Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS INDIVIDU STASE MATA

TUMOR OKULI

Oleh:
Rahmanita Fildzah Nur Amalina (09020002)

Pembimbing:
dr. Kartini Hidayati, SpM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2013
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................3

BAB II LAPORAN KASUS.................................................................

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.........................................................

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Seperti di bagian tubuh lain, mata kita juga bisa terserang tumor, baik jinak

maupun ganas. Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh kita.

Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas sering disebut

sebagai kanker. Tumor pada mata disebut juga tumor orbita.

Berdasarkan posisinya tumor orbita dikelompokkan sebagai tumor

eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata terdiri dari tumor palpebra

dan tumor konjungtiva. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola

mata. Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata.

Tumor orbita relatif jarang dijumpai. Pada proses pengambilan ruangan di

orbita penderita biasanya datang dengan keluhan seperti ada benjolan yang

menyebabkan perubahan bentuk wajah, protopsis, nyeri peri okular, inflamasi,

keluarnya air mata, massa tumor yang jelas nampak. Insiden tumor orbita

bervariasi, tergantung pada metode pemeriksaan yang dipakai. Frekwensi relatif

benigna dan maligna menurut handerson (1984); disebutkan sebagai berikut :

karsinoma (primer metastasis dan pertumbuhan terus 21 %, kista 12 %, tumor

vaskular 10 %, meningioma 9 %, malformasi vaskuler 5% dan tumor saraf

tengkorak 4%, serta glioma optikus dan neurisistik 5%.

Tiap tumor memiliki prevalensi yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya. Terdapat beberapa tumor yang sering diderita pada usia dewasa bahkan

ada juga tumor yang malah diderita pada usia bayi maupun anak-anak dengan

berbagai gejala dan tanda-tanda yang berbeda. Terapi dari tiap tumor pun berbeda
bergantung pada sifatnya, indikasi dan predileksinya, mulai dari eksisi hingga

dilakukan enukleasi, bahkanjuga dilakukan radiasi, kreyoterapi dan kemoterapi.


BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Umur : 52 Th
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Ds. Pilang Tejo Asri, Laren Lamongan
Tanggal pemeriksaan : 23 Desember 2013

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Kedua mata kabur


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh kedua matanya kabur sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya terasa

nrocoh, merah dan perih jika berkeringat. 3 bulan yang lalu pasien memakai obat

Alletrol tetes selama 1 bulan. Pasien merasa setelah memakai obat nrocoh, merah

dan perih serta kabur berkurang, tetapi setelah tahu ada daging yang tumbuh di

mata sebelah kiri pemakaian Alletrol dihentikan. Nyeri kepala -. Mual muntah-.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi (+) minum obat tidak teratur
DM disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada yang menderita hal yang sama,

tidak ada yang mempunyai riwayat tumor


Riwayat KB: Tidak memakai

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Cukup

GCS : 456

Vital sign : Tekanan Darah : 230/130 mmHg

Nadi : 80 x/ mnt
Suhu : 36,5oC

RR : 20 x/menit

Kepala/ leher : Inspeksi: anemia -, ikterus -, sianosis -, dispsneu -,

mata cowong -,KGB -, JVP -

Thorak : Simetris +, Retraksi -

Paru : Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris

Palpasi : pergerakkan dinding dada simetris, krepitasi -

Perkusi : Sonor/sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler/vesikuler

Rh -/-, Wh -/-

Jantung : Inspeksi : ictus cordis (-), voussure cardiac (-)

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat,

thrill/fremissment (-)

Perkusi : Normal

Auskultasi : S1S2 Tunggal, Murmur -, gallop -

Abdomen : Inspeksi : Flat

Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium -,

hepar lien tidak teraba.

Perkusi : thympani

Auskultasi : BU + N.

Extermitas : Hangat, kering, merah, edema -

IV. STATUS OPHTALMICUS


Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri
Visus 5/60 3/60
Pinhole Tetap Tetap
Refraksi - -
Lapang pandang Tidak menyempit Tidak menyempit
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
supercilia dbn dbn
cilia Teratur, tidak ada sekret Teratur, tidak ada sekret
Palpebra superior dbn dbn
Palpebra inferior dbn dbn
Lebar rima okuli simetris simetris
Konjungtiva palpebra
Superior Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Inferior Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Massa solid warna putih,
tepi tidak rata, agak
berdungkul, tampak
mendatar di konjungtiva
Jaringan fibrovascular + dekat limbus, diameter
Konjungtiva bulbi dari kantus medial sekitar 0,3 cm, CVI (+)
hingga tepi limbus dari limbus dan sekitar
massa
Jaringan fibrovascular +
dari kantus medial
hingga tepi limbus
Kornea Jernih Jernih
Bilik mata depan Kedalaman cukup Kedalaman cukup
Iris Warna coklat Warna coklat
Pupil
Bentuk Regular, diameter 3 mm Regular, diameter 3 mm
Refleks (langsung) (+) (+)
Refleks (tidak
(+) (+)
langsung)
Kesan Normal/ Kesan Normal/
Lensa
Tidak keruh Tidak keruh
TIO (palpasi) normal normal
TIO (tonometri) 15,5 mmHg 23,1 mmHg
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
V. KATA KUNCI

Wanita

52 tahun

Kedua Mata kabur sejak 3 bulan yll

TD 230/130

Visus VOD 5/60 ph tetap VOS 3/60 ph tetap

TIO : TOD = 15,5 TOS = 23,1

Riwayat pemakaian Alletrol 1 bulan

Riwayat Hipertensi

VI. DAFTAR MASALAH

Mata kabur ODS

Adanya jaringan fibrovascular ODS

Massa solid agak berdungkul diameter sekitar 0,3 cm OS

TIO OS 23,1

TD 230/130

VII ASSESMENT

1. Pterigium grade I ODS

2. Susp. Tumor konjungtiva dd malignancy OS

3. Glaukoma sekunder OS

4. Hipertensi Grade II

VIII. PLANNING DIAGNOSIS

Biopsi/HistoPA

CT Scan orbita

Pemeriksaan rutin untuk TIO ODS


Lapang pandang

Funduskopi dan Genioskopi

IX. Rencana terapi

terapi medikamentosa:

Asam mefenamat 500mg 3x1

Amoxicillin 3x1

Betaksolol 2x1

Repitel 6x1

Losartan 50mg 2x1

Terapi pembedahan:

Pro Extirpasi tumor (wide excision) Modalitas terapi selanjutnya sesuai

hasil PA

X. Planning Monitoring

Pertumbukan tumor

Tekanan darah

TIO dengan pengukuran rutin tonometer schiotz

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor

sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Menurut anatomi, tumor pada mata dibagi

menjadi:

1. Tumor Adneksa : tumor yang berada di konjungtiva dan palpebra


2. Tumor Intra Okuler: yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata

3. Tumor Orbita ( retro bulber ): yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola

mata.

2.1 Tumor Adnexa

2.1.1 Tumor Palpebra

Tumor jinak palpebra

Tumor jinak palpebra sangat umum dan frekuensinya bertambah dengan

semakin meningkatnya usia. Kebanyakan mudah dikenali di klinik, dan eksisi

dilakukan dengan alasan kosmetik. Meskipun begitu seringkali lesi ganas sulit

dikenali secara klinis, dan biopsi harus selalu dilakukan jika ada kecurigaan

keganasan.

a. Nevus

Nevus melanositik di palpebra adalah tumor jinak biasa dengan

struktur patologi yang sama dengan nevus di tempat lain. Nevus ini

biasanya kongenital namun mungkin relatif kurang berpigmen saat lahir

dan makin membesar dan tambah gelap pada masa remaja. Banyak yang

tidak pernah mendapat pigmen yang jelas terlihat, dan banyak yang mirip

papiloma jinak. Nevus jarang menjadi ganas. Nevus dapat dihilangkan

dengan eksisi cukur jika dikehendaki, demi alasan kosmetik.

b. Papiloma
Papiloma adalah tumor palpebra yang paling umum. Ada dua

jenisnya: papiloma skuamosa dan keratis seboreika (papiloma sel basal,

verruca senilis). Pada keduanya, bagian pusat fibrovaskuler menembus

epitel permukaan yang menebal (akantotik, hiperkeratotik) memberinya

tampilan papilomatosa. Keratosis seboreika terdapat pada usia pertengahan

dan orang tua. Permukaannya verukosa dan sering berpigmen karena

melanin mengumpul pada keratosit.

c. Molluscum Contagiosum

Lesi khas untuk kelainan yang luar biasa ini adalah sebuah

penumbuhan kecil berumbilikus sentral, simetris dan gepeng di sepanjang

tepian palpebra. Kondisi ini disebabkan oleh virus besar dan dapat

menimbulkan konjungtivitis , bahkan keratitis, jika lesi ini masuk keruang

konjungtivitis. Penyembuhan umumnya dicapai dengan kuretase, kauter,

atau eksisi.
d. Xanthelesma

Xanthelesma adalah kelaianan umum yang terdapat pada

permukaan anterior palpebra, umumnya bilateral di dekat sudut medial

mata. Lesi itu tampak berupa bercak kuning berkerut pada kulit dan paling

sering terlihat pada orang tua. Xanthelesma merupakan endapan lipid di

dalam histiosit pada dermis palpebra. Evaluasi klinik terdapat kadar lipid

serum diindikasikan, namun jarang ditemukan kelainan. Pengobatan

diindikasikan demi alasan kosmetik. Lesi tertentu dapat di eksisi, lesi kecil

kadang-kadang dapat dikauter. Rekurensi tidak jarang terjadi setelah

pembuangan.

e. Hemangioma

Tumor vaskuler kongenital paling umum di palpebra adalah

hemangioma kapiler, terdiri atas kapiler-kapiler dan sel-sel endotel yang

berproliferasi. Hemangioma ini timbul saat lahir atau tidak lama sesudah
lahir, bertambah cepat, dan umumnya berinvolusi spontan menjelang usia7

tahun. Jika superfisial, lesi tampak merah terang (nevus strawberry) lesi

yang lebih dalam tampak kebiruan atau ungu. Anisometropia sekunder,

ambliopia refraktif, dan strabismus sering dijumpai dan harus di tangani

dengan memadai. Pengobatan terhadap tumor jarang diindikasikan

kecuali menghalangi pupil. Jika demikian, penyuntikan steroid intralesi

dapat memberi hasil cepat, jika gagal eksisi parsial diindikasikan.

Hemangioma kapiler harus dibedakan dari nevus flammeus (port

wine stain), yang sering terdapat pada sindrom struge-Weber. Lesi nevus

flammeus berupa saluran-saluran vaskuler kavernosa lebar, tidak

bertumbuh atau mengalami regresi seperti hemangioma kapiler.

Jenis angioma ketiga adalah hemangioma kavernosa, berupa

saluran-saluran vaskuler besar berlapiskan endotel dengan otot polos pada

dindingnya. Jenis ini timbul dalam perkembangan, bukan kongenital dan

cenderung muncul setelah dekade pertama,. Berbeda dari hemangioma

kapiler, umumnya tidak mengalami regresi.

