Anda di halaman 1dari 12

Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

BERPIKIR REFLEKTIF SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH


MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GAYA KOGNITIF

Ahmad Nasriadi1

Abstrak

Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan
memecahkan masalah. Pemecahan masalah matematika merupakan suatu proses atau sekumpulan
aktifitas siswa yang dilakukan untuk menemukan solusi dari masalah. Dalam memecahkan masalah
matematika, perbedaan karakteristik siswa perlu mendapat perhatian guru. Salah satu karakteristik
yang penting untuk diperhatikan guru adalah gaya kognitif. Hal ini dikarenakan bahwa gaya kognitif
berhubungan dengan cara penerimaan dan pemrosesan informasi seseorang, sehingga sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana berpikir reflektif siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika ditinjau
dari perbedaan gaya kognitif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, subjek penelitian terdiri dari dua siswi kelas VIII SMP Al-Azhar Menganti-Gresik Jatim.
Penelitian dimulai dengan menentukan subjek penelitian menggunakan instrumen MFFT.
Kemampuan matematika yang relatif sama serta kesediaan siswa juga menjadi pertimbangan dalam
memilih subjek, kemudian peneliti memberikan TPM dan wawancara kepada setiap subjek.
Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi waktu. Hasil penelitian yang diperoleh adalah
berpikir reflektif subjek yang bergaya kognitif reflektif dan subjek yang bergaya kognitif impulsif
dalam memecahkan masalah matematika adalah berbeda. Dalam melaksanakan tahapan pemecahan
masalah matematika, subjek yang bergaya kognitif reflektif terlihat sangat berhati-hati dalam setiap
tahapannya. Sehingga saat terjadi kesalahan subjek yang bergaya kognitif reflektif sadar akan
kesalahannya dan memperbaiki kesalahan tersebut. Sedangkan subjek yang bergaya kognitif impulsif
cenderung cepat dan kurang berhati-hati dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga
ketika terjadi kesalahantidak menyadarinya.

Kata Kunci: Berpikir Reflektif, Pemecahan Masalah, Gaya Kognitif

1
Ahmad Nasriadi, Dosen Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Getsempena, Email:
ahmad@stkipgetsempena.ac.id

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |15


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

PENDAHULUAN digambarkan sebagai proses berpikir yang


Salah satu tujuan pembelajaran merespon masalah dengan menggunakan
matematika di sekolah adalah agar siswa informasi atau data yang berasal dari dalam diri
memiliki kemampuan memecahkan masalah (internal), dapat menjelaskan apa yang telah
(Depdiknas, 2006). Pemecahan masalah dapat dilakukan, memperbaiki kesalahan yang
dipahami sebagai suatu proses kognitif yang ditemukan dalam memecahkan masalah, serta
memerlukan usaha dan konsentrasi pikiran, mengkomunikasikan ide dengan simbol bukan
karena dalam memecahkan masalah seseorang dengan gambar atau objek langsung. Dengan
mengumpulkan informasi yang relevan, demikian berpikir reflektif dapat menjadikan
mengidentifikasi informasi, menganalisis proses belajar mengajar akan lebih bermakna,
informasi dan akhirnya mengambil keputusan sebab dengan berpikir reflektif siswa bukan
(Panjaitan, 2012). hanya mampu menyelesaikan masalah tetapi
Dalam memecahkan masalah siswa juga mampu mengungkapkan bagaimana
matematika, tentu siswa melakukan proses proses yang berjalan di pikirannya dalam
berpikir dalam benaknya. Tetapi jelas ada menyelesaikan permasalahan-permasalahan
perbedaan kecakapan yang luas antara siswa satu tersebut.
dengan lainnya dalam proses berpikir untuk Kembali ke pemecahan masalah
memecahkan masalah tersebut. Mengetahui matematika, memperhatikan tingkatan berpikir
perbedaan proses dan tingkatan berpikir siswa siswa belum lah cukup. Dalam memecahkan
dalam menyelesaikan masalah matematika masalah matematika, perbedaan karakteristik
sangatlah penting bagi guru, sebab dengan siswa perlu mendapat perhatian guru. sebab
demikian guru akan dapat melacak dimana letak Sedekat apapun hubungan keluarganya siswa
dan jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa. tetap memiliki berbagai perbedaan, baik dalam
Soedjadi (2007) secara sederhana hal minat, sikap, motivasi, kemampuan dalam
membedakan tingkatan berpikir dengan menyerap suatu informasi, gaya belajar, dan
menggunakan istilah berpikir biasa (thinking), sebagainya (Ratumanan, 2003). Semua faktor
berpikir kritis (critical thinking), berpikir siswa tersebut idealnya turut menjadi perhatian
reflektif (reflective thinking), dan berpikir guru dalam perencanaan dan pelaksanaan
kreatif (creative thinking). Dari keempat kegiatan belajar mengajar. Salah satu faktor
tingkatan berpikir tersebut, mungkin tiga tingkat siswa yang juga penting untuk diperhatikan guru
terakhir dapat digolongkan khusus dengan istilah adalah gaya kognitif. Hal ini dikarenakan bahwa
bernalar (reasoning), yang disebut juga gaya kognitif berhubungan dengan cara
berpikir tingkat tinggi. Sedang berpikir reflektif penerimaan dan pemrosesan informasi
lebih cenderung ke arah diri atau lebih seseorang, sehingga sangat berpengaruh terhadap
cenderung ke arah metakognisi. Berkaitan keberhasilan siswa memecahkan masalah.
dengan berpikir reflektif Skemp (1982) Banyak ahli yang telah mendefinisikan
mengemukakan bahwa berpikir reflektif dapat pengertian gaya kognitf, diantaranya: Woolfolk

