Anda di halaman 1dari 13

A.

Proses persalinan normal (intranatal)


Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan
plasenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim.
Persalinan normal adalah persalinan dengan presentasi verteks, aterm,
selesai dalam tempo 4-24 jam, dan tidak melibatkan bantuan artifisial
maupun komplikasi[ CITATION Sya06 \l 1033 ]. Tahap persalinan dimulai
dari kala I fase laten dan fase aktif sampai kala IV. Kala I dimulai dari his
persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap, kala
II dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi, kala III dimulai
dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta, dan kala IV yang merupakan
periode satu sampai dua jam sesudah persalinan[ CITATION Per95 \l 1033
].
Pada persalinan kala I terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan
aktif. Pada fase laten kontraksi masih tidak teratur dan sangat lemah. Ciri-
ciri dari fase laten yaitu (Jackson & Jackson, 2011):

1. Pembukaan 0-3 cm
2. Berlangsung selama 8 jam
3. Kontraksi terjadi setiap 10-20 menit dengan durasi 15-20
detik dan intensitas ringan. meningkat setiap 5-7 menit dengan
durasi 30-40 detik dan intensitas sedang

4. Frekuensi amplitude terus meningkat

1. Sedangkan pada fase aktif akan ditandai dengan frekuensi dan


durasi kontraksi uterus yang meningkat secara teratur. Kontraksi dianggap
adekuat jika terjadi lebih dari tiga kali dalam 10 menit selama lebih dari
40 detik. Ciri- ciri fase aktif yaitu (Jackson & Jackson, 2011):

1. Pembukaan 4-10 cm

2. Waktu berlangsung sekitar 6 jam

3. Fase aktif terbagi atas:

a. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 4-5cm

b. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan


5-9 cm

c. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9-10 cm

4. Terjadi peningkatan rasa nyeri


5. Kontraksi terjadi setiap meningkat dengan amplitudo
sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali/10 menit, selama 60-90
detik.

2. Antara kala I fase aktif dengan kala II, waktu yang dibutuhkan tidak
begitu lama. Umumnya dikarenakan jarak waktu antara kala I dan II hanya
sekitar 2 jam atau bahkan kurang. Pada kala II akan ditandai dengan
dorongan meneran, adanya tekanan anus, perineum menonjol, dan vulva
membuka. Fase ini adalah fase dimana bayi mulai dikeluarkan.

3. Kala III adalah fase dimana plasenta dilahirkan. Pada fase


ini akan ditandai dengan keluarnya semburan darah tiba-tiba,
memanjangnya tali pusat dan biasanya TFU akan teraba 2 jari dibawah
pusat. Berbeda dengan kala IV, berikut ini hal-hal yang harus dikaji ketika
memasuki kala IV antara lain:

1. Tingkat kesadaran ibu

2. TTV

4. Periksa TTV setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai


stabil, kemudian setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya.

3. Fundus uteri

5. Periksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sanpai stabil,


kemudian setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Fundus
harus berada di tengah, 2 jari dibawah umbilikus atau setinggi
umbilikus. Fundus yang teraba keras menandakan bahwa
uterus berkontrasi dengan baik, tetapi apabila uterus teraba
lembek (boggy uterus) menandakan kontraksi buruk. Apabila
fundus bergeser ke arah kanan, makan periksa adanya distensi
kandung kemih [ CITATION Per95 \l 1033 ].

4. Perdarahan pervagina

6. Periksa adanya perdarahan pervagina yang meliputi


jumlah, warna, konsentrasi.

5. Luka episiotomi

Kaji tanda REEDA, meliputi adanya redness (kemerahan),


edema, echymosis (kebiruan), discharge (pengeluaran cairan
pada luka episiotomi), dan approximation (penyatuan jaringan).
6. IMD
Untuk mengetahui apakah ASI sudah keluar atau belum.