Tumor Ganas Primer Dari Palpebra

1. Karsinoma

Karsinoma sel basal dan sel skuamosa palpebra adalah tumor mata

ganas paling umum. Tumor-tumor ini paling sering terdapat pada orang

bercorak kulit terang atau kuning langsat yang terpajan menahun terhadap

sinar matahari. Sembilan puluh lima persen karsinoma palpebra adalah

jenis sel basal. Sisa 5% terdiri atas karsinoma sel skuamosa dan karsinoma

kelenjar meibom.
Pengobtan semua karsinoma ini adalah eksisi total, yang akan

berhasil sangat baik dengan mengontrol tepian irisan operasi dengan

potongan beku. Banyak diantara tumor ganas ini dan banyak tumor jinak

memiliki gambaran serupa. Biasanya diperlukan biopsi untuk menegakkna

diagnosis yang benar.

a. Karsinoma Sel Basal

Karsinoma sel basal umumnya tumbuh lambat dan tanpa sakit,

berupa nodul yang tidak atau tanpa berulkus. Karsinoma ini secara

perlahan menyusupi ke jaringan sekitar namun tidak bermetastasis.

Satu jenis jarang karsinoma sel basal morphea, atau bersklerosis-

cenderung meluas secara diam-diam dan tersembunyi dan merusak

dibawah permukaan, kadang-kadang menimbulkan ektropion,

entropion, retraksi atau lekukan palpebra, lekukan kulit diatasnya, atau

kehilangan bulu mata.


Studi potong-beku tepian irisan terutama penting untuk karsinoma

sel basal bersklerosis, karena tepian tumor secara klinis tidak nyata.

Eksisi yang dikontrol secara mikroskopik (tehnik mohs yang

dimodifikasi) dipakai sejumlah ahli penyakit kulit untuk mendapatkan

eksisi total. Kasus tertentu dapat diobati dengan cara lain secara

radioterapi atau krioterapi dengan nitrogen cair.


b. Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa juga tumbuh lambat dan tanpa sakit,

seringkali berawal sebagai sebuah nodul hiperkeratotik, yang dapat

berulkus. Tumor radang jinak seperti keranthokanthoma sangat mirip

karsinoma. Diagnosis tepat tergantung pada biopsi. Seperti sel

karsinoma sel basal, tumor ini dapat menyusup dan mengikis jaringan

sekitarnya, mereka dapat pula menyebar ke limfonodus regional

melalui sistem limfatik.


c. Karsinoma kelenjar sebacea

Karsinoma kelenjar sebacea paling sering muncul dari kelenjar

meibom dan kelenjar zeis, namun dapat pula muncul dalam kelenjar

sebacea alis mata atau karunkulum. Separuhnya mirip lesi dan kelainan

radang jinak seperti kalazion dan blefaritis menahun. Karsinoma ini

lebih agresif dari karsinoma sel skuamosa, sering meluas ke dalam

orbita, memasuki ke pembuluh limfe, dan bermetastas.

2. Karsinoma Yang Berhubungan Dengan Xeroderma Pigmentosa

Penyakit langka ini ditandai oleh munculnya banyak bintik pada

daerah kulit yang terpajan sinar matahari. Kemudian diikuti dengan

telangiektasis, bercak-bercak atrofik, dan akhirnya pertumbuhan mirip


kutil yang dapat mengalami degenerasi karsinoma. Palpebra sering terkena

dan mungkin merupakan daerah pertama yang menampakkan perubahan-

perubahan degeneratif, berakibat atropik dan ektropion dengan perubahan-

perubahan radang sekunder konjungtiva, ulserasi kornea, simblefaron, dan

karsinoma palpebra. Tumor-tumor ganas meliputi karsinoma sel basal,

krsinoma sel skuamosa, dan melanoma ganas. Kondisi ini diturukan

berupa ciri resesif autosom. Karier serin dapat diidentifikasi dengan bintik-

bintik banyak.

Penyakit ini muncul diusia muda dan pada kebanyakan kasus akan

fatal mendekati masa remaja sebagai akibat metastasis. Kehidupan dapat

diperpanjang dengan melindungi kulit terhadap sinar aktinik dan

mengobati tumor karsinomantosa segera setelah muncul.

3. Sarkoma

Sarkoma jaringan lunak pada orbita jarang dan biasanya berupa

perluasan ke anterior tumor-tumor orbita. Rhambdomiosarkoma palpebra

dan orbita adalah tumor ganas primer paling umum ditemukan di jaringan

ini dalam dekada kehidupan pertama. Tumor palpebra merupakan tanda

pertama. Kombinasi radioterapi dan kemoterapi basanya efektif untuk

mempertahankan fungsi mata dan menghindari kematian.


4. Melanoma ganas

Melanonam ganas palpebra serupa dengan melanoma kulit

dibagian lain dan terdiri atas tiga golongan berbeda, melanoma yang

menyebar superfisial, melanoma ganas lentigo, dan melanoma nodullar.

Karenanya harus dibiopsi untuk menegakkan diagnosis. Prognosis

melanoma kulit tergantung kedalaman invasi atau ketebalan lesi. Tumor

dengan ketebalan kurang dari 0,76 mm jarang bermetastasis.

2.1.2 Tumor Konjungtiva

Tumor jinak primer konjungtiva

a. Nevus

Sepertiga nevus melanositik di konjungtiva tidak berpigmen. Lebih

dari setengahnya memiliki inklusi epitelial kistik yang terlihat secara

klinis. Secara histologik, nevus konjungtiva terdiri dari kumpulan atau

lembaran sel nevus khas. Nevus konjungtiva, seperti nevus lain, jarang

menjadi ganas. Banyak dibuang karena alasan jelek.


