Anda di halaman 1dari 30

PEMBAHASAN

Etika dapat didefinisikan dengan membandingkan kontrasnya dengan moral.


Moral atau moralitas adalah seperangkat kepercayaan pokok atau komitmen seorang
individu atau kelompok yang mengidentifikasi hal-hal yang paling penting, bernilai,
atau benar sehubungan dengan perilaku dan karakter. Etika mengacu pada bentuk
moralitas yang lebih formal. Etika dapat bermakna seperti pendekatan rasional dan
sistematis yang digunakan untuk menentukan hal-hal apa yang benar dan salah,
moralitas profesional sebagaimana tertera dalam kode dan pernyataan etik yang
berbeda dengan moralitas pribadi serta sebagai kajian studi akademik moralitas oleh
filsuf.
Ketika dihadapkan dengan permasalahan etis dalam kehidupan profesional,
dapat ditemui beberapa atau semua konsep moralitas formal tersebut. Etika tidak
hanya mengenai persoalan mendeskripsikan moralitas seseorang, sebuah asosiasi,
atau budaya. Melainkan, etika adalah proses normatif yang dilalui dalam memutuskan
apa yang harus dan patut dilakukan seseorang: Esensi dari etika adalah
perbendaharaan kata interpretatif atau saling menghubungkan yang dapat membantu
memahami tindakan sehari-hari individu dalam konteks lebih besar masyarakat dan
dunia di sekitar. Jadi, saat konsep etis seperti keadilan digunakan, hal tersebut dapat
mengacu pada satu tindakan adil yang dilakukan individu, sebuah proyek nasional
untuk mengurangi kesenjangan kesehatan, inisiatif untuk mengurangi hutang
internasional, atau bahkan kepercayaan bahwa alam semesta menjaga harmoni semua
peristiwa. Menggunakan konsep seperti keadilan menyoroti analogi antara tindakan-
tindakan individual (seperti satu orang memegang janji) dan entitas yang lebih besar
(seperti sebuah pemerintahan yang mendirikan sistem pajak yang adil). Dengan
menggunakan konsep etis dasar seperti keadilan untuk mengacu pada tindakan-
tindakan sehubungan dengan gambaran besar kelompok dan institusi, dapat
dipertahankan sebuah perasaan koherensi dengan kaitannya pada berbagai tindakan.
Pelajar etika pemula sering berpikir mengenai kepercayaan moral sebagai sesuatu
yang pada dasarnya bersifat pribadi dan memandang bahwa membuat penilaian moral
mengenai tindakan orang lain tidak patut dilakukan, namun mereka segera menyadari
bahwa teman-teman dan kolega profesional mereka seringkali memiliki justifikasi
dan ide-ide yang benar-benar bermanfaat mengenai konsep baik dan buruk bagi diri
sendiri dan orang lain. Dengan cara yang sama, kebanyakan keputusan terkait
kesehatan lingkungan melibatkan dan memengaruhi banyak orang, sehingga apa yang
benar dalam kesehatan lingkungan tidak dapat didasarkan pada pendapat satu orang
saja. Sehingga kebanyakan pernyataan mengenai etika dalam praktek kesehatan
lingkungan merepresentasikan konsensus dari kelompok-kelompok profesional serta
komite yang berwenang untuk merumuskan prinsip-prinsip untuk memandu praktek.
Karena diskusi mengenai etika bersifat normatif, ketika membuat keputusan dengan
orang lain kita selalu melampaui fakta-fakta semata dan menggunakan bahasa dan ide
yang tidak dapat diselesaikan sepenuhnya dengan metode saintifik atau objektif.
Meskipub begitu, pemikiran objektif mengenai etika dapat dilakukan hingga titik
tertentu. Berpikir objektif mengenai etika pada umumnya dicirikan dengan bersifat
rasional, masuk akal dan tidak mendoktrin, mendengarkan orang lain secara aktif,
membiarkan alasan-alasan terbaik menentukan penilaian, menjaga ketenangan dan
optimism dalam menghadapi kontroversi, realistis mengenai situasi dan pilihan yang
dihadapi, dan mempertimbangkan pendekatan budaya-budaya lain yang terlibat
dalam suatu situasi.
Etika memiliki sisi negatif yang mana ia cenderung untuk didiskusikan
dengan bahasa yang kurang ketepatannya dibandingkan dengan bahasa yang
digunakan dalam diskusi saintifik dan sifatnya yang terbuka pada beragam
interpretasi. Sisi positifnya adalah bahwa semua orang membutuhkan suatu bentuk
integritas dan makna dalam kehidupan sehari-hari, dan hal tersebut tidak dapat
dicapai tanpa mempertimbangkan tindakan kita dalam konteks moral yang lebih
besar. Profesi-profesi kesehatan lingkungan sangat beragam dan dalam proses
memperoleh identitas bersama, yang kemudian berkaitan dengan etika kesehatan
lingkungan, sebagai konsep yang terunifikasi, terbentuk dan mengambil aspek-aspek
dari berbagai sumber. Bagian ini menjabarkan sebagian kecil sejarah etika kesehatan
lingkungan dan mengidentifikasi beberapa sumbernya.
