Anda di halaman 1dari 39

TUGAS BESAR UTILITAS BANGUNAN

SISTEM ELEKTRIKAL

Dosen Pembimbing: Ir. Relly Andayani, M.T.

1. Andi Kusuma Herlan 10313870

2. Nabil Dhiya Ulhaq 16313252

3. Novita Oktaviani 16313559

4. Yessi Stani Beata Siahaan 19313436

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK

2017
SISTEM ELEKTRIKAL
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................ 1

1.2 TUJUAN PENULISAN ......................................................... 2

1.3 BATASAN MASALAH ........................................................ 2

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN .............................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM ............................................................... 4

2.2 INSTALASI PENERANGAN DAN ALAT-ALAT KECIL ... 4

2.2.1 ESTIMASI PENERANGAN GEDUNG .....................

2.3 INSTALASI TEGANGAN DAN ALAT-ALAT MEKANIKAL

BESAR ...................................................................................

2.3.1 INSTALASI SUMBER TEGANGAN LISTRIK ........

2.3.2 DAYA LISTRIK DARURAT .......................................

2.3.3 PEMBUMIAN (GROUNDING) ..................................

2.4 DISTRIBUSI DAYA LISTRIK GEDUNG TINGGI .............. 7


SISTEM ELEKTRIKAL

2.5 PROSES PERENCANAAN SISTEM ELEKTRIKAL ...........

2.6 INSTALASI PENANGKAL PETIR ........................................

BAB 3 DESKRIPSI KASUS

3.1 DETAIL BANGUNAN RENCANA ..................................... 23

3.2 TIPE, FUNGSI DAN LUAS RUANGAN ............................ 23

BAB 4 PERHITUNGAN SISTEM LIFT

4.1 UMUM .................................................................................. 25

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bangunan gedung terdiri dari tiga komponen penting, yaitu struktur, arsitek

dan utilitas (mekanikal dan elektrikal). Struktur bertumpu pada kekokohan dan masa

layan bangunan, arsitek menekankan interaksi bangungan dengan manusia atau

keindahan bangunan, sedangkan sustem utilitas mengatur satuan fungsional bangunan

agar manusia dapat melakukan kegiatan dalam bangunan.

Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan penyediaan daya listrik

untuk memenuhi kebutuhan daya listrik tegangan rendah. Dalam rangkaian peralatan

yang disediakan meliputi sarana penyesuaian tegangan listrik (transformator), sarana

penyaluran utama (kabel feeder) dan panel hubung utama atau LVMDP (Low Voltage

Main Distribution Panel) dan panel distribusi utama di tiap gedung (SDP/Sub

Distribution Panel) dan terakhir panel-panel di tiap lantai (PP-LP untuk penerangan,

panel stop kontak, panel stop kontak UPS, panel UPS OK dan PVAC untuk power

AC).

Di antara sistem utilitas yang ada, sistem elektrikal merupakan komponen

penting karena secara umum sebagian besar sistem utilitas lain membutuhkan akses

listrik sebagai sumber tenaga. Sistem elektrikal sebuah bangunan tinggi dapat

meliputi instalasi pembangkit tenaga listrik, sistem penerangan, sistem penangkal


SISTEM ELEKTRIKAL

petir, jaringan telepon, sistem tata suara (sound system), sistem fire alarm, sistem

data, multimedia, dan jaringan kabel komputer, sistem kamera pengaman atau CCTV

(Close Circuit Television), serta sistem otomatisasi bangunan.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Penulisan tugas besar mengenai perencanaan sistem elektrikal ini bertujuan

untuk menentukan dan mengetahui jumlah armature yang baik dan akan digunakan

pada bangunan tinggi, khususnya yang difungsikan sebagai apartemen.

1.3 BATASAN MASALAH

Kajian yang dilakukan dalam merencanakan sistem elektrikal pada tugas besar

ini dibatasi melalui hal-hal berikut:

a. Perencanaan instalasi sistem elektrikal dilaksanakan sesuai dengan PUIL

2000.

b. Perencanaan sistem elektrikal dilakukan pada bangunan tinggi yang

difungsikan sebagai apartemen dengan tinggi 10 lantai tipikal.

c. Perencanaan sistem elektrikal dilakukan dengan mempertimbangkan sistem

utilitas lainnya pada bangunan gedung yang direncanakan.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan tugas besar ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

a. BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi latar belakang dan pentingnya sistem utilitas elektrikal.

5
b. BAB 2 KAJIAN TEORI

Berisi teori-teori dan kajian-kajian terkait dengan sistem elektrikal pada

bangunan tinggi dan proses perencanaannya.

c. BAB 3 DESKRIPSI KASUS

Berisi uraian dan spesifikasi objek bangunan dan utilitas elektrikal.

d. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi deskripsi hasil kajian dan analisis mengenai perencanaan sistem

elektrikal pada gedung yang direncanakan.

e. BAB 5 PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran mengenai hasil kajian.