Nevus konjungtiva berpigmen harus dibedakan dari melanosis

didapat primer pada konjungtiva. Yang terakhir ini timbul dalam

kehidupan kemudian (setelah dekade ketiga), biasanya unilateral,

cenderung bertambah atau berkurang pigmentasinya dan tergantng

derajat atipia selulernya, mempunyai resiko menjadi ganas berkisar

antara 0%-90%.

b. Papiloma

Papiloma konjungtiva tidak jarang, paling sering didekat limbus,

pada karunkulus atau di tepian palpebra. Yang di karunkulus dan di

tepian palpebra umumnya lunak dan bertangkai, dengan permukaan

tidak teratur. Papiloma sering kambuh setelah dibuang.

c. Radang granulomantosa

Radang granulomantosa timbul disekitar benda asing, sekitar

materi sebasea yang keluar pada chalazia, dan menyertai penyakit

seperti koksidioidomikosisdan sarkoidosis. Fokus radang ini mungkin


membentuk plak-plak meninggi atau noduli di kulit atau konjungtiva

palpbera.

d. Tumor dermoid

Tumor kongenital ini jarang tampak berupa massa meninggi bulat,

kekuningan dan licin, sering dengan rambut. Sebuah tumor dermoid

mungkin tenang, meskipun sering membesar. Pengangkatannya hanya

diindikasikan jika deformitas cukup nyata atau jika penglihatan

terganggu atau terancam. Dermoid limbus dan dermolipoma adalah

bagian dari sindroma displasia okuloaurikulovertebral (sindrom

goldenhar).

e. Dermolipoma
Dermolipoma adalah tumor kongenital yang sering dijumpai dan

umumnya tampak sebagai penumbuhan licin di kuadran temporal atas

konjungtiva bulbi di dekat canthus lateral. Terapi umumnya tidak

diindikasikan, namun setidaknya pembuangan sebagian diindikasikan

jika pertumbuhan makin bertambah atau secara kosmetik jelek. Diseksi

posterior hendaknya dilakukan sangat hati-hati (jika dilakukan) karena

lesi ini sering menyatu dengan lemak orbita. kekacauan orbita dapat

berakhir parut dan komplikasi jauh lebih serius dari lesi asalnya.

f. Limfoma & hiperplasia limfoid

Ini adalah lesi konjungtiva jarang yang dapat timbul pada orang

dewasa tanpa ada penyakit sistemik atau berhubungan dengan

limfosarkoma sistemik atau berbagai diskrasiah darah. Hiperplasia

limfoid jinak kadang-kadang dapat dibedakan lewat tampilan yang

mirip krikil akibat pembentukan folikelnya. Meskipun begitu, tampilan

klinik hiperplasia limfoid jinak dan limfoma ganas mungkin

mirip,karenanya biopsi penting untuk menegakkan diagnosis. Karena

banyak diantara tumor limfoid ini mengenai orbita, mungkin

diperlukan pemeriksaan MRI atau CT Scan untuk menentukan besar

tumor sebenarnya. Terapi lesi jinak maupun ganas yang paling baik

adalah radioterapi.
g. Angioma

Angioma konjungtiva adalah hemangioma kapiler berbatas tegas

soliter atau berupa tumor vaskuler yang lebih difuse, yang sering

disertai hemangioma kavernosa atau kapiler orbita atau palpebra yang

lebih luas. Hemangioma harus dibedakan dari telangiektasis yang

kemudian mengenai kapiler konjungtiva. Pembuluh konjungtiva

telangiektasis mungkin terdapat berupa lesi terisolir atau mungkin

berhubungna dengan hamartoma vaskuler sistemik dalam penyakit

Rendu-Osler-Weber atau dalam telangiektasis ataksila (sindrom

Loius-Bar).

Granuloma piogenik adalah variasi dari hemangioma kapiler.

Granuloma piogenik seringkali timbul di konjungtiva palpebra di atas

chalzia atau dalam daerah yang baru dibedah. Pada sarkoma kaposi

yang berhubungan dengan AIDS, mula-mula terlihat nodul-nodul

vaskuler biru-merah ( jaringan granulasi ganas) di konjungtiva.

Tumor Ganas Primer Dari Konjungtiva Bulbi

a. Karsinoma
Karsinoma konjungtiva sering muncul pada limbus di daerah

fissura palpebra dan kurang sering di daerah konjungtiva yang tertutup.

Beberapa tumor ini mirip pterigium. Kebanyakan memiliki permukaan

gelatinosa, kadang-kadang keratinisasi abnormal epitel menimbulkan

leukoplakia. Pertumbuhannya perlahan, dan sangat jarang terjadi

invasi kedalam dan metastasis, karenanya eksisi total adalah terpi

efektif. Kambuh sering terjadi jika lesi tidak di eksisi sempurna;

terapinya adalah eksisi ulang. Penggunaan krioterapi dapat membantu

mencegah kekambuhan.

Displasia konjungtiva, juga disebut displasia epitelial atipik, adalah

tumor jinak yang timbul berupa lesi terisolir atau kadang-kadang diatas

pterigia dan pinguekula dan dapat menyerupai karsinoma in situ secara

klinik, bahkan secara hostologik. Istilah neoplasia intraepithelial

konjungtiva dapat dipakai untuk lesi dengan ciri antara displasia

konjungtiva dan karsinoma in situ yang tak pelak lagi ganas. Biopsi

eksisi akan menegakkan diagnosis dan sekaligus menyembuhkan

kebanyakan lesi ini.

b. Melanima maligna

Melanoma maligna konjungtiva jarang didapat. Keadaan ini dapat

muncul dari nevus yang sudah ada, dari daerah melanosis didapat, atau
denovo dari konjungtiva yang tadinya tamapak normal. Pigmentasi

dapat bervariasi, dan perjalanan kliniknya sering tidak menentu.

Banyak tumor dapat di eksisi secara lokal. Operasi lebih radikal

(misalnya exenterasi dari orbita) tidak dengan sendirinya memperbaiki

prognosis. Penggunaan krioterapi setelah eksisi tumor dapat membantu

mencegah kekambuhan

c. Limfosarkoma

Limfosarkoma maligna konjungtiva lebih jarang daripada

hiperplasia limfoid jinak. Banyak juga yang mengenai orbita, dan

beberapa berhubungan dengan limfoma sistemik. Meskipun begitu,

lesi konjungtiva mungkin adalah tanda awal dari masalah sistemik.