Refleksi mengenai kesehatan lingkungan dan etika memiliki sejarah kuno. Pada
masa-masa klasik, akademisi bercermin pada hubungan antara manusia dengan bumi
serta memperdebatkan hingga sejauh mana bumi dipandang diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia dan hingga sejauh mana manusia
memiliki tanggung jawab untuk menyempurnakan alam demi pemanfaatannya untuk
kebaikan manusia. Refleksi pada Abad Pertengahan mempertimbangkan apabila
kerusakan lingkungan di bumi merupakan konsekuensi dari dosa manusia; dan
refleksi era modern awal mempertimbangkan prospek dominasi manusia atas alam
sebagai sebuah sains, perindustrian juga memasuki tahap pengembangannya.
Pada era modern bidang pekerjaan kesehatan lingkungan menjadi lebih
beragam seiring dengan perkembangan statistik dan pengawasan kesehatan pada abad
ke-17; studi pertumbuhan populasi dan makroekonomi pada awal abad ke-19,
perkembangan gerakan-gerakan kesehatan kerja, sanitarian, dan publik sepanjang
abad ke-19; serta revolusi medis modern di awal abad ke-20. Abad ke-20 juga
ditandai dengan pertumbuhan pesat dalam jumlah dan spesialisasi seluruh profesi
medis. Banyak organisasi kesehatan lingkungan profesional yang ada sekarang lahir
di awal hingga pertengahan abad ke-20. Kebanyakan dari mereka berasosiasi dengan
kesehatan kerja dan industri. Salahsatu asosiasi subspesialisasi medis pertama yang
didirikan adalah American College of Occupational and Evironmental Medicine
(ACOEM) di tahun 1916. American Association of Occupational Health Nurses
(AAOHN) didirikan pada tahun 1942 (pada saat itu dengan nama American
Association of Industrial Nurses, AAIN). Seiring dengan dimulainya revolusi
lingkungan di tahun 1970-an, banyak agensi lingkungan baru didirikan (seperti
Environmental Protection Agency). Cakupan regulasi lingkungan mengalami
perluasan, seiring dengan pengakuan permasalahan lingkungan yang meningkat
pesat. Perkembangan-perkembangan tersebut mendorong terciptanya berbagai profesi
kesehatan lingkungan yang baru.
Maka itu, perkembangan etika dalam bidang kesehatan lingkungan
diasosiasikan dengan perkembangan etika dalam profesi kesehatan secara umum.
Meskipun setiap profesi memiliki pendekatan masing-masing terhadap kode,
sumpahm dan pernyataan etis, semuanya cenderung memiliki seperangkat
pertimbangan dan prinsip yang serupa. Elemen khas kode etik professional terdiri
dari dedikasi pelayanan bagi klien, rasa hormat bagi profesional lain, jaminan level
kompetensi yang tinggi, perlindungan atas rahasia, menghindari konflik kepentingan,
penjelasan persetujuan serta kooperasi dengan klien, pelayanan terhadap masyarakat
dan dukungan terhadap profesi itu sendiri. Maka itu, profesi mengadopsi kode etik
profesi karena seorang professional antara lain, menyediakan layanan yang bernilai
bagi masyarakat, seperti melindungi kesehatan komunitas, memiliki otonomi tinggi
dalam pekerjaannya sebagai konsekuensi dari keterampilan khusus yang dimiliki, dan
tidak dapat dengan mudah disupervisi oleh orang lain, memiliki keterampilan atau
kemampuan yang apabila tidak diarahkan pada tujuan yang tepat dapat
membahayakan, bergantung pada rasa percaya dan keyakinan orang lain agar dapat
berfungsi dengan efektif dan perlu berkooperasi dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama.
Setiap kode etik profesi, atau pernyataan, merepresentasikan sebuah
konsensus antara anggota-anggota terkemuka dari sebuah profesi, sehingga
merefleksikan nilai dan tujuan banyak profesional kesehatan lingkungan. Meskipun
pernyataan-pernyataan tersebut berguna dalam mengorganisir profesi dan dukungan
publik terhadapnya, namun tetap menjadi subjek terhadap interpretasi dan
improvisasi. Seiring berjalannya waktu pernyataan-pernyataan demikian terus
diperbaiki dan diubah untuk memperjelas maknanya dan untuk membentu profesional
membuat keputusan. Terdapat beberapa kode etik yang berlaku bagi profesional
dalam bidang kesehatan lingkungan yaitu, yang pertama Code of Ethics for
Members dari National Environmental Health Association (NEHA, 2004)
menyatakan bahwa tujuan dari profesi kesehatan lingkungan adalah, untuk
memperpanjang hidup, mengeliminasi dan/atau mengontrol penyakit, dan
menciptakan serta memelihara lingkungan yang kondusif bagi perkembangan
manusia yang sempurna. Kedua yaitu Code of Ethical Conduct milik ACOEM
(1993) menetapkan prioritas yang tinggi terhadap pada keselamatan, integritas ilmiah,
dan kejujuran. Selayaknya banyak kode profesional lain, kode tersebut menekankan
pada kerahasiaan dan privasi individu dengan menyeimbangkan dengan informasi
yang patut namun terbatas bagiatasan. Kode tersebut mengakui adanya
tanggungjawab untuk menginformasikan individu dan kelompok akan risiko
kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan dan mendiskusikan dependensi dan
penyalahgunaan obat. Ketiga Code of Ethics AAOHN (2004) berupa kode etik
yang menyerupai Code for Nurses yang dimiliki American Nurses Association
(ANA). Kode tersebut mencakup pernyataan non-diskriminasi, mendorong kolaborasi
dengan profesi lain, melindungi privasi, mendukung pelayanan masyarakat dan
kesehatan publik, dan mendorong anggotanya untuk memertahankan kompetensi
serta untuk berpartisipasi dalam kegiatan edukasional dan upaya memajukan ilmu
pengetahuan. Sebagaimana dengan banyak kode professional perawat lainnya, kode
tersebut menjanjikan bahwa professional dalam bidang tersebut akan melindungi
pasien dari tindakan tidak etis dan ilegal orang lain.