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |16


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

(1998), menyatakan bahwa gaya kognitif Kedua tipe individu ini masing-masing
merupakan cara seseorang dalam menerima dan memiliki kelebihan dan kelemahan. Karena harus
mengorganisasi informasi. Pendapat serupa melalui perenungan yang mendalam, maka
dikemukakan oleh Messick (Ratumanan, 2003), individu reflektif berpeluang memberikan reaksi
yakni gaya kognitif merupakan kecenderungan atau respon yang cermat dan tepat. Tapi, karena
perseorangan dalam melakukan pemrosesan harus melakukan perenungan individu seperti ini
informasi. Selanjutnya, Slameto (2010) memerlukan waktu yang relatif lama
mengemukakan bahwa gaya kognitif dapat dibandingkan dengan individu impulsif.
dikonsepsikan sebagai sikap, pilihan atau strategi Sedangkan siswa impulsif, karena hanya
yang secara stabil menentukan cara-cara memerlukan waktu yang relatif singkat untuk
seseorang yang khas dalam menerima, memberikan respon atau reaksi, akibatnya
mengingat, berpikir dan memecahkan masalah. kecermatan dan ketepatan responnya cenderung
Dari beberapa pengertian gaya kognitif kurang.
yang dikemukakan di atas, pada dasarnya Mengingat adanya perbedaan gaya
menitikberatkan pada karakteristik konsistensi kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif
individu dalam hal cara berpikir, mengingat, dan tersebut, peneliti tertarik untuk melihat
memecahkan masalah. Dari pengertian gaya keterkaitan atau hubungan antara kedua gaya
kognitif ini juga terlihat bahwa antara gaya kognitif tersebut dengan berpikir reflektif.
kognitif dan pemecahan masalah memiliki Apakah siswa yang mempunyai gaya kognitif
keterkaitan. Oleh sebab itu dalam pembelajaran reflektif, yang biasanya lebih lambat dalam
pemecahan masalah perlu memperhatikan gaya memberikan reaksi terhadap stimulus yang
kognitif siswa. diberikan mempunyai pengaruh yang kuat
Salah satu gaya yang telah dipelajari terhadap berpikir reflektif atau sebaliknya.
secara meluas adalah apa yang disebut dengan Demikian pula dengan siswa yang mempunyai
gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif gaya kognitif impulsif yang biasanya
impulsif. Pemilihan ini didasarkan pada derajat memberikan reaksi yang cepat terhadap stimulus
kecepatan reaksi berpikir dan ketepatan jawaban yang diterimanya, tanpa perenungan yang
siswa terhadap permasalahan yang dihadapinya. mendalam juga mempengaruhi berpikir reflektif
Siswa yang memiliki gaya kognitif reflektif lebih atau sebaliknya.
lambat dalam memberikan reaksi terhadap Berdasarkan uraian permasalahan di
masalah yang diberikan, karena ia memerlukan atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
waktu untuk memikirkan permasalahan yang dengan topik Berpikir Reflektif Siswa SMP
diterimanya. Sedangkan siswa yang memiliki dalam Memecahkan Masalah Matematika
gaya kognitif impulsif, memberikan reaksi yang Ditinjau Dari Perbedaan Gaya Kognitif.
cepat terhadap masalah yang diterimanya, tanpa Terkait dengan penelitian tentang
perenungan yang mendalam (Arifin, 2010). berpikir reflektif siswa SMP ditinjau dari gaya
kognitif tersebut terdapat beberapa penelitian