SISTEM ELEKTRIKAL

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 TINJAUAN UMUM

Pada intinya hampir semua peralatan pada bangunan tinggi membutuhkan

tenaga listrik. Tenaga listrik yang dibutuhkan tersebut disebut sebagai beban listrik.

Beban listrik meliputi beberapa hal-hal berikut (Poerbo, 1992; Sumardjito, 2017):

a. Penerangan atau lampu;

b. Stop kontak untuk peralatan rumah tangga dan motor-motor kecil seperti

setrika, pompa air, dan lain sebagainya;

c. Peralatan HVAC (heating, ventilating, air conditioning);

d. Peralatan plumbing dan sanitasi seperti pompa-pompa besar, preassure tank,

boozterpumps, dan sebagainya;

e. Alat transportasi vertikal seperti lift dan escalator;

f. Peralatan dapur seperti kompor listrik, cooker hood, rice cooker, dan

sebagainya;

g. Peralatan khusus, misalnya pada laboratorium, rumah sakit, dan sebagainya.

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan listrik tersebut, prinsip pembebanan listrik

harus dipisahkan menjadi listrik tegangan kecil dan listrik tegangan besar. Klasifikasi

tersebut dapat dilakukan seperti berikut (Poerbo, 1992; Sumardjito, 2017):

a. Instalasi untuk penerangan dan alat-alat kecil;


b. Instalasi untuk tenaga dan alat-alat mekanikal besar.

Setiap lapis lantai bangunan harus memiliki minimal satu buah subpanel

penerangan. Apabila luas setiap lantai sangat besar, perlu dipasang beberapa subpanel

penerangan. Setiap jenis peralatan mekanikal juga harus dipasang panel atau subpanel

tenaga. Pemasangan panel atau subpanel ada peralatan mekanikal dilakukan secara

terpisah dengan subpanel penerangan.

2.2 INSTALASI PENERANGAN DAN ALAT-ALAT KECIL

2.2.1 Estimasi Penerangan Gedung

Estimasi besaran penerangan listrik gedung perlu dipahami, khususnya untuk

estimasi perhitungan daya listrik pada suatu bangunan gedung. Berikut ini merupakan

estimasi penerangan untuk berbagai macam jenis gedung sesuai dengan fungsi

gedung tersebut.

a. Gedung/ kantor : 20-40 watts/m2

b. Perumahan : 10-20 watts/m2

c. Hotel : 10-30 watts/m2

d. Gedung sekolah : 15-30 watts/m2

e. Rumah sakit : 10-30 watts/m2

f. lebih detail, tabel di buku utilitas

Penerangan umum (general lighting) adalah penerangan standar dengan

lampu menempel pada plafond dalam suatu ruangan, serta kondisi dinding dan

plafond dengan warna cerah. Penerangan umum dihitung dengan terlebih dahulu

mengetahui fungsi ruangan yang akan diberi penerangan, luas ruangan, dan jenis
SISTEM ELEKTRIKAL

lampu yang akan dipasang. Penerangan umum berbeda dengan penerangan efek

khusus (special lighting) yang secara sengaja dibuat untuk menampilkan kesan dan

efek yang khusus.

Perhitungan jumlah titik cahaya dengan konsep penerangan umum pada suatu

ruangan dilakukan melalui perhitungan menggunakan rumus berikut:

EA
N ........................................................................... (2.1)
LLF CU

dengan,

N : jumlah lampu pada suatu luas ruangan

E : kuat terang yang dibutuhkan pada suatu fungsi ruangan (lux) ... tabel

A : luas ruangan

: kuat cahaya suatu jenis lampu (lumen) ... tabel

LLF : Ligh Loss Factor, faktor daya yang berkurang akibat kualitas alat; 0,7-0,8

CU : Coefficient of Utilization; Daya Terang Lampu, 50-60%

Tabel 2.1 Tingkat Lux Rata-Rata


Fungsi Ruangan Lux
Typical office floor 300-550
Executive office 300-550
Corridoor, stairways, toilets 100
Mech, equipment room 300-400
Hall, lobby 200-300
Electrical rooms 400-500
Parking area 100
Sumber: Sumardjito, 2017

9
Tabel 2.2 Tingkat Terang Lampu
Jenis Lampu Lumen/watt
Lampu pijar 11-18
TL Neon 50-80
Halogen 16-20
Mercury 30-60
Sodium 120-140
Halide 80-100
Sumber: Sumardjito, 2017
2.3 INSTALASI TENAGA DAN ALAT-ALAT MEKANIKAL BESAR

2.3.1 Instalasi Sumber Tegangan Listrik

Daya listrik pada umumnya dipasok dari pembangkit tenaga listrik melalui

jaringan kabel tegangan tinggi (TT, diatas 20.000 volt), yang kemudian diturunkan

menjadi tegangan menengah (TM, antara 1.000-20.000 volt), lalu tengangan rendah

(TR, dibawah 1.000 volt). Penurunan tegangan dilakukan melalui trasformator yang

ditempatkan pada gardu-gardu listrik. Berikut ini merupakan gambar yang

menjelaskan proses distribusi listrik dari PLT.