Kode etik sangat bernilai dan perlu sering dibaca dan dikaji. Tujuan utama
kode etik adalah untuk menunjukkan arah umum dari tujuan dan komitmen
professional serta untuk mengekspresikan idealisme profesional secara bersamaan
dengan menetapkan kriteria yang menentukan standar praktik minimum. Sehingga
profesional kesehatan lingkungan yang idealis dapat, sebagai contoh, menggunakan
kode tersebut untuk mendukung diberlakukannya batasan yang lebih ketat terhadap
pelepasan partikulat ke udara sementara komite lisensi dapat mengacu pada kode
yang sama untuk mengkritik seorang profesional yang menerima suap untuk menekan
data kesehatan yang memiliki potensi untuk merugikan sebuah industri.
Karena semua profesional dalam bidang kesehatan harus menghadapi isu-isu
etis yang serupa, pemikiran seorang perawat klinis, sebagai contoh, dapat menjadi
bermanfaat bagi profesional kesehatan lingkungan. Dengan cara yang sama,
pernyataan yang dibuat oleh tokoh-tokoh historis dapat membebani pengambilan
keputusan di masa kini pertimbangkan, sebagai contoh, observasi Florence
Nightingale bahwa sebanyak apapun pengetahuan yang dimiliki tidak dapat
mengurangi akuntabilitas seorang perawat untuk melakukan tugasnya, yakni
mengelola lingkungan untuk memungkinkan proses kehidupan yang positif.
Bagaimanapun ketika seorang profesional membuat keputusan dalam kasus-kasus
sulit, aplikasi kode etik terkadang dibatasi. Kode-kode tersebut merepresentasikan
konsensus secara luas, dan bidang-bidang objek kontroversi seringkali tidak
disertakan. Karena kode-kode tersebut memiliki batasan-batasan tersebut, ranah
kajian etis tambahan telah dikembangkan untuk membahas isu-isu kontroversi dan
perubahan yang luas.
Dua dari ranah kajian tersebut muncul di tahun 1970an. Yang pertama,
bioetika, mendapatkan labelnya sekitar tahun 1969 dari Van Rennselaer Potter. Tesis
Potter menyatakan bahwa biologi dan ilmu sosialperlu dipersatukan untuk
menghormati dan mengintegrasikan kesehatan manusia dengan lingkungan agar
manusia dapat bertahan hidup dan menjaga kehiormatannya bila terjadi krisis
lingkungan. Studi teoretis dan kasus yang intens mengenai etika profesional
kesehatan dan perawatan klinis berkembang dalam rubrik bioetika. Kajian studi
tersebut mendorong munculnya realisasi bahwa kode etik profesional perlu
dijangkarkan pada prinsip etika yang lebih besar. Hal tersebut juga telah
memengaruhi spesifikasi detail, hukum, dan prosedur yang memperkaya konsep rasa
hormat bagi pasien, kerahasiaan, informed consent, perawatan yang sekarat, dan
seterusnya. Sebagai hasilnya, kode etik profesional kini cenderung menghadapi isu-
isu tersebut dengan perhatian lebih Deontologi. Posisi yang menyatakan bahwa
otonomi individu merupakan hal utama, namun bahwa pilihan yang
bertanggungjawab memerlukan adanya kepatuhan pada hukum moral yang diterima
secara umum. Utilitarianisme. Posisi yang memandang bahwa sebuah tindakan
dianggap benar bila memberatkan keseimbangan antara kebahagiaan dan
ketidakbahagiaan di sisi kebahagiaan. Bioetika Seperangkat prinsip bagi etika
kesehatan yang menekankan beneficence (melakukan kebaikan), nonmaleficence
(menghindari menyakiti orang lain), rasa hormat terhadap otonomi pasien, dan
keadilan. Etika feminis Prinsip perawatan, dengan prioritas yang menempatkan proses
dan hubungan, bukan prinsip-prinsip abstrak, pada posisi dominan dalam kajian etika.
