Anda di halaman 1dari 132

SKRIPSI

PERILAKU PERSONAL HYGIENE GENITALIA SANTRIWATI


DI PESANTREN UMMUL MUKMININ MAKASSAR
SULAWESI SELATAN TAHUN 2014

SANDRIANA
K111 11 339

BAGIAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

SANDRIANA
PERILAKU PERSONAL HYGIENE GENITALIA SANTRIWATI DI
PESANTREN UMMUL MUKMININ MAKASSAR SULAWESI
SELATANA TAHUN 2014.
(xv + 91 halaman + 1 tabel + 9 Lampiran)

Salah satu akibat kurangnya pemahaman personal hygiene genitalia adalah


terjadinya gangguan kesehatan organ reproduksi seperti keputihan, infeksi saluran kemih
(ISK), penyakit radang panggul (PRP) dan bisa berdampak kemandulan, gangguan pada
kehamilan serta kemungkinan terjadinya kanker leher rahim sehingga dibutuhkan
pemahaman yang baik tentang kesehatan reproduksi agar terhindar dari ancaman
penyakit reproduksi. Berdasarkan hasil observasi awal di Pesantren Ummul Mukminin
didapatkan informasi bahwa santriwati belum mengerti cara membersihkan genitalia
sehingga menyebabkan sebagian santriwati mengalami keputihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku personal hygiene genitalia
santriwati di Pesantren Ummul Mukminin Makassar Sulawesi Selatan. Adapun jenis
penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi.
Penentuan informan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh informan
limabelas orang. Informan penelitian adalah santriwati 12 orang, kepala pondok 1 orang,
penjaga koperasi 1 orang dan 1 orang perawat kesehatan. Pengumpulan data berupa
wawancara mendalam dan observasi. Untuk keabsahan data dilakukan triangulasi sumber
dan teknik. Analisis data menggunakan content analysis yang disajikan secara narasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan santriwati memiliki pemahaman yang cukup
baik tentang definisi, manfaat dan dampak personal hygiene genitalia. Namun masih
banyak santriwati yang salah dalam membersihkan genitalianya. Santriwati cenderung
mengikuti kebiasaan orang tua, saudara, teman dan ibu asrama dalam menerapkan
perilaku personal hygiene genitalia. Untuk menerapkan perilaku personal hygiene
genitalia dibutuhkan fasilitas yang dapat menunjang, seperti tersedianya pelayanan
kesehatan, tersedianya kebutuhan pribadi, kamar mandi, dan air yang bersih. Namun
masih banyak hambatan yang ditemui santriwati dalam menerapkan perilaku personal
hygiene genitalia, seperti kurangnya ketersedian kamar mandi, air yang kurang serta kotor
dan berkeruh. Kesimpulan penelitian adalah pemahaman santriwati tentang personal
hygiene genitalia cukup baik. Namun praktik santriwati dalam menerapkan perilaku
personal hygiene genitalia masih kurang.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada santriwati untuk meningkatkan
praktik personal hygiene genitalia sesuai dengan pemahaman yang telah diketahui dan
disarankan kepada pihak pesantren ummul mukminin agar memperhatikan fasilitas-
fasilitas yang tersedia di pesantren seperti kamar, kamar mandi dan air demi menunjang
perilaku santriwati dalam menerapkan personal hygiene genitalia.

Daftarpustaka : 28 (2007-2014)

Kata Kunci : Perilaku, personal hygiene, genitalia, pesantren.

iv
KATA PENGANTAR

Perjalanan akhir sebagai mahasiswa strata-1 Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin langkah demi

langkah sudah penulis lalui. Usaha, dan Doa tidak jenuh penulis lakukan dalam

pencapaian titik akhir dari perjalanan menyandang gelar keemasan, Sarjana

Kesehatan Masyarakat. Bukan perkara mudah, tetapi penuh rintangan dan ujian.

Atas berkat dan rahmat Tuhan yang maha Esa, penulis berusaha melalui itu semua

dengan tulus dan ikhlas. Oleh karena itu dengan segala keterbatasan dan

kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul Perilaku

Personal Hygiene Genitalia Santriwati Di Pesantren Ummul Mukminin Makassar

Sulawesi Selatan. Shalwat serta salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah

SAW, yang mengajarjan kepada umat manusia tentang nilai-nilai intelektualitas.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hasil penelitian ini tidak lepas

dari kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi isi maupun cara penulisan.

Namun, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik berupa materi maupun

dorongan moril, hingga pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dari hati kepada

ibu Indra Fajarwati Ibnu, SKM, MA selaku pembimbing I dan bapak Drs. H.

Watief A. Rachman, M.S selaku pembimbing II. Sebab tanpa bimbingan dan

arahan dari kedua beliau, penelitian tidak akan pernah lahir menjadi sebuah karya

tulis.

v
Tidak lupa pula penulis haturkan setulus jiwa, sebuah rasa terima kasih dan

penghargaan atas segala dukungan, doa, dan restu kepada kedua orang tua

tercinta, H. Syaharuddin dan Hj. Sanialang, yang telah menjadi sponsor utama

dalam penyelesaian karya tulis ini. Serta kakak tercinta Ns. Sandara Desming,

S.kep yang tidak jenuh meluangkan waktu, tenaga untuk mambantu

menyelesaikan penulisan ini. Serta adik-adik tersayang, Syahril Syaharuddin,

Sarahtul Anggraeni, Sadriani Syaharuddin, Syahrul Syaharuddin dan sepupu

tersayang Sherly. Semoga persembahan ini dapat menginspirasi dan memotivasi

kalian agar menjadi manusia yang lebih baik dan berprestasi. Penulis juga

mengucapkan rasa terima kasih kepada Ismail Rizky Lapalanti yang tidak jenuh

dan sepenuh hati meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan tidak henti memberi

semangat untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Shanti Riskiyani, SKM, M.kes selaku penguji dan dosen bagian Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah memberikan bimbingan dan

arahannya selama ini.

2. Jumriani Ansar, SKM, M.kes dan Dr.dr.Muh. Tahir Abdullah, MSc,

MSPH selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan demi

kesempurnaan tulisan ini.

3. Ibu Dr. suriah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Promosi Kesehatan

Dan Ilmu Perilaku, Beserta seluruh dosen dosen Promosi kesehatan terima

kasih atas ilmu dan pengetahuan yang diberikan, dan teriama kasih kepada

vi
staf jurusan Promosi Kesehatan Kak aty dan Kak taufik untuk segala

dukungan dan bantuannya.

4. Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.kes selaku dekan berserta seluruh dosen

dan karyawan yang telag memberikan bantuan fasilitas serta bimbingan

selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

5. Pihak Pesantren Ummul Mukminin yang telah memberi izin untuk

penelitian, dan seluruh adik-adik santriwati yang bersedia diwawancarai

dan meluangkan waktuny, berbagi cerita dan pengalaman.

6. Teman seperjuangan Iren Ayu Indira dan Miftahul Jannah yang tidak

pernah jenuh membantu sepenuh hati, meluangkan waktu, pikiran dan

menyemangati penulis mulai tahap awal hingga akhir penulisan ini.

7. Teruntuk sahabat tercinta, Alm. Khiky Ashan, Chaca Silondae, Muh.

Hidayat, Dyana H., Spdi, dan Indah Ashan, SM terima kasih telah setia

menemani peneliti disaat susah maupun senang, berbagi cerita, telah

membantu doa dan selalu memberi semangat. Tanpa kalian mungkin

peneliti akan merasa kesepian.

8. Teman-teman seperjuangan PKIP angkatan 2011. Dhaya, Juliarti, Mifta,

Iren, Kamil Imma, Cindra, Sandy, Isma, Gusfar, Ilham, Uni, Der,

Cita, Anca, Rina, Winarse, dan Apin. Menjadi mahasiswa diakhir

semester mungkin begitu sepi dan membosankan tanpa cerita-cerita dari

kalian. Terima kasih sudah mau berjuang bersama-sama. Serta keluarga

besar Forum Mahasiswa Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku periode

2013/2014 dan 2014/2015.

vii
9. Seluruh KM FKM UNHAS angkatan 2011 yang senantiasa memiliki rasa

senasib dan sepenanggungan.

10. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih

telah banyak membantu.

Semoga Tuhan yang Maha Esa membalasnya dengan hal yang lebih baik.

Amin. Sebab daya dan upaya yang penulis miliki pun asal hanya dari-Nya.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa

hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

memohon maaf, serta dengan kerendahan hati menerima kritik dan saran yang

membangun dari pembaca. Demikianlah, semoga hasil penelitian ini bermanfaat

bagi siapa pun yang membacanya dan khususnya teruntuk penulis.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, February

2015

Penulis

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
RINGKASAN ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7

C. Tujuan ...................................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9


A. Tinjauan Umum Perilaku ......................................................................... 9

1. Klasifikasi Perilaku Kesehatan .......................................................... 11

2. Domain Perilaku ................................................................................ 12

3. Asumsi Determinan Perilaku ............................................................. 18

B. Tinjauan Umum personal hygiene genitalia ........................................... 21

1. Personal hygiene ............................................................................... 21

2. Organ Genitalia .................................................................................. 23

3. Perawatan Organ Genitalia ................................................................ 25

4. Dampak personal hygiene genitalia .................................................. 30


ix
C. Tinjauan Umum Pesantren ..................................................................... 31

D. Kerangka Teori ....................................................................................... 34

BAB III KERANGKA KONSEP ...................................................................... 35


A. Dasar Pemikir Variabel .......................................................................... 35

B. Pola Fikir Variabel Yang Diteliti ........................................................... 38

C. Definisi Konseptual ................................................................................ 39

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 41


A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 41

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian ................................................................ 42

C. Metode Penentuan Informan .................................................................. 43

D. Mekanisme Pengumpulan Data ............................................................. 44

E. Keabsahan Data ...................................................................................... 45

F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 46

G. Pengolahan Data ..................................................................................... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 47


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 47

B. Karakteristik Informan ........................................................................... 48

C. Hasil Penelitian ...................................................................................... 49

1. Pemahaman personal hygiene genitalia ............................................ 50

a) Informasi personal hygiene genitalia .......................................... 50

b)Pengertian personal hygiene genitalia.......................................... 51

c) Manfaat personal hygiene genitalia ............................................ 51

d)Dampak personal hygiene genitalia ............................................. 52


x
e) Apa yang termasuk personal hygiene genitalia ........................... 53

f) Cara membersihkan genitalia ...................................................... 54

g)Pemakaian pakaian dalam ........................................................... 58

h)Pemakaian pantyliner .................................................................. 60

i) Personal hygiene saat menstruasi ................................................ 63

2. Panutan dalam menerapkan perilaku personal hygiene genitalia ...... 66

3. Sumber-Sumber Daya ....................................................................... 68

a) Fasilitas yang menunjang personal hygiene genitalia ................. 68

b)Hambatan dalam menerapkan personal hygiene genitalia ........... 71

c) Bantuk informasi yang diperoleh di pesantren terkait ................. 74

D. Pembahasan ............................................................................................ 75

1. Pemahaman personal hygiene genitalia ............................................ 75

2. Panutan dalam menerapkan personal hygiene genitalia ................... 89

3. Fasilitas pendukung dan penghambat ................................................ 91

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 96


A. Kesempulan ............................................................................................ 96

B. Saran ...................................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100

xi
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 5.1 Kamar mandi pondok pesantren

2. Gambar 5.2 Minyak tawon

3. Gambar 5.3 Salep Iritasi

4. Gambar 5.4 Pembalut kain

5. Gambar 5.5 Keperluan pribadi santriwati

6. Gambar 5.6 Bak mandi yang terisi air

7. Gambar 5.7 Pakaian dalam yang tersimpan dalam kamar mandi

8. Gambar 5.8 Kamar santriwati

9. Gambar 5.9 Jemuran santriwati dibelakang kamar

10. Gambar 5.10 Skema hasil wawancara dengan informan terkait dari mana

memperoleh informasi mengenai personal hygiene genitalia.

11. Gambar 5.11 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait cara

membasuh genitalia.

12. Gambar 5.12 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait

membersihkan genitalia.

13. Gambar 5.13 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait

mengeringkan daerah genitalia sebelum memakain pakaian dalam.

14. Gambar 5.14 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait frekuensi

pemakaian pakaian dalam.

15. Gambar 5.15 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait pemakaian

pantyliner.

xii
16. Gambar 5.16 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait frekuensi

mengganti pembalut.

17. Gamabar 5.17 pembalut kain yang telah dicuci

18. Gambar 5.18 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait panutan

dalam perilaku personal hygiene genitalia.

19. Gambar 5.19 Pos kesehatan pesantren

20. Gambar 5.20 Koperasi pesantren

21. Gambar 5.21 kamar mandi pesantren

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Karakteristik Informan Penelitian perilaku personal hygiene santriwati
di pesantren ummul mukminin.

Tabel 5.2 Indikator kebersihan genitalia.

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Informed Consent

2. Lampiran 2 Pedoman

3. Lampiran 3 Pedoman Lembar Observasi

4. Lampiran 4 Matriks

5. Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari FKm

6. Lampirn 6 Surat Izin Penelitian dari Badan Koordinasi Penanaman Modal

Daerah

7. Lampiran 7 Surat Izini dari Pesantren Ummul Mukminin Sudiang

8. Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

9. Lampiran 9 Riwayat Hidup

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat

penting dan harus diperhatikan karena kebersihan mempengaruhi kesehatan

dan psikologis seseorang. Jika seseorang sakit biasanya disebabkan oleh

kebersihan yang kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menggangap

masalah kebersihan adalah masalah yang kurang penting padahal jika hal

tersebut dibiarkan dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Mardani,

2010). Masalah kesehatan sangat kompleks dan saling berkaitan dengan

masalah-masalah diluar kesehatan itu sendiri, demikian pula untuk mengatasi

masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatan itu

sendiri tapi harus dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan

tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Dalam kehidupan masyarakat kita sering menemukan berbagai

pandangan, pendapat, persepsi, dan kepercayaan tentang suatu hal yang

dipercaya oleh masyarakat karena dianggap benar padahal belum tentu benar.

Pandangan yang sering muncul dan berkembang dalam masyarakat karena

beberapa hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat atau kurang

lengkap, penyampaian informasi terlalu berlebihan sehingga menimbulkan

sikap diskriminasi dikalangan remaja atau masyarakat terhadap berbagai

masalah. Salah satu diantaranya mengenai masalah personal hygiene genitalia

(Imarotul, 2014).

1
Organ genitalia merupakan komponen penting bagi pria dan wanita.

Namun dititik beratkan pada wanita karena wanita memiliki sistem

reproduksi yang sensitive terhadap suatu penyakit bahkan keadaan penyakit

lebih dihubungkan dengan fungsi dan kemampuan terhadap kesehatan

reproduksinya. Organ genitalia sangat jarang dibahas dikarenakan terkesen

tabu dan jorok. Namun seperti kita ketahui vagina perempuan memiliki

fungsi reproduksi melangsungkan keturunan dengan mengenal dan

mempelajari maka kita akan lebih tahu bagaimana merawat organ genitalia

dan menjaganya dengan benar (Rabita, 2010).

Sampai saat ini fenomena praktik hygiene genitalia pada remaja masih

tergolong rendah, ini dapat dilihat dari hasil penelitian Wakhidah (2014)

mengenai hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang infeksi

genitalia eksterna dengan perilaku vulva hygiene di Man 1 surakarta. Hasil

penelitian menunjukkan banyak remaja sering kali salah dalam merawat

organ reproduksinya, seperti cara membasuh genitalia dari arah belakang ke

depan, menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih yang tidak jelas

komposisi kandungannya, menabur bedak di organ genitalia, bahkan

memyemprotkan parfum didalam vagina dan pada saat mandi remaja

menyamakan sabun badan dengan sabun vagina, artinya sabun yang mereka

gunakan untuk badan diberikan juga untuk membersihkan vaginanya.

Organ genitalia harus benar-benar dijaga kebersihannya secara ekstra

karena jika tidak dijaga kebersihannya akan menimbulkan mikro organisme

yang berlebih sehingga mengganggu fungsi organ reproduksi. Menjaga

2
kesehatan organ genitalia wanita diawali dengan menjaga kebersihan

genitalia dengan cara membasuh secara teratur bagian vulva dari arah depan

ke balakang dengan menggunakan air bersih, menggunakan anti septic yang

jelas komposisinya, membersihkan bekas air dan keringat yang ada disekitar

bibir vagina dengan menggunakan tissue atau handuk agar tidak lembab,

mengganti pakaian dalam minimal dua kali sehari sehabis mandi atau setelah

buang air kecil dan air besar, memakai pantyliner atau pembalut tipis pada

saat keputihan untuk menjaga vagina dari kelembapan yang berlebihan,

mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh vagina, dan yang paling

penting harus diperhatikan adalah membersihkan organ genitalia pada saat

menstruasi, karena pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim terbuka

sehingga sangat mudah terkena infeksi, untuk itu sangat ditekankan bagi

wanita yang tengah mengalami menstruasi agar memperhatikan pemeliharaan

personal hygiene dengan cara mengganti pembalut sekitar 4-5 kali dalam

sehari untuk menghindari masuknya bakteri tersebut ke dalam vagina (Yanti,

Dkk, 2014).

Kebersihan daerah genitalia terutama pada saat menstruasi sering

diabaikan oleh wanita. Pada saat menstruasi darah dan keringat yang keluar

menempel pada vulva sehingga daerah genitalia menjadi lembab. Jika pada

saat menstruasi tidak menjaga kebersihan genitalia dengan benar, maka

dengan keadaan lembab jamur dan bakteri yang berada di daerah genitalia

akan tumbuh subur sehingga menyebabkan rasa gatal dan infeksi pada daerah

tersebut. Infeksi yang di akibatkan oleh hygiene yang buruk selama

3
menstruasi yang sering terjadi pada wanita yaitu, keputihan, vaginitis

bacterial, trichomonas vaginalis (Anindya, 2013).

Penyakit infeksi pada organ reproduksi bila tidak diobati dengan

sempurna akan menimbulkan komplikasi berupa penyakit radang panggul

(PRP) dan bisa berdampak kemadulan, gangguan pada kehamilan (abortus,

lahir prematur) atau bahkan menyebabkan bayi lahir cacat, serta

kemungkinan terjadinya kanker leher rahim. Adapun dampak psikososial

yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan hygiene perorangan

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial (Dolang Dkk, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Yanti (2014) menganai pengetahuan remaja

putri terhadap perilaku higienis pada saat menstruasi di SMA Negeri 1 Benai

Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi belum mengerti dan

memahami tentang menstruasi, bagaimana cara menjaga kesehatan pada saat

menstruasi dan apa akibat dari perilaku tidak higienis pada saat menstruasi.