Gambar 2.1 Pasokan Listrik Bangunan


SISTEM ELEKTRIKAL

Selain melalui Pembangkit Tenaga Listrik PLN, sumber listrik cadangan

untuk dipakai dalam keadaan darurat perlu dipertimbangkan. Pada umumnya, sumber

daya listrik darurat tersebut diperoleh dari generator set atau rechargeable battery.

2.3.2 Daya Listrik Darurat (Generator Set)

Pembangkit listrik darurat atau pembangkit listrik cadangan (generator set)

disiapkan sebagai cadangan manakala pasokan listrik yang bersumber dari PLN

mengalami gangguan. Generator set (genset) adalah sebuah alat yang memproduksi

energi listrik dari sumber energi mekanikal, biasanya dengan mengunakan induksi

elektromagnetik. Tenaga penggeraknya menggunakan mesin disel. Genset diletakkan

dalam ruangan yang kedap suara, agar suara yang ditimbulkan oleh mesin disel tidak

mengganggu aktivitas di dalam ruangan.

Daya listrik darurat ini harus diterapkan pada sistem-sistem yang berkaitan

dengan keselamatan manusia, seperti sistem deteksi kebakaran, fan smoke vestibule,

pompa kebakaran, sistem komunikasi untuk evakuasi, dan Building Management

System (BMS). Selain itu, juga perlu diterapkan untuk mendukung daya pada lampu

penerangan sebesar 50-60%, stop kontak sebesar 100%, pada sistem tata udara (lift

kebakaran, fire escape, dan lain-lain), serta lift penumpang.

Selain genset, diperlukan pula UPS (Uninterrupted Power Supply) untuk

ruang komputer, ruang operasi rumah sakit, telekom, pencahayaan ruangan darurat,

fan untuk udara tekan ruang tangga darurat, dan lain-lain.

11
Gambar 2.2 Skema Instalasi Daya Listrik Darurat Menggunakan Generator Set

Gambar 2.3 Tipikal Pemasangan Listrik Darurat (Surahman, 2017)


SISTEM ELEKTRIKAL

2.3.3 Pembumian (Grounding)

Pembumian adalah penghubung bagian-bagian peralatan listrik yang pada

keadaan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan antara

bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan

tanah sampai pada suatu harga yang aman untuki semua kondisi operasi, baik kondisi

normal maupun saat terjadi gangguan. (Pabla 1986, Hutauruk 1987, Tajuddin 1998).

Secara umum sistem pembumian berperan sebagai proteksi dengan tujuan

pemasangan :

a. Menjamin kerja peralatan listrik atau elektronik

b. Mencegah kerusakan peralatan listrik atau elektronik

c. Menyalurkan energy serangan petir ke tanah

d. Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan

normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah.

Nilai tahanan pembumian suatu sistem pembumian diharapkan serendah

mungkin ( 5 ). Elektroda pembumian yang ditanamkan kedalam tanah diharapkan

langsung memperoleh tahanan yang rendah, namun hal itu sangat jarang diperoleh.

Elektroda pembumian ialah suatu penghantar yang biasanya terbuat dari

tembaga dan ditanam dalam bumi/tanah dan membuat akontak secara langsung

dengan bumi. Adapun jenis-jenis elektroda pembumian menurut persyaratan umum

instalasi listrik (PUIL) 2000, diantaranya elektroda batang, elektroda pelat dan

elektroda pita.

13
2.4 DISTRIBUSI DAYA LISTRIK DALAM GEDUNG TINGGI

Berikut ini merupakan skema pemasangan panel-panel pada jaringan

elektrikal. Dikelompokkan menjadi panel-panel untuk pencahayaan (lighting) dan

panel-panel sumber tenaga (power) untuk alat-alat mekanikal.