Ranah kajian kedua yang digunakan sebagai acuan untuk menghadapi isu-isu
kontroversi dan perubahan yang luas adalah etika lingkungan. Dirangsang oleh
meningkatnya taraf perubahan dan kerusakan lingkungan, mereka yang memiliki
perhatian terhadap nilai-nilai kemanusiaan mulai mengartikulasikan ide-ide baru dan
revolusioner mengenai hubungan manusia dengan lingkungan. Dua konsep penting
dalam bidang ilmu ini adalah sustainability, yang memberi penekanan bahwa
kegiatan manusia harus menghormati konsekuensi jangka panjang terhadap alam dan
kesehatan global, yang menempatkan isu kesehatan lokal dalam konteks global yang
luas.
Karena kesadaran lingkungan merupakan konsep yang baru dan berubah
dengan cepat, profesi-profesi kesehatan lingkungan baru mulai mengintegrasi
pemikiran-pemikiran tersebut ke dalam kode etik dan pernyataan posisi profesional.
Di tahun 1990, misalnya, McGally dan Cassel menerbitkan argument yang
menunjukkan bahwa profesi medis harus mulai menerima tanggungjawab
lingkungan. Profesi kesehatan lingkungan mulai mengambil posisi yang serupa.
Sejumlah kelompok sosial yang berhubungan dengan isu kesehatan juga telah
terbentuk dan bertujuan untuk mendorong kesadaran lingkungan yang lebih tinggi
dalam profesi dan penelitian kesehatan, seperti Canadian Association of Physicians
for the Environment (CAPE), Health Care Without Harm (HCWH), the Science and
Environmental Health Network (SEHN), Hospitals for a Healthy Environment (H2E),
Physicians for Social Responsibility (PSR), dan lain-lain.
Tanggung jawab profesi kesehatan terhadap lingkungan seringkali
diekspresikan dalam pernyataan posisi yang berbeda dengan kode etik, terkadang
oleh profesi itu sendiri atau oleh kelompok aktivis. Pernyataan yang dibuat oleh
kelompok-kelompok sosial besar mengenai lingkungan dan kesehatan terutama
dipandang berguna, menginspirasi, dan mengklarifikasi. Sebagai contoh, Declaration
of the Environment Leaders of the Eight in Childrens Environmental Health
menyatakan, Kami memahami bahwa kesehatan dan kesejahteraan keluarga kami
bergantung pada lingkungan yang bersih dan sehat. Earth Charter menyediakan
pernyataan penting yang mendukung perjuangan bersama baik bagi kesehatan
manusia maupun lingkungan, demikian halnya dengan Rio Declaration on
Environment Development. Pernyataan tersebut tidak hanya berkontribusi dalam
menambahkan spesifisitas dan idealism pada profesi, hal tersebut juga memberi
otoritas terhadap tindakan dan rekomendasi yang dilakukannya.
Ketahanan komunitas kehidupan dan kesejahteraan manusia bergantung pada
pemeliharaan biosfer yang sehat bersama dengan seluruh sistem ekologisnya, ragam
flora dan fauna yang kaya, tanah yang subur, air murni dan udara bersih. Lingkungan
global dengan sumber daya yang terbatas adalah kepentingan umum bagi semua
orang. Perlindungan vitalitas, keberagaman, dan keindahan bumi adalah
tanggungjawab sakral. Manusia menjadi fokus permasalahan utama dalam
pembangunan berkelanjutan. Kita memiliki hak akan kehidupan yang sehat dan
produktif yang harmonis dengan alam (Rio Declaration on Environment and
Development; lihat United Nations Conference on Environment and Development.
Sesungguhnya, dunia sedang berada dalam keadaan bottleneck besar lingkungan dan
keadaan tersebut akan berlanjut untuk bertahun-tahun ke depan. Dengan besarnya
populasi manusia yang hidup dalam tingkatan melampaui kapasitas bumi untuk
mempertahankan dirinya sendiri serta lingkungan global yang semakin memburuk,
menurunnya tingkat kesehatan publik seharusnya menjadi kekhawatiran orang-orang
dalam bidang pekerjaan kesehatan lingkungan.
Kebanyakan pekerjaan kesehatan lingkungan melibatkan kesehatan populasi
dan hubungan antara populasi dengan lingkungan. Sehingga, prinsip etis kesehatan
lingkungan cenderung lebih sering memberi penekankan pada dampak-dampak
ekologis dan populasi secara umum dibandingkan dengan dampakyang sifatnya
segera bagi individu. Karena itu, etika kesehatan lingkungan perlu sedikit dibedakan
dengan etika profesional tradisional yang individu-sentris.
Hal ini adalah salah satu cara untuk menyatakan prinsip sustainability.