2.2 Tumor Intraokular

Tumor Pada Traktus Uvealis

Beberapa tumor penting yang mungkin pertama kali dilihat pada

pemeriksaan oftalmoskopi dibahas berikut ini.

a. Nevus
Nevus umumnya berupa lesi datar dengan atau tanpa pigmen di

dalam stroma jaringan. Pada permukaan anterior iris, tumor ini

dikatakan sebagai bintik-bintik iris. Di posterior koroid, mungkin

terluhat sebagai daerah-daerah datar berpigmen. Nevus koroid besar

sukar dibedakan dengan melanoma maligna. Gambarannya yang datar

dan khusunya tidak ada pertumbuhan. Pada pemeriksaan ulang penting

untuk mendiagnosis diferensial dari melanoma maligna.

Karena sulitnya membedakan dari melanoma maligna, harus dibuat

foto fundus atau digambar semua lesi yang mencurigakan observasi

terhadap perubahan yang terjadi.

b. Hemangioma dari Koroid


Hemangioma koroid berupa hemartoma difus pada sindrom Sturge-

Weber. Kedua jenis dapat berupa hemangioma kapiler, kavernosus atau

campuran. Epitel pigmen retina di atas tumor-tumor ini sering

hiperplastik, sehingga menghasilkan permukaan gelap, bukan warna

merah muda jingga seperti biasanya dan lebih mempersulit lagi

membedakan tumor ini dengan melanoma koroid. Ultrasonografi dapat

membantu diagnosis diferensial. Hilangnya penglihatan adalah akibat

ablasio retina sekunder, perubahan degenerative dalam epitel pigmen

retina atau sensoris, dan glaukoma sekunder.

Kadang-kadang hemangioma koroid dapat diobati dengan

fotokoagulasi untuk membatasi luas dan derajat ablasio retina berat

bersangkutan. Enukleasi mungkin diperlukan bagi tumor-tumor dengan

glaukoma bandel yang sakit.

c. Meduloepitelioma (Diktioma) Korpus Siliaris


Meduloepitelioma jinak dan ganas adalah tumor yang jarang

dijumpai yang mungkin berasal dari epitel korpus siliaris. Tumor yang

memiliki satu atau lebih unsur heteroplastik, misalnya tulang rawan

hialin, jaringan otak atau rabdomionblas, disebut juga

meduloepitelioma teratoid. Tumor-tumor yang muncul segera setelah

lahir menginfiltrasi daerah dsekitar lensa dan menimbulkan refleks

pupil putih yang mirip dengan yang diumpai pada retinoblastoma.

d. Melanoma Maligna

Diperkirakan melanoma maligna intraocular terjadi pada 0,02-

0,06% dari seluruh populasi pasien mata di AS. Tumor ini dijumpai

hanya di traktus uvealis dan merupakan tumor ganas intraocular

tersering pada populasi orang kulit putih. Melanoma maligna hampir

selalu unilateral. Delapan puluh lima persen tampak koroid 9%

dikorpus siliaris dan 6% di iris.

Tumor ini dapat ditemukan dalam stadium-stadium awal hanya

secara kebetulan sewaktu pemeriksaan oftalmoskopik rutin atau karena

timbul kekaburan penglihatan akibat invasi ke macula. Metastasis

hematogen dapat terjadi setiap saat. Glaukoma dapat merupakan

manifestasi lanjut tumor ini.

Secara histologis, tumor ini terdiri dari sel-sel berbentuk kumparan

dengan atau tanpa nucleolus yang mencolok, dan sel-sel tumor


epiteloid besar. Tumor yang terdiri dari kelompok pertama memiliki

prognosis lebih baik, tumor yang terdiri dari epiteloid besar memiliki

prognosis yang lebih buruk. Melanoma maligna intraocular dapat

meluas ke jaringan intraocular di sekitarnya atau keluar mata melalui

kanalis-kanalis sclera atau melalui invasi intravascular.

Gambaran klinis biasanya tidak ada kecuali apabila tumor

mengenai macula. Pada stadium lanjut, pertumbuhan tumor dapat

menyebabkan retina terlepas disertai penurunan lapang pandang.

Tumor yang terletak diiris dapat berukuran cukup lebar sehingga

warna iris berubah atau menimbulkan deformitas pupil. Tidak timbul

nyeri apabila tidak terjadi glaukoma atau peradangan.

Langkah pertama dalam diagnosis adalah mencurigai lesi.

Sebagian besar melanoma maligna intraocular dapat terlihat secara

oftalmoskopis. Pada mata dengan ablasi retina nonregmatogenosa,

harus selalu dicurigai adanya tumor. Pada mata buta dan nyeri,

ditemukan melanoma intraocular dalam jumlah bermakna,

ultrasonografi dapat membantu mendeteksi tumor-tumor tersebut.

Enukleasi mata mengidap melanoma koroid adalah terapi yang

lazim dikerjakan. Akhir-akhir ini diperkenalkan bentuk-bentuk terapi

lain, terutama reseksi local atau radioterapi dengan partikel bermuatan

misalnya proton dan ion helium atau dengan plak isotop radioaktif

yang dijahitkan ke sclera untuk tumor berukuran kecil dan penglihatan

masih baik. Melanoma yang sangat kecil (garis tengah <10mm)

memiliki prognosis baik dan sering dan dapat dibedakan dengan nevus
jinak, dengan demikian banyak penulis menganjurkan tidak melakukan

terapi terhadap tumor-tumor tersebut kecuali dapat dibuktikan jelas

terjadi pertumbuhan (biasanya dengan pengukuran ultrasonografi atau

fotografi serial). Pada pasien dengan penyakit metastatik, usia harapan

hidup adalah kurang dari 1 tahun, dan manfaat kemoterapi terbatas

sehingga terapi terhadap mata yang sakit hanya bersifat simptomatik.

