 2001,
dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kantor akuntan
Eliya Isfaatun, SE., MMSI
(Eliya Isfaatun, SE., MMSI)
Reg. Neg-D110369
Tanggal, 13 Maret 2002

3. Setiap bagian lembaga yang ada didalamnya hendaknya diberi pemahaman masalah
esensial akuntansi dan keuangan yang ada agar tidak terjadi kesalaham dalam
menangani akuntansi serta keuangan secara khusus. Upaya ini penting untuk dilakukan
guna membangun kesapahamn (understanding) diantara seluruh unsur lembaga.
Selanjutnya, soliditas kelembagaan diharapkan tercipta sehingga
mempermudahpenerapan sistem pengendalian manajemen di dalamnya.
4.a - Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing
control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian,
berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi
pengendalian yang sesungguhnya.
- Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing
control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian,
berdasarkan hasil sampel, yang terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas
operasi pengendalian yang sesungguhnya.
4.b contoh:
auditor mungkin telah memilih sebuah sampel dari setiap unsur yang
keduapuluh (50 unsur) dari suatu populasi yang terdiri dari 1000 unsur. Jika
auditor menemukan lebih saji (overstatement) sebesar Rp 600.000 dalam
sampel tersebut, maka auditor dapat memproyeksikan lebih saji sebesar Rp
12.000.000 dengan membagi jumlah lebih saji dalam sampel tersebut dengan
pecahan antara total sampel dengan total populasi. Auditor harus
menambahkan proyeksi tersebut ke salah saji yang ditemukan dalam unsur
yang diperiksa 100%. Total salah saji projeksian tersebut harus dibandingkan
dengan salah saji saldo akun atau kelompok transaksi yang dapat diterima,
dan pertimbangan. Pemilihan secara acak meliputi, misalnya, sampling acak
(random sampling),stratified random sampling,sampling dengan probabilitasa
yang proporsional dengan ukuran, dan sampling sistematik (sebagai contoh,
setiap unsur keseratus) dengan satu atau lebih pemilihan awal secara acak (random
start). Jika auditor telah memisahkan unsur yang disamplingkedalam kelompok-
kelompok yang relatif homogeny , dia kemudian memproyeksikan secara terpisah
salah saji dari masing-masing kelompok dan kemudian menjumlahkannya.
pertimbangan Atas Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan, untuk
pembahasan lebih lanjut mengenai pertimabangan auditor atas perbedaan antara
catatan akuntansi dan fakta dan kondisi yang mendasarinya. Seksi ini memberikan
panduan khusus tentang pertimbangan auditor atas penyesuaian audit yang
merupakan atau mungkin merukaan suatu kecurangan.Memadai harus dilakukan
terhadap risiko sampling. Jika total salah saji projeksian lebih kecil dari pada salah
saji yang dapat diterima untuk saldo akun atau kelompok transaksi, auditor harus
mempertimbangkan pula risiko bahwa hasil semacam ini mungking masih
diperoleh, walaupun salah saji monoter yang sesungguhnya dalam populasi
melebihi salah saji yang dapat diterima. Sebagai contoh, jika salah saji yang
dapat diterima dalam saldo akun sebesar Rp 100.000.000 adalah sebesar Rp
5.000.000 dan total salah saji projeksian yang didasarkan atas sampel memadai
adalah sebesar Rp 1.000.000, auditor mungkin cukup yakin bahwa risiko
sampling untuk salah saji moneter yang sesungguhnya dalam populasi melebihi
salah saji yang dapat diterima adalah rendah. Sebaliknya , jika total salah saji
projeksian mendekati salah saji yang dapat diterima, auditor dapat
menyimpulkan adanya risiko yang sangat tinggi bahwa salah saji moneter yang
sesungguhnya dalam populasimelebihi salah saji yang dapat diterima. Auditor
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam membuat penilaian tersebut.
Sebagai tambahan terhadap penilaian tersebut atas frekuensi dan jumlah
monoter suatu saji, auditor haru mempertimbangkan aspek kualitatif suatu
salah saji.

5 A 700 mengenai Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan dalam
paragraf 12 mengatur bahwa auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Pengevaluasian tersebut, harus mencakup
pertimbangan atas aspek kualitatif praktik akuntansi entitas, termasuk indikator
kemungkinan penyimpangan dalam pertimbangan manajemen.

Selanjutnya, paragraf 13 menjelaskan bahwa SECARA KHUSUS, auditor harus


mengevaluasi apakah, dari sudut pandang ketentuan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku :

1. Laporan keuangan mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang dipilih dan


diterapkan secara memadai;
2. Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan sudah tepat;
3. Estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen adalah wajar;
4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, dapat diandalkan,
dapat diperbandingkan, dan dapat dipahami;
5. Laporan keuangan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk
memungkinkan pengguna laporan keuangan yang dituju memahami pengaruh
transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan
keuangan; dan
6. Terminologi yang digunakan dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan
keuangan, sudah tepat.

Paragraf 14 menjelaskan bahwa ketika laporan keuangan disusun berdasarkan suatu


kerangka penyajian wajar, pengevaluasian yang diharuskan oleh paragraf 12-13 juga
harus mencakup apakah laporan keuangan mencapai penyajian wajar. Pengevaluasian
auditor tentang apakah laporan keuangan mencapai penyajian wajar harus mencakup
pertimbangan-pertimbangan berikut :

1. Penyajian, struktur, dan isi laporan keuangan secara keseluruhan; dan


2. Apakah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan terkait,
mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya dengan suatu cara yang
mencapai penyajian wajar.

Terakhir, dalam paragraf 15 dijelaskan bahwa jenis evaluasi lainnya yang harus
dilakukan adalah auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk secara
memadai pada, atau menjelaskan, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (HRD).

Anda mungkin juga menyukai