Definisi yang lebih umum dari sustainabilitydijelaskan dengan memanfaatkan
perbendaharaan kata yang digunakan World Commision on Environment and
Development (1987), atau yang sering disebut sebagai Komisi Brundtland:
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengancam
kebutuhan generasi mendatang. Kedua pernyataan tersebut menandakan bahwa
dalam diskusi-diskusi etis perlu adanya perhatian terhadap dampak jangka panjang,
dalam artian hingga sejauh periode beberapa generasi. Mengapa prinsip tersebut
menjadi penting dalam kesehatan lingkungan karena yang pertama teknologi dan
proyek kesehatan lingkungan yang signifikan seperti yang terkait dengan sistem
penyaluran limbah, agrikultur, produksi energi, dan restorasi alam dirancang untuk
melayani kebutuhan banyak generasi. Kedua kebutuhan manusia akan kesehatan
berlangsung sepanjang hidup dan secara relatif bersifat stabil, sehingga memberi
pertimbangan lebih terhadap kesehatan manusia melampaui batasan ekspektansi
hidup yang wajar mendorong terciptanya komitmen untuk membuat perencanaan
selama setidaknya satu abad. Ketiga adanya kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia di masa depan, dan manusia di masa depan juga akan memiliki kebutuhan
dan keresahan kesehatan yang serupa. Ketiga ekosistem bumi yang memburuk
mengurangi kemampuan lingkungan untuk mempertahankan kesehatan manusia
secara signifikan. Kerusakan tersebut terjadi dalam jangka waktu dari puluhan hingga
ratusan tahun, sehingga profesional kesehatan lingkungan harus berpikir tidak hanya
untuk masa kini namun juga untuk masa depan.
Perhatian terhadap sustainability memiliki tiga implikasi langsung terhadap
praktik kesehatan lingkungan. Pertama, metode penghitungan biaya tanpa
memikirkan risiko di masa depan perlu mendapat kajian ulang. Mengabaikan risiko
tersebut dapat mengurangi tingkat ancaman kejadian yang diprediksi terjadi selama
puluhan tahun ke depan, ketika faktanya adalah kejadian tersebut sangat signifikan
dan tidak akan bisa diperbaiki apabila tidak ada tindakan yang diambil dari sekarang.
Kedua, biaya siklus hidup langkah-langkah kesehatan lingkungan secara penuh perlu
dipertimbangkan. Biaya siklus hidup tersebut dapat mencakup hal-hal mulai dari
ekstraksi dan pemrosesan material yang digunakan untuk membuat atau membangun
sesuatu, biaya pengangkutan, pengemasan, dan penggunaan material dan produk,
hingga biaya yang dikeluarkan untuk menyingkirkan persediaan, peralatan, dan
bangunan yang sudah tidak lagi terpakai. Sehingga, sebagai contoh, bila pemerintah
daerah berencana untuk membangun pabrik pengolahan limbah, mereka harus
mempertimbangkan tidak hanya keuntungan bagi kesehatan di tingkat lokal namun
juga biaya karbon dari penambangan dan perolehan material, produksi energy, dan
pengiriman sebelum membangun pabrik pengolahan itu sendiri. Atau sebuah
komunitas dapat memutuskan bahwa cara terbaik untuk mencegah pabrik senjata tua
menyebabkan polusi pada akuifer lokal adalah dengan meledakannya (seperti yang
sedang dilakukan di Nebraska), namun komunitas tersebut terlebih dahulu perlu
mempertimbangkan bila dengan meledakkan pabrik tersebut dan melepaskan polutan
ke udara adalah alternatif yang lebih baik. Setelah biaya lingkungan sebuah siklus
yang sempurna telah diperhitungkan, proyek fisik besar tidak lagi selalu dianggap
jelas sebagai pendekatan terbaik dalam menangani masalah kesehatan dalam jangka
panjang.
Ketiga, korespondensi kuat antara kekayaan negara dan kesehatan rata-rata
warga negaranya telah banyak ditemukan. Meskipun begitu, bila dalam
mempertahankan kesejahteraan populasi yang ada, sebuah negara memberatkan
lingkungannya ataupun lingkungan negara lain dan dunia, negara tersebut akan
mengancam kesehatan semua orang dalam jangka panjang. Keuntungan kesehatan
jangkan pendek perlu dinilai dalam batasan-batasan untuk mempertahankan
kesehatan lingkungan dalam jangka panjang. Menemukan kebijakan ekonomi dan
publik yang tepat untuk menghadapi permasalahan sustainability merupakan
tantangan tersendiri. Seperti yang dikatakan Garret Hardin dalam artikel klasiknya,
berbagi kepemilikan bersama secara global tanpa membatasi konsumsi akan
mengarah pada kerusakan milik bersama tersebut. Beberapa berargumen bahwa
privatisasi bagian-bagian kepemilikan bersama tersebut akan cenderung dapat
melindungi sumber daya dengan lebih baik, namun kepemilikan atas property dalam
masyarakat pasar tidak selalu melindungi sumber daya karena pada akhirnya sumber
daya harus dijual untuk membayar investasi dalam properti.
Perlu adanya pertimbangan lebih lanjut tidak hanya soal meningkatkan
kesehatan manusia namun juga meningkatkan kesehatan manusia dalam latar
belakang. Banyak pemikir telah memperhatikan bahwa makna istilah kesehatan tidak
dapat begitu saja diaplikasikan pada lingkungan alami sebagaimana pada manusia.