Hal ini dapat mendukung terjadinya keputihan, pada saat menstruasi mereka

cenderung tidak berperilaku higienis, seperti hanya mengganti pembalut satu

kali dalam sehari. Selain itu mereka masih mempercayai mitos-mitos seputar

menstruasi, seperti tidak boleh keramas pada saat menstruasi. Padahal

keramas merupakan suatu tindakan menjaga kebersihan pada saat menstruasi.

Hal ini menunjukkan remaja perlu diberikan informasi yang baik dan

positif melalui orang tua, teman sebaya, guru sekolah tantang perawatan

genitalia khususnya remaja yang ada dipondok pesantren karena sampai saat

4
ini sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh dan lembab,

WC yang kotor serta sanitasi yang buruk. Perilaku tidak sehat yang menjadi

kebiasaan santriwati di pesantren seperti menggantung pakaian dikamar,

saling bertukar pakai benda pribadi seperti pakaian, sisir, alat mandi, handuk,

jilbab. Pesantren menerapkan aturan tidak membolehkan pakaian santri

perempuan dijemur dibawah terik matahari dan aturan yang membatasi

intekrasi antara santri dengan dunia luar. Itulah yang membuat kebudayaan

yang ada dipesantren berbeda dengan budaya masyarakat diluar pesantren

(Badri, 2007).

Pondok pesantren mempunyai fungsi pokok untuk membentuk manusia

yang bertaqwa dan berkepribadian yang islami, sesuai dengan perkembangan

masa yang mengalami perubahan-perubahan atau perkembangan dari segi

metode pengajaran maupun fasilitasnya. Namun demikian ciri utama

kehidupan pesantren adalah adanya kyai, santri, asrama dan pondok itu

sendiri. Kehidupan yang komples ini berpengaruh pada perilaku orang-orang

yang ada di pondok pesantren khususnya para santri yang tinggal di

pesantren. Menurut Hendrik L Blum (1974) terwujudnya derajat kesehatan

dipengaruhi oleh empat faktor yakni, faktor perilaku, faktor lingkungan,

faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Dimana faktor-faktor

tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar memegang

peranan penting dalam pencapaian derajat kesehatan. Perilaku hygiene

perorangan dan hygiene lingkungan tidak terlepas dari pada peraturan atau

5
tata tertib serta norma-norma yang berlaku di pondok pesantren (Rahayu,

2004).

Hasil penelitian Ramdan (2013) mengenai pola penyakit santri dipondok

pesantren assalamah, menunjukkan terdapat pola penyakit pada santri terdiri

dari resistensi kekebalan santri terhadap serangan penyakit/infeksi dari luar

perilaku santri yang tidak sehat dan faktor lingkungan fisik serta lingkungan

sosial yang tidak sehat. Penyakit yang paling banyak diderita oleh santri putri

yaitu penyakit scabies, maag dan keputihan. Mayoritas santri cenderung

berperilaku tidak sehat yang disebabkan oleh minimnya pengetahuan santri

terhadap kesehatan priadi maupun lingkungan, minimnya kesadaran

mencegah munculnya penyakit dan kurang memahami gajala-gejala penyebab

munculnya suatu penyakit. Perilaku hidup bersih dan sehat terutama

kebersihan perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang

mendapatkan perhatian dari santri itu sendiri, santri berperilaku acuh tak acuh

terhadap pemeliharaan kesehatan pribadinya sehingga pentingnya akan

pencegahan terhadap penyakit belum disadari oleh santri (Badri, 2007).

Pondok Pesantren Ummul Mukminin merupakan Pondok Pesantren putri

yang memiliki skala santriwati yang terbesar di Sulawesi Selatan jika

dibandingkan dengan pesantren-pesantren lain yang ada di Sulawesi Selatan.

Penempatan para santriwati yang diasramakan sangatlah padat, untuk tiap

kamar dihuni 10-12 orang santriwati. Melihat jumlah santriwati yang cukup

banyak akan mempengaruhi hygiene perorangan.

6
Dari observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 2 oktober 2014 di

Pondok Pesantren Ummul Mukminin kepada kepala pondok pesantren

mengatakan bahwa santriwati kurang mengetahui kebersihan organ genitalia

sehingga menyebabkan sebagian santriwati mengalami keputihan.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan karena belum dilakukannya

penelitian tentang perilaku personal hygiene genitalia maka peneliti tertarik

untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana perilaku personal hygiene

genitalia santriwati di Pesantren Ummul Mukminin.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut memberikan dasar bagi

penulis untuk meneliti tentang Perilaku Personal Hygiene Genitalia Santriwati

Di Pesantren Ummul Mukminin Makassar Sulawesi Selatan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku personal hygiene genitalia santriwati di

pesantren ummul mukminin makassar sulawesi selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pemahaman santriwati tentang personal hygiene

genitalia di pesantren ummul mukminin makassar sulawesi selatan.

b. Untuk mendapatkan informasi panutan santriwati dalam personal

hygiene genitalia di pesantren ummul mukminin makassar sulawesi

selatan.

7
c. Untuk mendapatkan informasi tentang fasilitas yang mendukung dan

menghambat perilaku personal hygiene genitalia santriwati di pesantren

ummul mukminin makassar sulawesi selatan.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan

bagi kepala sekolah pesantren ummul mukminin sudiang dan kepala

pondok pesantren untuk lebih menjelaskan kepada santriwati tentang

personal hygiene genitalia.

b. Manfaat pada Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan,

sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti

bidang yang sama terkait personal hygiene genitalia.

c. Manfaat pada Peneliti

Untuk menambah pengetahuan tentang personal hygiene genitalia.

d. Manfaat pada santriwati

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

santriwati terkait personal hygiene genitalia, sehingga nantinya santriwati

dapat mengubah perilaku kebersihan genitalianya menjadi lebih baik.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Perilaku

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang

dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dipandang

dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau

makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sabab itu dari segi biologis semua

makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia mempunyai

aktivitas masing-masing (Notoatmodjo, 2010).

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentengan

kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan manusia tersebut

antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca, menulis, berfikir,

bekerja, dan sebagainya. Secara singkat aktivitas manusia dikelompokkan

menjadi dua yakni, aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain

misalnya berjalan, bernyanyi, tertawa dan sebagainya. Sedangkan aktivitas

yang tidak dapat diamati orang lain dari luar misalnya berpikir, berfantasi,

bersikap, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Skiner (1938) seorang ahli psikologi dalam Notoatmodjo (2010),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi

melalui proses Stimulus Organisme Respon sehingga teori skiner ini

disebut teori S-O-R (stimulus,organisme,respons).

9
Teori Skinner dikutip (Notoatmodjo, 2007), menjalaskan adanya dua jenis

respons, yakni:

a) Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini

disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang

relative tetap.

b) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang

tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer

karena memperkuat respon.

Berdasarkan teori S-O-R yang dikutip (Notoatmodjo, 2007), maka

perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yakni :

a) Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur

adalah pengetahuan dan sikap.

b) Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus tersabut sudah

berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.

10
1. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Becker (1979) yang dikutik Natoatmojdo (2010) membuat klasifikasi

tentang perilaku kesehatan yang dibedakan menjadi tiga, yakni

a) Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan.

b) Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang yang sakit dan terkena masalah kesehatan atau

keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah

kesehatan yang lain.

c) Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran

(roles), yang mencakup hak-haknya (rights), dan kewajiban sebagai

orang sakit (obligation). Menurut becker hak dan kewajiban orang

yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran sakit.

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan

dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan dan

minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

11
a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah

perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan

bilamana sakit.

b) Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan,

atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking

behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

c) Perilaku kesehatan lingkungan adalah apabila seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan

sebagainya.

d) Domain Perilaku

Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (covert), maupun

perilaku terbuka (overt) seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi

sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang

bersangkutan. Dengan kata lain, perilaku merupakan keseluruhan (totalitas)

pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antar

faktor internal dan faktor eksternal tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo, 2010, membagi perilaku

itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan

tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan

ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan

atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah

12
kognitif (kognitif domain), raah affektif (affectife domain) dan ranah

psikomotor (psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk

kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

a) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Sebagaian besar pengetahuan seseorang

diperoleh mulai indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan

(mata). Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang

dihadapi. Secara garis besar ada enam tingkatan domain pengetahuan

yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehesion)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat mengintepretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut.

13
3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam satu objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkataitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertuntu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya

intelegensia, minat, kondisi fisik.

b. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,

masyarakat, sarana.

14
c. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya

strategi dan metode dalam pembelajaran.

b) Sikap (Attitude)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak

baik dan sebagainya). Campbell (1950) mendefiniskan secara sederhana

yakni sikap suatu sidrom atau kumpulan gejala dalam merespons

stimulus atau objek. Menurut Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo

(2013), sikap terdiri dari tiga komponen pokok, yakni :

1. Kepercayaa atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai

tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

15
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c) Praktik atau Tindakan (practice)

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan

untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan,

sebab untuk tewujudnya tindakan perlu faktor lain antara adanya

fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat

dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya, yakni :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama.

2. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik

tingkat kedua.

16
3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan

wawancaraterhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,

hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2013),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam

diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek)

2. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

17
4. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

e) Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger dalam Notoatmodjo (2013) membagi kepribadian

manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang

ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang

tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari

berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,

motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu

yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan, antara lain :

a. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat

kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,

yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non

behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh faktor :

18
1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-

sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan

sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

c) Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa

perilaku merupakan fungsi dari :

1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behavior itention).

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan (accesebility of information).

4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil

tindakan atau keputusan (personal autonomy).

5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

d) Teori WHO (1984)

19
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku

tertentu adalah :

1. Pemahaman (dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek)

2. Orang penting sebagai referensi yaitu individu yang dapat di jadikan

patokan dalam berperilaku. Apabila seseorang itu penting untuknya,

maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3. Sumber-sumber daya, Sumber-sumber daya (resources), mencakup

fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.

4. Kebudayaan, Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan

sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu

pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu

berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat

manusia (Notoatmodjo, 2013).

e) Teori Kalangie (1994)

Menurut Kalangie, perilaku merupakan kegiatan atau tindakan yang

dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk kepentingan atau

pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan,

nilai dan norma kelompok yang bersangkutan sekalipun perilakunya

bertentangan dengan aturan-aturan, perilaku ini bukan hanya terjadi pada

kelompok tidak mengerti tetapi juga pada tingkat masyarakat

berpendidikan tinggi yang dilakukannya secara tidak sadar, jadi

20
pemanfaatan pelayanan kesehatan tergantung pada tingkat pemahaman

dan kebiasaan-kebiasaan.

B. Tinjauan Umum Personal Hygiene Genitalia

1. Personal Hygiene

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003) yang di kutip (Potter, 2005)

hygiene perorangan berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis. Adapun tujuan personal hygiene yakni

meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki

personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan,

dan meningkatkan rasa percaya diri.

Menurut Potter dan Perry (2005) pelaksanaan personal hygiene sering

terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti body image,

status sosial ekonomi, praktek sosial, pengetahuan, budaya, kebiasaan

seseorang dan kondisi fisik.:

a. Citra tubuh (Body Image) penampilan umum seseorang yang dapat

menggambarkan pentingnya personal hygiene pada orang tersebut.

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang

penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi

terhadap peningkatan citra tubuh individu.

b. Praktik sosial kelompok-kelompok sosial wadah yang mempengaruhi

bagaimana seseorang dalam pelaksanaan praktik personal hygiene.

21
c. Status sosial ekonomi, pendapatan keluarga akan mempengaruhi

kemampuan keluarga untuk menyediaka fasilitas dan kebutuhan-

kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan

hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis

dan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk melakukan personal

hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai,

seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang

cukup (mis. sabun, sikat gigi, sampo, dll).

d. Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan

tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu

sendiri tidaklah cukup, seseorang juga harus termotivasi untuk

memelihara personal higiene. Individu dengan pengetahuan tentang

pentingnya personal higene akan selalu menjaga kebersihan dirinya

untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit (Notoatmodjo, 2007).

e. Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan

personal hygiene. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang

berbeda mengikuti praktek perawatan personal hygiene yang berbeda.

Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan defenisi tentang

kesehatan dan perawatan diri.

f. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang memiliki keinginan individu

dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan

22
perawatan rambut. Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang

menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan

untuk melakukan personal higiene.

Dampak yang akan timbul jika personal hygiene kurang adalah (Potter

dan Perry 2005):

a. Dampak fisik, yaitu gangguan fisik yang terjadi karena adanya

gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, adalah gangguan

yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, iritasi, gatal-gatal

dan bisa menimbulkan penyakit yang parah.

b. Dampak psikososial, yaitu masalah-masalah sosial yang berhubungan

dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa, malas dan

tidak ada inisiatif, menarik diri atau isolasi diri. merasa tak berdaya ,

rendah diri dan merasa hina.

c. Dampak sosial, yaitu interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu

berperilaku sesuai norma.

2. Organ Genitalia

Genitalia (alat kelamin) adalah bagian-bagian tubuh seksual eksterna.

Bagian genetalia eksterna antara lain, Vulva, mons veneris, Labia mayora,

Labia minora, Klitoris (kelentit), Vestibulum, Hymen (selaput darah),

Kelenjar bartholin (Rohmah, 2013) :

a. Vulva

23
Meliputi seluruh struktur ekternal yang dapat dilihat mulai dari pubis

sampai perineum, yaitu moons veneris, labia mayors dan labia minors,

klitoris, selaput dara (hymen),vestibulum, muara uretra, berbagai

kelenjar, dan struktur vaskular

b. Mons veneris

Bagian yang menonjol dan terdiri symphysis pada perempuan saat

pubertas ditutupi oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya

batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan

ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha.

c. Labia Mayora ( bibir-bibir besar )

Lapisan lemak dengan bentuk lipatan seperti bibir, terdiri atas bagian

kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak

serupa dengan yang ada di moons veneris.

d. Labia Minora(bibir - bibir kecil)

Lipatan jaringan tipis sebelah dalam bibir besar. Kedepan kedua bibir

kecil bertemu diatas klitoris, ke belakang bibir juga bertemu. Terdapat

pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf, merupakan

bagian yang sensitive.

e. Clitoris

Clitoris adalah organ kecil yang erektil, seperti penis pada pria,

mengandung banyak pembuluh darah serta saraf,sehingga

sangatsensitif saat hubungan seks.

f. Vestibulum

24
Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan

dibatasi depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh bibir kecil dan

belakang oleh perineum.

g. Hymen (selaput dara)

Hymen merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Hymen

normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat

berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.

Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang

menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk

fimbriae).

h. Kelenjar bartholin

Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina.

Mengeluarkan secret mucus terutama pada waktu coitus.

3. Perawatan organ genitalia

Perawatan alat genitalia eksterna sangat jarang dilakukan dikarenakan

terkesan tabu dan jorok, sejak kecil kita juga tidak dibiasakan untuk

membicarakannya atau bahkan mempelajarinya. Seperti yang kita ketahui

penis pada laki-laki dan vagina pada perempuan yang dimiliki fungsi

reproduksi (melangsungkan keturunan) dan dengan mengenal dan

mempelajarinya maka akan lebih tahu bagaimana merawat, menggunakan

dan menjaganya dengan benar. Alat reproduksi merupakan salah satu organ

tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan

25
perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara

kesehatan reproduksi (Rabita, 2010).

Kebersihan genitalia merupakan pemiliharaan kebersihan dan

kesehatan individu yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga

terhindar dari gangguan alat reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan

fisik dan psikis serta meningkatkan derajat kesehatan. Adapun personal

hygiene genitalia terkait dalam cara membasuh dan membersihkan genitalia,

mengganti pakaian dalam, pemakaian pembalut tipis pantyliner, mencuci

tangan, penggunaan anti septic, frekuensi ganti pembalut, pemilihan

pembalut, siklus menstruasi dan mencukur rambut organ genitalia (Suryati,

2012).

Perawatan genitalia memiliki beberapa manfaat (Handayani, 2011)

antara lain :

1. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.

2. Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal.

3. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5-4,5)

4. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.

5. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekiitar vulva

di uar vagina.

6. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5

sampai 4,5.

7. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.

26
8. Membersihkan genitalia dengan air bersih, sebaiknya dilakukan

dengan menggunakan shower toilet. Semprotlah pemukaan luar

vagina dengan pelan dan menggosoknya dengan tangan secara

perlahan dan daerah disekitar genitalia harus dibersihkan dengan

sabun yang berbahan lembut/ mild.

9. Saat membersihkan genitalia, lakukan dari depan ke belakang. Hal

ini untuk menghindari bakteri yang ada di sekitar anus terbawa

masuk ke vagina.

10. Mengeringkan daerah disekitar genitalia sebelum berpakaian. Sebab

jika tidak dikeringkan akan menyebabkan pakaian dalam yang

dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai,

pakaian dalam yang basah dan lembab berpotensi timbulnya bakteri

dan jamur. Daerah genitalia dapat dikeringkan dengan menggunakan

tissue dan handuk.

11. Tidak dianjurkan menaburkan bedak di daerah genitalia dan

sekitarnya, karena ada kemungkinan bedak tersebut akan

mengumpul di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan

untuk dibersihkan.

12. Gantilah pakaian dalam sekurang-kurangnya dua sampai tiga kali

sehari. Pakaian dalam berbahan katun lebih baik karena menyerap

cairan lebih cepat. Hindari pemakaian pakaian dalam yang ketat

kaena dapat membuat daerah selangkangan teriritasi dan hindari

pemakaian pakaian dalam berbahan nylon atau polyester yang akan

27
membuat panas sehingga daerah genitalia menjadi lembab, kondisi

ini sangat disukai bakteri dan jamur untuk berkembang baik.

13. Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara 2-3 jam.

Pantyliner atau pembalut tipis untuk menjaga bagian vagina dari

kelembapan yang berlebihan. Menurut elmart, (2012) pantyliner

bukannya menjaga kelembapan, tetapi justru malah bisa menjaga

sarana buat kuman untuk berkembang biak di daerah vagina.

14. Cukurlah rambut kemaluan di sekira vulva secara berkala untuk

mengurangi kelembapan yang berlebih. Mencukur rambut pubis

secara rutin satu kali 40 hari akan meminimalisir terjadinya

penyebaran kuman, bakteri dan jamur yang dapat bersumber dari

daerah anus atau vagina.