Melanoma kecil pada iris yang belum menginvasi akar iris dapat

dengan aman diamati dan dicatat adanya pertumbuhan., kemudian

tumor ini diangkat dengan iridektomi. Lesi yang telah menginvasi akar

iris dan korpus siliaris kadang-kadang dapat diterapi dengan

iridosiklektomi. Melanoma iris memiliki prognosis baik, angka

kematian kurang dari 1%. Banyak tumor iris berpigmen sebenarnya

adalah nevus besar, jarang melanoma maligna.

e. Metastasis ke Koroid

Karena tingginya pasokan darah, koroid merupakan tempat yang

penting pada metastasis-metastasis hematogen. Pada wanita,

karsinoma payudara adalah sumber tersering. Pada pria, tumor

primernya biasanya adalah keganasan paru, genitourinaria dan

gastrointestinal. Metastasis koroid biasanya muncul dalam 2 tahun

setelah diagnosis keganasan primer, tetapi kadang-kadang metastasis

tersebut belum bermanifestasi sampai bertahun-tahun kemudian.

Gejala awal metastasis ke koroid yang biasanya ditemukan adalah

penurunan penglihatan dan fotopsia. Tumor tampak sebagai elevasi

koroid yang pucat tidak berpigmen dan sering disertai oleh pelepasan
retina serosa. Mungkin terdapat banyak lesi yang mengenai satu atau

kedua mata, dalam hal ini diagnosis relative mudah ditegakkan.

Metastasisi soliter dapat mirip dengan melanoma maligna koroid

amelanotik. Ultrasonografii dan biopsi jarum halus dapat membantu

membedakan tumor-tumor tersebut.

Kemoterapi untuk penyakit metastatik biasanya efektif terhadap

komponen koroidnya. Apabila tidak terdapat metastasis lain, maka

radioterapi local adalah terapi pilihan.

Tumor Intraokular Jinak Primer

a. Angioma Retina

Hemangioma retina timbul sebagai suatu tumor terisolasi atau

berkaitan dengan hemangioblastoma serebelum , kista dan karsinoma

pancreas, kista dan karsinoma ginjal dan feokromositoma pada

sindrom von Hippel Lindau. Tumor retina berwarna merah muda atau

merah, endofitik, dan biasanya diperdarahi oleh sebuah pembulu besar.

Tumor jukstapapilaris biasanya eksofitik. Penglihatan terganggu akibat

perdarahan atau eksudasi dari pembuluh-pembuluh tumor.

Fotokoagulasi, diatermi, dan krioterapi digunakan untuk mengobati

lesi retina ini.

b. Hamartoma astrosifik (Glial)


Hamartoma astrositik adalah tumor ujung syaraf optikus atau retina

yang translusen hingga berwarna keputihan dan sangat sering berkaitan

dengan sclerosis tuberosa (penyakit Bourneville) tumor ini juga dapat

bersamaan dengan neurofibromatosis (penyakit Recklinghausen) atau

timbul sebagai kelainan tersendiri. Tumor-tumor ini bersifat

kongenital, tetapi dapat membesar, tumor tidak memperlihatkan

kecenderungan klasifikasi atau mengambil konfigurasi

bebesaran( mulberry) sampai setelah usia 8 tahun.

Tumor Ganas Primer Pada Struktur Intraokular

Retinoblastoma

Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat

fatal. Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga, walaupun jarang

dilaporkan kasus-kasus yang timbul di segala usia. Tumor bersifat bilateral pada

sekitar 30% kasus, kasus-kasus ini bersifat herediter. Retinablastoma semula

diperkirakan terjadi akibat mutasi suatu gen dominan otosom, tetapi sekarang

diduga dominan autosom, tetapi sekarang diduga bahwa suatu alel di satu lokus di

dalam pita kromosom 13q14 mengontrol tumor bentuk herediter dan nonherediter.

Gen retinoblastoma normal, terdapat pada semua orang, adalah suatu gen supresor

atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit herediter memiliki satu alel yang

terganggu di setiap sel tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang

sedang tumbuh mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk

penyakit yang non herediter, kedua alel gen retinoblastoma normal di sel retina

yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh sel mutasi spontan. Pada pengidap yang

bertahan hidup (5% dari kasus baru yang orangtuanya sakit atau mereka yang
mengalami mutasi sel germinativum) memiliki kemungkinan hampir 50%

menghasilkan anak yang sakit.

Retinoblastoma dapat tumbuh ke luar (eksofitik) atau ke dalam (endofitik).

Retinoblastoma endofitik kemudian meluas ke dalam korpus vitreum. Kedua jenis

secara bertahap akhirnya mengisi mata dan meluas melalui saraf optikus ke otak

dan di sepanjang saraf dan pembuluh-pembuluh emisari di sklera ke jaringan

orbita lainnya.

Mikroskopis:

Sebagian besar retinoblastoma terdiri dari sel-sel kecil, tersusun rapat, bundar

atau poligonal dengan inti besar berwarna gelap dan sedikit sitoplasma.
Kadang membentuk Rosette Flexner-Wintersteiner yang khas, merupakan

indikasi diferensiasi fotoreseptor.


Kelainan degeneratif disertai nekrosis dan kalsifikasi.

Tanda:

Leukokoria (pupil putih)


Strabismus
Peradangan intraokular
Pada stadium awal, tumor terlihat hanya apabila dicari ( resiko tinggi pada

anak yang memiliki riwayat keluarga positif dan bila mata yang lain telah

terkena).