Tidak dapat dikatakan dengan jelas secara langsung bagaimana semestinya sebuah
lanskap lingkungan yang sehat atau bahkan bila lanskap lingkungan bersahabat dalam
tingkat lokal pada manusia. Meskipun begitu, seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya, konsep etika tidak dimaksudkan untuk menghubungkan nilai-ilai
menjadi suatu kesatuan yang koheren, dan bahwa yang perlu digarisbawahi adalah
ekosistem yang sehat diperlukan untuk melestarikan kesehatan manusia dalam jangka
panjang.
Maka penggunaan zat-zat beracun seperti pembersih, pestisida, dan herbisida
menjadi dilema dalam praktik kesehatan lingkungan. Meskipun zat-zat tersebut dapat
melindungi kesehatan manusia dalam jangka pendek, salam jangka panjang hal-hal
tersebut berpotensi merusak lingkungan. Jadi, sebagai tambahan dari efek buruk
terhadap manusia secara tidak langsung, dampak zat-zat tersebut terhadap lingkungan
juga dapat membahayakan kesehatan manusia dalam jangka panjang.
Lebih dari itu, kita harus memikirkan restorasi kesehatan manusia dan
lingkungan. Di berbagai daerah di dunia, kesehatan manusia dan lingkungan
memburuk secara bersamaan. Sebagai contoh, Afrika menanggung beban biaya
praktik lingkungan banyak negara-negara maju di dunia dan mengalami tingkat
kesehatan lingkungan yang radikal dan rendah. Beberapa negara kepulauan
mengalami angina topan, banjir, dan salinisasi tanah agrikultur dan hutan kronis yang
disebabkan perubahan iklim.
Profesional kesehatan lingkungan semestinya mengakui bahwa kesehatan
merupakan sebuah kebaikan, Hal tersebut merupakan sebuah karakteristik hidup yang
sejahtera dan bukan hanya cara untuk mencapai tujuan sosial. Meskipun begitu tetap
ada batasan-batasan terhadap nilai kesehatan. Kesehatan hanyalah satu nilai dalam
beragam nilai etis. Banyak individu yang dengan rela mengorbankan kesehatannya
demi mencapai tujuan masyarakat yang lebih besar. Masyarakat secara umum
memberi nilai-nilai selain kesehatan status yang lebih tinggi, seperti kebebasan,
keadilan, dan pelayanan masyarakat. Meskipun nilai kesehatan dibandingkan nilai-
nilai lain terbatas, kesehatan tetap merupakan nilai kemanusiaan yang paling
mendasar dan terutama penting sebagai ukuran kesejahteraan komunitas secara utuh.
Maka itu seorang profesional kesehatan lingkungan perlu membahas nilai kunci
kesehatan dan dependensi nilai-nilai lain terhadap kesehatan namun tetap mengakui
bahwa kesehatan bukanlah nilai satu-satunya. Hal ini berarti pekerjaan kesehatan
lingkungan membutuhkan adanya kolaborasi dengan yang lain untuk
mengharmonisasi nilai kesehatan dengan tujuan budaya dan masyarakat lainnya.
Interkoneksi yaitu tindakan kesehatan lingkungan memiliki konsekuensi yang
dirasakan secara luas. Sebagaimana yang ditulis Evans dan Stoddart, Kesehatan
bergantung pada segalanya, di setiap waktu. Rasa interkoneksi yang kuat tidak
selamanya membentuk aturan kebenaran dan kesalahan etis karena mengacu pada
konsep dasar pertanggungjawaban moral. Kebanyakan filsafat etika modern
didominasi oleh pemikiran bahwa setiap individu dan kepentingannya dapat dengan
mudah dipisahkan dari kebutuhan dan kepentingan orang lain. Tentunya, telah
banyak hal yang dicapai dan dimenangkan atas dasar individualisme dan hak
individual. Serta perlindungan individual, dan kemampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya, karena beban kepentingan sosial kolektif selalu bersifat
esensial.
Meski begitu, doktrin individualisme terlalu menekankan kepuasan personal
sebagai dasar kebahagiaan. Pada kenyataannya kebanyakan dari kita merasa paling
bahagia ketika kita merasa terhubung dengan orang lain dan bekerja sama untuk
melayani kebutuhan keluarga, masyarakat, dan tujuan sosial yang bermakna. Jadi rasa
tanggung jawab dan keterhubungan merupakan elemen-elemen substansial dari
kehidupan seorang individu. Bisa jadi, bila dipikirkan lebih jauh, etika modern dapat
didasarkan pada konsep ikatan ibu-anak atau keluarga, bukan pada suatu individu
lelaki yang terisolasi. Mendasari pilihan kita secara individu adalah rasa
tanggungjawab dan kepentingan kita terkait perawatan orang lain, tidak hanya
kepuasan pribadi kita.