Gambar 2.4 Skema Instalasi Panel-Panel Elektrikal Bangunan Tinggi

Adapun jenis-jenis transformator (trafo) dan jenis sambungan dari sumber

tegangan yang digunakan pada instalasi listrik adalah seperti pada Gambar 2.5

berikut.
SISTEM ELEKTRIKAL

Gambar 2.5 Skema Instalasi Listrik ke Sumber Tegangan

Gambar 2.6 Bagan Instalasi Listrik pada Bangunan Tinggi

15
2.5 PROSES PERENCANAAN SISTEM ELEKTRIKAL

Untuk merancang jaringan instalasi listrik suatu gedung harus lebih dahulu

menaksir beban total seluruh gedung dan menentukan lokasi transformator dan

tabung-tabung instalasi. Beban total yang pasti dapat diketahui setelah perancangan

lengkap selesai, tetapi hal ini memerlukan beberapa bulan, oleh karena itu perlu

diadakan perhitungan-perhitungan pra rencana (Poerbo, 1992). Perhitungan pra

rencana tersebut membutuhkan detail bangunan meliputi luas dan fungsi ruangan

dalam gedung tersebut.

2.6 INSTALASI PENANGKAL PETIR

Proteksi petir pada dasarnya adalah penangkal bahaya sambaran petir pada

suatu gedung dan peralatan yang ada di dalamnya, baik karena sambaran langsung

maupun secara tidak langsung. Sistem proteksi terhadap sambaran petir terdiri dari

sistem proteksi eksternal dan sistem internal yang dirancang secara terintegrasi

sehingga dapat mewujudkan keandalan pengamanan yang lebih baik. Mengacu pada

IEC (International Elekrotechinal Commission) TC 81:1989 tentang konsep

Lightning Protection Zone (LPZ) bahwa sistem proteksi petir terdiri dari tiga bagaian

antara lain

1. Sistem Proteksi Eksternal

2. Sistem Proteksi Pembumian/Pentanahan

3. Sistem Proteksi Internal


SISTEM ELEKTRIKAL

2.6.1 Kebutuhan Bangunan Akan Sistem Proteksi Petir

Suatu instalansi proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari suatu

bangunan, termasuk manusia dan peralatan yang ada di dalamnya terhadap bahaya

dan kerusakan akibat sambaran petir. Berdasarkan PIIPP besarnya kebutuhan tersebut

ditentukan berdasarkan penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili keadaan

bangunan di suatu lokasi dan ditulis sebagai berikut:

R1 A B C D E

Dimana

R1 = Perkiraan bahaya sambaran petir berdasarkan PUIPP

A = Indeks bahaya berdasarkan jenis bangunan

B = Indeks bahaya berdasarkan konstruksi bangunan

C = Indeks bahaya berdasarkan tinggi bangunan

D = Indeks bahaya berdasarkan situasi bangunan

R = Indeks bahaya berdasarkan hari guruh

Tabel 2.3 Indeks A Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan


Penggunaan dan Isi Indeks A
Bangunan biasa yang tak perlu diamankan baik
-10
bangunan maupun isinya
Bangunan dan isinya jarang digunakan misalnya
dangau di tengah sawah atau ladang, menara atau tiang 0
dari metal
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat
tinggal misalnya rumah tinggal, industri kecil dan 1
stasiun kereta api
Bangunan atau isinya cukup penting misalnya menara
air, toko barang-barang berharga dan kantor 2
pemerintah
Bangunan yang berisi banyak sekali orang, misalnya 3

17
Penggunaan dan Isi Indeks A
bioskop, sarana ibadah, sekolah dan monumen
bersejarah yang penting
Instalansi gas, minyak atau bensin dan rumah sakit 5
Bangunan yang mudah meledak dan dapat
menimbulkan bahaya yang tidak terkendali bagi 15
sekitarnya misalnya instalansi nuklir
Sumber : SNI 03-7015-2014

Tabel 2.4 Indeks B Bahaya Berdasarkan Konstruksi Bangunan


Konstruksi Bangunan Indeks B
Seluruh bangunan terbuat dari logam
0
dan mudah menyalurkan listrik
Bangunan dengan konstruksi beton
bertulang atau rangka besi dengan atap 1
logam
Bangunan dengan konstruksi beton
bertulang, kerangka besi dan atap bukan 2
logam
Bangunan kayu dan atap bukan logam 3
Sumber : SNI 03-7015-2014

Tabel 2.5 Indeks C Bahaya Berdasarkan Tinggi Bangunan


Tinggi bangunan (m) Indeks C
6 0
12 2
17 3
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10
Sumber : SNI 03-7015-2014

Tabel 2.6 Indeks D Bahaya Berdasarkan Situasi Bangunan


Situasi Bangunan Indeks D
Di tanah datar pada semua ketinggian 0
Di kaki bukit sampai tinggi bukit atau di pegunungan sampai 1000 m 1
Di puncak gunung atau pegunungan yang lebih dari 1000 m 2
Sumber : SNI 03-7015-2014
SISTEM ELEKTRIKAL