15. Apabila daerah genitalia gatal jangan menggaruk-garuk cukup

bersihakn genitalia dengan air bersih.

16. Ganti pembalut setiap mandi dan setelah buang air kecil atau buang

air besar dan dianjurkan untuk mengganti pembalut 4-5 kali sehari

saat menstruasi, karena darah yang keluar bisa menjadi media

kuman.

17. Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan lembut, yang

menyerap dengan baik serta tidak membuat alergi dan merekat

dengan baik pada pakaian dalam.

28
18. Saat menstruasi kebersihan genitalia selalu dijaga, terutama vulva

agar terhindar dari iritasi yang dapat menimbulkan infeksi pada

organ intim.

Perawatan kebersihan yang dibicarakan kebanyakan hanya

menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ

reproduksi jarang didapatkan dari orang tua, dikarenakan seringkali mereka

merasa tidak nyaman membicarakan masalah seksual. Ajaran untuk

memelihara kebersihan sudah didapat dari kecil, sayangnya kebersihan

organ seksual tak pernah dibicarakan. Memelihara keberhasilan area organ

reproduksi bagian luar merupakan hal yang sangat penting dan merupakan

awal dari usaha menjaga kesehatan reproduksi. Letak organ reproduksi

tersebut pada daerah yang tertutup dan berlipat ditambah lagi bila

berkeringat, akan menjadi lembab sehingga memudahkan bakteri

berkembang biak dan dapat menimbulkan gangguan pada organ reproduksi.

Maka kita harus menjaganya dengan melakukan perawatan organ

reproduksi bagian luar (Mardani, 2010).

Menurut para pakar kesehatan, ketidak seimbangan PH vagina akan

menyebabkan bakteri-bakteri komensial (deoderlin) menjadi mati sehingga

vagina dapat terserang bakteri dari luar. Apabila hal itu terjadi dapat

menyebabkan penjalaran infeksi ke organ reproduksi lebih atas lagi dan

menyebabkan infeksi rongga panggul. Penelitian di Amerika membuktikan

infeksi rongga panggul diatas dikenal dengan nama pelvic inflammotory

disease (PID). PID sendiri adalah infeksi pada bagian dalam organ

29
reproduksi perempuan, yang disebabkan oleh bakteri yang menjalar dari

vagina dan leher rahim hingga dapat mencapai rahim dan ovarium keadaan

ini dapat menyebabkan perempuan mengalami sakit menjelang menstruasi

dan bisa juga mengalami kesulitan hamil (Rabita, 2010).

4. Dampak personal hygiene genitalia

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang akan dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan seseorang. Bila pengetahuan

baik maka akan mempengaruhi sikap dan perilaku yang baik pula. Seseorang yang

tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup akan

cenderung mengabaikan kesehatan reproduksi dan pada akhirnya ia akan memiliki

tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Maka seseorang yang

memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan memilih perilaku yang

tepat, artinya perilaku tersebut akan mampu mempertahankan kualitas atau

kondisi kesehatan reproduksinya. Jika terkait dengan menstruasi maka yang akan

dipilih adalah perilaku personal higiene pada saat menstruasi (Unwawirka, 2013).

Personal hygiene saat menstruasi dapat dilakukan dengan cara tidak

menggunakan antiseptic vagina, hindari mandi dengan berendam, menggunakan

celana yang tidak ketat, mandi atau buang air kecil vagina dikeringkan dengan

tissue atau handuk agar tidak lembab,tidak melakukan aktivitas yang terlalu lelah

dan yang paling penting mengganti pembalut minimal 3 sampai 5 kali sehari atau

selama 4 jam sekali untuk menghindari masuknya bakteri ke dalam vagina karena

pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi

30
dan menghindari pertumbuhan bakteri pada pembalut yang digunakan dan

mencegah masuknya bakteri tersebut kedalam vagina (Lianawati, 2012).

Personal hygiene genitalia pada saat menstruasi yang buruk dapat

meningkatkan kerentanan terjadi infeksi saluran reproduksi karena pembuluh

darah dalam rahim terbuka sehingga mudah terinfeksi, infeksi ini biasanya

diakibatkan oleh salah satu organisme Candida albicans, Trichomonas vaginalis

dan Gardnerella vaginalis yang dapat menyebabkan gejala seperti Pruritus vulva,

iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih (Suryati, 2012).

Penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi bila tidak diobati dengan

sempurna, akan menimbulkan komplikasi berupa penyakit radang panggul (PRP)

dan bisa berdampak kemadulan, gangguan pada kehamilan (abortus, lahir

prematur) atau bahkan menyebabkan bayi lahir cacat, serta kemungkinan

terjadinya kanker leher rahim dan adapun dampak psikososial, yaitu masalah-

masalah sosial yang berhubungan dengan hygiene perorangan adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. (Dolang

Dkk, 2012).

C. Tinjauan Umum Pesantren

Menurut Hendrik L Blum (1974) terwujudnya derajat kesehatan dalam

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, faktor perilaku, faktor

lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan, dimana faktor-

faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar

memegang peranan dalam status kesehatan masyarakat. Dimana faktor

lingkungan sangat mempengarahi personal hygiene.

31
Sampai saat ini sebagian Pesantren tumbuh dalam lingkungan yang

kumuh, seperti: tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab,

dan sanitasi yang buruk. Perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di

kamar, tidak membolehkan pakaian santri perempuan dijemur di bawah terik

matahari, dan saling bertukar pakai benda pribadi seperti pakaian, sisir, alat

mandi, dan handuk menjadi kebiasaan santri di pesantren (Badri, 2007).

Pondok pesantren merupakan tempat tinggal bersama para santri selama

menimba ilmu di pesantren. Tinggal bersama dengan sejumlah santri dalam

satu asrama akan beresiko tertular berbagai penyakit, penularan terjadi bila

kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Perilaku hidup

bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di pondok pesantren pada

umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri itu sendiri , santri

berperilaku acuh tak acuh terhadap pemeliharaan kesehatan pribadinya.

Pentingnya akan pencegahan terhadap penyakit ternyata belum disadari oleh

semua santri, mayoritas santri masih berperilaku yang tidak mencerminkan

akan pentingnya mencegah munculnya sebuah penyakit yang bisa merugikan

para santri (Ramdan, 2013).

Jumlah santri di dalam pondok pesantren cukup banyak dan berasal dari

beberapa daerah dengan kebiasaan dan pola hidup yang berbeda. Kondisi

seperti ini akan mempengaruhi haygiene perorangan. Dalam kehidupan

sehari-hari para santri yang tinggal di pondok pesantren selalu berinteraksi

antara santri yang satu dengan santri yang lainnya sehingga penyakit menular

berbasis lingkungan seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan

32
akut, diare dan penyakit kulit serta penyakit organ reproduksi akibat personal

haygiene yang buruk Adanya prinsip kebersamaan seperti menggunakan alat

makan, minum, pakaian, handuk, alat mandi dan lain-lain secara bersama-

sama juga akan meningkatkan angka penularan penyakit menular tersebut

(Fitriyah, 2013).

Hasil penelitian Ramdan (2013) mengenai pola penyakit santri dipondok

pesantren assalamah, menunjukkan terdapat pola penyakit pada santri terdiri

dari resistensi kekebalan santri terhadap serangan penyakit/infeksi dari luar,

perilaku santri yang tidak sehat dan faktor lingkungan fisik serta lingkungan

sosial yang tidak sehat. Penyakit yang paling banyak diderita oleh santri putri

yaitu penyakit kulit dan keputihan. Mayoritas santri cenderung berperilaku

tidak sehat yang disebabkan oleh minimnya pengetahuan santri terhadap

kesehatan priadi maupun lingkungan, minimnya kesadaran mencegah

munculnya penyakit dan kurang memahami gajala-gejala penyebab

munculnya suatu penyakit.

Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di

pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri

itu sendiri, santri berperilaku acuh tak acuh terhadap pemeliharaan kesehatan

pribadinya sehingga pentingnya akan pencegahan terhadap penyakit belum

disadari oleh semua santri (Badri, 2007).

33
D. Kerangka teori

Pemahaman

Panutan
Perilaku (WHO)

Sumber-sumber daya

Budaya

Gambar 1. Kerangka Teori


Gambar tersebut di atas menjelaskan bahwa berdasarkan teori WHO

(1984) yang dikutip Notoatmodjo (2010) bahwa Perilaku masyarakat di

pengaruhi oleh empat faktor yakni Pemahaman (dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek),

panutan, sumber-sumber daya, dan

34
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang

dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dipandang

dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sabab itu dari segi biologis

semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan manusia

mempunyai aktivitas masing-masing (Notoatmodjo, 2010).

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentengan

kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan manusia

tersebut antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, membaca,

menulis, berfikir, bekerja, dan sebagainya. Secara singkat aktivitas manusia

dikelompokkan menjadi dua yakni, aktivitas-aktivitas yang dapat diamati

oleh orang lain misalnya berjalan, bernyanyi, tertawa dan sebagainya.

Sedangkan aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain dari luar misalnya

berpikir, berfantasi, bersikap, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010)

Berdasarkan teori WHO yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu

adalah:

1. Pemahaman (dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan,

dan penilaian seseorang terhadap objek)

35
2. Panutan yaitu individu yang dapat di jadikan contoh dalam berperilaku.

Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau

perbuat cenderung untuk dicontoh.

3. Sumber-sumber daya, sumber-sumber daya (resources), mencakup

ketersediaan yakni fasilitas, keterjangkauan waktu, tenaga, uang, dan

sebagainya.

4. kebudayaan.

Perilaku norma, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber

didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of

life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini

terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat

ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo,

2010).

Sampai saat ini fenomena praktik personal hygiene genetalia pada remaja

masih tergolong rendah. Ini dapat dilihat dari hasil penelitian Wakhidah

(2014) mengenai hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang infeksi

genetelia eksterna dengan perilaku vulva hygiene di Man 1 surakarta, hasil

penelitian menunjukkan banyak remaja sering kali salah dalam merawat

organ reproduksinya seperti cara membilas genetelia dari arah belakang ke

depan, menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih yang tidak jelas

komposisi kandungannya, menabur bedak, bahkan menyemprotkan parfum di

dalam vagina dan pada saat mandi mereka hanya memperhatikan kebersihan

badannya dan menyamakan sabun badan dengan sabun vagina, artinya sabun

36
yang mereka gunakan untuk badan diberikan juga untuk membersihkan

vaginanya.

Menjaga kesehatan organ reproduksi wanita diawali dengan menjaga

kebersihan organ genitalia, membersihkan vagina dengan cara membasuh

secara teratur bagian vulva secara hati-hati menggunakan air bersih,

membersihkan bekas keringat yang ada disekitar bibir vagina dan yang paling

penting harus diperhatikan adalah membersihkan organ reproduksi pada saat

menstruasi, karena pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim terbuka

sehingga sangat mudah terkena infeksi, untuk itu sangat ditekankan bagi

wanita yang tengah mengalami menstruasi agar memperhatikan pemeliharaan

personal hygiene (Yanti, Dkk, 2014)

Kebersihan daerah genitalia terutama pada saat menstruasi sering diabaikan

oleh wanita. Pada saat menstruasi darah dan keringat yang keluar menempel

pada vulva sehingga daerah genitalia menjadi lembab. Jika pada saat

menstruasi tidak menjaga kebersihan genitalia dengan benar, maka dengan

keadaan lembab, jamur dan bakteri yang berada di daerah genitalia akan

tumbuh subur sehingga menyebabkan rasa gatal dan infeksi pada daerah

tersebut. Infeksi yang di akibatkan oleh hygiene yang buruk selama

menstruasi yang sering terjadi pada wanita yaitu, keputihan, vaginitis

bacterial, trichomonas vaginalis, dan sebagainya (Anindya, 2013).

37
B. Pola Fikir Variabel Yang Diteliti

1. Kerangka Konsep

Pemahaman
santriwati tentang
personal hygiene
genitalia

Panutan santriwati
dalam personal
hygiene perawatan
genitalia
Perilaku personal
hygiene genitalia
Fasilitas di
pesantren yang
mendukung dan
menghambat
perilaku personal
hygiene genitalia

Budaya

Modifikasi kerangka teori WHO (1984) dalam Notoadmojo (2010).

38
C. Defenisi konseptual

1. Perilaku personal hygiene

Perilaku personal hygiene adalah suatu pamahaman, sikap dan praktik

yang dilakukan oleh santriwati untuk meningkatkan derajat kesehatan,

memilihara kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, menciptakan

keindahan, dan mencegah timbulnya penyakit.

2. Kebersihan genitalia

Kebersihan genitalia merupakan pemiliharaan kebersihan dan kesehatan

yang dilakukan santriwati dalam kehidupan sehari-hari sehingga terhindar

dari gangguan alat reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan

psikis serta meningkatkan derajat kesehatan. Adapun personal hygiene

genitalia terkait dalam cara membersihkan dan membasuh genitalia,

mengganti pakaian dalam, pemakaian pembalut tipis pantyliner,

mencuci tangan, penggunaan anti septic, frekuensi ganti pembalut,

pemilihan pembalut, siklus menstruasi dan mencukur rambut organ

genitalia.

3. Pemahaman

Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman santriwati mengenai

personal hygiene genitalia mulai dari informasi yang diperoleh tentang

personal hygiene genitalia, pengertian, maanfaat dan dampak personal

hygiene genitalia. Perawatan genitalia sehari-hari mulai dari cara

membersihkan genitalia, membasuh genitalia, pemakaian pakaian dalam,

pemakaian pantyliner, mencuci tangan sebelum menyentuh genitalia.

39
Hygiene genitalia pada saat menstruasi seperti frekuensi penggantian

pembalut berapa, pemilihan pembalut, cara membersihkan genitalia, siklus

menstruasi, mencukur rambut genitalia dan gejala yang di alami pada saat

menstruasi.

4. Panutan

Panutan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang biasanya dijadikan

contoh oleh santriwati dalam melakukan perilaku personal hygiene

genitalia. Adapun yang biasanya dijadikan sebagai panutan adalah orang

tua karena remaja biasanya mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

oleh orang tuanya bahkan hal-hal yang disukai ataupun tidak disukai oleh

orang tua biasa turun ke remaja. Begitu juga dengan teman sebaya, karena

remaja biasanya mengikuti perilaku teman dalam hal personal hygiene

perawatan genitalia.

5. Sumber-sumber daya

Sumber daya yang dimaksud adalah fasilitas yang mendukung dan

menghambat perilaku personal hygiene genitalia seperti ketersediaan balai

kesehatan, kamar mandi, air, peralatan mandi, pembalut, pentyliner.

40
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami sudut pandang dari informan,

mengeksplorasi pemaknaan terhadap sebuah fenomena, atau untuk

mengobservasi sebuah proses secara mendalam maka Metode pendekatan

kualitatif sangat sesuai untuk digunakan (Sugiyono, 2013). Adapun tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman santriwati tentang

personal hygiene genitalia, panutan santriwati dalam melakukan personal

hygiene genitalia, serta sumber-sumber daya terkait fasilitas yang mendukung

dan menghambat perilaku santriwati dalam melakukan personal hygiene

genitalia. Hal tersebut dapat dicapai melalui penggalian informasi secara

mendalam terhadap informan, sedangkan observasi di lakukan untuk

mengetahui fasilitas yang mendukung dan menghambat santriwati dalam

melakukan personal hygiene genitalia, sehingga pendekatan kualitatif

digunakan sebagai metode dalam penelitian ini.

Fenomenologi merupakan suatu rancangan penelitian yang digunakan

untuk melihat lebih dekat segala pengalaman dari aktivitas sehari-hari yang

terlihat biasa dengan maksud untuk merasakan referensi seseorang atau

untuk melihat dunia melalui sudut pandang orang lain (Sumantri, 2011).

Fenomenologi merupakan suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk

melihat suatu kompleksitas. Alasan-alasan yang mendasari santriwati dalam

melakukan personal hygiene genitalia dapat beragam dari tiap santriwati.


41
Untuk mengetahui hal tersebut pengalaman-pengalaman santriwati perlu

dirasakan. Oleh sebab itu, fenomenologi dipilih sebagai rancangan dalam

penelitian ini. Adapun teknik yang digunakan adalah observasi dan

wawancara mendalam (indepth interview).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada tanggal 28

November sampai 28 Desember 2014 yang meliputi persiapan,

pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data beserta evaluasi

kegiatan penelitian.

2. Lokasi penelitian

Pesantren Ummul Mukminin terletak di jalan Perintis Kemerdekaan

Km.17 Kelurahan Pai Kecamatan Biringkanaya Makassar. Pesantren

Ummul Mukminin merupakan suatu lembaga pendidikan yang mana

lembaga tersebut selain mengadakan kegiatan proses belajar mengajar,

juga merupakan tempat tinggal santriwati untuk menjalankan aktivitas

sehari-harinya. Pondok pesantren yang mempunyai dua jenjang pendidikan

yakni Madrasah Tsanawiah dan Madrasah Aliyah ini mempunyai jumlah

santriwati yang cukup banyak dengan jumlah santriwati sebanyak 645

orang, sehingga penempatan para santriwati yang di asramakan terbilang

sangat padat. Untuk tiap kamar rata-rata di huni 10-12 santriwati.

Pondok Pesantren Ummul Mukminin dipilih peneliti sebagai lokasi

penelitian dengan pertimbangan bahwa Pondok Pesantren Ummul

42
Mukminin merupakan Pondok Pesantren putri yang memiliki skala

santriwati yang terbesar di Sulawesi Selatan jika dibandingkan dengan

pesantren-pesantren lain yang ada di Sulawesi Selatan. Berdasarkan dari

observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 2 oktober 2014 di

Pondok Pesantren Ummul Mukminin kepada kepala pondok pesantren

mengatakan bahwa santriwati tidak mengetahui dan tidak mengerti

kebersihan organ genitalia sehingga menyebabkan sebagian santriwati

mengalami keputihan.

C. Metode Penentuan Informan

Penentuan informan penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Peneliti mencari informan dengan cara mengadakan sosialisasi mengenai

personal hygiene genitalia. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka

subjek penelitian dikhususkan pada santriwati yang telah mengalami

menstruasi dan kepala pondok pesantren menyarankan agar sosialisasi

dilakukan di kelas 3 SMP karena kebanyakan santriwati yang sudah

mengalami menstruasi berada di kelas 3 SMP. Sosilisasi dilakukan pada

tanggal 5-7 desember 2014 dengan jumlah santriwati yang mengikuti

sosialisasi pertama sebanyak 22 santriwati, sosialisasi yang kedua di ikuti 19

santriwati dan sosialisasi yang ketiga di ikuti 20 santriwati. Sosialisasi

dilakukan didalam ruangan kelas dalam bentuk penyuluhan tentang

perawatan organ genitalia, dengan adanya sosialisasi peneliti mengharapkan

partisipasi santriwati untuk menjadi informan.