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |17


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

pendukung yang relevan sebagai pedoman Terdapat hubungan dengan penelitian


peneliti, dianataranya adalah sebagai berikut: yang akan dilakukan yaitu menyelidiki
1. Penelitian yang dilakukan oleh A. bagaimana berpikir reflektif berkembang pada
Gagatsis dan T. Patronis (1990) yang berjudul subjek penelitian. Penelitian ini akan meneliti
Using Geometrical Models In a Process of bagaimana berpikir reflektif siswa SMP dalam
Reflective Thinking in Learning and Teaching memecahkan masalah matematika ditinjau dari
Mathematics yang menyelidiki bagaimana perbedaan gaya kognitif. Perbedaan penelitian ini
model geometris dapat digunakan dalam dengan penelitian Lee (2005) yaitu subjek
pembelajaran dan mengajar matematika, penelitiannya calon guru sedangkan penelitian
sehubungan dengan pengembangan proses ini subjek penelitiannya siswa SMP, kemudian
berpikir reflektif. Hasil dari penelitian ini penelitian ini ditinjau dari perbedaan gaya
menunjukkan perbedaan proses berpikir reflektif kognitif siswa.
siswa dapat menentukan pengambilan strategi 3. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul
dalam memecahkan masalah matematika. Muin (2005) yang berjudul The Situations That
Terdapat hubungan dengan penelitian Can Bring Reflective Thinking Process in
yang akan dilakukan yaitu proses berpikir Mathematics Learning yang berfokus pada
reflektif siswa menentukan pengambilan strategi situasi yang dapat membawa proses berpikir
dalam memecahkan masalah matematika. reflektif dalam belajar matematika. Hasil
Penelitian ini akan meneliti bagaimana berpikir penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan
reflektif siswa SMP dalam memecahkan masalah awal yang relevan dan intuisi sangat berguna
matematika ditinjau dari perbedaan gaya dalam memecahkan masalah untuk menciptakan
kognitif. Perbedaan penelitian ini dengan situasi yang dapat membawa proses pemikiran
Patronis (1990) yaitu subjek penelitiannya anak- reflektif yaitu, pemilihan tindakan atau alternatif
anak usia 4-8 tahun dan menggunakan model solusi, dan pengambilan keputusan mengenai
geometri, sedangkan penelitian ini subjek tindakan atau solusi dibuat atau diperoleh.
penelitiannya adalah siswa SMP dan ditinjau dari Terdapat hubungan dengan penelitian
perbedaan gaya kognitif siswa. yang akan dilakukan yaitu adanya kebutuhan
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hea-Jin siswa akan pengetahuan dan intuisi sebagai
Lee (2005) yang berjudul Understanding and stimulus dalam berpikir reflektif, sebab berpikir
Assessing Preservice Teachers Reflective reflektif dapat muncul dari situasi memilih
Thinking yang mengkaji kriteria untuk menilai tindakan atau solusi alternatif terkait masalah
pemikiran reflektif, dan menyelidiki bagaimana yang akan diselesaikan. Penelitian ini akan
proses berpikir reflektif berkembang pada calon meneliti bagaimana berpikir reflektif siswa SMP
guru. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau
kecepatan dalam memperdalam pemikiran dari perbedaan gaya kognitif. Perbedaan
reflektif tergantung pada latar belakang pribadi, penelitian ini dengan penelitian Muin (2005)
pengalaman lapangan, dan cara komunikasi. yaitu subjek penelitiannya mahasiswa sedangkan

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |18


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

penelitian ini subjek penelitiannya siswa SMP, reflektif ini dengan menyusun deskriptor berpikir
kemudian penelitian ini ditinjau dari perbedaan reflektif berdasarkan tahapan Polya (1973).
gaya kognitif siswa. Deskriptor berpikir reflektif dalam pemecahan
Pada penelitian ini, untuk menyajikan masalah tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1
berpikir reflektif siswa dalam memecahakan berikut:
masalah peneliti mendeskripsikan proses berpikir