Berdasarkan pada standar NFPA 780 yaitu dengan menjumlahkan sejumlah

indeks yang mewakili keadaan lokasi bangunan kemudian hasil penjumlahan dibagi

dengan indeks yang mewakili isokeraunic level di daerah tersebut. Secara matematik

ditulis sebagai berikut:

A B C D E
R2
F

Dimana

R2 = Perkiraan bahaya sambaran petir berdasarkan NFPA 780

F = Indeks IKL (Isokeraunic Level)

Tabel 2.7 Perkiraan Bahaya Sambaran Petir Berdasarkan PUIPP

R Perkiraan Bahaya Pengamanan


Di bawah 11 Diabaikan Tidak Perlu
Sama dengan 11 Kecil Tidak Perlu
Sama dengan 12 Sedang Dianjurkan
Sama dengan 13 Agak Besar Dianjurkan
Sama dengan 14 Besar Sangat Dianjurkan
Lebih dari 14 Sangat Besar Sangat Perlu
Sumber : SNI 03-7015-2014

Berdasarkan standar IEC 10241-1 bahwa pemilihan tingkat proteksi yang

memadai untuk suatu sistem proteksi petir didasarkan pada frekuensi sambaran petir

langsung setempat yang diperkirakan ke suatu struktur yang diproteksi dan frekuensi

sambaran petir tahunan setempat yang diperbolehkan. Kerapatan kilat petir ke tanah

rata-rata tahunan di daerah tempat suatu struktur berada dinyatakan sebagai:

N g 0,04 Td1,25

Nd N g Ae 106

19
Dimana

Ng = Kerapatan kilat petir ke tanah (km2/ tahun)

Td = Jumlah hari guruh per tahun yang diperoleh dari grafik atau Isokeraunic

Level

di daerah tempat struktur yang akan diproteksi

Nd = Frekuensi sambaran petir langsung setempat per tahun

Ae = Area cakupan dari struktur (m2)

Area cakupan dari struktur yaitu daerah permukaan tanah yang dianggap

sebagai struktur yang mempunyai frekuensi sambaran langsung tahunan. Daerh yang

diproteksi adalah daerah di sekitar struktur sejauh tiga kali tinggi struktur yang

diproteksi. Pengambilan keputusan perlu atau tidaknya memasang sistem proteksi

petir pada bangunan berdasarkan Nd dan Nc dilakukan sebagai berikut:

a. Jika Nd Nc maka tidak perlu sistem proteksi petir

b. Jika Nd > Nc maka diperlukan sistem proteksi petir dengan efisiensi

Nc
E 1
Nd

Dengan Nc adalah frekuensi sambaran petir tahunan setempat dengan tingkat

proteksi sesuai tabel berikut

Tabel 2.8 Efisiensi Sistem Proteksi Petir


Tingkat Proteksi Efisiensi SPP
I 0,98
II 0,95
III 0,90
IV 0,80
Sumber : SNI 03-7015-2014
SISTEM ELEKTRIKAL

2.6.2 Parameter Petir

Parameter petir dapat diklasifikasikan menjadi parameter kejadian petir,

parameter bentuk dan parameter arus. Berikut penjelasannya:

1. Kepadatan sambaran petir

Berkaitan dengan jumlah hari guruh per tahun dan curah hujan didefinisikan

kepadatan sambaran petir ke tanah:

Fg 4 103 Td 0,8 P0,5

Dimana

Fg = Kepadatan sambaran petir ke tanah (sambaran/km2-tahun)

Td = Jumlah hari guruh per tahun (ISO Keraunic Level )

P = Jumlah curah hujan rata-rata per tahun (mm)

2. Harga arus puncak petir

Besarnya arus puncak petir di Indonesia di hitung berdasarkan hasil analisa

regresi sehingga didapatkan dalam bentuk persamaan berikut:


4,14103 Li 2,4104 A
I 29,5 Fg0,3 e

Dimana

I = Arus puncak petir (KA)

Li = Derajat lintang daerah yang bersangkutan

Fg = Kepadatan sambaran petir ke tanah (sambaran/km2-tahun)

A = Ketinggian awan terendah (m)

21
3. Kecuraman dan muatan maksimum arus petir

di
1, 2 I 0,7
dt maks

Q 1,13 I 0,5

Dimana

di
= Kecuraman arus petir (kA/s)
dt

I = Arus puncak petir (A)

Q = Muatan arus petir (Coulomb)

Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan instalasi penangkal petir,

ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang ditimbulkan bila

bangunan tersebut tersambar petir. Besarnya kebutuhan itu dapat diperhitungkan

secara empiris berdasarkan indeks-indeks yang menyatakan faktor-faktor tertentu.


