Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Riska Rachmania 030.09.208 Anindya 030.11.033
Graca JV. Morena 030.10.117 Anya Dwi Nastiti 030.11.038
Adri Permana Utama 030.11.007 David Sethia Perdana 030.11.064
Akhta Yudistira 030.11.014 Dein Imelga 030.11.067
Aldisa Puspitasari 030.11.015 Dewi Rezeki Arbi 030.11.074
Angie Beatrice Willeam 030.11.032 Dina Amalia Pratiwi 030.11.080
Pembimbing :
Dr. dr. Raditya Wratsangka, Sp.OG(K)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peran Keluarga
Berencana Dalam Upaya Menurunkan Angka Kematian Maternal di Indonesia. Penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Raditya Wratsangka, Sp.OG(K) selaku dosen
pembimbing, teman - teman dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan di dalamnya. Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan
makalah ini di kemudian hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara target AKI di tahun
2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di
antaranya dapat dilihat dari indikator AKI. AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-
lain di setiap 100.000 kelahiran hidup. 1,2
Upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan salah
satu prioritas utama dalam penanganan bidang kesehatan. Departemen Kesehatan pada tahun
2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang sebagai upaya penurunan
angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada
kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin
pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal
dengan nama Making Pregnancy Safer (MPS). 1,2
Kementerian Kesehatan juga meluncurkan program Expanding Maternaland
Neonatal Survival (EMAS) pada tahun 2012 dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan
jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Program EMAS berupaya menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian neonatal dengan cara : 1) meningkatkan kualitas
pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan
300 Puskesmas/Balkesmas PONED); dan 2) memperkuat sistem rujukan yang efisien dan
efektif antar puskesmas dan rumah sakit. 1,2
Penyebab kematian ibu selain karena perdarahan, preeklamsia/eklamsia adalah
tingginya paritas pada seorang ibu, yang diikuti rendahnya akses terhadap pelayanan
kesehatan. Tingginya paritas seorang ibu, selain mempunyai dampak terhadap angka
kesakitan dan kematian ibu juga meningkatkan jumlah penduduk yang tidak terkendali. Pada
isu status reproduksi 4 Terlalu (4T) : yaitu keadaan ibu yang terlalu muda (untuk menikah,
hamil dan punya anak), usia terlalu tua tetapi masih produktif, kehamilan terlalu sering dan
jarak kehamilan terlalu dekat memberi peran penting terhadap penurunan AKI dan
pencapaian program Keluarga Berencana.1,2
1
BAB II
KELUARGA BERENCANA
2
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan
laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69
per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan
kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang
ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah
penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan
pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak
pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari
satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk
tercapainya keluarga bahagia.
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan
menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan
berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu
keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan
produktif dari segi ekonomi.
4
Gambar 1. Alternatif pemilihan kontrasepsi untuk akseptor KB wanita
5
2.5 Jenis-jenis Konstrasepsi
A. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Cara kerja MAL dengan
penundaan/penekanan ovulasi. 4
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh (full
breast feeding), lebih efektif bila pemberian lebih dari 8 kali sehari, belum haid, umur
bayi kurang dari 6 bulan. Efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan metode
kontrasepsi lainnya. 4
C. Senggama Terputus
Metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan dengan cara mengeluarkan
penis dari vagina sebelum ejakulasi. Sperma tidak masuk dalam vagina sehingga
pembuahan dapat dicegah. 4
D. Metode Barier
- Kondom
Selubung tipis dari karet, vinil atau produk alamiah yang diberi spermisida untuk
perlindungan tambahan. Selubung itu dipasangkan pada penis pada saat penis
ereksi. Kondom berbeda-beda kualitasnya tergantung bentuk, warna, lubrikasi/
pelumasan, ketebalan, tekstur dan penambahan spermisidanya (biasanya
nonoxynol-9).
6
- Diafragma
Alat kontrasepsi dari lateks (karet) berbentuk kubah yang dimasukkan ke dalam
vagina sebelum melakukan hubungan seksual dan berfungsi untuk menutupi
servik.
- Spermisida
Bahan kimia (biasanya nonixynol-9) yang dapat menonaktifkan atau membunuh
sperma. Beberapa jenis spermisida, yaitu Aerosol (busa), Tablet Vaginal,
suppositoria atau lapisan tipis yang bisa larut (dissolvable film), krim. 4
F. Kontrasepsi Progestin
- Suntikan Progestin
a) Depo-Provera (DMPA): 150 mg depot-medroxyprogesterone acetate yang
diberikan setiap 3 bulan
b) Noristerat (NET-EN): 200 mg norethindrone enanthate yang diberikan setiap 2
bulan
- Mini pil
a) Kemasan 35-pil: 300 g levonorgestrel atau 350 g norethindrone
b) Kemasan 28-pil: 75 g norgestrel
7
- Implan
a) NORPLANT
Terdiri dari 6 kapsul, mengandung 36 mg levonorgestrel. Lama kerjanya adalah
5 tahun
b) INDOPLAN/JEDE
Terdiri dari 2 batang kapsul, mengandung 75 mg levonorgestrel. Lama kerjanya
adalah 3 tahun
c) IMPLANON
Terdiri dari 1 batang kapsul, mengandung 68 mg 3-keto-desogestrel. Lama
kerjanya adalah 3 tahun. 4
8
Gambar 2. Jenis-jenis AKDR
H. Kontrasepsi Mantap
- Vasektomi
Vasektomi di Amerika Serikat Merupakan metoda kontraseptif yang paling
populer digunakan oleh 13% dari pasangan kawin dari usia subur. Penggunaan
bertambah tiga kali lebih cepat dibanding penggunaan pil kontraseptif oral
- Tubektomi
Dengan menutup tuba fallopii (mengikat dan memotong, memasang cincin,
menjepit atau melakukan electro-cautery), sperma akan dicegah agar tidak dapat
mencapai ova dan menyebabkan terjadinya pembuahan
- Rekanalisasi
Operasi rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah banyak dikembangkan.