Tabel 1 : Deskriptor Berpikir Reflektif Pemecahan Masalah Berdasarkan


Tahap Pemecahan Masalah Polya.
1. Tahap memahami masalah (understanding the problem)
Pemecahan Masalah Deskriptor Berpikir Reflektif
- Menjelaskan tentang identifikasi fakta yang
telah dilakukan
Memahami masalah - Menjelaskan tentang bagaimana
(understanding the problem) menghubungkan identifikasi fakta, identifikasi
pertanyaan, dan kecukupan data dengan
informasi yang dimiliki
2. Tahap membuat rencana penyelesaian (devising a plan)
Pemecahan masalah Deskriptor Berpikir Reflektif
- Menjelaskan tentang bagaimana mengatur dan
merepresentasikan data
Membuat rencana penyelesaian- Menjelaskan tentang operasi apa yang akan
(devising a plan) dipilih
- Menjelaskan tentang bagaimana pemecahan
masalah yang akan dilakukan
3. Tahap melaksanakan rencana penyelesaian (carrying out the plan)
Pemecahan Masalah Deskriptor Berpikir Reflektif
- Menyelesaikan soal sesuai dengan rencana
Melaksanakan rencana
yang dibuat sebelumnya.
penyelesaian
- Menjelaskan pemecahan masalah yang telah
(carrying out the plan)
dilakukan

4. Tahap memeriksa kembali hasil penyelesaian (looking back)


Pemecahan Masalah Deskriptor Berpikir Reflektif
- Menjelaskan apakah hasil yang diperoleh
sudah menjawab pertanyaan
Memeriksa kembali - Menjelaskan apakah hasil yang diperoleh
(looking back) masuk akal
- Menjelaskan apakah ada kesalahan
- Membuktikan kebenaran dari pemecahan
masalah yang telah dilakukan

Selanjutnya deskriptor dari tabel di atas, masalah yang dilakukan melalui langkah-langkah
akan peneliti gunakan untuk menggali penyelesaian yang terdiri dari memahami
pemahaman siswa terkait dengan pemecahan masalah, membuat rencana penyelesaian,

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |19


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

melaksanakan rencana penyelesaian dan tersebut terisi, kemudian dipilih 1 siswa dari
memeriksa kembali penyelesaian. masing-masing kelompok. Penggolongan siswa
METODE PENELITIAN kedalam satu tipe gaya kognitif yakni: satu siswa
Penelitian ini merupakan penelitian yang bergaya reflektif diambil dari kelompok
deskriptif dengan menggunakan pendekatan siswa reflektif yang catatan waktunya paling
kualitatif. Penelitian ini menggambarkan data lama dan paling cermat (paling banyak benar)
kualitatif dan dideskripsikan untuk menghasilkan dalam menjawab seluruh masalah. Satu siswa
gambaran yang mendalam serta terperinci bergaya impulsif diambil dari kelompok siswa
mengenai berpikir reflektif siswa SMP dalam impulsif yang catatan waktunya paling singkat
memecahkan masalah matematika ditinjau dari tetapi paling tidak cermat/akurat (paling banyak
perbedaan gaya kognitif. Penelitian ini dilakukan salah) dalam menjawab seluruh masalah. Hal ini
pada siswa SMP kelas VIII yang bergaya dilakukan supaya siswa yang terpilih benar-benar
kognitif reflektif-impulsif. Alasan memilih siswa reflektif atau siswa impulsif.
siswa kelas VIII adalah karena: (1) siswa Selain itu, penetapan subjek penelitian
mempunyai pengetahuan dan pengalaman pada juga diambil dengan mempertimbangkan tingkat
materi matematika dasar karena telah melewati kemampuan matematika yang setara, berjenis
jenjang sekolah dasar yang didalamnya terdapat kelamin sama, dan kemampuan berkomunikasi
materi-materi seperti bilangan, bangun-bangun yang baik agar pengungkapan proses berpikir
geometri; (2) menurut teori perkembangan reflektif siswa berjalan seperti yang diharapkan.
kognitif dari Piaget siswa SMP berada pada Data kemampuan matematika diperoleh dari nilai
tahap operasional formal, sehingga mampu tes kemampuan matematika siswa. Kemampuan
berpikir lebih abstrak dan mampu untuk matematika subjek penelitian dikatakan setara
menyatakan hubungan-hubungan yang ada, jika nilai tes kemampuan matematika keduanya
seperti menceritakan kembali apa yang telah berada pada selang 0 sampai 10 dengan skala 0
dilakukan (dalam pikirannya). sampai 100.
Untuk menentukan subjek penelitian, Untuk memperoleh data dalam penelitian
maka peneliti melakukan pemilihan subjek ini peneliti menggunakan dua instrumen.
dengan cara menggunakan instrumen tes gaya Pertama instrumen utama dan kedua instrumen
kognitif MFFT (Mathcing Familiar Figures pendukung. Adapun instrumen tersebut adalah
Test) yang dikembangkan oleh Warli (2010) sebagai berikut:
yang sudah teruji validitas dan reliabelitasnya. 1. Instrumen Utama
Subjek penelitian yang akan dipilih adalah Dalam penelitian ini, instrumen
sebanyak 2 orang siswa. Dalam satu kelas utama dalam pengumpulan data adalah peneliti
diberikan tes gaya kognitif secara perorangan sendiri. Karena pada penelitian ini, peneliti
kemudian siswa dikelompokkan menjadi dua melakukan wawancara untuk menggali lebih
kelompok, yaitu kelompok reflektif dan mendalam tentang berpikir reflektif siswa SMP
kelompok impulsif. Setelah kedua kelompok dalam memecahkan masalah ditinjau dari