SISTEM ELEKTRIKAL

BAB 3

DESKRIPSI KASUS

3.1 DETAIL BANGUNAN RENCANA

Nama proyek : The Aspen Peak Residences @Admiralty

Fungsi bangunan : Apartemen

Lokasi Proyek : Jalan Rs. FAtmawati No. ! Cilandak, Jakarta

Luas Tanah : 18 hektar

Tinggi : 3,325 m/lantai

Jumlah Lantai : 10 lantai tipikal

3.2. Tipe, Fungsi, dan Luas Ruangan

Bangunan apartemen rencana memiliki enam tipe ruangan diantaranya seperti

pada tabel berikut:

No. Tipe Jumlah Ruangan Luas Ruangan Keterangan Warna


1. 3BR 8 + balkon 109,04 m2 Merah
2. 2BR A 4 + balkon 53,72 m2 Ungu
3. 2BR B 7 + balkon 76,48 m2 Jingga
4. 2BR C 7 + balkon 77,80 m2 Biru
5. STUDIO A 2 + balkon 31,01 m2 Coklat
6. STUDIO B 2 + balkon 31,27 m2 Hijau

Fasilitas penunjang lain selain enam tipe ruangan tersebut yang juga butuh

penunjang utilitas listrik adalah lobi, lift, tangga, daan koridor pada masing-masing

ruangan apartemen.
Gambar 3.1 Tipe-Tipe Ruangan
SISTEM ELEKTRIKAL

1. Tipe 3BR

Gambar 3.2 Apartemen Tipe 3BR

Ruang tipe 3BR terdiri dari Ruang utama (Ruang tamu, ruang tengah, dapur),

4 kamar tidur, 3 toilet, dan balkon.

2. Tipe 2 BR-A

Gambar 3.3 Apartemen Tipe 2BR-A

Ruang tipe 2BR-A terdiri dari ruang utama (ruang tengah dana dapur), 2

kamar tidur, 1 kamar mandi dan juga balkon.

25
3. Tipe 2BR-B

Gambar 3.4 Apartemen Tipe 2BR-B

Ruang tipe 2BR-B terdiri dari ruang utama (ruang tengah dana dapur), 3

kamar tidur, 2 kamar mandi dan juga balkon.

4. 2BR-C

Gambar 3.5 Apartemen Tipe 2BR-C

Ruang tipe 2BR-B terdiri dari ruang utama (ruang tengah dana dapur), 3

kamar tidur, 2 kamar mandi dan juga balkon.


SISTEM ELEKTRIKAL

5. Studio A

Gambar 3.6 Apartemen Tipe Studio A

Ruang studio A terdiri dari 2 ruangan yaitu 1 kamar tidur dan dapur serta 1

kamar mandi dan juga balkon..

6. Studio B

Gambar 3.7 Apartemen Tipe Studio A

Ruang studio B terdiri dari 2 ruangan yaitu 1 kamar tidur dan dapur serta 1

kamar mandi dan juga balkon..

27
SISTEM ELEKTRIKAL

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISA PERHITUNGAN BEBAN LISTRIK

Apartement the aspen peak residences terdiri dari 10 lantai tipikal dan masing-

masing ruang meimiliki daya listrik yang berbeda.

4.1.1. PERHITUNGAN BEBAN LISTRIK LANTAI 1

Perhitungan jumlah lampu dan armature pada sebuah ruangan,bertujuan

untuk mendapatkan tingakt pencahayaan yang baik. Lantai 1 terdiri dari 6 tipe ruang

hunian, 2 koridor, 1 lobi, ruang resepsionis, tangga, dan ruang menuju tangga. Contoh

perhitungan beban listrik pada salah satu ruang hunian adalah sebagai berikut :

1. Ruang 3BR

a. Perhitungan jumlah lampu

Ruang tipe 3BR terbagi menjadi 9 bagian ruang yaitu ruang utama (Ruang

tamu, ruang tengah, dan dapur), 4 kamar tidur, 3 kamar mandi, dan 1 balkon. Data

ruang kamar tidur :

Luas (A) = 9,59 m2

Tinggi = 3,325 m

Tipe lampu = LED philips 17 watt

Daya (W) = 17 Watt

Fluks Cayaha Lampu (F) = 17 x 100 (kuat penerangan lampu jenis LED)
SISTEM ELEKTRIKAL

= 1700 lumen

Kuat penerangan (E) = 150 (tabel tingkat lux ruangan)