Different diagnosis:

Fibroblasia retrolental
Persistensi korpus vitreum primer
Displasia retina
Penyakit Coats
Endoftalmitis nematoda

Terapi:

Tumor dengan ukuran kecil pada anak:


o radio terapi plaque atau external beam
o krioterapi atau foto koagulasi
Enukleasi (terapi pilihan)
Kasus rekuren atau bilateral retinoblastoma dengan telah dilakukan enukleasi

pada mata pertama: kemoterapi

Prognosis:

20-90% pengidap retinoblastoma bilateral yang bertahan hidup, timbul tumor

ganas primer kedua terutama oeteosarcoma setelah beberapa tahun.

3.3 Tumor Orbita

Tumor Orbita Primer

a. Hemangioma Kapiler

Sifat : Tumor jinak

Predileksi : Kelopak mata dan Orbita

Epidemiologi : Lebih dari 90% kasus menjadi jelas sebelum usia 6 bulan.

Tanda :

Lesi superfisial tampak kemerahan (nevus strawberry) dan lesi yang

terletak dalam tampak lebih kebiruan.


Lesi cenderung membesar dengan cepat selama tahun pertama

kehidupan dan mengecil secara lambat selama 6-7 tahun.

Lesi di dalam orbita dapat menyebabkan strabismus atau proptosis.

Keterlibatan kelopak mata dapat mencetuskan astigmatisme atau

sumbatan penglihatan sehingga terjadi ambliopia.

Terapi :

Lesi superfisial yang kecil tidak memerlukan pengobatan dan

sebaiknya dibiarkan mengecil sendiri (tidak terdapat ancaman

ambliopia).

Kortikosteroid intralesi lepas lambat (efektif pada banyak kasus dan

dianggap sebagai pengobatan pilihan bagi sebagian kasus, dianggap

memiliki efek antiangiogenik yang menghambat proliferasi kapiler

dan menginduksi konstriksi pembuluh darah).

Kurang efektif tetapi kadang diperlukan: kortikosteroid sistemik, obat

sklerotikan, krioterapi, bedah laser, radiasi, reseksi bedah.

b. Hemangioma Kavernosa

Sifat :

Jinak

Tumbuh lambat,

Simptomatik pada usia pertengahan,

Tidak regresi spontan

Epidemiologi : Sebagian besar timbul pada wanita

Predileksi : Corong otot

Tanda :
Proptosis aksialis

Hiperopia

Lipatan koroidalis

Terapi : Eksisi bedah (Indikasi: bila menimbulkan gejala)

c. Limfangioma

Sifat :

Dimulai dari bayi

Tidak mengalami regresi

Predileksi :

Sering multifokus

Palatum mole

Orbita

Tanda :

Perdarahan intermiten

Perburukan secara bertahap

Kista darah berukuran besar

Proptosis

Diplopia

Histologik :

Saluran-saluran besar berisi serum-serum dan folikel-folikel limfoid

Terapi :

Aspirasi darah dengan jarum

Ekstirpasi kista spesifik


d. Rabdomiosarkoma

Epidemiologi : Sering pada anak-anak

Sifat :

Tumor ganas

Muncul sebelum usia 10 tahun

Pertumbuhan cepat

Menghancurkan tulang orbita di dekatnya

Menyebar ke otak

Terapi :

Kombinasi radiasi megavoltase ekesternal dan kemoterapi meningkatkan

survival rate pasien menjadi lebih dari 90%.

e. Neurofibroma

Sifat :

Neurofibromatosis diwariskan sebagai sifat dominan autosom (gen yang

berperan terletak pada kromosom 17.

Tanda :

Lesi khas dan dapat menyebabkan distorsi kelopak mata dan orbita.

Bercak-bercak cafe au lait

Cacat tulang sfenoid


Enoftalmus atau eksoftalmus berdenyut

f. Glioma Saraf Optikus

Epidemiologi :

75% simptomatik sebelum usia 10 tahun

25-50% berkaitan dengan neurofibromatosis

Sebagian besar adalah astrositoma derajat rendah dan hamartoma astrositik

Sifat :

Tumor yang terletak anterior terhadap kiasma optik memperlihatkan sifat

jinak

Tumor yang terletak pada dan di belakang kiasma mungkin lebih agresif

Tanda :

Hilangnya penglihatan

Atrofi optikus

Proptosis (bila tumor di dalam orbita)

Terapi :

Apabila pertumbuhan progresif atau gangguan penglihatan, radioterapi

efektif untuk menstabilkan atau memperbaiki penglihatan.

Eksisi tumor melalui orbitotomi lateral pada mata yang telah buta dengan

proptosis mencolok (untuk memperbaiki kosmetik).

g. Tumor Kelanjar Lakrimalis

Sifat :

Merupakan tumor epitel (paling sering: adenoma pleomorfik)

50% ganas

Tanda :
Keluhan nyeri

X-ray: destruktif

Pemeriksaan : Biopsi melalui kelopak mata untuk menghindari penyebaran

tumor ke dalam orbita

Terapi : Eksenterasi orbita disertai estektomi

Prognosis : Buruk

h. Limfoma

Jenis :

Limfoma maligna

Hiperplasia limfoid reaktif atau pseudolimfoma

Patologi anatomi :

Proliferasi monoklonal (kemungkinan ganas)

Proliferasi poliklonal jinak

Diagnosis banding :

Infeksi orbita

Penyakit sistemik misalnya penyakit kolagen, histiositosis, sinusitis,

sarkoidosis

Prognosis :

Untuk proliferasi limfoid poliklonal dan lesi B monoklonal berdiferensiasi

baik : memuaskan

Terapi :

Lesi terbatas pada orbita: radiasi

i. Histiositosis

Merupakan proliferasi sel-sel Langerhans dengan granula sitoplasma khas


Terapi : kuretase, bedah, injeksi kortikosteroid atau radiasi dosis rendah

Tumor Metastasis

Tumor-tumor metastasis mencapai orbita melalui penyebaran hematogen, karena

orbita tidak memiliki saluran limfe.