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |20


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

perbedaan gaya kognitif yang tidak bisa Secara garis besar pertanyaan yang ingin
diwakilkan pada orang lain. Jadi, hanya disampaikan dalam kegiatan wawan cara ini
penelitilah yang berhubungan langsung dengan tidak disusun secara terstruktur. Pertanyaan yang
subjek penelitian, dan hanya peneliti yang diajukan disesuaikan dengan kondisi hasil kerja
mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan subjek didik setelah mengerjakan soal yang
di lapangan melalui obsevasi dan wawancara, diberikan. Pedoman wawancara merujuk pada
sehingga tidak dapat diwakilkan kepada orang deskriptor dari berpikir reflektif.
lain. Untuk mengetahui proses berpikir
2. Instrumen Pendukung reflektif siswa SMP dalam memecahkan
Instrumen pendukung yang peneliti masalah, maka dilakukan tes tertulis (tugas
gunakan adalah berupa tes MFFT dan pedoman pemecahan masalah) dan wawancara. Tes tertulis
wawancara adalah pemberian tugas pemecahan masalah
a. Tes MFFT matematika, sedangkan wawancara yang
Tes MFFT diberikan kepada calon dilakukan mengacu pada langkah-langkah Polya
subjek untuk mendapatkan subjek penelitian yaitu:
yang bergaya kognitif reflektif dan subjek 1. Memahami masalah
penelitian yang bergaya kognitif impulsif. Soal 2. Membuat rencana
tes terdiri dari 13 butir soal dengan 8 macam 3. Melaksanakan rencana
gambar dimana hanya ada satu gambar yang 4. Memeriksa kembali
benar-benar sama dengan gambar utama. Soal tes Wawancara tidak hanya dilakukan untuk
menggunakan MFFT yang sudah dimodifikasi memverifikasi data hasil tes tulis, termasuk juga
oleh Warli (2010) yang sudah di uji validitas dan di dalamnya menggali informasi baru yang
reabilitasnya. mungkin tidak diperoleh pada tes tertulis, bisa
b. Tes Pemecahan Masalah saja yang dipikirkan siswa tidak dituliskannya,
Tes Pemecahan Masalah (TPM) berupa hal ini mungkin bisa terungkap pada wawancara.
soal cerita. TPM diberikan kepada subjek Agar tidak ada informasi yang terlewatkan dan
penelitian yang bertujuan untuk menilai berpikir data yang diperoleh terjamin keabsahannya,
reflektif siswa dalam penyelesaian masalah. maka dalam wawancara direkam dengan
TPM yang diberikan kepada subjek penelitian handycam.
ada dua, yaitu berupa masalah 1 dan masalah 2. Untuk menguji kreadibilitas data
Kedua masalah tersebut adalah masalah yang (kepercayaan terhadap data), peneliti melakukan
setara. Soal dinilai untuk keterbacaan masalah trianggulasi. Dalam penelitian ini, trianggulasi
dan kesesuaian dengan kriteria yang telah yang dipakai adalah trianggulasi waktu, yaitu
ditentukan sampai soal dikatakan layak melakukan pengecekan dengan tes tertulis dan
digunakan. wawancara dalam waktu atau situasi yang
c. Pedoman Wawancara berbeda. Jika data yang didapat sudah konsisten
(banyak kesamaan) maka data tugas pemecahan