B. Ketuban pecah dini (KPD)


Pada proses persalinan dengan adanya komplikasi dapat
meningkatkan risiko berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Pada usia
kehamilan dengan usia lebih dari 30 tahun merupakan faktor terjadinya hal
tersebut. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu menifestasi
yang dapat muncul dari kehamilan yang berisiko. Berikut adalah salah satu
ulasan mengenai masalah dalam persalinan pada kala I yaitu ketuban
pecah dini (KPD).
1. Definisi
Ketuban pecah dini adalah pengeluaran cairan amnion melalui
servik uteri sebelum dimulainya persalinan[ CITATION
Bud00 \l 1033 ]. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada
kehamilan cukup bulan (aterm) atau pun kurang bulan
(preterm)[ CITATION Tah12 \l 1033 ]. Ketuban pecah dini
yang terjadi pada kehamilan kurang bulan dapat menyebabkan
persalinan prematur, kebanyakan terjadi pada usia 34-36
minggu.
2. Etiologi
Penyebab KPD berdasarkan faktor risiko yang ada,
diantaranya:
a. Servik inkompeten menyebabkan dinding ketuban
mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.
b. Faktor keturunan.
c. Pengaruh dari luar seperti infeksi genital.
d. Multipara mempengaruhi proses embryogenesis
sehingga selaput ketuban lebih tipis.
e. Overdistensi uterus akibat hidramnion, kehamilan
ganda dan lain-lain.
f. Kelainan letak janin.
g. Pendular abdomen (perut gantung)
h. Usia ibu lebih tua.
i. Riwayat KPD sebanyak dua kali atau lebih.
j. Merokok selama kehamilan.
[ CITATION Bud00 \l 1033 ]
3. Manifestasi klinik
a. Keluarnya cairan ketuban dari vagina
b. Aroma air ketuban berbau manis tidak seperti bau
amoniak
c. Demam
d. Bercak vagina yang banyak
e. Nyeri perut dan denyut jantung janin cepat
merupakan tanda-tanda infeksi terjadi.
[ CITATION Tah12 \l 1033 ]
4. Penatalaksanaan
a. Merujuk pasien ke rumah sakit.
b. Tindakan konservatif dengan pemberian antibiotik
dan fetal maternal monitoring. Tindakan aktif dengan
section caesaria (SC) atau pervaginam. Perlu
memperhatikan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin,
kondisi, waktu, tempat dan fasilitas perawatan.
c. Untuk usia >37 minggu dengan penanganan
konservatif.
d. Untuk usia 37 minggu atau lebih berikan
profilaksisi sterptococus grup B. Kehamilan 34-36
minggu penatalaksanaan sama dengan kehamilan aterm.
e. Kehamilan 32-33 minggu dilakukan tindakan
expectant managemen kecuali paru-paru sudah matur.
f. Pematangan paru dilakukan dengan pemberian
kortikosteroid yaitu deksametason 2x6 mg selama 2
hari atau betametason 1x12 selama 2 hari.
g. KPD dengan infeksi berikan ampisilin 4x2 gr IV
dan gentamisin 5mg/kg BB.
h. Jika servik matang lakukan induksi dengan
oksitosin, jika tidak lakukan SC.
[ CITATION Tah12 \l 1033 ]
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan alpha-fetoprotein (AFP)
b. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur urinalisis
c. Tes lakmus, dengan kertas nitrazin akan berubah
menjadi biru jika pH cairan diatas 6,0-6,5 sedangkan
secret ibu hamil memiliki Ph 4-5.
d. Pemeriksaan dengan USG untuk melihat jumlah
cairan ketuban karena pada KPD cairan ketuban akan
berkurang.
[ CITATION Per95 \l 1033 ]
6. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama, umur, dan alamat
2) Gravida dan para
3) Hari pertama haid terakhir
4) Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5) Riwayat alergi obat-obat tertentu
6) Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7) Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan,
hipertensi, gangguan jantung, berkemih, dan lain-lain)
8) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan
penglihatan, pusing atau nyeri epigastrum bagian atas)
b. Integritas ego
Klien tampak senang atau cemas
c. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular : terjadi peningkatan frekuensi, durasi
dan keparahan
d. Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda
kecoklatan atau terdiri dari flak lendir.
e. Prioritas keperawatan :
1) Mungkin kesiapan emosi dan fiosik klien/ pasangan
terhadap persalinan
2) Meningkatkan dan mempermudah kemajuan
persalinan norma
3) Mendukung kemampuan koping klien / pasangan
4) Mencegah koplikasi maternal / janin

7. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan agen cedera biologi
b. Ansietas b.d krisis situasional
c. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan lingkungan
pathogen
d. Kurang pengetahuan b.d kurangnya keinginan untuk
mencari informasi
Daftar Pustaka

Atmono, B. D. (2000). Keluaran perinatal pengelolaan konservatif kehamilan

belum genap bulan dengan ketuban pecah dini. Semarang: Universitas


Diponegoro.

Hamilton, P. M. (1995). Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.

Jackson, M., & Jackson, L. (2009). Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.

Jakarta: Erlangga.