43
Dari hasil sosialisasi yang peneliti lakukan sebagian besar santriwati yang

mengikuti sosialisasi ingin menjadi informan, namun pada saat peneliti

mengatakan bahwa teknik pengumpulan data dalam bentuk wawancara

mendalam (Indept Interview) banyak santriwati yang langsung mundur untuk

menjadi informan. Santriwati mengira teknik pengumpalan data dilakukan

dengan cara mengisi kuesioner sehingga sebagian besar santriwati yang

mengikuti sosialisasi antusias ingin menjadi informan. Namun hanya tersisa

12 santriwati yang bersedia untuk menjadi informan. Jumlah informan yang

berhasil di wawancarai dalam penelitian ini sebanyak 12 informan santriwati,

1 informan kepala pondok, 1 informan perawat pos kesehatan dan 1 informan

penjaga koperasi.

D. Mekanisme Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam (indepth interview)

Data primer yang dikumpulkan bersumber pada wawancara yang dilakukan

dalam penelitian. peneliti melakukan wawancara mendalam kepada seluruh

informan. Dalam pelaksanaan wawancara ini lebih bebas bila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur karena peneliti tidak sepenuhnya terpaku

pada pedoman wawancara yang dipakai. Wawancara tersebut dilakukan

dengan menggunakan bantuan pedoman wawancara (terlampir) serta alat

perekam suara, kamera untuk keperluan dokumentasi.

2. Observasi

Proses pengumpulan data dimulai dengan observasi awal di lokasi

penelitian. Peneliti melakukan pertemuan dengan kepala pondok pesantren

44
untuk mengetahui masalah yang terjadi di pondok pesantren ummul

mukminin. Setelah mendapatkan masalah yang terjadi dipesantren, peneliti

kemudian meminta izin penelitian secara tertulis. Setelah mendapatkan surat

izin penelitian, kepala pondok pesantren mengarahkan agar penelitian

dilakukan dikelas 3 SMP karena penelitian ini dikhususkan pada santriwati

yang telah mengalami menstruasi.

Observasi juga dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data primer.

Observasi dilakukan dengan cara melihat kondisi sekitar lokasi penelitian

yaitu lingkungan pesantren, asrama pondok pesantren, kamar serta kamar

mandi. Observasi tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan lembar

observasi (terlampir) serta handphone untuk keperluan dokumentasi. Hasil

observasi tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara yang

dilakukan.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri.

Untuk memperoleh fakta-fakta dilapangan, peneliti melengkapi diri dengan

lembar observasi, pedoman wawancara, alat bantu dokumentasi (perekam suara

dan kamera), serta catatan lapangan.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dilakukan secara manual

sesuai dengan petunjuk pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan tujuan

penelitian ini dan selanjutnya dianalisis dengan metode content analysis. Data

yang dikumpul adalah data yang bukan angka sehingga analisa data dimulai

45
dengan menuliskan hasil pengamatan, hasil wawancara, kemudian

diklasifikasikan dan diinterpretasikan dan akhirnya disajikan dalam bentuk

narasi.

G. Keabsaan data

Untuk menjamin dan mencerminkan akurasi informasi yang dikumpulkan,

peneliti menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi teknik, yaitu

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda - beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2013). Adapun teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi dan wawancara

mendalam (indepth interview). Triangulasi teknik dilakukan dengan cara

membandingkan (cross check) antara informasi yang diperoleh dengan

pengamatan langsung di lokasi penelitian dan informasi dari hasil wawancara

mendalam. Sedangkan triangulasi sumber dilakukan dengan cara

membandingkan (cross check) antara informasi informan yang satu dengan

yang lain. Hal ini dilakukan untuk melihat pandangan informan terhadap

informasi yang didapatkan.

46
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini peneliti menyajikan hasil penelitian tentang perilaku

santriwati terhadap personal hygiene genitalia di Pesantren Ummul Mukminin

Makassar Sulawesi Selatan. Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan

selama 1 bulan, yakni mulai tanggal 28 November sampai 28 Desember 2014 di

Pesantren Ummul Mukminin. Adapun wawancara mendalam dilakukan pada

informan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah ditetapkan,

kemudian dilengkapi dengan kegiatan observasi sebelum dan setelah melakukan

wawancara mendalam.

A. Gambaran Umum Lokasi

Pesantren Ummul Mukminin merupakan suatu lembaga pendidikan yang

mengadakan kegiatan proses belajar mengajar, juga merupakan tempat

tinggal santriwati untuk menjalankan aktivitas sehari-harinya. Pesantren yang

mempunyai dua jenjang pendidikan yakni Madrasah Tsanawiah (SMP) dan

Madrasah Aliyah (SMA).

Pesantren Ummul Mukminin memiliki fasilitas dan sarana yang

menunjang santriwati dalam kehidupan sehari-hari, seperti pondok asrama

santri, balai pengobatan, kamar mandi, depot air minum, depot buku, depot

foto copy, koperasi toko, koperasi kantin, lapangan olahraga, mesjid,

perpustakaan, ruang informasi, ruang kelas, ruang keterampilan menjahit,

ruang multimedia, ruang tamu, ruang laboratorium IPA dan komputer.

47
Dalam menerapkan perilaku personal hygiene genitalia santriwati

membutuhkan fasilitas yang mendukung sehingga dapat menerapkan perilaku

personal hygiene genitalia, seperti balai kesehatan, koperasi, kama, kamar

mandi serta air yang bersih.

B. Karakteristik Informan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk

mengetahui perilaku personal hygiene genitalia santiwati di Pesantren

Ummul Mukminin Makassar Sulawesi Selatan. Informasi dalam penelitian ini

diperoleh dari hasil wawancara mendalam terhadap sumber data yang

bersedia memberikan informasi, yang disebut informan.

Berdasarkan pemilihan informan yang telah dijelaskan pada bab IV maka

dengan itu diperoleh informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 12

santriwati, 1 kepala pondok pesantren, 1 perawat pos kesehatan, 1 penjaga

koperasi. Jumlah informan seluruhnya adalah 15 orang. Umur informan yang

tertua 52 tahun dan termuda 14 tahun. Informan yang berumur 14 tahun

berjumlah 10 orang, informan yang berumur 15 tahun berjumlah 2 orang,

informan yang berumur 27 tahun berjumlah 1 orang, informan yang berumur

30 tahun berjumlah 1 orang dan informan yang berumur 52 tahun berjumalh 1

orang. Berdasarkan tingkat pendidikan informan S1 (3 orang), SMP (12

orang) . Untuk lebih jelasnya karakteristik informan dapat dilihat pada tabel

V.1 .

48
Tabel. V. 1

Karakteristik Informan Penelitian Perilaku Personal Hygiene


Genitalia Santriwati Di Pesantren Ummul Mukminin
Makassr Sulawesi Selatan Tahun 2014
Umur
No Nama Pendidikan Keterangan
(thn)
1. IH 14 SMP Santriwati
2. AS 15 SMP Santriwati
3. SZA 14 SMP Santriwati
4. AZS 14 SMP Santriwati
5. NR 14 SMP Santriwati
6. ERU 14 SMP Santriwati
7. ML 14 SMP Santriwati
8. NHA 14 SMP Santriwati
9. IA 15 SMP Santriwati
10. KKU 14 SMP Santriwati
11. FS 14 SMP Santriwati
12 FR 14 SMP Santriwati
13 KP 52 S1 Kepala Pondok
14 PRW 27 S1 Perawat UKS
15 PK 30 S1 Penjaga Koperasi
Sumber: Data Primer, 2014

C. Hasil Penelitian

1. Pemahaman personal hygiene genitalia.

Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman

informan terhadap personal hygiene genitalia. Mulai dari informasi yang

informan ketahui tentang pengertian, maanfaat, dampak personal hygiene

genitalia dan penerapan personal hygiene genitalia dalam kehidupan

sehari-hari. Adapun personal hygiene genitalia terkait dengan cara


49
membersihkan genitalia, membasuh genitalia, mengganti pakaian dalam,

pemakaian pantyliner, penggunaan anti septic, frekuensi ganti pembalut,

pemilihan pembalut dan mencukur rambut organ genitalia. Memahami

diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang personal hygiene genitalia yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan hal tersebut secara benar.

a. Informasi personal hygiene genitalia

Lingkungan keluarga terutama ibu merupakan sumber informasi

yang paling berperan dalam pengetahuan mengenai personal hygiene

genitalia karena seorang anak akan belajar dan menganut kebiasaan

yang sudah ada sebelumnya dari keluarga terutama dari ibu terlebih

dahulu. Saudara dan teman sebaya juga merupakan sumber informasi

bagi seseorang untuk mengetahui hal-hal mengenai personal hygiene

genitalia.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, informan

mengatakan pernah mendengar dan tahu mengenai personal hygiene

genitalia. Informan mendapatkan informasi dari orang tua, saudara,

teman. Namun sebagian besar informan mengatakan informasi yang

didapatkan mengenai personal hygiene genitalia tidak mendalam.

Adapula salah satu informan mengungkapkan orang tuanya tidak

pernah mengajarkan mengenai hygiene genitalia sehingga informan

cenderung lebih memilih teman untuk mencari tahu mengenai personal

hygiene genitalia.

50
Dari mamaku
(IH, 14 Tahun, 8 Desember 2014)

Dari kakak ku, karna biasa ka bertanya masalah vagina sama


mamaku tapi mamaku bilang bertanya mako saja di kakak mu.
Jadi saya bertanya di kakak ku. Biasa juga guru dan kepala
pondok tanyaki soal kesehatan reproduksi
(NR, 14 Tahun, 8 Desember 2014)

Dari temanku kak. Takut-takut ka bertanya masalah reproduksi


sama mamamku jadi sama temanku ja bertanya.
(NHA, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

b. Pengertian personal hygiene genitalia

Berdasarkan wawancara mendalam Informan mengatakan

personal hygiene genitalia adalah keadaan organ seksual yang bebas

dari kotoran dan infeksi, dilakukan agar hidup bersih, sehat, nyaman

dan terhindar dari penyakit yang berbahaya.

Kebersihan genitalia adalah keadaan organ seksual yang bebas


dari kotoran dan infeksi,dilakukan biar kita hidup bersih dan
sehat,dijauhi dari penyakit seperti keputihan
(ML, 14 Tahun, 10 Desember 2014 )

Pengertiannya itu agar terhindar dari penyakit yang berbahaya


(FS, 14 Tahun, 14 Desember 2014)

Pengertiannya itu agar kita hidup sehat dan merasa nyaman


(ERU, 14 Tahun, 10 Desember 2014)
c. Manfaat personal hygiene genitalia

Berdasarkan wawancara sebagian besar informan mengatakan

bahwa manfaat personal hygiene genitalia adalah mencengah

timbulnya penyakit, merasa nyaman, enak dipandang dan mempunyai

banyak teman.

51
ERU yang telah mengetahui informasi personal hygiene genitalia

dari orang tuanya mengatakan bahwa manfaat personal hygiene

genitalia adalah mencengah timbulnya penyakit dan bebas dari kotoran.

Manfaatnya itu kak, mau ka saya hidup bersih dak mau ka


dibilang rantasak, dak mau ka juga bau badan dan gatal-gatal
nanti dijauhi sama teman-teman
(ERU, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

Informan lain juga menambahkan bahwa manfaat hygiene

genitalia mempunyai banyak teman karena dinilai bersih sehingga

enak dipandang dan jika menerapkan perilaku personal hygiene

genitalia dapat mencengah timbulnya penyakit.

Manfaatnya itu mungkin kalau kita bersih banyak teman yang


mau dekat sama kita, dan menilai kalau kita bersih. Kan
kebersihan sebagian dari iman pokoknya bagus bagi manusialah
dan kitanya juga gak gampang terkena penyakit
(ML, 14 Tahun, 10 Desember)

Sehat, enak dipandang sama orang, nyaman


(FR, 14 Tahun, 14 Desember 2014

Supaya sehat kak, di cegah timbulnya penyakit dari sekarang,


biar kalau tua kita dak sakit-sakitan
(KKU, 14 Tahun, 12 Desember 2014)

d. Dampak personal hygiene genitalia

Berdasarkan wawancara mendalam sebagian informan mengatakan,

dampak tidak menerapkan perilaku personal hygiene genitalia yaitu

mudah terkena penyakit dan dijauhi oleh orang. Berikut kutipan

wawancaranya :

Dapat penyakit keputihan dan vagina gatal-gatal


(AZS 14 Tahun, 8 Desember 2014)

52
Kalau menurut aku dampaknya dijauhi oleh teman, apalagi
kalau kuku panjang kan kuman-kumann lengket di vagina bisa
bikin penyakit
(ML, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

Cepat sakit, bau badan, dan dijahui sama teman


(ERU, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

e. Apa saja yang termasuk hygiene genitalia

Berdasarkan wawancara mendalam informan mengatakan yang

termasuk personal hygiene genitalia, yaitu membersihkan genitalia

dengan air bersih serta membasuh genitalia secara perlahan, setelah

buang air kecil dan air besar daerah genitalia dikeringkan dengan

menggunakan tissue agar tidak lembab dan mengganti pakaian dalam.

Setiap buang air kecil langsung ganti celana dan keringkan


vaginanya pakai tissue. Katanya supaya bersih apalagi kita ini
perempuan jadi harus jaga kebersihan
(FR, 14 Tahun, 14 Desember 2014)
AZS mengatakan saat membersihakn genitalia iya menggunakan

sabun anti septic daun sirih.

Pakai sabun sirih buat bersihkan vagina, harus rajin ganti celana
dalam, ganti pembalut dan harus perhatikan perawatan diri
(AZS, 14 Tahun, 8 Desember 2014)
Informan lain juga menambahkan bahwa pada saat menstruasi

seharusnya rajin mengganti pembalut. Setelah menggunakan

pembalut dibersihakn lalu dibuang di plastic hitam dan setelah

menstruasi rambut genitalia dicukur.

53
Habis ganti pembalut harus dibersihkan baik-baik jangan sampai
ada tertinggal darah di pembalut, terus jangan buang
sembarangan. Harus rajin ganti celana dalam dan ganti pembalut
dan harus bersihkan vagina dengan air bersih, terus habis mandi
harus cuci celana dalam baru jemur
(ERU, 14 Tahun, 10 Desember 2014)
Setiap selesai haid harus cukur rambut vagina. Kan kalau habis
haid itu darah kotor masih ada tersisa di rambut vagina makanya
harus di cukur biar tidak gatal
(NR, 14 Tahun, 8 Desember 2014)
f. Cara membersihkan genitalia

Dalam wawancara mendalam informan menceritakan cara

membersihkan genitalia. Cara yang diungkapkan informan bervariasi.

Sebagian besar informan membasuh genitalia dari arah belakang ke

depan dengan menggunakan sabun badan. Informan menceritaka cara

membasuh genitalia dari arah belakang kedepan telah menjadi kebiasaan

informan dari kecil hingga sekarang. Sejak kecil informan sering melihat

cara ibunya membersihkan genitalianya sehingga informan mengikuti

atau meniru cara ibunya saat membasuh genitalia. Informan juga

mengatakan lebih memilih sabun badan untuk dipakai membersihkan

genitalia karena menurut informan umurnya masih terlalu mudah untuk

memakai anti septic daerah kewanitaa. Setelah buang air kecil dan buang

air besar informan langsung memakai pakaian dalamnya.

Saya bersihkan vaginaku pakai sabun mandi baru ku basuh dari


belakang ke depan. Habis saya bersihkan vaginaku langsungmi
saya pakai celana dalamku. Biasa sehabis kencing atau berak
saya cuci tanganku
(SZA, Tahun, 8 Desember 2014)
Kalau saya perawatan genitaliaku sehari-hari saya bersihkan
vaginaku pakai sabun mandi, takut ka pakai daun sirih atau

54
sejenisnya karna masih mudahki gang, terus kubasuhmi vaginaku
dari belakang ke depan. Biasa kalau kencing ku bilas vaginaku
pakai air 3 timbah karna bersihmi kurasa kalau 3 timbah. baru ku
pakaimi celana dalamku.
(NR, 15 Tahun, 8 Desember 2014)
Biasa saya langsungji ku pakai celana dalamku kalau sudah
kencing, baru caraku bersihkan vaginaku dari arah belakang ke
depan, dulu pakai ka daun sirih tapi sekarang tidakmi karna gatal-
gatal vaginaku kalau pakai pembersih daun sirih baru tidak pernah
ka cuci tangan sebelum dan sesudah BAK&BAB (buang air kecil
dan buang air besar)
(AZS, 14 Tahun, 8 Desember 2014)
ERU menceritakan cara membasuh genitalia dari arah depan

kebelakang karena sejak kecil orang tuanya selalu mengajarkan cara

membasuh genitalia sehingga informan mengikuti. Saat membersihkan

genitalia informan memakai anti septic daun sirih. Sebelum memakai

pakaian dalam informan memakai tissue untuk mengeringkan daerah

genitalia agar tidak lembab. Berikut kutipan wawancaranya :

Perawatan genitalia ku sehari-hari kak setiap saya bersihkan


vaginaku saya pakaikan sabun daun sirih, apalagi kalau datang
gatalnya vaginaku karna keputihan pasti langsung ka bersihkan
pakai daun sirih, biasa kalau sudah saya bersihkan pakai daun
sirih hilangmi gatalnya vaginaku. Saya basuhmi vaginaku dari
depan kebelakang, terus sebelum ku pakai celana dalamku, saya
keringkan dulu vaginaku pakai tissue biar tidak lembabki celana
dalamku
(ERU, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

ML memberikan informasi bahwa saat mengeringkan daerah

genitalia sebaiknya menggunakan tissue. Menurut informan handuk

dan pakaian kurang higienis untuk dipakai mengeringkan genitalia.

Kalau BAB dan BAK aku sering pakai pembersih vagina, terus
aku basuh vaginaku dari depan kebalakang secara perlahan dan
aku bacain shalawat. Habis BAB/BAK aku keringkan vagina ku
dengan tissue biar gak lembab. Aku pernah dengar juga sih

55
katanya kalau ngeringin vagina itu bisa pakai tissue atau handuk,
tapi menurut aku kalau handuk itu kurang higienis buat dipakai
ngelap vagina jadi aku lebih sering pakai tissue karna menurutku
tissue udah higienis
(ML, 14 Tahun, 8 Desember 2014)

Terdapat pengaruh teman yang berperan dalam perilaku informan.