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |21


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

masalah matematika dan wawancara dikatakan SMP dalam memecahkan masalah matematika
valid. Jika belum maka peneliti mengambil data ditinjau dari perbedaan gaya kognitif.
lagi di waktu yang berbeda dari sebelumnya dan 2. Tahap penyajian data
dibandingkan dengan data-data sebelumnya, data Kumpulan data setelah direduksi
yang konsisten dengan data yang terakhir diorganisir dan dikategorikan. Pada tahap ini
diambil adalah data yang valid. data lebih sederhana disajikan dalam bentuk
Selanjutnya Data yang diperoleh naratif yang lebih ringkas, sehingga
diperoleh dari hasil kerja siswa dianalisis dengan memungkinkan untuk ditarik kesimpulan dari
menggunakan tahap-tahap kegiatan dalam data tersebut.
menganalisis data kualitatif yaitu tahap reduksi 3. Penarikan kesimpulan
data, tahap penyajian data dan tahap penarikan Penarikan kesimpulan adalah kegiatan
kesimpulan. Dalam penelitian ini analisis secara merangkum data serta memeriksa kebenaran data
keseluruhan dilakukan dengan langkah-langkah yang telah dikumpulkan tentang bagaimana
sebagai berikut: berpikir reflektif siswa SMP dalam memecahkan
1. Reduksi Data masalah metematika ditinjau dari perbedaan gaya
Reduksi data merupakan bentuk analisis kognitif.
yang bertujuan untuk menajamkan, menyeleksi, Hasil dan Pembahasan
memfokuskan, mengabstaksikan, dan Data yang sudah dikumpulkan dalam
mentransformasikan data mentah yang diperoleh penelitian ini berasal dari tes tes gaya kognitif
di lapangan menjadi data bermakna. Dalam MFFT (Matching Familiar Figure Test) yang
penelitian ini data mentah yang diperoleh dari telah dirancang dan dikembangkan oleh Warli
hasil penelitian dilapangan direduksi untuk (2010). Berdasarkan hasil tes gaya kognitif
mendapatkan data yang benar-benar dibutuhkan tersebut diperoleh data seperti yang tertera di
dalam mendeskripsikan berpikir reflektif siswa bawah ini.

Tabel 2. Deskripsi Gaya Kognitif Siswa


Kelas Gaya Kognitif Jumlah
VIII Reflektif Impulsif Cepat Lambat- seluruh
Unggulan akurat tdk siswa
A akurat
Jumlah 10 5 2 5 22
Persentase 45,45% 22,73% 9,09% 22,73% 100%

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh bahwa dari 22 siswa yang mengikuti tes gaya kognitif,
terdapat 45,45% siswa yang berada pada kelompok gaya kognitif reflektif (GK-R), dan 22,73% siswa
yang berada pada kelompok gaya kognitif impulsif (GK-I).
Selanjutnya setelah terpilih beberapa siswa yang memiliki gaya kognitif reflektif dan
impulsif, tahap selanjutnya adalah melihat nilai kemampuan matematika siswa. Nilai kemampuan
matematika siswa dilihat dari hasil tes kemampuan siswa berikut:

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |22


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

Tabel 3. Hasil Tes Gaya Kognitif Reflektif-Impulsif


Nilai
Nama Jenis
Mate Gaya
No Inisial Kelam
matik Kognitif
Siswa in
a
1 AA L 68 CP-AK
2 AD P 100 Reflektif
3 AR P 17 Reflektif
4 FD P 100 LB-TA
5 HB P 100 Impulsif
6 LM P 17 LB-TA
7 LA L 93 Reflektif
8 DI L 93 LB-TA
9 MZ P 100 Reflektif
10 VF P 90 LB-TA
11 AB L 63 Reflektif
12 AH L 93 -
13 AK P 90 LB-TA
14 BC L 56 LB-TA
15 CH P 93 LB-TA
16 MN L 68 Reflektif
17 DV P 100 Reflektif
18 MR L 68 Reflektif
19 MZ L 63 Impulsif
20 RP P 93 LB-TA
21 RA L 46 CP-AK
22 MF L - Reflektif