Faktor depresiasi (LLF) = 0,8

Daya terang lampu (CU) = 0,6

ExA 150 x 9,59


Jumlah lampu = 1, 73 2 buah
x LLF x CU 1700 x 0,8 x 0,6

Tabel 4.1 Data Kebutuhan Lampu Ruang 3BR


Kamar Kamar
Ruang Kamar Toilet Toilet Kamar
Nama Ruang Tidur Tidur Toilet 2 Balkon
Utama Tidur 1 Dalam Dalam Tidur 3
2a 2b
Luas (M2) 44,48 9,59 9,59 18,73 6,05 1,74 5,16 4,7 9
Tinggi (M) 3,325 3,325 3,325 3,325 3,325 3,325 3,325 3,325 3,325
LED LED LED LED LED LED LED LED LED
Tipe Lampu Philips Philips Philips Philips Philips Philips Philips Philips philips
17 watt 17 watt 17 watt 17 watt 17 watt 17 watt 17 watt 17 watt 17 watt
Daya (W) 17 17 17 17 17 17 17 17 17
Fluks Cahaya
1700 1700 1700 1700 1700 1700 1700 1700 1700
Lampu (F)
Kuat
Penerangan 200 150 150 150 150 250 250 250 60
(E)
LLF 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
CU 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6
Jumlah Lampu 10,90 1,76 1,76 3,44 1,11 0,53 1,58 1,44 0,66
Jumlah Lampu 11 2 2 4 2 1 2 2 1
Jumlah Daya 187 34 34 68 34 17 34 34 17

b. Perhitungan jumlah stop kontak

Contoh perhitungan kebutuhan stop kontak pada ruang 3BR adalah sebagai

berikut :

29
1 stop kontak mewakili 10 m2, dengan luas ruangan 3BR yaitu 109,04 m2

dengan ketinggian tiap ruangan nya adalah 3,32 m.

A 109,04
Daya pada stop kontak = x200 = x200 = 2180 wattstop
10 10

A 109,04
Jumlah stop kontak = = 10,91 11 buah
10 10

Kebutuhan daya pada pada ruang 3BR yaitu jumlah daya lampu yang

digunakan dalam satu ruangan, ditambah 20% dari daya stop kontak.

Kebutuhan Daya Daya lampu + 20% daya stop kontak

= 442 +(20% x 2180) = 876,16 watt

Tabel Jumlah Lampu, Stopkontak Dan Daya Pada Lantai 1


Jumlah Jumlah Stop Daya
Jenis Ruang
Lampu Kontak (W)
3br (2) 54 22 878,16
Ruang Tipe 2br-A (2) 28 12 452,88
Ruang Tipe 2br-B (2) 42 16 662,92
Ruang Tipe 2br-C (2) 42 16 668,2
Tipe Ruang Studio A (2) 16 8 260,04
Ruang Tipe Studio B (2) 16 8 261,08
Koridor (2) 16 12 503,76
Lobi Lift (1) 3 2 96
Resepsionis (1) 1 1 26,92
Tangga (2) 6 4 169,76
Ruang Menuju Tangga 1 1 49,48
Ruang Menuju Tangga 1 1 36,28
Ruang Lain-Lain (1) 1 1 27,44
Total 227 104 4092,92
SISTEM ELEKTRIKAL

4.2 MENGHITUNG SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR

Apartement terletak di Jalan RS.Fatmawati No 1 diantara titik koordinat LS -

6,305428 dan BT106,796179 dengan data karateristik bangunan apartement adalah

sebagai berikut:

a. Panjang bangunan a = 39,75 m

b. Lebar bangunan b = 33,85 m

c. Tinggi bangunan h = 30 m

d. Jumlah hari guruh Td = 52,88 hari/tahun

e. Jumlah curah hujan P = 193 mm/tahun

Data peralatan proteksi petir untuk apartement adalah

a. Batang Finial (Terminal Udara)

Lightning control air terminal yang digunakan adalah penangkal petir jenis

bahan baja galvanis dengan bentuk pipa silinder buah dengan tinggi 1,7 m.

b. Hantaran penyalur (down conductor)

Hantaran penyalur menggunakan kabel (coaxial cable) NYY 35 mm2 dengan

yang diketanahkan langsung ke dalam bak kontrol grounding.

c. Pentanahan

Sistem pentanahan pada apartemen menggunakan elektroda pentanahan.