Dalam wawancara mendalam NHA menceritakan sebelum memakai

pakaian dalam informan menggunakan baju atau celana yang sementara

dipakainya untuk mengeringkan daerah genitalianya. Informan

terkandang lupa membawah tissue masuk kekamar mandi sehingga

teman sesama santriwati menyarankan ke informan agar memakai

pakaian yang sementara dipakai untuk mengeringkan genitalia. NHA

juga bercerita kalau orang tuanya tidak pernah mengajarkan informan

tentang kebersihan genitalia sehingga informan leboh memilih bertanya

keteman sebayanya mengenai organ reproduksi.

Saya bersihkan ji vaginaku pakai air kak, baru kubasuhmi


vaginaku dari belakang ke depan terus ku kasihmi sabun mandi.
Habis ku bersihkan vaginaku ku lapmi vaginaku pakai baju atau
celana yang sementara kupakai. Kah biasa lupa ka ambil tissue,
biasa juga dak ada tissue jadi bajuku mi saya pakai lapkan
vaginaku. baru jarang sekali ka saya cuci tangan kalau sudah
kencing atau berak
(NHA, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

Argumentasi informan diatas berbeda dengan yang diungkapkan

oleh IA, ketika peneliti bertanya tentang cara membasuh genitalia

informan mengatakan tidak pernah membasuh organ genitalianya. Saat

buang air kecil dan buang air besar informan hanya membersihkan organ

genitalianya dengan menggunakan air tanpa membasuhnya dengan alasan

56
informan merasa malas dan tergesah-gesah untuk keluar dari kamar

mandi. Informan mengatakan informasi tentang hygiene genitalia banyak

yang diketahui. Namun informan acuh dan malas untuk menerapkan.

Biasa kalau kencing tidak saya basuh vaginaku, cuman saya


siram pakai air,ji, dak pernah ka juga pakai sabun. Pokoknya saya
siramji vaginaku pakai air habis itu saya pakaimi celana dalamku.
Malas ka basuh biasa vaginaku kah buru-buruki keluar kamar
mandi ka ada teman tam au masuk. saya juga tidak berfikir ka
tentang penyakit-penyakit vagina, makanya masa bodoh ja kak
(IA, 15thn)
Dan dari hasil oberservasi peneliti melihat kamar mandi santriwati

tidak berada didalam kamar, kamar mandi tersebut ada diluar kamar.

Dalam 1 asrama ada enam kamar dan enam kamar mandi. Setiap kamar

dihuni 12 santriwati dan masing-masih kamar dapat satu bagian kamar

mandi.

Gambar 5.1 Kamar mandi pondok asrama

g. Pemakaian pakaian dalam

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti bahwa

semua informan rajin mengganti pakaian dalam dengan jumlah dan

waktu yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan karena faktor dari

57
pribadi informan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh AZS. Informan

mengatakan dalam sehari informan mengganti pakaian dalamnya 2 kali.

2 kali ji kak
(AZS,14 Tahun, 8 Desember 2014)

Beberapa informan juga mengatakan iya mengganti pakaian dalam

setelah mandi, setelah buang air kecil dan buang air besar dan pada saat

pakaian dalamnya lembab. Berikut kutipan wawancaranya :

Saya ganti celana dalam sehabis mandi dan sehabis BAK/BAB,


tapi kan sekarang musim hujan jadi irit celana dalam ka jadi
sehabis BAK/BAB itu saya keringkan dulu vaginaku pakai tissue
terus saya pakaimi celana dalamku
(FS, 14 Tahun, 14 Desember 2014)

Sering ka ganti celana dalam, karna banyak biasa keputihanku


keluar jadi basahki celana dalamku
(NHA, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

Saya kak biasa habis mandipi baru ganti celana dalam ka, biasa
juga kalau lembab ki celana dalamku baru ka ganti
(KKU, 14 Tahun, 12 Desember 2014)

FR mengatakan ketika iya memakai pakaian dalam yang ketat

menimbulkan iritasi di daerah selangkangan. Informan mengobati

iritasinya dengan menggunakan minyak tawon, informasi pemakaian

minyak tawon didpatkan dari teman sesama santriwati. Informan

mengatakan temanya pernah juga mengalami iritasi dan mengobati

dengan cara memakai minyak tawon didaerah selangkangan.

3 kali kak, pagi siang malam. Tapi kalau pakai celana dalam
ketat ka iritasi daerah selangkanganku, biasa gatal sekali terus
merah baru perih dan bengkak. Jadi temanku ajar ka pakai
minyak taon karna dia juga suka iritasi vaginanya, jadi saya
ikutimi sarannya temanku, saya kasihkan minyak tawon daerah
vaginaku. Pedis sekali kalau saya ksih minyak taon vaginaku,

58
biasa sampai nangis ka tapi saya tahan pedisnya besoknya dak
bengkakmi. Baru saya celana dalamku ketat semuaki
(FR, 14 Tahun, 14 Desember 2014)

Gambar 5.2 Minyak tawon

Dalam hasil wawancara terhadap perawat UKS, peniliti bertanya

mengenai iritasi selangkangan, perawat mengatakan banyak santriwati

sering berkonsultasi mengenai iritasi diselangkangannya. Hal ini

disebabkan karena pemakaian pakaian dalam ketat sehingga kulit susah

bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah genitalia menjadi

lembab dan teriritasi. Perawat juga menambahkan banyak santriwati

yang jarang mengeringkan daerah genitalia sebelum memakai pakaian

dalam sehingga tersisa air dibagian selangkanga. Hal inilah yang

membuat daerah genitalia menjadi lembab dan akhirnya teriritasi.

Solusi yang diberikan perawat ke santriwati untuk mengobati

selangkangan yang teriritasi yaitu salep miconazole dioleskan didaerah

yang teriritasi.

disini lumayan banyak dek santriwati yang mengeluh iritasi di


daerah selangkangannya, mungkin karena sering pakai celana
dalam yang ketat sehingga kulitnya susah bernafas dan biasa juga
kalau selesai buang air kecil langsung pakai celana dalam

59
sehingga tersisa air di selangkangannya yang bisa jadi lembab
dan akhirnya iritasi. Kalau santriwati iritasi selangkangan
langsung saya kasih salep dan kasih saran ke santriwati agar
memperhatikan kebersihan genitalia
(PRW, 27 Tahun, 18 Desember 2014)

Gambar 5.3 Salep iritasi


h. Pemakaian pembalut tipis pantyliner

Berdasarkan hasil wawancara hampir semua informan mengalami

keputihan. Saat keputihan informan memakai pantyliner dengan alasan

agar pakaian dalamnya tidak lembab. Namun adapula informan yang

tidak memakaian pantyliner walaupun keputihan, informan mengatakan

iya tidak memakai pentyliner karena merasa repot. Informan mengalami

kuputihan pada saat mendekati siklus menstruasi atau setelah

menstruasi. Namun adapula informan yang mengalami keputihan

hampir tiap hari. Informan mengatakan keputihan yang dialaminya

terkadang membuat daerah genitalianya menjadi gatal dan cara

informan mengatasi rasa gatal tersebut dengan cara langsung kekamar

mandi untuk membersihkan daerah genitalianya, menggaruk daerah

genitalia dan duduk menyilang.

60
Pakai kak pantyliner kalau keputihan, banyak sekali biasa
keputihanku keluar baru hampir tiap hari jadi pakai ka pantyliner.
Biasa putih, biasa juga agak ke kuningan terus gatal sekali
vaginaku. Baru kalau datang gatalnya nda bisaka beraktifitas,
kadang risih, ka sama temanku kalau datang gatalnya vaginaku
jadi langsung ka ke kamar mandi kalau datang gatalnya baru
saya bersihkan pake air. Biasa kalau sudah saya bersihkan
vaginaku hilangmi gatalnya
(AS, 15 Tahun, 8 Desember 2014)

Pakai ka pantyliner kalau lagi keputihan kak, supaya dak lembab


celana dalam dan tidak bau kak. Karna kalau dak pakai
pantyliner menetap itu keputihan di celana dalam jadinya lembab
dan celana dalam berwarna kuning. Saya keputihan ka kalau
maupi haid atau berhenti haid
(ERU, 14 Tahun, 10 Desember 2014

Adapula informan berhenti memakai pantyliner karena

mengalami iritasi kulit sehingga menyebabkan daerah genitalia gatal.

Berikut kutipan wawancaranya :

Sering ja pakai kak tapi setiap pakai ka pantyliner gatal-gatal


vaginaku jadi langsung ka berhenti. Baru saya tiap hari ka
keputihan jadi kalau kuputihan ka celana dalamji saya pakai,
biasa gatal vaginaku kalau keputihan ka tapi dak saya garuk.
Biasa kalau datangki gatalnya langsung ka duduk menyilang
karna kalau duduk begitu ka biasa berkurang gatalnya,
(NR, 14 Tahun, 8 Desember 2014)

Argumentasi informan diatas berbeda dengan yang diungkapkan

oleh ML. Informan mengatakan tidak menggunakan pantyliner

walaupun keputihan karena merasa repot. Informan hanya rajin

membersihkan genitalia dengan air yang banyak. Informan juga

mengatakan bahwa keputihan itu hal yang normal bagi wanita.

Aku ga suka pakai pantyliner, malas kan repot. Walaupun lagi


keputihan aku gak pakai. Ummiku sarangin pakai pentyliner avail
aku tetap gak mau pakai karna aku anggap keputihan itu hal yang
normal bagi wanita, lagian keputihan bukan membawa penyakit

61
dan keputihanku juga datang kalau lagi mau haid aja. Ummiku
juga bilang kalau kuputihan itu hal yang lumrah makanya aku
anggap biasa. Intinya rajin saja bersihkan vagina biar terhindar
dari penyakit. Tapi banyak orang sih bilang kalau keputihan itu
berpengaruh penyakit tapi bagi aku gak karna keputihan aku juga
selama ini gak bawa penyakit
(ML, 14 Tahun, 14 Desember 2014)

Hal serupa juga diungkapkan oleh IA dan NHA dimana informan

mengatakan bahwa tidak memakai pantyliner karena informan pernah

mendengar pantyliner bahaya bagi genitalia dan merasa repot jika

memakainya.

Tidak kak, karna pernah ada saya dengar dak baik orang terlalu
sering pakai pantyliner bahaya buat vagina dan lagian juga repot
orang pakaia begituan, makanya dak pakai ka. Padahal saya tiap
hari ka keputihan baru gatal sekali, biasa kalau datang gatalnya
vaginaku saya garuk sampainya biasa luka vaginaku karna sering
saya garuk
(IA, 15 Tahun, 12 Desember 2014)

Dak pakai ka pentyliner kakak karna tidak kusukaki pakai. Tiap


hari ka saya keputihan kakak baru gatal sekali, biasa kalau
datang gatalnya langsung ka pergi cebok, kalau sudah ma cebok
biasa hilangmi gatalnya
(NH, 14 Tahun, 10 Desember 2014)
i. Personal Hygiene saat menstruasi

Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar informan sering

mengabaikan kebersihan daerah genitalia pada saat menstruasi.

Informan mengatakan cara membersihkan genitalia saat menstruasi

tidak terlalu beda dengan cara membersihkan genitalia sehari-hari.

Setelah buang air kecil dan air besar informan langsung memakai

pakaian dalam dan tetap memakai pembalut yang sebelumnya telah

digunakan dengan alasan selagi pembalut tersebut belum penuh dengan

62
darah haid tetap masih bisa dipakai. Informan juga mengatakan malas

bergerak untuk mengganti pembalut, informan mengganti pembalut

pada saat darah haid tembus dipakaiannya atau darah haidnya sudah

banyak.

Dak jauh beda ji kak kebersihan genitaliaku sehari-hari dan saat


haid, begituji juga kulakukan kalau habis kencing dan berak
langsungji saya pakai pembalutku, biar ada darahnya tetapji saya
pakai. Baru biasa penuhpi pembalutku baru ganti pembalut ka
lagi
(IH, 14 Tahun, 8 Desember 2014)
Sama ji kak cara perawatanku pada saat haid atau tidak haid,
kalau setiap kencing tidak pernah ka keringkan vaginaku pakai
tissue langsungji ku pakai celana dalam ku, baru saya bersihkan
vaginaku pakai sabun mandi. Biasa kalau haid ka 2 kaliji saya
ganti pembalutku itupun penuhpi karna biasa banyak sekali
kegiatan disini baru sampai malam, jadi dak ada waktu buat ganti
pembalut, biasa juga kecapean ka makanya malas ka bergerak
pergi ganti pembalut
(AS, 15 Tahun, 8 Desember 2014)
Pemahaman antara informan satu dengan informan yang lain

berbeda-bada, termasuk pengetahuan mengenai cara membersihkan

genitalia saat menstruasi. Berdasarkan hasil wawancara ERU

mengatakan dalam sehari-hari informan selalu memakai anti septic daun

sirih. Namun pada saat menstruasi informan tidak memakai anti septic

daun sirih karena informan merasa risih bila darah haid bercampur

dengan anti septic sehingga informan lebih memilih membersihkan

genitalianya dengan menggunakan air yang banyak. Informan juga

mengatakan saat menstruasi rajin mengganti pembalut dan menggunaka

pembalut kain.

Kalau haid ka dak pakai ka pembersih vagina kak, karna saya


fikir darah yang keluar masa mau di kasih sabun. Jadi biasa airji
63
banyak-banyak saya pakai buat bersihkan vaginaku, terus kalau
haid ka itu rajin ka ganti pembalut biasa sampai 6 kali karna
lain-lain saya rasa kalau sudah BAK/BAB pakai lagi pembalut itu.
Jadi saya ganti pembalutku kalau selesai BAK/BAB. Habis ganti
pembalut harus dibersihkan baik-baik jangan sampai ada
tertinggal darah di pembalut, terus jangan buang pembalut
sembarangan
(ERU, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

KKU menuturkan bahwa pada saat menstruasi informan sangat

memperhatikan kebersihan genitalinya dengan cara membersihkan

pembalut kainnya dengan baik dan bersih.

Kalau lagi haid lebih perhatikan kebersihan genitalia kak, rajin


ganti pembalut biasa sampai 4 kali dan bersihkan vagina secara
baik-baik. Habis pakai pembalut saya siram dulu pakai air
sampainya darahnya habis, terus saya kasih sabun tapi sabunya
tidak terlalu banyak terus saya bersihkan sampai tidak ada
darahnya baru saya bilas bersih. Katanya mamaku cium dulu itu
pembalu kalau bau amiski di cuci ulang lagi tapi kalau dak amis
di rendam mi pakai air panas sampainya itu air panas jadi dingin.
Biasa sampai 30 menit saya rendam baru di jemurmi
(KKU, 14 Tahun 12 Desember 2014)

Gambar 5.4 Pembalut kain

ML juga mengatakan saat menstruasi informan rajin mengganti

pembalut, rajin mandi dan setiap selesai haid informan mencukur

rambut genitalia, karena menurutnya sudah menjadi kewajiban seorang

muslimah memperhatikan kebersihan diri.

64
Kalau haid aku sangat terapkan kebersihan diri kak, seperti
rajin ganti pembalut, kalau habis buang air kecil dan air besar
aku keringkan vaginaku dulu pakai tissue terus aku pakai
pembalut baru. Aku juga gak sembarang pakai pembalut kak, aku
pakai pembalut avail kak, kalau aku pakai pembalut yang merek
biasa vaginaku gatal
(ML, 14 Tahun 10 Desember 2014)

Ada beberapa informan yang memiliki kebiasaan lain pada saat

menstruasi. NR mengatakan pada saat menstruasi iya memakai dua

pakaian dalam. Informan mengatakan jika pembalut bersentuhan dengan

genitalia informan mengalami iritasi gatal-gatal didaerah genitalia.

Kalau haid 2 celana dalam kupakai, celana dalam biasa dulu


baru celana dalam yang ada pembalutnya karna kalau pembalut
bersentuhan dengan vaginaku gatal sekali saya rasa makanya 2
celana dalam saya pakai
(NR, 14 Tahun, 8 Desember 2014)

Setelah menstruasi Informan memiliki kebiasaan yang baik.

Semua informan mencukur rambut genitalia setelah menstruasi.

Informan mencukur rambut genitalia karena dalam agama islam

diwajibkan untuk mencukur rambut genitalia setelah menstruasi.

Kalau selesai haid ku cukuki rambut vaginaku


(IH, 14 Tahun, 8 Desember 2014)

Kalau sudah haid ku cukur rambut vaginaku, biasa dalam


sebulan 2 kali ku cukur karna dalam sebulan 2 kali ka haid
(AS, 15 Tahun, 8 Desember 2014)

Kalau udah selesai haid aku cukur rambut vaginaku, karna


dalam agama islam diwaibkan mencukur rambut vagina selesai
haid
(ML, 14 Tahun, 10 Desember 2014)
2. Panutan dalam menerapkan perilaku personal hygiene genitalia

65
Panutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-orang

yang biasanya dijadikan contoh oleh informan dalam hal perilaku personal

hygiene genitalia. Adapun yang biasanya dijadikan sebagai panutan adalah

orang tua karena remaja biasanya mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang

dilakukan oleh orang tuanya bahkan hal-hal yang disukai ataupun tidak

disukai oleh orang tua biasa turun ke remaja. Begitu juga dengan teman

sebaya karena remaja biasanya mengikuti perilaku teman dalam hal

personal hygiene perawatan genitalia.

Berdasarkan hasil wawancara sebagian informan memiliiki panutan

sehingga menerapkan perilaku personal hygiene genitalia. Dalam

wawancara mendalam informan mengatakan mengikuti kebiasan-kebiasan

yang dilakukan orang tua, saudara, teman dan gurunya. ERU mengatakan

iya mengikuti kebiasaan orang tua dan saudaranya dalam menerapkan

perilaku personal hygiene genitalia. informan mengikuti kebiasaan-

kebiasaan orang tua dan saudaranya karena menurut informan mereka

memiliki perilaku yang bersih dan mereka selalu mengajarkan informan

agar menerapkan perilaku yang bersih sehingga informan cenderung

mengikuti apa yang dikatakan dan dilakukan orang tua dan saudaranya.