Dalam menentukan subjek penelitian ini, selain mengemukakan pendapat secara lisan maupun
berdasarkan kriteria pemilihan subjek yang telah tulisan dan bersedia untuk diwawancara. Dengan
dirancang dan dikembangkan oleh Warli (2010), beberapa kriteria di atas, selanjutnya dipilih 2
kriteria pemilihan juga didasarkan pada siswa siswa dengan jenis kelamin perempuan sebagai
berjenis kelamin sama, memiliki kemampuan subjek penelitian dengan rincian 1 siswa berasal
setara yakni memiliki perbedaan nilai tes dari kelompok gaya kognitif reflektif dan 1 siswa
kemampuan matematika berada pada selang 0 berasal dari kelompok gaya kognitif impulsif.
sampai 10 dengan skala 0 sampai 100, dapat Berikut disajikan data subjek penelitian yang
berkomunikasi dengan baik dalam terpilih
.
Tabel 4. Siswa yang Terpilih sebagai Subjek Penelitian dan Deskripsi Kemampuan
Matematikanya
Inisial Jenis Kelompok Nilai
Nama Kelamin Gaya Kemampuan
Siswa Kognitif Matematika
DV PR Reflektif 100
HB PR Impulsif 100

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |23


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

Dari Tabel 4 tersebut, diperoleh data kognitif reflektif (SR) merencanakan pemecahan
bahwa DVN terpilih sebagai subjek reflektif dan masalah dengan membuat seketsa gambar dan
HB sebagai subjek impulsif. membawanya ke model matematika dengan
Adapun data hasil wawancara yang tujuan untuk memudahkan pemecahan masalah
dengan subjek yang terpilih dalam memecahkan yang akan dilakukan. Sedangkan subjek yang
masalah matematika, ditemukan beberapa bergaya kognitif impulsif (SI) pada saat
perbedaan dan kesamaan aberpikir reflektif siswa membuat rencana pemecahan masalah
yang bergaya kognitif reflektif dan siswa yang menggunakan strategi dengan langsung mencari
bergaya kognitif impulsif . diantaranya adalah menentukan cara pemecahan masalahnya, tanpa
sebagai berikut: perlu membuat sketsa gambar seperti apa yang
1. Perbedaan berpikir reflektif Subjek dilakukan oleh subjek yang bergaya kognitif
dengan gaya kognitif reflektif (SR) dan reflektif.
Subjek dengan gaya kognitif impulsif (SI) Pada tahap memeriksa kembali
Adapun perbedaan berpikir reflektif kedua pemecahan masalah yang diperoleh, ketika
subjek berdasarkan deskriptor berpikr reflektif terjadi kesalahan subjek yang bergaya kognitif
dalam setiap tahap pemecahan masalah Polya reflektif (SR) dapat menyadari adanya kesalahan
adalah sebagai berikut: tersebut dan memperbaikinya. Sedangkan subjek
Pada tahap memahami masalah, subjek yang yang bergaya kognitif impulsif (SI) ketika terjadi
bergaya kognitif reflektif (SR) dalam memeriksa kesalahan subjek tidak dapat menyadari adanya
kecukupan data, ketika ada data yang kurang dan kesalahan tersebut.
belum cukup untuk memecahkan masalah, siswa 2. Persamaan berpikir reflektif Subjek
mampu mendeteksi letak kekurangan data dengan gaya kognitif reflektif (SR) dan
tersebut. Selanjutnya siswajuga membawa Subjek dengan gaya kognitif impulsif (SI)
permasalahan yang diberikan kedalam model Berdasarkan uraian pembahasan subjek
matematika. Dngan alasan bahwa dengan adanya dengan gaya kognitif reflektif (SR) dan subjek
pemodelan akan memudahkan dia dalam yang bergaya kognitif impulsif (SI), diperoleh
melakukan rencana selanjutnya dan mendeteksi persamaan dan perbedaan berdasarkan deskriptor
apa saja yang dibutuhkan dalam pemecahan berpikir reflektif dalam setiap tahap Polya.
masalah selanjutnya. Sedangkan subjek yang Adapun persamaan kedua subjek tersebut adalah
bergaya kognitif impulsif (SI) dalam memeriksa sebagai berikut:
kecukupan data, tanpa berpikir panjang merasa Pada tahap memahami masalah,
bahwa data yang ada pada soal sudah cukup kedua subjek mengumpulkan dan
untuk menyelesaikan masalah yang ada, dengan mengklarifikasi identifikasi fakta yang telah
alasan subjek dapat langsung memecahkan dilakukan dengan menceritakan maksud atau
masalah dengan menggunakan data yang ada. tujuan dari soal dengan bahasanya sendiri dan
Pada tahap merencanakan mengungkapkan hal-hal yang perlu ia ketahui
pemecahan masalah, subjek yang bergaya untuk diidentifikasi. Kemudian kedua subjek