Asal :

Wanita : payudara

Pria : paru

Jenis tumor metastasis :

Pada anak-anak paling sering adalah neuroblastoma

Tumor metastatik jauh lebih sering terdapat di koroid

Terapi :

Radiasi

Kemoterapi

Tumor kecil yang terlokalisasi : eksisi secara total atau parsial

Tumor sekunder

Karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, karsinoma kelenjar sebasea dapat

menyebar secara lokal ke orbita anterior, karsinoma nasofaring tersering dari sinus

maksilaris dan meningioma menginvasi orbita posterior.


BAB IV

PEMBAHASAN

Ny. S datang tangal 23 Desember 2013 dengan keluhan kedua mata kabur.

Pasien mengeluh kedua matanya kabur sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya terasa

nrocoh, merah dan perih jika berkeringat. 3 bulan yang lalu pasien memakai obat

Alletrol tetes selama 1 bulan. Pasien merasa setelah memakai obat nrocoh, merah

dan perih serta kabur berkurang, tetapi setelah tahu ada daging yang tumbuh di

mata sebelah kiri pemakaian Alletrol dihentikan. Nyeri kepala dan mual muntah

tidak ada. Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan punya hipertensi namun

tidak teratur minum obat. Riwayat penyakit di keluarganya tidak ada yang

menderita hal yang sama, tidak ada yang mempunyai riwayat tumor. Pasien tidak

punya riwayat KB sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah yang tinggi 230/130

mmhg. Pada status generalis dalam batas normal. Pada status oftalmologi

didapatkan VOD 5/60 ph tetap VOS 3/60 ph tetap. Pada pemeriksaan segmen

anterior pada OD didapatkan jaringan fibrovascular dari kantus medial hingga tepi

limbus. Sedangkan pada OS didapatkan massa solid warna putih, tepi tidak rata,

agak berdungkul, tampak mendatar di konjungtiva dekat limbus, diameter sekitar

0,3 cm, CVI (+) dari limbus dan sekitar massa serta didapatkan jaringan
fibrovascular dari kantus medial hingga tepi limbus. TIO OD 15,5 dan OS 23,1.

Pemeriksaan segmen posterior tidak dilakukan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan diagnosis

Pterigium grade I ODS, Susp. Tumor konjungtiva dd malignancy OS, Glaukoma

sekunder OS dan Hipertensi Grade II. Pada ODS didapatkan pterygium grade I

dimana pterygium belum melebihi limbus. Pterygium ini muncul dikarenakan

konjungtiva bulbi yang selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kontak

langsung dengan sinar ultraviolet, debu dan kekeringan. Pada OS didapatkan

massa solid warna putih, berdungkul dengan tepi tidak rata, ini merupakan Susp.

Tumor konjungtiva dd malignancy. Seperti yang telah dijelaskan pada tinjauan

pustaka bahwa tumor konjungtiva ada yang jinak dan ganas. Pada tumor

konjungtiva jinak (Nevus, papiloma, radang granulomatosa, dermoid,

dermolipoma) biasannya permukaanya licin dan berkembang untuk jadi besar

lama. Sedangkan pada tumor konjungtiva ganas (karsinoma dan melanoma

maligna) biasanya permukaannya tidak rata dan berdungkul-dungkul. Pada

karsinoma kebanyakan memiliki permukaan gelatinosa, mirip pterygium dan

biasanya terletak di dekat limbus. Sedangkan pada melanoma maligna bersifat

melanotik dan berpigmen. Pada kasus ini kemungkinan adalah Susp. tumor

konjungtiva ganas (karsinoma) namun diagnosis ini harus ditegakkan setelah

dilakukan pemeriksaan biopsy atau histo PA, jika ganas direkomendasikan

melakukan CT Scan untuk mengetahui apakah ada penjalaran pada bagian mata

yg lain. Pada OS juga didapatkan TIO 23,1, TIO yang tinggi ini kemungkinan

disebabkan oleh riwayat penggunaan steroid jangka panjang sehingga terjadi

glaucoma sekunder sudut terbuka.


Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi medikamentosa secara

simtomatik dengan Asam mefenamat 500 mg untuk mengurangi nyeri serta

Amoxicillin sebagai antibiotic sistemik setelah ekstirpasi. Untuk mengontrol TIO

diberikan Betaksolol. Dan untuk mengatasi tekanan darah tingginya diberi

Losartan. Sedangkan terapi pembedahan dilakukan ekstirpasi wide excision

sekaligus dilakukan pengambilan sampel untuk histo PA.


DAFTAR PUSTAKA

Arinold HL, et al Andrews dissease of the skin, 9th edition, WB Sounders Co 2000 : 820-
829.
Budititjahjono S. Tumor-Tumor Kulit. Dalam: Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit,
Hipokrates , 2000: 206-35
Crawford, J Brooks. Tumor Palpebra. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum
Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009. p. 88-91.
Crawford, J Brooks. Tumor Konjungtiva. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi
Umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009. p. 125-127.
Crawford, J Brooks. Tumor Traktus Uvealis. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi
Umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009. p. 167-169.
Crawford, J Brooks. Tumor Intraokular. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi
Umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009. p. 217-219.
Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine 5th ed. Vol I, Mc-Graw Hill, 1992:
1488-1494.
Habif TP, MD. Basal Cell Carcinoma. Dalam Premalignant and Malignant Non
Melanoma Skin Tumor Clinical Dermatology, A colour guide to diagnosis and
therapy, 3th Ed, St. Louis Baltimore, Mosby, 1996: 649-59
Hamzah M, Kanker Kulit: Aspek Deteksi Dini, Diagnosis Penentuan Tingkat Penyakit
dan Pencegahannya Dalam Kumpulan Makalah Lengkap PIT V, PERDOSKI,
Semarang, 2000.

Anda mungkin juga menyukai