Mamaku sama kakakku saya contohi. Saya ikuti caranya


membasuh genitalia, pakai daun sirih, dan saya ikuti kebiasaannya
kalau setelah buang air kecil harus dilap vagina pakai tissue dan
rajin ganti pembalut
(ERU, 14 Tahun, 10 Desember 2014)
Selain orang tua dan saudara, teman sebaya juga sering dijadikan

panutan dalam menerapkan perilaku personal hygiene genitalia.

66
Informan mengatakan temannya sering mengajarkan agar menerapkan

perilaku bersih seperti setelah membuang air kecil daerah genitalia

dikeringkan dengan menggunakan tissue agar tidak lembab. NHA juga

mengatakan orang tuanya tidak pernah mengajarkan kesehatan

reproduksi sehingga informan mengetahui kesehatan reproduksi dari

teman dan informan selalu mengikuti semua perkataan temannya.

Adapula IH mengatakan malas mengganti pembalut karena teman

sekamarnya malas mengganti pembalut sehingga informan mencontohi

kebiasan temannya.

Temanku selalu ajarkan kalau malasko lap vaginamu pakai


tissue, pakai pakaianmu saja kasih lap kan vaginamu jadi saya
ikutimi caranya temanku kalau setiap habis kencing atau berak
saya lap vaginaku pakai baju atau celana yang sedang ku pakai.
Saya ikuti semua kata-katanya temanku karna diaji selalu ajarka
ka masalah vagina kalau orang tuaku dak pernah ka na ajar
(NHA, 14 Tahun, 10 Desember 2014)
NR menambahkan panutannya dalam menerapkan perilaku yaitu

ibu asrama, informan cenderung mengikuti perkataan ibu asramanya.

Ibu asrama ku kak, ku ikuti sarannya pakai celana dalam 2 kalau


haid, jangan kasih langsung bersentuhan pembalut dengan celana dalam
katanya biar lancar haid karna kalau bersentuhan langsung vaginaku
dengan pembalut biasa gatal vaginaku
(NR, 14 Tahun, 8 Desember 2014)
3. Sumber-sumber daya

Sumber daya yang dimaksud dalam penelitian adalah fasilitas yang

mendukung dan menghambat perilaku santriwati dalam menerapkan

hygiene genitalia.

67
a. Fasilitas yang mendukung hygiene genitalia

Berdasarkan hasil wawancara informan mengatakan bahwa

fasilitas yang tersedia di pesantren yang dapat menunjang personal

hygiene genitalia yaitu: Balai kesehatan (UKS) dan koperasi. Namun

sebagian besar informan terkadang merasa malu kekoperasi untuk

membeli kebutuhan pribadinya terutama pembalut. Informan lebih

memilih meminjam atau meminta pembalut teman sesama santriwati

dibandingkan membeli pembalut di koperasi.

Ada kak koperasi, disana jual pembalut dan pantyliner, sabun


vagina pokoknya keperluan buat sehari-hari, tapi tidak pernah ka
belanja disana karna malu-malu ka pergi beli banyak sekali
orang. Jadi biasa kalau habis ketersediaan pembalutku, saya
pinjam pembalutnya temanku, nanti kalau adami kiriman
pembalut dari orang tuaku baru saya ganti pembalutnya temanku
kak
(IH, 14 Tahun, 8 Desember 2014)

Koperasi kak tempat jual keperluan sehari-hari, tapi biasa saya


malu-malu ka pergi di koperasi beli pembalut kah banyak sekali
orang. Jadi biasa saya minta-mintami pembalutnya teman
kamarku, kalau dak ada pembalutnya temanku, pergi ka minta
pembalut di asrama lain
(NR, 14 Tahun, 8 Desember 2014)

Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat banyak keperluan

santriwati yang dijual di koperasi pesantren mulai dari makanan,

minuman hingga keperluan pribadi, seperti alat mandi, pakaian dalam,

pembalut dan pantyliner. Namun penjaga koperasi mengatakan

kebanyakan santriwati terkadang malu untuk membeli keperluan

pribadinya seperti pembalut, pantyliner, pakaian dalam dan bra.

68
Gambar 5.5 Keperluan pribadi santriwati

Dalam wawancara mendalam ML mengatakan selain fasilitas

koperasi di pesantren juga menyediakan UKS sebagai tempat informan

sering berobat dan berkonsultasi tentang masalah kesehatannya.

Di sini ada UKS kak tempat kami berobat kalau lagi sakit atau
ada teman yang mengalami nyeri datang haid. Banyak teman-
teman aku yang sering mengalami keputihan jadi kami sering
konsul disana. Kebetulan kakak yang jaga UKS itu ada dokter dan
perawat jadi kami sering konsul disana
(ML, 14 Tahun, 10 Desember 2014)

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat UKS mengatakan

jika santriwati sakit biasanya dirawat 2 hari di UKS. Namun jika selama 2

hari santriwati belum sembuh, maka pihak UKS memberikan izin

pengantar untuk pulang.

Kalau santriwati sakit ditangani dulu dek selama 2 hari, tapi


kalau belum sembuh-sembuh langsung dikasih izin pengantar
pulang. Biasanya juga kalau parah sakitnya santriwati langsung
di tlfn orang tuanya terus disuruh pulang
(PRT, 27 Tahun, 18 Desember 2014)
KP menambahkan bahwa pesantren juga memiliki organisasi

kesehatan yang mewadahi para santriwati sebagai sarana santriwati

belajar dan memiliki pengetahuan lebih dalam tentang cara hidup sehat.

69
Namun untuk fasilitas khusus atau pelayanan khusus mengenai

kesehatan reproduksi belum ada didalam pesantren.

Disini ada organisasi PHBS untuk mewadai santriwati agar


santriwati belajar perilaku hidup bersih dan sehat
(KP, 52 Tahun, 18 Desember 2014)
b. Hambatan dalam personal hygiene genitalia

Beberapa informan mengungkapkan bahwa kendala yang paling

sering ditemuih di asrama dalam menjalani personal hygiene adalah

kendala kurangnya air ataupun air yang keruh.

Di sini airnya dak lancar baru berkeruh tapi tetap ji saya pakai
airnya walaupun berkeruh, tapi kalau dak ada air malas ka biasa
ganti pembalut. Jadi biasa mau pa ganti pembalut baru pergi ka
di asrama lain cari air
(IA, 15 Tahun, 12 Desember 2014)

Namun berdasarkan hasil observasi yang peneliti lihat, air di

dalam kamar mandi sementara mengalir. Namun air didalam kamar

mandi tersebut berkeruh dan kotor.

Gambar 5.6 Bak mandi yang terisi air

Dalam wawancara lainnya, beberapa informan kembali menambah

kendala-kendala yang mereka temui di asrama, seperti yang

diungkapkan SZA dimana informan merasa salah satu hambatan dalam

70
menerapkan personal hygiene genitalia ialah jumlah kamar mandi yang

terbatas dan kondisi kamar mandi yang terbilang kotor dan tidak

terawat.

WC disini cuman 1 kak, baru dalam sekamar itu 12 orang. Biasa


cepat-cepat ki didalam kamar mandi karna ada teman ta mau
masuk. Mana lagi ada temanku yang jorok sekali kak, biasa
pembalutnya dia simpan diatas pentilasi WC baru itu
pembalutnya masih banyak sekali darahnya, jadi biasa kita yang
bersihkan darahnya baru di robek terus ampasnya di buang
didalam closed baru di siram mi
(SZA, 14thn)

Disini airnya mati-mati, kadang nyala kadang tidak, jadi haruski


menampung air banyak-banyak karna biasa dak nyala air. Baru
disini kamar mandi 2ji kak, tapi kamar mandi yang satu dak ada
airnya, jadi berebutan kamar mandiki. Baru biasa sementara lagi
bersihkanki pembalut tiba-tiba teman ta mau masuk buang air
kecil jadi kita buruh-buruhmi juga keluar dan kita bersihkan
vagina ta setengah-setengahji karna cepat-cepatki mau keluar
(AZS, 14thn)

Berdasarkan hasil oberservasi yang peneliti lihat pakaian dalam

santriwati tersimpan di kamar mandi yang dalam keadaan belum dicuci.

Gambar 5.7 Kamar mandi yang tidak terawat

Informan mengungkapkan hal yang serupa mengenai kendala

71
mereka saat menjalani personal hygiene genitalia sehari-hari. FR

mengatakan cara menanggulangi apabila kendala-kendala tersebut tiba-

tiba terjadi.

Airnya ji disini kadang kelebihan air, kadang kekurangan air.


Kalau lagi kekurangan air biasa saya pakai air minum aqua dos
dan ke asramanya orang, tapi kalau dak ada juga air di asrama
lain, pakai air minum mi. kebetulan ketersedian aqua dosku
banyak jadi itu yang biasa saya pakai buat kencing

(FR, 14thn)

Berdasarkan hasil obervasi yang peneliti lihat kapasitas kamar

sangat padat dan kamar mandi yang kurang dan tidak terawat.

Lingkungan asrama sangat tidak terawat terutama kamar dan kamar

mandi. Hal ini sangat mempengaruhi hygiene perorangan karena

lingkungan disekitar asrama sangat kotor dan tidak sehat.

Gamabar 5.8 Kamar santriwati

Gambar 5.9Jemuran santriwati dibelakang kamar

72
c. Bentuk informasi yang diperoleh santriwati terkait hygiene

genitalia

Berdasarkan hasil wawancara informan mengungkapkan bahwa

dipesantren hanya diajarkan mengenai organ reproduksi yang

dipelajari lewat pelajaran biologi. informasi yang didapatkan melalui

pelajaran biologi tidak terlalu detail atau mendalam. Informan hanya

memperlajari tentang alat reprodusi tanpa diajarkan cara merawat

organ genitalia dengan baik dan benar. Informan juga mengatakan

sering mengikuti penyuluha narkoba dan HIV/AIDS.

Sampai saat ini dak pernah ada penyuluhan yang bahas tentang
masalah reproduksi, kebanyakan penyuluhan narkoba, HIV/AIDS.
Makanya pihak pesantren bikin organisasi PHBS biar anak-anak
bisa tau bagaimana cara perilaku hidup bersih
(KP, 52th)
Kalau disini kak gak pernah di ajarkan tentang menjaga
kebersihan genitalia, paling di pelajaran biologi cuman dijelasin
organ-organ reproduksi. Kalau soal penyuluhan belum pernah
ada penyuluhan tentang masalah reproduksi, paling hanya
penyuluhan pergaulan bebas
(ML, 14thn)
Kalau secara mendalam dk pernahki di ajarkan, paling cuma
soal cukur rambut vagina kalau sudah haid. Biasa adaji datang
kakak-kakak dari kampus uum tapi dia bahas cuman tentang
narkobaji
(IH, 14thn)

Informasi yang didapatkan informan di pesantren mengenai

personal hygiene genitalia tidak mendalam. Informan mengatakan guru

biologi hanya menjelaskan organ reproduksi tanpa menjelaskan

bagaimana cara yang benar merawat organ genitalia.

73
2. Pembahasan

1. Pemahaman personal hygiene genitalia

Perilaku personal hygiene adalah suatu pamahaman, sikap dan praktik yang

dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memilihara

kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri,, menciptakan keindahan, dan

mencegah timbulnya penyakit. Adapun tujuan dari personal hygiene untuk

meningkatkan derajat kesehatan, memilihara kebersihan diri, mencegah timbulnya

penyakit penyakit, menciptakan keindahan dan meningkatkan rasa percaya diri

(Perry, 2005).

Personal hygiene genitalia merupakan pemiliharaan kebersihan dan kesehatan

individu yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari

gangguan alat reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta

meningkatkan derajat kesehatan (Tapparan, 2013)

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa memahami suatu objek bukan

sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi

orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut. Dalam penelitian ini pemahaman yang dimaksud adalah

pemahaman informan terhadap personal hygiene genitalia. Mulai dari informasi

yang diketahui mengenai personal hygiene genitalia, penerapan personal hygiene

genitalia pada kehidupan sehari-hari. Adapun personal hygiene genitalia terkait

dengan cara membersihka genitalia, membasuh genitalia, mengganti pakaian

dalam, pemakaian pantyliner, mencuci tangan, penggunaan anti septic, frekuensi

ganti pembalut, pemilihan pembalut dan mencukur rambut organ genitalia.

74
Tabel. V. 2

Indikator Personal Hygiene genitalia

Indikator Personal Hygiene genitalia

Membersihkan genitalia dengan Air bersih tidak berkeruh,


menggunakan air bersih. berbau dan tidak berwarna
Tidak dianjurkan menggunaka
sabun anti septic atau sabun
biasa karena akan
mempengaruhi keseimbangan Ph
vagina sehingga flora normal
terganggu, akibatnya vagina
jutru menjadi tempat
berkembang biaknya bakteri dan
jamur.
Membasuh genitalia Membasuh genitalia dari arah depan
kebelakang untuk menghindari
terbawahnya kotoran dari anus masuk
ke dalam vagina
Mengeringkan daerah genitalia Sebelum memakaian pakaian dalam
setelah buang air kecil dan air besar daerah genitalia dikeringkan dengan
menggunakan tissue atau handuk. Sebeb
jika tidak dikeringkan akan
menyebebabkan pakaian dalam lembab.
Hal ini berpotensi tumbuhnya jamur dan
bakteri.
Pemakaian pakaian dalam Memakai pakaian dalam
berbahan katun
Hindari pemakaian pakaian
dalam yang ketat dan berbahan
nylon atau polyester
Mengganti pakaian dalam
minimal 2 kali sehari
Pemakaian pembalut tipis Pantyliner sebaiknya hanya digunakan
pantyliner pada saat keputihan banyak saja, dan
sebaiknya jangan memilih pantyliner
yang berparfum karena dapat
menimbulkan iritasi kulit.
Frekuensi mengganti pembalut Sebaiknya pilih pembalut yang
tidak mengandung gel, sebab gel
dalam pembalut kebanyakan
dapat menyebabkan iritasi dan
menyebabkan timbulnya rasa

75
gatal
Penggantian pembalut yang
tepat adalah apabila di
permukaan pembalut telah ada
gumpalan darah. Alasannya
ialah karena gumpalan darah
yang terdapat dipermukaan
pembalut tersebut merupakan
tempat yang sangat baik untuk
perkembangan bakteri dan
jamur.
Pembalut selama menstruasi
harus diganti secara teratur
minimal 4 jam sekali, 4-5 kali
atau setiap setelah mandi dan
buang air kecil.
Mencukur rambut daerah genitalia Mencukur rambut genitalia sebaiknya
dilakukan setelah menstruasi untuk
menghindari tumbuhnya jamau atau
kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal
didaerah genitalia.

Lingkungan keluarga terutama ibu merupakan sumber informasi yang

paling berperan dalam pemahaman mengenai personal hygiene genitalia

karena seorang anak akan belajar dan menganut kebiasaan yang sudah

ada sebelumnya dari keluarga terutama dari ibu lebih dahulu. Saudara,

teman sebaya dan guru juga merupakan sumber informasi bagi remaja

untuk mengetahui hal-hal mengenai organ reproduksi termasuk personal

hygiene genitalia (Tapparan, 2013).

Selain orang tua, saudara, dan teman, pelayanan kesehatan juga

merupakan sumber informasi yang baik bagi remaja dalam hal kesehatan

reproduksi. Terkadang remaja mengunjungi pelayanan kesehatan pada

saat merasa sakit atau memiliki keluhan, padahal pelayanan kesehatan

dapat membantu remaja dan keluarga memperoleh informasi seputar

76
kesehatan reproduksi, mengembangkan kemampuan dalam mencegah

terjadi masalah, dan menanggulangi berbagai masalah. Berikut skema

hasil wawancara :
Informan 1 Informan 7
Orang tua
Informan 2 Informan 8

Informan 3 Informan 9
Saudara
Informan 4 Informan 10
1110101910
Informan 5 Teman Informan 11
1010
1111111
Informan 6 Informan 12

Gambar 5.10 Skema hasil wawancara dengan informan terkait dari mana
memperoleh informasi mengenai personal hygiene genitalia.

Berdasarkan hasil penelitian pamahaman informan mengenai personal

hygiene genitalia cukup baik. Hal ini terlihat dari jawaban informan yang

mendefinisikan personal hygiene genitalia adalah keadaan organ seksual

yang bebas dari kotoran dan infeksi dilakukan agar hidup bersih, sehat,

nyaman dan terhindar dari penyakit yang berbahaya. Adapun hasil

penelitian, pemahaman informan mengenai manfaat dan dampak personal

hygiene genitalia sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban

informan yang mengatakan manfaat personal hygiene genitalia adalah

mencengah timbulnya penyakit, bebas dari kotoran, enak dipandang.

Adapun dampak dari personal hygiene genitalia yaitu mudah terkena

penyakit yang berbahaya seperti keputihan, kista dan di jauhi oleh orang.

Hasil ini menunjukkan bahwa pemahaman informan cukup baik karena

77
telah mengetahui pengertian, manfaat, dampak dan pentingnya menjaga

kebersihan organ genitalia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tapparan

(2013) mengenai gambaran perilaku kebersihan organ genitalia eksterna.

Mayoritas informan memiliki pemahaman baik tentang kebersihan organ

genitalia, seperti cara membasuh genitalia, membersihkan genitalia dengan

air bersih, memakain pakaian dalam berbahan katun dan rajin mengganti

pembalut. Tapparan juga mengemukakan bahwa mayoritas informan

memiliki pemahaman yang baik karena informan mendapatkan informasi

mengenai kebersihan organ genitalia eksterna dari orang tua dan teman

sebaya.

Menurut BKKBN (2003) yang di kutip Sari (2010) Pemahaman

seseorang terhadap sistem maupun fungsi reproduksinya sangatlah

penting. Seseorang yang tidak memiliki pemahaman tentang kesehatan

reproduksi yang cukup, akan cenderung mengabaikan kesehatan

reproduksinya dan pada akhirnya iakan melakukan tindakan yang

membahayakan bagi dirinya sendiri. Pemahaman tentang kesehatan

reproduksi merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku higienis

wanita. Rendahnya pemahaman tentang kesehatan reproduki akan

memungkinkan wanita tidak berperilaku higienis.

Berdasarkan hasil penelitian walau pemaham informan sudah cukup

baik mengenai personal hygiene genitalia. Namun sebagian besar

informan masih salah dalam membasuh organ genitalia. Informan

78
mengatakan iya membasuh genitalia dari arah belakang kedepan. Namun

sebagian kecil informan mengatakan iya membasuh genitalianya dari arah

depan kebelakang. Membasuh genitalia sebaiknya dari arah depan

kebelakang untuk menghindari bakteri dan kotoran yang ada disekitar anus

terbawa masuk ke vagina. Berikut skema hasil wawancara :

Informan 1 Informan 7
Membasuh
genitalia dari
Informan 2 Informan 8
arah depan ke
Informan 3
belakang Informan 9

Informan 4 Informan 10
Membasuh
genitalia dari
Informan 5 Informan 11
arah belakang ke
depan Informan 12
Informan 6
Gambar 5.11 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait cara membasuh
genitalia.