Pentingnya rasa tanggungjawab yang kuat dipertegas oleh pemahamanakan
bumi sebagai sistem ekologis yang koheren. Bagi banyak orang dalam gerakan
lingkungan, hal ini secara umum diekspresikan melalui kesadaran akan interkoneksi
biologi dan fisik yang kuat antara ekosistem bumi seperti karbon yang dilepaskan dari
cerobong asap di Hemisfer Utara menyebar ke Hemisfer Selatan, area agrikultur yang
difertilisasi di daerah Midwest Amerika Serikat melepaskan nitrogen ke sungai;
nitrogen tersebut kemudian menjadi berlebih dan membunuh area-area Teluk
Meksiko, polutan kimiawi beracun, seperti dioxin, dapat ditemukan dalam es dan
salju daerah kutub, sungai dan air tanah di Amerika Serikat menunjukkan kandungan
antibiotik, kafein, retardan api, estrogen, dan zat kimia kompleks medis, agrikultur,
dan industri lain dalam jumlah yang dapat dideteksi dan kebanyakan dari polusi timah
di Eropa diatribusikan pada penggunaannya dalam pipa-pipa dan teknologi kuno
zaman Romawi lainnya.
Interkoneksi di dunia tidak hanya terjadi secara spasial, namun juga sepanjang
sejarah. Keterhubungan tidak hanya bersifat biologis dan fisik, namun juga sosial dan
ekonomis. Seorang dokter tidak lagi bisa mendiagnosis demam, ruam-ruam, dan diare
di daeran Midwestern Amerika Serikat tanpa mempertinbangkan kemungkinan
adanya sumber penyakit dari jarak jauh. Kombinasi perjalanan jauh, imigrasi,
perdagangan, dan transportasi mengarah pada ekspos dalam tingkat tinggi semua
populasi terhadap penyakit yang bersumber dari mana pun di dunia. Begitu pula
dengan permasalahan lingkungan global, yang mana diperlukan solusi politik dan
ekonomi internasional ddan global. Salahsatu pencapaian penting dalam kesehatan
lingkungan dalam beberapa dekade terakhir adalah Protokol Montreal 1987 tentang
Zat-Zat yang Menurangi Lapisan Ozon yang membatasi penggunaan
chlorofluorocarbobs atau CFC dan zat kimia lain yang menrusak ozon di tingkat
stratosfer. Meskipun lapisan ozon pelindung bumi masih sangat rapuh, dipercayai
bahwa persetujuan internasional berhasil menghindarkan bahaya besar terhadap
lingkungan. Banyak perjanjian internasional, persetujuan, dan pernyataaan lain telah
berupaya mengatasi isu-isu kesehatan lingkungan. Berbagai organisasi non-
pemerintah (NGOs) bertindak aktif dalam ranah kesehatan linkungan dan
memengaruhi kesehatan lingkungn secara global.
Pekerjaan dalam bidang kesehatan lingkungan harus dilakukan dengan rasa
hormat terhadap kehidupan manusia dan non-manusia. Rasa hormat terhadap
kehidupan manusia dan larangan mengambil nyawa orang lain merupakan nilai yang
umum dalam hampir semua kebudayaan. Dalam cara yang sama, rasa hormat
terhadap hidup binatang juga merupakan nilai yang kuno dan tersebar luas. Nilai
tersebut merupakan aspek dominan dalam doktrun Hindu dan Buddha. Rasa hormat
terhadap semua jenis kehidupan mulai muncul kembali dalam tradisi etis Barat, yang
mana di masa modern cenderung menganggap alam sebagai alat pemenuh kebutuhan
manusia dan sehingga eksploitasinya diperbolehkan. Terdapat sebuah perdebatan
sengit di antara filsuf lingkungan pada dekade-dekade terakhir ini mengenai apakah
alam dipandang secara antroposentris dan bergantung pada nilainya terhadap manusia
atau bila alam dapat dinilai secara nonantroposentris, tidak terkait dengan perannya
terhadap kesejahteraan manusia. Debat tersebut merupakan debat yang kompleks dan
signifikan yang menjadi konsekuensi dari pilihan yang harus dibuat seorang
profesional kesehatan lingkungan.
Dalam sisi antroposentrisme terdapat sebuah perspektif yang memandang
manusia sebagai makhluk yang hanya berfokus pada memenuhi kebutuhannya dan
memiliki kemampuan yang terbatas untuk merawat alam. Perspektif ini menganggap
bahwa tidak peduli seberapa besar penekanan yang diberikan terhadap kebutuhan
alam, mengharapkan manusia untuk menghormati aturan etis yang meletakkan
kesejahteraan bumi secara terpisah dari kebutuhan manusia adalah hal yang tidak
rasional. Argumen antroposentis yang membela alam pada akhirnya bergantung pada
dampak yang dimiliki alam terhadap manusia.
Pendekatan nonantroposentris meletakkan manusia secara lebih jelas sebagai
satu spesies dari banyak yang hidup dalam ekosistem bumi yang lebih besar. Seperti
pendekatan teologis terhadap sebuah kosmos yang memandang manusia sebagai
subjek dari tatanan teistik yang lebih besar, pendekatan nonantroposentris terhadap
alam memberi penekanan pada kompleksitas, sejarah panjang, kapasitas untuk
beradaptasi dan berubah, keindahan, dan potensi pertumbuhan dan perubahan jauh di
masa depan. Manusia, menurut teori tersebut, hadir di bumi sebagai bagian dari dan
untuk mengelola alam, seperti yang dikatakan Plato bahwa penjaga kelas diharapkan
untuk mengayomi masyarakat yang dilayaninya.