Teknik ini tidak saja menyambung kembali tuba fallopi dengan baik, tetapi juga
menjamin kembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan oleh teknik bedah mikro
yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,
mengurangi perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi tuba, menjamin
vibrae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik.4
9
BAB III
ANGKA KEMATIAN MATERNAL
Definisi sehat menurut UU NO 36 tahun 2009 yaitu kondisi sempurna baik fisik,
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Untuk menilai derajat
kesehatan suatu bangsa WHO dan berbagai lembaga Internasional lainnya menetapkan
beberapa indikator, seperti : morbiditas penyakit, mortalitas kelompok rawan seperti bayi,
balita dan ibu saat melahirkan. Alat ukur yang paling banyak dipakai oleh negara-negara di
dunia adalah usia harapan hidup, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB).
Angka-angka ini pula yang menjadi bagian penting dalam membentuk indeks pembangunan
manusia atau Human Development Index (HDI) yang menggambarkan tingkat kemajuan
suatu bangsa.5
Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau
cedera. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu di indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup angka ini
sedikit menurun jika dibandingkan SDKI tahun 1991 yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs
(Millenium Developmental Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Pemerintah bersama masyarakat
bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan
rujukan bila terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana.6
10
Pada gambar diatas berdasarkan data SDKI, selama periode tahun 1991- 2007 angka
kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Namun pada SDKI tahun 2012 angka kematian ibu kembali naik menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup. Meskipun AKI dari SDKI tahun 1990 dan 2012 tidak jauh berbeda, namun
untuk mencapat target MDGs 2015 jumlah AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup akan sulit
tercapai. Dari data yang didapat, penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013
masih tetap sama yaitu perdarahan. Sedangkan partus lama merupakan penyumbang
kematian ibu terendah. Sementara itu penyebab lain juga berperan cukup besar dalam
menyebabkan kematian ibu. Yang dimaksud dengan penyebab lain-lain adalah penyebab
kematian ibu secara tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker, ginjal jantung,
tuberkulosis dan atau penyakit lainnya.6
12
Secara keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan primer. Dua diantaranya, yaitu asuhan antenatal dan persalinan bersih dan aman
merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar. Sebagai dasar atau fondasi yang
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan upaya ini adalah pemberdayaan wanita. 8
Safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan
persalinan sehat dan aman, serta melakhirkan bayi yang sehat. Tujuan upaya safe
motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditujukan
pada negara yang sedang berkembang kerena 99% kematian ibu didunia terjadi di negara
negara tersebut.8
13
BAB IV
PERAN KELUARGA BERENCANA DALAM MENURUNKAN
ANGKA KEMATIAN MATERNAL
Keluarga sehat memiliki 12 indikator utama yang antara lain adalah keluarga
mengikuti keluarga berencana, ibu bersalin di fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi
dasar lengkap, penderita hipertensi berobat teratur, tidak adanya anggota keluarga yang
merokok dan sekeluarga menjadi anggota Jaminas Kesehatan Nasional. Program keluarga
berencana merupakan indikator keluarga sehat yang pertama.9
14
Melalui tahapan konseling pelayanan KB, Pasangan Usia Subur (PUS) dapat
menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan
informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode
kontrasepsi dari petugas kesehatan. Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan diantaranya
dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia
Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun. 11
Dari seluruh pasangan usia subur yang menjadi sasaran program keluarga berencana,
terdapat sebagian yang memutuskan untuk tidak memanfaatkan program tersebut dengan
berbagai alasan diantaranya ingin menunda atau tidak ingin memiliki anak lagi. Kelompok
pasangan usia subur ini disebut unmet need. Semakin rendah angka unmet need dapat
mengindikasikan keberhasilan penyelenggaraan program keluarga berencana. Provinsi Bali
memiliki persentase unmet need terendah sebesar 5,6% diikuti Bengkulu 6,1% dan DI
Yogyakarta 7,73%. Sedangkan Provinsi Papua memiliki angka unmet need tertinggi sebesar
29,7% diikuti Papua Barat 23,63% dan Nusa Tenggara Timur 21,83%.3 Unmet need terdiri
dari dua kategori yaitu unmet need karena kurangnya pelayanan dan umet need akibat
pelayanan yang tidak cocok atau tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.11
15
KESIMPULAN
AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap 100.000 kelahiran hidup.
Upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan salah
satu prioritas utama dalam penanganan bidang kesehatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17