Membersihkan genitalia cukup menggunakan air bersih. Namun berdasarkan

hasil observasi peneliti melihat air di asrama pesantren berkeruh dan kotor. Hal

ini sangat mempengaruhi personal hygiene genitalia santriwati, dimana saat

membersihkan genitalia sebaiknya menggunakan air bersih, tidak berkeruh dan

tidak kotor. Selain itu hindari penggunaan anti septic atau sabun biasa karena

dapat mempengaruhi keseimbangan Ph vagina sehingga flora normal terganggu,

akibatnya vagina justru menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan jamur.

Liang senggama atau vagina perempuan juga mengandung kuman-kuman kecil

yang membantu menjaga kesehatan organ genitalia. Bila kuman-kuman ini mati

akibat cairan yang dipakai untuk membersihkan genitalia maka bibit penyakit,

79
jamur dan bakteri yang merugikan akan berkembang biak. Cairan tersebut dapat

membuat alat kelamin menjadi rusak, kering atau gatal (Rahmatika, 2010).

Berdasarkan hasl penelitian sebagian besar informan membersihkan

genitalianya menggunakan anti septic dan sabun biasa. Namun sebagian kecil

informan membersihkan genitalia menggunakan air tanpa memakai sabun biasa

atau anti septic. Berikut skema hasil wawancara :

Informan 1 Informan 7
Anti
Informan 2 septic Informan 8
Informan 3 Informan 9
Sabun
biasa
Informan 4 Informan 10

Informan 5 Air Informan 11

Informan 6 Informan 12

Gambar 5.12 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait membersihkan


genitalia.

Menurut Rabita (2010) sebaiknya sebelum memakai pakaian dalam daerah

genitalia dikeringkan dengan menggunakan tissue atau handuk sebab jika tidak

dikeringkan akan menyebabkan pakaian dalam yang dipakai menjadi basah dan

lembab. Selain tidak nyaman dipakai, pakaian dalam yang basah dan lembab

berpotensi tumbuhnya bakteri dan jamur. Berdasarkan hasil penelitian sebagian

besar informan mengatakan setelah buang air kecil dan air besar informan

langsung memakai pakaian dalamnya. Namun sebagian kecil informan

mengatakan sebelum memakaian pakaian dalam informan mengeringkan daerah

genitalianya dengan menggunakan tissue atau pakaian agar tidak lembab.

80
Informan merasa risih jika memakaian pakaian dalam yang lembab atau basah.

Berikut skema hasil wawancara :

Informan 1 Informan 7

Langsung memakai Informan 8


Informan 2
pakaian dalam

Informan 3 Informan 9

Informan 4 Mengeringkan Informan 10


daerah genitalia
Informan 5 sebelum memakaia Informan 11
pakaian dalam
Informan 6 Informan 12

Gambar 5.13 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait mengeringkan


daerah genitalia sebelum memakain pakaian dalam.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wakhidah (2014)

mengenai hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang infeksi genitalia

eksterna dan perilaku vulva hygiene di Man 1 Surakarta. Hasil penelitian

menunjukkan responden sering salah dalam merawat organ reproduksinya,

seperti cara membasuh genitalia dari arah belakang kedepan, tidak mencuci

tangan sebelum memagang genitalia, menabur bedak, menyemprotkan parfum

didalam vaginanya dan menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih yang

tidak jelas komposisi kandungannya. Hal inilah yang menyebabkan banyak

remaja yang mengalami keputihan dan infeksi genitalia.

Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti

pakaian dalam paling tidak sehari dua kali atau setelah buang air kecil dan air

besar, terutama bagi wanita aktif dan mudah berkeringat. Pemakaian pakaian

dalam sebaiknya menggunakan dari bahan katun sehingga dapat menyerap

81
keringat dan membiarkan kulit bernafas. Selain itu hindari menggunakan pakaian

dalam yang terlalu ketat karena selain gerah juga menyebabkan peredaran darah

tidak lancar dan menyebabkan kulit susah bernafas dan akhirnya bisa

menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan teriritasi (Rabita, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan informan sudah paham dalam hal mengganti

pakaian dalam, informan mengatakan iya mengganti pakaian dalam minamal 2

kali sehari dan adapula informan yang mengganti pakaian dalam setelah buang

air kecil dan air besar. Berikut skema hasil wawancara :

Informan 1 Informan 7
Mengganti
Informan 2 pakaian dalam Informan 8
minimal 2 kali
Informan 3 sehari Informan 9

Informan 4 Mengganti Informan 10


pakaian dalam
Informan 5 setelah buang Informan 11
air kecil dan
Informan 6 buang air besar Informan 12

Gambar 5.14 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait frekuensi


pemakaian pakaian dalam.

Hasil penelitian juga menunjukkan semua informan mengalami keputihan.

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina diluar

kebiasaan, baik berbau maupun tidak berbau dan disertai rasa gatal didaerah

genitalia. Adapun penyebab keputihan adalah kurangnya pemahaman tentang

personal hygiene, memakai pakaian dalam yang ketat, membilas vagina dengan

cara yang salah yaitu dari belakang ke depan, memakai sembarangan sabun

untuk membasuh vagina, lingkungan sanitasi kotor, kelelahan yang amat sangat,

82
mengalami stres dan tidak menjalani pola hidup sehat makan dan tidur tidak

teratur (Wakhidah, 2014).

Informan mengalami keputihan pada saat mendekati siklus menstruasi dan

setelah menstruasi. Namun adapula informan yang mengalami keputihan setiap

hari. Sebagian informan mengatakan saat mengalami keputihan informan

merasakan rasa gatal dan perih didaerah genitalia. Informan juga mengatakan

saat mengalami keputihan dia memakai pantyliner agar pakaian dalamnya tidak

lembab akibat keputihan.

Informan 1 Informan 7
Memakai
paentyliner
Informan 2 Informan 8

Informan 3 Berhenti Informan 9


memakai
Informan 4 pantyliner Informan 10

Informan 5 Tidak Informan 11


memakai
Informan 6 pantyliner Informan 12

Gambar 5.15 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait pemakaian


pantyliner.

Informan mengatakan saat mengalami keputihan daerah genitalia

disertai rasa gatal. Informan menghilang rasa gatal tersebut dengan cara

yang bervariasi seperti duduk menyilang, menggaruk dan langsung

membersihkan genitalia dengan daun sirih dan air yang banyak. Perawat

UKS juga mengatakan banyak santriwati yang sering berkonsultasi dan

mempunyai keluhan keputihan dan iritasi didaerah selangkangan serta

merasakan gatal. Perawat memberikan solusi yang berbeda-beda terhadap

83
santriwati yang mengalami keluhan, untuk keluhan iritasi didaerah

selangkangan, perawat memberikan salep miconazole. Sedangka untuk

keluhan keputihan yang disertaih rasa gatal di daerah genitalia perawat

tidak memberikan obat namun hanya memberikan solusi agar

membersihakan genitalia dengan menggunakan air hangat dan

memperhatikan kebersihan diri terututama kebersihan genitalia.

Personal hygiene saat menstruasi merupakan komponen hygiene

perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku

kesehatan seseorang termasuk menghindari adanya gangguan pada fungsi

alat reproduksi. Oleh karena itu kebersihan organ genitalia harus lebih

dijaga karena pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim terbuka

sehingga kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan infeksi

saluran reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar informan

belum paham mengenai personal hygiene menstruasi. Informan

mengatakan cara membersihkan genitalia saat menstruasi tidak terlalu

beda dengan cara membersihkan genitalia sehari-hari. Setelah buang air

kecil dan air besar informan langsung memakai pakaian dalam dan tetap

memakai pembalut yang sebelumnya telah digunakan. Informan

mengatakan dalam sehari hanya mengganti pembalut 2 kali, informan

mengganti pembalutnya pada saat darahnya banyak keluar dan darah haid

tembus dipakaiannya. Namun sebagian kecil informan mengatakan risih

dengan darah haid sehingga informan rajin mengganti pembalut setelah

84
buang air kecil dan buang air besar atau minimal 4 jam. Berikut skema

hasil wawancara :

Informan 1 Informan 7
Mengganti pembalut
Informan 2 pada saat darah penuh Informan 8
dipembalut dan darah
Informan 3 Informan 9
tembus dipakaian
Informan 10
Informan 4
Mengganti pembalut
Informan 5 setelah buang air kecil Informan 11
dan buang air besar Informan 12
Informan 6

Gambar 5.16 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait frekuensi


mengganti pembalut.

Sangat penting bagi wanita untuk memilihara tingkat higienitas

selama periode menstruasi. Mengganti pembalut sesering mungkin untuk

menghidari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut

serta menghidari masuk ke vagina. Saat darah menstruasi keluar banyak,

biasanya pada hari ke 1-3 menstruasi, ganti pembalut setiap 2-3 jam sekali

yaitu 5-6 kali sehari. Frekuensi mengganti pembalut yang dianjurkan bisa

setiap 4-5 jam sekali yaitu 3-4 sehari (Anindya, 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang hasil dilakukan Mardani

(2010) mengenai hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

putrid dengan perilaku personal hygiene menstruasi di desa kumpul

kecamatan sarirejo kabupaten lamongan. Sebagian besar remaja putri

memiliki pengetahuan dan tindakan yang negative dalam merawat organ

85
genetalia eksterna selama menstruasi. remaja malas untuk mengganti

pembalut. Hal ini menyebabkan remaja puti mengalami keputihan.

Berdasarkan hasil penelitian beberapa informan menggunakan

pembalut pembalut kain. Informan merasakan rasa gatal didaerah genitalia

jika menggunakan pembalut biasa sehingga informan lebih memilih

memakai pembalut kain.

Gamabar 5.17 pembalut kain yang telah dicuci

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan penjaga koperasi.

Penjaga koperasi mengatakan pernah menjual pembalut kesehatan.

Namun santriwati jarang membeli pembalut tersebut karena harganya

termasuk mahal. Santriwati lebih memilih membeli biasa karena harganya

termasuk dapat dijangkau. Penjaga koperasi juga mengatakan pernah

menjual pembalut kain karena banyak santriwati yang memakai pembalut

kain. Namun santriwati mengeluh karena pembalut kainnya tebal

sehingga lama kering. Penjaga koperasi juga menambahkan banyak

santriwati memakai handuk yang telah di gunting kecil berukur pembalut

86
oleh orang tuanya untuk dijadikan pembalut karena dapat dicuci bersih

dan tidak mengandung zat kimia.

Mencukur atau merapikan rambut disekitar organ reproduksi bagian

luar sangat penting karena untuk mengurangi kelembapan yang

berlebihan dan mencengah terjadinya penyebaran kuman, bakteri dan

jamur yang dapat menimbulkan rasa gatal. Hasil penelitian juga

menunjukkan pemahaman informan dalam hal mencukur rambut genitalia

cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban informan yang hampir

semua informan mencukur rambut genitalia pada saat selesai menstruasi.

Hal ini dikerenakan guru di pesantren sering mengajarkan informan

mencukur rambut genitalia setelah menstruasi.

Kebersihan genitalia harus benar-benar dijaga, jika kebersihan organ

genitalia tidak dijaga maka dalam keadaan lembab, jamur dan bakteri

yang berada didaerah genitalia akan tumbuh subur sehingga

menyebabkan rasa gatal dan infeksi pada daerah tersebut. Infeksi terjadi

karena hygiene yang buruk yang sering terjadi pada wanita, yaitu

keputihan, rasa gatal dan gangguan kesehatan organ reproduksi lainnya

seperti infeksi saluran kemih (ISK), penyakit radang panggul (PRP) dan

bisa berdampak kemandulan, gangguan pada kehamilan atau

menyebabkan bayi lahir cacat, serta kemungkinan terjadinya kanker leher

rahim (Anindya, 2013).

Dari hasil jawaban informan diatas ditemukan sebagian besar

informan telah mengalami masalah tersebut. Ini terlihat dari banyaknya

87
informan yang menjawab kadang-kadang bahkan sering menemukan

keputihan dipakaian dalamnya, serta merasakan gatal-gatal atau merah di

sekitar daerah genitalia. Ketiga gejala ini sering ditemukan pada berbagai

penyakit infeksi organ reproduksi baik yang disebabkan oleh bakteri

maupun jamur. Hal ini dikarena tindakan informan dalam menerapkan

personal hygiene masih kurang.

2. Panutan dalam menerapkan personal hygiene genitalia

Teori Lawrence Green (1980) yang di kutip Notoatmodjo (2010)

mencoba menganilis perilaku manusia. Secara garis besar faktor perilaku

ditentukan atau dibentuk dalam 3 faktor salah satunya faktor pendorong

(reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau orang lain, yang merupakan kelompok referensi atau

individu yang dapat dijadikan patokan dalam berperilaku. Apabila

seseorang itu penting untuknya, maka apa yang dikatakan atau diperbuat

cenderung untuk dicontoh.

Salah satu faktor pembentuk sikap dan tindakan karena adanya

pengaruh orang lain yang dianggap penting, dimana umumnya individu

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap

orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini bisa dimotivasi oleh

keinginan untuk menghindari konfik dengan orang yang dianggap penting

tersebut (Suryati, 2012).

Panutan adalah orang-orang yang biasanya dijadikan contoh oleh

seseorang dalam hal berperilaku. Adapun yang sering dijadikan sebagai

88
panutan paling utama adalah orang tua karena seseorang biasanya

mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya,

bahkan hal-hal yang di sukai ataupun yang tidak disukai oleh orangtuanya

biasa turun ke anaknya. Begitupun saudara, teman sebaya karena

seseorang biasanya mengikuti perilaku saudara dan temannya.

Berdasarkan hasil penelitian, informan mengatakan iya memiliki

panutan dalam menerapkan perilaku personal hygiene genitalia. Berikut

skema hasil wawancara :

Informan 7
Informan 1
Orang tua

Informan 2 Informan 8

Saudara Informan 9
Informan 3

Informan 4 Informan 10
Teman

Informan 5 Informan 11

Ibu asrama
Informan 6 Informan 12

Gambar 5.18 Skema hasil wawancara dengan santriwati terkait panutan dalam
menerapkan perilaku personal hygiene genitalia.

Informan cenderung mencotohi perilaku orang tuanya, saudara,

teman sebaya dan ibu asrama. Informan cenderung mengikuti kebiasaan

orang tuanya seperti setelah buang air kecil dan air besar memakai tissue

atau handuk untuk mengeringkan genitalia agar tidak lembab dan

langsung mengganti pakain dalam, rajin mengganti pembalut setelah

buang air kecil dan air besar, memakai pembalut kain dan avail. Adapula

informan yang mengikuti kebiasaan saudaranya seperti memakai anti

89
septic daun sirih, dan informan juga mengikuti kebiasaan teman sesama

santriwati seperti sebelum memakai pakaian dalam genitalia dikeringkan

menggunakan pakaian (baju dan celana) yang sementara dipakai,

mengobati iritasi selangkangan menggunakan minyak tawon dan adapula

informan mengatakan teman-temanya malas mengganti pembalut

sehingga informan mengikuti. Informan juga mengikuti perkatakaan ibu

asramanya seperti saat menstruasi menggunakan 2 pakaian dalam agar

genitalia tidak langsung bersentuhan dengan pembalut.

Penelitian lain juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan

antara perilaku orang lain dengan perilaku kebersihan alat reproduksi.

Suryati (2012) menyatakan ada hubungan antara orang tua, teman,

maupun guru terhadap perilaku kebersihan reproduksi. Faktor orang

tua,teman sebaya, dan guru merupakan faktor penentuan perilaku karena

seseorang terkadang lebih sering berada di rumah, disekolah maupun di

tempat pergaulannya sehingga apapun yang dilakukan orang lain

terkadang cenderung ingin di contohi termasuk dalam perilaku kebersihan

reproduksi.

3. Fasilitas pendukung dan penghambat

Teori Green (1980) faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh

faktor pemungkin (enabling fakfor) yang terwujud dalam lingkungan fisik

tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan yang menunjang perilaku agar dapat menerapkan personal

hygiene. Menurut potter dan perry (2005) sikap seseorang untuk

90
melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor salah

satunya status sosial ekonomi. Pendapatan keluarga akan mempengaruhi

kemampuan keluarga untuk menyediaka fasilitas dan kebutuhan-

kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan kelangsungan

hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis

dan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk melakukan personal

hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai,

seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang

cukup dan keperluan wanita seperti pembalut dll.

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil observasi yang dilakukan

bahwa fasilitas di pesantren yang mendukung personal hygiene genitalia

yaitu: Pos kesehatan (UKS) sebagai tempat santriwati untuk beristirahat

ketika sedang sakit, tempat untuk santriwati berkonsultasi tentang

masalah kesehatannya dan tempat pengambil obat pada saat santriwati

mengalami keluhan sakit. Sedangkan koperasi adalah tempat tersedianya

keperluan pribadi santriwati mulai dari keperluan makanan, minuman

hingga keperluan pribadinya seperti alat mandi, pakaian dalam dan

pembalut.

91
Gambar 5.19 Pos kesehatan pesantren

Gambar 5.20 Koperasi pesantren

Fasilitas UKS dan koperasi sangat mendukung perilaku informan

untuk menerapkan personal hygiene. UKS dapat dijadikan tempat

mencari informasi untuk mempertambah pemahaman mengenai kesehatan

reproduksi karena di UKS memiliki dokter dan perawat. Ditambah

koperasi yang telah menyediahkan semua keperluan santriwati yang dapat

mendukung perilaku hygiene genitalia seperti pembalut, pantyliner, tissue

92
dan pakaian dalam. Namun masih banyak informan yang merasa malu

mengujungi fasilitas tersebut. Informan mengunjungi UKS ketika demam

dan sakit kepala. Namun untuk datang berkonsultasi mengenai kesehatan

reproduksi informan merasa malu sehingga lebih memilih menceritakan

pada teman sesama santriwati. Informan juga terkadang malu untuk

datang ke koperasi membeli pembalut sehingga dia lebih memilih

meminjam atau meminta pembalut temannya.