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Tahir, S., Seweng, A., & Abdullah, Z. (2012). Faktor determinan ketuban pecah

dini di RSUD Syekh Yusuf kabupaten Gowa. Makasar: Akademi Kebidanan


Muhammadiyah Universitas Hasanuddin.
8. Rencana keperawatan

Diagnose keperawatan Nursing outcome care Nursing intervention care


Nyeri akut berhubungan agen cedera biologi Setelah dilakukan tinfakan Pain management :
keperawatan selama . Pasien tidak 1. Lakukan pengkajian nyeri
mengalami nyeri, dengan kriteria secara komprehensif termasuk
hasil: lokasi, karakteristik, durasi,
Pain Level, pain control, comfort level frekuensi, kualitas dan faktor
1. Mampu mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
menggunakan tehnik nonverbal dari ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk 3. Bantu pasien dan keluarga
mengurangi nyeri, mencari untuk mencari dan menemukan
bantuan) dukungan
2. Melaporkan bahwa nyeri 4. Kontrol lingkungan yang
berkurang dengan menggunakan dapat mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,
3. Mampu mengenali nyeri pencahayaan dan kebisingan
(skala, intensitas, frekuensi dan 5. Kurangi faktor presipitasi
tanda nyeri) nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman 6. Kaji tipe dan sumber
setelah nyeri berkurang nyeri untuk menentukan
5. Tanda vital dalam rentang intervensi
normal 7. Ajarkan tentang teknik
6. Tidak mengalami gangguan non farmakologi: napas dala,
tidur relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ...
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
11. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Ansietas b.d krisis situasional Setelah dilakukan asuhan selama Anxiety Reduction (penurunan
klien kecemasan teratasi kecemasan)
dgn kriteria hasil:
1. Gunakan pendekatan yang
Kontrol kecemasan, Koping
menenangkan
1. Klien mampu
2. Nyatakan dengan jelas harapan
mengidentifikasi dan
terhadap pelaku pasien
mengungkapkan gejala cemas
3. Jelaskan semua prosedur dan apa
2. Mengidentifikasi,
yang dirasakan selama prosedur
mengungkapkan dan
4. Temani pasien untuk memberikan
menunjukkan tehnik untuk
keamanan dan mengurangi takut
mengontol cemas
5. Berikan informasi faktual
3. Vital sign dalam
mengenai diagnosis, tindakan
batas normal
prognosis
4. Postur tubuh, 6. Libatkan keluarga untuk
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan mendampingi klien
tingkat aktivitas menunjukkan 7. Instruksikan pada pasien untuk
berkurangnya kecemasan menggunakan tehnik relaksasi
8. Dengarkan dengan penuh
perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12. Kelola pemberian obat
anti cemas:........

Risiko infeksi b.d peningkatan paparan lingkungan Setelah dilakukan tindakan Risk management
pathogen keperawatan selama pasien tidak 1. Pertahankan teknik aseptif
mengalami infeksi dengan kriteria 2. Batasi pengunjung bila perlu
hasil: 3. Cuci tangan setiap sebelum dan
Immune Status, Knowledge : sesudah tindakan keperawatan
Infection control, Risk control 4. Gunakan baju, sarung tangan
1. Klien bebas dari tanda sebagai alat pelindung
dan gejala infeksi 5. Ganti letak IV perifer dan
2. Menunjukkan dressing sesuai dengan petunjuk
kemampuan untuk mencegah umum
timbulnya infeksi 6. Gunakan kateter intermiten untuk
3. Jumlah leukosit dalam menurunkan infeksi kandung kencing
batas normal 7. Tingkatkan intake nutrisi
4. Menunjukkan perilaku 8. Berikan terapi
hidup sehat antibiotik:.................................
5. Status imun, 9. Monitor tanda dan gejala infeksi
gastrointestinal, genitourinaria sistemik dan lokal
dalam batas normal 10.Pertahankan teknik isolasi k/p
11. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
12. Monitor adanya luka
13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
Kurang pengetahuan b.d kurangnya keinginan untuk Setelah dilakukan tindakan Knowledge enchanment :
mencari informasi keperawatan selama . pasien 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
menunjukkan pengetahuan tentang dan keluarga
proses penyakit dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan patofisiologi dari
Kowlwdge : disease process, penyakit dan bagaimana hal ini
Kowledge : health Behavior berhubungan dengan anatomi dan
1. Pasien dan keluarga fisiologi, dengan cara yang tepat.
menyatakan pemahaman tentang 3. Gambarkan tanda dan gejala
penyakit, kondisi, prognosis dan yang biasa muncul pada penyakit,
program pengobatan dengan cara yang tepat
2. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit,
melaksanakan prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar 5. Identifikasi kemungkinan
3. Pasien dan keluarga mampu penyebab, dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang 6. Sediakan informasi pada pasien
dijelaskan perawat/tim kesehatan tentang kondisi, dengan cara yang
lainnya tepat
7. Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
9. Pathway

Anda mungkin juga menyukai