4.2.1 Menghitung Kebutuhan Instalansi Penangkal Petir

Berdasarkan kebutuhan suatu bangunan akan suatu instalansi penangkal petir,

ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang ditimbulkan bila

31
bangunan tersebut tersambar petir. Besarnya kebutuhan tersebut dapat ditentukan

secara empiris indeks-indeks untuk apartemen adalah

a. Bangunan atau isisnya cukup penting (Indeks A) = 3

b. Bangunan dengan konstruksi beton bertulang, kerangka besi dan atap bukan

logam (Indeks B) = 2

c. Tinggi bangunan 33,25 meter (Indeks C) = 4,825

d. Di tanah datar pada semua kegiatan (Indeks D) = 0

e. Hari guruh per tahun (Indeks E) = 6

Maka di dapat nilai R adalah R = 2 + 2 + 4 + 0 + 6 = 14

Dapat dilihat dari hasil penjumlahan bahwa R = 14 berdasarkan standar PUIPP bahwa

nilai R ini perkiraan bahanya agak besar dan pengaman proteksi petir sangat

diperlukan pada kawasan tersebut. Kerapatan kilat ke tanah atau kerapatan sambaran

petir rata-rata tahunandi daerah tempat suatu struktur berada (Ng), maka dapat

dihitung kebutuhan bangunan akan proteksi petir sebagai berikut:

N g 0,04 Td1,25

N g 0,04 52,881,25

N g 5, 704 /km2/tahun

Setelah didapatkan nilai Ng senilai 5,704/km2/tahun, maka dicari areal cakupan dari

struktur Ae

Ae ab 6h(a b) 9 h 2
SISTEM ELEKTRIKAL


Ae 39, 45 30, 21 6 30 (39, 45 30, 21) 9 302
Ae 39177, 48 m2

Nd N g Ae 106

N d 5, 704 39177, 48 106

Nd 0, 223 /tahun

Jika Nd > Nc yaitu 0,223 > 10-6 maka diperlukan penangkal petir pada kawasan

tersebut.

4.2.2 Menghitung Resiko Sambaran Petir

Berdasarkan data yang diperoleh maka parameter yang digunakan untuk

menghitung resiko sambaran petir adalah

a. Kepadatan petir ke tanah

Jumlah hari guruh Td = 52,88 hari/tahun

Jumlah curah hujan P = 193 mm/tahun

Fg 4,103 Td 0,8 P0,5

Fg 4,103 53,880,8 1930,5

Fg 4,89 5 Sambaran/km2/tahun

b. Arus puncak petir

Kepadatan sambaran petir Fg = 5 Sambaran/km2/tahun

Derajat lintang geografis L = 6,305428

Ketinggian awan terendah A = 400 m

33

4,14103 Li 2,4104 A
I 29,5 Fg0,3 e


4,14103 6,305428 2,4104 400
I 29,5 50,3 e

I 29,5 50,3 1, 002509172

I 47,93 kA

c. Kecuraman arus petir maksimum

di
1, 2 I 0,7
dt maks

di
1, 2 47,94
0,7

dt maks

di
18,016 kA/s
dt maks

d. Muatan listrik arus sambaran

Q 1,13 I 0,5 Couloumb

Q 1,13 47,940,5 Couloumb

Q 7,82 Couloumb

4.2.3 Menghitung Jarak Sambar Petir

Penggunaan konsep elektrogeometris yang merupakan suatu konsep

perlindungan terhadap bahaya petir dengan pendekatan geometris dapat ditentukan

daerah perlindungan berdasarkan jarak sambar.

Perhitungan jarak sambar menurut Amstrong dan Whitehead


SISTEM ELEKTRIKAL

r 6, 7 I 0,8

r 6,7 47,930,8

r 148,102 m 150 meter

4.2.4 Menghitung Sudut Perlindungan Petir Dan Radius Daerah Perlindungan

Setelah diketahui r dari bola gelinding tersebut kemudian untuk menghitung

luas sudut lindung suatu penangkal petir dengan tinggi bangunan atap adalah 30

meter dan tinggi tiang penangkal petirnya (h2) adalah 1,7 meter dan tinggi tiang

penangkal petir dari permukaan tanah (h1) adalah 34,95 meter.

h1
1 arc.sin 1
rs

34,95
1 arc.sin 1
150

1 50,085

Perhitungan radius daerah perlindungan dari permukaan tanah (r1)

r1 h1 tan

r1 32 tan 50,085

r1 41, 778 meter

35
SISTEM ELEKTRIKAL

BAB 5

PENUTUP

Menjelaskan kesimpulan dan saran mengenai hasil pengkajian.

5.1 KESIMPULAN

5.2 SARAN
SISTEM ELEKTRIKAL

DAFTAR PUSTAKA

Poerbo, H. (1992). Utilitas Bangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Sumardjito. (2017, Februari 10). Mata Kuliah Utilitas. Diambil kembali dari

Repository UNY: http://uny.ac.id

Surahman, U. (2017, Februari 10). Jaringan Elektrikal dan Elektronika yang

Menunjang Utilitas Bangunan. Diambil kembali dari Repositori UPI:

http://file.upi.edu

37

Anda mungkin juga menyukai