Selain fasilitas yang mendukung perilaku personal hygiene

genitalia. Namun adapula fasilitas yang menghambat perilaku personal

hygiene. Berdasarkan hasil wawancara informan mengatakan hambatan

yang sering ditemui yaitu kapasitas kamar mandi yang terbatas atau

sedikit dan air yang jarang mengalir, berkeruh dan kotor. Hal ini yang

menyebabkan informan harus mengantri masuk kamar mandi dan bolak

bolak balik ke asrama lain untuk mencari air yang mengalir dan air yang

bersih.

Hasil observasi yang peneliti lihat untuk tiap kamar memiliki 1

bagian kamar mandi. Namun saat peneliti melihat air didalam kamar

mandi mengalir dengan lancar, mungkin saja saat peneliti datang air

tersebut mengalir karena informan mengatakan terkadang air di asrama

mengalir dengan lancar dan kadang juga tidak mengalir. Air dikamar

mandi asrama memang berkeruh dan kotor, ditambah pakaian dalam yang

tersimpan didalam kamar mandi dalam keadaan belum di cuci dan daerah

depan kamar mandi yang berantakan sehingga kurang enak dipandang.

93
Gambar 5.21 kamar mandi pesantren

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ramdan

(2013) mengenai Pola Penyakit Santri Dipondok Pesantren Modern

Assalamah. Sarana kesehatan dari segi kuantitas sudah mencukupi

kebutuhan para santri, namun tidak semua sarana kesehatan terawat

dengan baik. Hal ini yang menyebkan banyak santri yang mengalami

penyakit scabies karena air di dalam pondok pesantren kotor dan

berkeruh.

Hambatan fasilitas bukan kendala untuk tidak berperilaku bersih.

Sebagian informan mengatakan saat mendapatkan kendala kurangnya air

ataupun airnya berkeruh dan kotor, informan langsung ke asrama lain

untuk mencari air yang mengalir dan bersih. Namun jika di asrama lain

juga tidak memiliki air atau airnya kotor dan berkeruh informan

menggunakan air aqua dos untuk membersihakn genitalianya.

94
Bedasarkan hasil penelitian, informan mengatakan informasi yang

didapatkan di pesantren mengenai kesehatan reproduksi hanya didapatkan

dipelajaran biologi. Namun pelajaran tersebut hanya menjelaskan tentang

organ reproduksi tanpa menjelaskan ke santriwati bagaimana cara

menjaga kesehatan reproduksi. Informan juga mengatakan dipelajaran

agama informan sering mendengar mencukur rambut genitalia setelah

mesntruasi. Informan mengatakan sering mendapatkan penyuluhan

mengenai narkoba, HIV/AIDS, pergaulan bebas dari tiap elemen yang

mengujungi. Namun untuk penyuluhan kesehatan reproduksi belum

pernah ada di pesantren. Hal ini menunjukkan informasi yang diperoleh

santriwati didalam pesantren mengenai kesehatan reproduksi sangat

terbatas.

95
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang diperoleh dari

wawancara mendalam (in-depth interview) dengan informan dan observasi

tentang perilaku santriwati terhadap personal hygiene genitalia di Pesantren

Ummul Mukminin Makassar , maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Santriwati memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai

pengertian, manfaat dan dampak personal hygiene genitalia. Hal ini

dapat dilihat dari jawaban santriwati yang mendefinisikan personal

hygiene genitalia adalah keadaan organ seksual yang bebas dari

kotoran dan infeksi dilakukan agar hidup bersih, sehat, nyaman dan

terhindar dari penyakit yang berbahaya. Adapun manfaat personal

hygiene genitalia adalah mencengah timbulnya penyakit, bebas dari

kotoran, enak dipandang. Dampak dari personal hygiene genitalia

mudah terkena penyakit berbaya seperti keputihan, kista dan di jauhi

oleh orang.

Walau santriwati sudah mengetahui personal hygiene genitalia dan

pentingnya menjaga kebersihan organ genitalia. Namun praktik atau

tindakan santriwati saat membersihkan genitalia masih salah atau

masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya santriwati yang

salah dalam membasuh organ genitalia dari arah belakang kedepan,

saat membersihkan vagina kebanyakan santriwati menggunakan sabun

96
biasa dan sabun anti septic, setelah buang air kecil dan air besar

kebanyakan santriwati langsung memakai pakaian dalamnya. Saat

menstruasi sebagian besar santriwati mengganti pembalutnya saat

darah haidnya keluar banyak dan darah haidnya tembus dipakaian.

2. Panutan santriwati dalam hal melakukan personal hygiene genitalia

adalah orang tuanya, saudara, teman sebaya dan ibu asrama. Santriwati

cenderung mengikuti kebiasaan orang tuanya seperti setelah buang air

kecil dan air besar memakai tissue atau handuk untuk mengeringkan

genitalia, rajin mengganti pembalut. Adapula santiwati yang mengikuti

kebiasaan saudaranya seperti memakai anti septic dan santriwati juga

mengikuti kebiasaan teman sesama santriwati seperti sebelum

memakai pakaian dalam genitalia dikeringkan menggunakan pakaian

yang sementara dipakai, mengobati iritasi selangkangan menggunakan

minyak tawon dan adapula santriwati juga mengatakan teman-

temanya malas mengganti pembalut sehingga informan mengikuti.

Informan juga mengikuti perkatakaan ibu asramanya seperti saat

menstruasi menggunakan 2 pakaian dalam agar genitalia tidak

langsung bersentuhan dengan pembalut.

3. Fasilitas di pesantren yang mendukung personal hygiene genitalia

yaitu: Pos kesehatan (UKS) sebagai tempat santriwati untuk

beristirahat ketika sedang sakit, tempat untuk santriwati berkonsultasi

tentang masalah kesehatannya dan tempat pengambil obat pada saat

santriwati mengalami keluhan sakit. Sedangkan koperasi adalah tempat

97
tersedianya keperluan pribadi santriwati mulai dari keperluan

makanan, minuman hingga keperluan pribadinya seperti alat mandi,

pakaian dalam dan pembalut. Fasilitas yang menghambat perilaku

hygiene genitalia yang sering di temuih santriwati yaitu kapasitas

kamar mandi yang kurang dan air yang jarang mengalir, berkeruh dan

kotor. Hal ini yang membuat informan malas untuk mengganti

pembalut dan harus mengantri masuk kedalam kamar mandi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memberikan

saran sebagai berikut:

1. Bagi santriwati pesantren ummul mukminin

Diharapkan kepada para santriwati untuk meningkatkan praktik

personal hygiene genitalia sesuai dengan pemahaman yang diketahui.

2. Bagi Institusi

a. Diharapkan kepada guru di pesantren ummul mukminin untuk

meningkatkan pemahamannya mengenai personal hygiene genitalia

dengan mencari informasi dari petugas kesehatan, buku, maupun

media-media lain sehingga para guru dapat menyalurkan informasi

yang diperoleh ke santriwati.

b. Diharapkan kepada pihak pesantren ummul mukminin agar

memperhatikan fasilitas-fasilitas yang tersedia seperti kamar, kamar

mandi dan air demi menunjang perilaku personal hygiene santriwati.

98
3. Bagi peneliti

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang personal hygiene

genitalia pada remaja dengan motode penelitian yang berbeda, variabel

yang berbeda, jumlah populasi dan sampel yang lebih banyak, sehingga

dapat diperoleh hasil yang lebih baik.

99
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, M. (2010). Perilaku Remaja Putri Dalam Perawatan Kebersihan Alat


Kelamin Pada Saat Menstruasi Di Smp 3 Pulau Rakyat. Medan,
Universitas Sumatera Utara.

Anindya, R, N. (2013). Tingkat Pengetahuan Tentang Kebersihan Genitalia Saat


Menstruasi Pada Remaja Putrid Di Smp 1 Sambirejo Kabupaten Sragen,
Diploma Iii Kebidanan, Surakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husuda.

Badri, M. (2007). "Hygiene Perorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo


Ngabar Ponogoro." Media Litbang Kesehatan Volume.Xvii.No.2.

Dolang, M. W., Et Al. (2012). "Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik


Hygiene Menstruasi Pada Sma Negeri 1 Sesaean Kabupaten Toraja
Utara." Mkmi Volume, 9, No. 1: 35-42.

Fitriyah, N., Et Al. (2013). "Riwayat Kesehatan Reproduksi Remaja Santri."


Biometrika Dan Kependudukan Volume.2.No.2.

Handayani, H. (2011). Hubungan Pengetahuan, Sikapa & Perilaku Remaja Putri


Tentang Organ Genitalia Eksterna Di Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan. Fakultas Kedokteraan. Jakarta, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.

Imarotul (2014). Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi Pada Remaja Putri


Disekolah Dasar Negeri D Wilayah Kerja Pisangan. Fakultas
Kedokteraan Dan Ilmu Kesehatan. Jakarta, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
.
Lianawati, I. (2012). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal
Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas X Sma Islam Terpadu Al-
Masyur Pati. Program Studi Diploma Iii Kebidanan. Surakarta,
Universitas Ilmu Kesehatan Husuda Surakarta.

Mardani, S. A., Et Al. (2010). "Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


Remaja Putri Dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi Di Desa
Kumpul, Kecamatan Sarirejo, Kapubaten Lamongan." Surya Volume,
O3, No.Vii.

100
Mengga, S. S., Et Al. (2012). "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal
Hygiene Anak Usia 7-14 Tahun Di Sd Inpres Manuruki 2 Daya Makassar
2012." Volume, 1, No.3.

Natoatmodjo, P. D. S. (2013). Promoasi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta,


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, P. D. S. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta,


Rineka Cipta.
Notoatmodjo, P. D. S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Proverawati And Misaroh (2009). Menarche : Menstruasi Pertama Penuh Makna.


Yogyakarta, Nuha Medika.

Potter And Perry (2005) Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses Dan
Praktik. Jakarta, Ahli Bahasa : Renata Komalasari.

Rahayu, S, A. (2004). Aplikasi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Pondok


Pesantren Ummul Mukminin. Kesehatan Masyarakat. Makassar,
Universitas Hasanuddin.

Rabita (2010). Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perawatan Alat


Genitalia Di Sma Al-Azhar Keperawatan. Medan, Universitas Sumatera
Utara.

Rahmatika, D. (2010). Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Tentang Personal


Hygiene Menstruasi Terhadap Tindakan Personal Hygiene Remaja
Putrid Di Smk Negeri 8 Medan, Unversitas Sumatera Utara.

Ramdan, A. A., Et Al. (2013). "Pola Penyakit Santri Dipondok Pesantren Modern
Assalamah."

Rohmah, E., Et Al. (2013). Perilaku Remaja Putri Dalam Organ Genitalia
Eksterna Selama Menstruasi Pada Siswi Kelas XI Di Man Dolopo
Kabupaten Madiun

Sari, D, I. (2010). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat Kelamin


Di SMA Al-Washiliyah. Program D-Iv Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan, Medan, Universitas Sumatera Utara.

101
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Kencana Prenada
Media Grup.

Suryati (2012). "Perilaku Kebersihan Remaja Saat Menstruasi." Jurnal Healt


Quality Volume, 3, No. 1.

Sugiyono (2013). Resume Buku Penelitian Kualitatif. Alfabeta Bandung,


Bandung.

Tapparan, F., Et Al. (2013). Gambaran Perilaku Kebersihan Organ Genitalia


Eksterna Siswi Kelas Menengah Atas Negeri 1 Kawangkoan. Jurnal
Kedokteraan Komunitas Dan Tropik Volume 1 No. 1.

Unwawirka, T., Et Al. (2013). Perilaku Remaja Tentang Perawatan Organ


Reproduksi Wanita Di Sma Negeri 1 Debo Kabupaten Kepulauan Aru
Kesehatan Masyarakat. Makassar, Universitas Hasanuddin.

Wakhidah, U. And Wijayanti (2014). "Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja


Putri Tentang Infeksi Genetalia Eksterna Dan Perilaku Vulva Hygiene
Kelas Xi Di Man 1 Surakarta." Jurnal Kebidanan Volume, Vi, No.01.

Yanti, S. D., Et Al. (2014). "Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Menstruasi Terhadap Perilaku Higienis Pada Saat Menstruasi." Jom
Psik Volume.1.No.2.

102
LAMPIRAN
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

Selamat Pagi/Siang/Sore
Perkenalkan nama Saya Sandriana mahasiswi S1 angkatan 2011 dari Bagian
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin. Saya bermaksud melakukan penelitian tentang Perilaku
personal hygiene genitalia santriwati di pesantren ummul mukminin sudiang
makassar, Sulawesi selatan. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam
penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
Saya berharap Bapak/Ibu/Saudara(i) bersedia untuk menjadi informan dalam
penelitian ini di mana akan dilakukan wawancara mendalam terkait dengan
penelitian. Semua informasi yang Anda berikan terjamin kerahasiaannya.
Setelah Saudara membaca maksud dan kegiatan penelitian di atas, saya mohon
untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini.
Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Nama : _________________________________________
Tanda tangan : _________________________________________
Terima kasih atas kesediaan Saudara untuk ikut serta di dalam penelitian ini.
Lampiran 2

PERILAKU PERSONAL HYGIENE GENITALIA SANTRIWATI

DI PESANTREN UMMUL MUKMININ MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

==========================================================

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SANTRIWATI

IDENTITAS INFORMAN
Nama Informan : ...........................................................................
Usia : ...........................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................
Alamat : ...........................................................................
Pendidikan : ...........................................................................
No. HP/Telp. Informan : ...........................................................................
Tanggal wawancara : _ _ / _ _ / _ _ _ _ (tgl/bln/thn)

Gali Informasi Mendalam

Variabel Topik Wawancara


Pemahaman 1. Pemahaman santriwati
mengenai informasi personal
hygiene genitalia
2. Pemahaman santriwati
mengenai manfaat dan dampak
personal hygiene genitalia
3. Pemahaman santriwati
mengenai cara membersihkan
genitalia
4. Pemahaman santriwati
mengenai pemakaian pakaian
dalam.
5. Pemahaman santriwati
mengenai penggunaan
pantyliner
6. Pemahaman santriwati
mengenai hygiene menstruasi
7. Pemahaman santriwati
mengenai frekuensi ganti
pembalut
Orang sebagai panutan 1. Panutan santriwati dalam
personal hygiene perawatan
genitalia.
2. Alasan sehingga di jadikan
panutan.
Sumber-sumber daya 1. Fasilitas yang menunjang
pelaksanaan personal hygiene
genitalia.
2. Pendukung dan penghambat
personal hygiene genitalia.
3. Informasi yang di peroleh di
pesantren mengenai personal
hygiene genitalia.
PERILAKU PERSONAL HYGIENE GENITALIA SANTRIWATI

DI PESANTREN UMMUL MUKMININ MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

==========================================================

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA PONDOK PESANTREN

IDENTITAS INFORMAN
Nama Informan : ...........................................................................
Usia : ...........................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................
Alamat : ...........................................................................
No. HP/Telp. Informan : ...........................................................................
Tanggal wawancara : _ _ / _ _ / _ _ _ _ (tgl/bln/thn)

Gali Informasi Mendalam

1. Apa pondok pesantren menyediakan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan

yang menunjang santriwati untuk menepkan personal hygiene genitalia ?

2. Apa santriwati di pondok pesantren di ajarkan pelajaran mengenai

personal hygiene khususnya perawatan genitalia ?

3. Apa pernah ada penyuluhan atau konseling tentang personal hygiene ?


PERILAKU PERSONAL HYGIENE GENITALIA SANTRIWATI

DI PESANTREN UMMUL MUKMININ MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

==========================================================

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PERAWAT UKS

IDENTITAS INFORMAN
Nama Informan : ...........................................................................
Usia : ...........................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................
Alamat : ...........................................................................
No. HP/Telp. Informan : ...........................................................................
Tanggal wawancara : _ _ / _ _ / _ _ _ _ (tgl/bln/thn)

Gali Informasi Mendalam

1. Apa santriwati pernah berkonsultasi mengenai kesehatan reproduksi ?

2. Apa-apa saja keluhan para santriwati mengenai organ genitalia?

3. Apa solusi yang diberikan ke santriwati saat berkonsultasi masalah organ

genitalianya ?
PERILAKU PERSONAL HYGIENE GENITALIA SANTRIWATI

DI PESANTREN UMMUL MUKMININ MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

==========================================================

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENJAGA KOPERASI

IDENTITAS INFORMAN
Nama Informan : ...........................................................................
Usia : ...........................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................
Alamat : ...........................................................................
No. HP/Telp. Informan : ...........................................................................
Tanggal wawancara : _ _ / _ _ / _ _ _ _ (tgl/bln/thn)

Gali Informasi Mendalam

1. Apa anda menjual kebutuhan pribadi santriwati terkait kebetuhan organ

genitalia ?

2. Apakah santriwati sering membeli kebeutuhan pribadinya seperti

pembalut, pakaian dalam, pantyliner dan anti septic.


Lampiran 3

PERILAKU PERSONAL HYGIENE GENITALIA SANTRIWATI

DI PESANTREN UMMUL MUKMININ MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

==========================================================

LEMBAR OBSERVASI

Hasil pengamatan tentang perilaku personal hygiene genitalia santriwati di


pesantren ummul mukminin makassar, sulawesi selatan 2014

Tanggal : 8 Desember 26 Desember 2014

Observasi dilakukan dengan cara melihat kondisi sekitar lokasi penelitian

yaitu asrama pondok pesantren, kamar mandi, koperasi pesantren, UKS

pesantren. Hasil observasi kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara

yang telah dilakukan.


Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8

Dokumentasi Penelitian Perilaku Personal Hygiene Santriwati Di Pesantren


Ummul Mukminin Makassar Sulawesi Selatan.

Gambar 1. Wawancara mendalam dengan informan.


Gambar 2. Wawancara mendalam dengan informan Gambar 5. Wawancara mendalam dengan informan
ibu Rumah tangga yang berprofesi sabagai petani petugas kesehatan.

Gambar 2. Saat melakukan sosialisasi

Gambar 3. Kamar santriwati


Gambar 4. Fasilitas kamar mandi santriwati

Gambar 5. Fasilitas UKS dan Koperasi

Gambar 6. Lingkungan Pesantren


Lampiran 9

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sandriana

Nim : K111 11 339

Ttl : Ujung Pandang, 08 November 1993

Agama : Islam

Alamat : Kandea II Lrn.118 b, No.6a

HP : 089 918 710 40

Email :sandrianahs@yahoo.com/

sandriana86@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Baraya 2 Makassar

2. SMP Negeri 05 Makassar

3. SMA Negeri 04 Makassar

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas Angkatan 2011

Anda mungkin juga menyukai