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |24


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

juga menjelaskan cara menghubungkan memecahkan masalah. Sehingga saat terjadi


kecukupan data dengan informasi yang ada. kesalahan subjek yang bergaya kognitif reflektif
Pada tahap merencanakan pemecahan mampu menyadari dan memperbaiki kesalahan
masalah, kedua subjek mengungkapkan alasan tersebut. Sedangkan subjek yang bergaya
terkait dengan rencana yang dipilih. Dalam kognitif impulsif cenderung cepat dan kurang
melaksanakan rencana pemecahan masalah, berhati-hati dalam memecahkan masalah yang
kedua subjek sama-sama memberikan klarifikasi dihadapinya. Sehingga ketika terjadi
tentang pemecahan masalah yang telah kesalahantidak menyadarinya. Oleh karena itu,
dilakukannya peneliti menyarankan agar guru hendaknya
Pada tahap memeriksa kembali memperhatikan perbedaan gaya kognitif siswa
pemecahan masalah yang diperoleh, kedua dalam proses pembelajaran
subjek meyakini bahwa jawabannya sudah Kajian dalam penelitian ini masih
menjawab pertanyaan yang diajukan pada soal, terbatas pada berpikir reflektif siswa SMP dalam
dengan alasan bahwa subjek telah memeriksa memecahkan masalah matematika ditinjau dari
kembali jawabannya. gaya kognitif reflekif dan impulsif. Untuk
Simpulan dan Saran penelitian lainnya dapat ditinjau dari perbedaan
Berpikir reflektif subjek yang bergaya gaya kognitif atau gaya belajar lainnya.
kognitif reflektif dan subjek yang bergaya Kajian pada penelitian ini hanya
kognitif impulsif dalam memecahkan masalah menggunakan masalah menemukan saja. Oleh
matematika adalah berbeda. Dalam karena itu, peneliti menyarankan apabila hendak
melaksanakan tahapan pemecahan masalah melaksanakan penelitian ulang, sebaiknya
matematika, subjek yang bergaya kognitif menggunakan dua masalah yaitu masalah
reflektif terlihat sangat berhati-hati dalam menemukan dan masalah membuktikan.

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |25


Ahmad Nasriadi, Berpikir Reflektif Siswa

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2009. Membangun Kompetensi Pedagogis Guru Matematika (Landasan Filosofi,
Histori, dan Psikologi). Surabaya: Lentera Cendikia

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas

Dewey. 1909. How We Think. New York: Publik Library

Lee, Jin-Hea. 2005. Understanding and Assessing Preservice Teachers Reflective Thinking. USA.
21. 699-715

Muin, Abdul. 2011. The Situations That Can Bring Reflective Thinking ProcessIn Mathematics
Learning. International Seminar and the Fourth National Conference on Mathematics
Education.Department of Mathematics Education, Yogyakarta State University.

Panjaitan, Binur. 2012. Profil kognitif Siswa SMP dalam Pemecahan Masalah Matematika
Berdasarkan Gaya Kognitif dan Gender. Surabaya: Disertasi (UNESA).

Patronis, T, and A. Gagatsis. 1990. Using Geometrical Models In a Process of Reflective


Thinking In Learning and Teaching Mathematics. Journal Educational Studies in
Mathematics, Vol. 21. 29-54

Polya, G. 1973. How To Solve It. Princenton, New Jersey: Princenton University Press.

Ratumanan, T. G. 2003. Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa SLTP di Kota Ambon. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 5, No. 1,
1 10.

Skemp, R. 1982. The Psycology of Learning Mathenatics. USA. Peguin Books.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Memengaruhi. Jakarta: Reneka Cipta

Soedjadi, R. 2007. Masalah Kontekstual Sebagai Batu Sendi Matmatika Sekolah.Surabaya: Pusat
Sains dan Matematika Sekolah UNESA

Warli. 2010. profil Kreativitas siswa Yang Bergaya Kognitif Reflektif dan Siswa Yang Bergaya
Kognitif Impulsif Dalam Memecahkan Geometri. Disertasi Doktor, Unesa Surabaya.

Woolfolk, Anita E. 1998. Educational Psychology. Singapore: Allyn and Bacon.

ISSN 2355-0074 Volume III. Nomor 1. April 2016 |26

Anda mungkin juga menyukai