Beberapa teori nonantroposentris memberi penekanan pada sentience atau
kesadaran diri spesies lain (mengapa rasa sakit bayi gurita tidak menjadi persoalan
yang penting?) serta pada kenyataan bahwa banyak binatang bertindak dengan intensi
atau tujuan, seperti untuk melindungi diri sendiri dan anak-anaknya. Meskipun
begitu, teori-teori nonantroposentris tidak selalu harus bergantung pada kesadaran diri
binatang-binatang secara individu. Teori tersebut juga dapat didasarkan pada
semacam koherensi dunia alami sevara utuh sebagai jaringan banyak makhluk yang
berubah dan reaktif, baik sadar maupun tidak. Kenyataannya adalah sebagian besar
dari makhluk hidup tidak sadar diri. Jumlah mikroorganisme yang ada melampaui
manusia berpuluh ribu kali. Sebagian besar anggota dunia biologis terdiri dari
tanaman, bioma, plankton, fungi, nematoda di tanah, dan banyak lagi makhluk tanpa
indra. Manusia akan ceroboh menyepelekan pentingnya organisme-organisme
tersebut, tidak hanya bagi kesehatan manusia namun juga kesehatan makhluk bumi
lainnya yang memiliki kesadaran. Debat antroposentris versus nonantroposentris
sifatnya personal dan seringkali mengarah pada posisi-posisi yang beragam dalam
isu-isu kesehatan lingkungan. Kaum nonantroposentris akan cederung lebih
mendukung restorasi alam, bahkan saat menghadapi ancaman terhadap kesehatan
manusia. Contoh yang baik dapat ditemukan dalam perdebatan mengenai karnivora
besar. Sebagian naturalis lebih mendukung habitat serigala dan macan dilestarikan
dan diperbaiki, meskipun hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi manusia. Contoh
lain adalah restorasi daerah rawa-rawa. Untuk alasan kesehatan dan lingkungan,
termasuk perlindungan siklus hidrologis, seorang naturalis akan mendukung restorasi
daerah rawa. Namun hal tersebut juga cenderung mendorong bertambahnya populasi
nyamuk, vektor penyakit yang umum. Kaum antroposentris akan lebih mendukung
keputusan yang tidak membahayakan bagi nyamuk dibandingkan seorang
nonantroposentris.
Kedua belah pihak, bagaimanapun, juga memiliki banyak kesamaan. Baik itu
untuk kebaikan dan ketahanan hidup manusia jangka panjang atau untuk alam itu
sendiri, keduanya menganggap pengelolaan dunia alami yang baik sebagai kunci
utama bagi kesehatan lingkungan. Kedua belah pihak menentang paham yang
menyatakan bahwa kesehatan manusia dapat dilindungi dengan mengeliminasi semua
predator dan menentang penggunaan segala cara yang meracuni untuk mendorong
perkembangan manusia. Sehingga, perdebatan antroposentrisme tidak menjadi alasan
bagi aktifis kesehatan untuk membela kepentingan alam.
Titik tengah perdebatan ini memiliki berbagai wujud. Satu cara, seperti yang
dibahas di Bab Duapuluhtujuh, adalah dengan menekankan pada efek-efek positif
dari pengeksposan kesehatan manusia terhadap alam. Pandangan ini dapat dikatakan
timbul dari rasa cinta manusia terhadap dunia kehidupan, apa yang disebut E.O.
Wilson sebagai biophilia. Apabila memang sifat dasar manusia untuk mencintai
dunia alami, maka di saat yag bersamaan adalah tugas dan kepentingan manusia
untuk mengelola alam. Jalan tengah yang lain adalah dengan menyusun skala
prioritas sederhana.
Terlebih dahulu yang harus dipenuhi adalah kesejahteraan manusia, yang
mencakup aspek kesehatan dasar manusia. Setelah itu kebutuhan alam dapat
diperhatikan. Kemudian, apabila tidak mengganggu kebutuhan alam, pemenuhan
kebutuhan manusia dapat dicari. Bagaimanapun, terdapat dua batasan penting pada
pendekatan ini yaitu memenuhi kebutuhan manusia harus dilakukan dengan cara yang
sebisa mungkin tidak mengusik kebutuhan alam dan kesehatan dasar manusia dapat
dipenuhi dengan paling baik dengan pelayanan alam yang sehat.
Semua orang berhak atas akses yang adil dan setara terhadap sumber daya
yang penting bagi kehidupan yang sejahtera dan sehat. Teori etika modern tidak
mengutamakan kebutuhan satu orang atau kelompok di atas kebutuhan orang atau
kelompok lain. Karena manusia pada dasarnya salimg terhubung dalam planet dengan
ruang terbatas dan memiliki kebutuhan dan kapasitas yang kuranh lebih setara (setiap
manusia memiliki jumlah waktu yang sama dalam satu hari), sulit untuk
membenarkan akses yang tidak setara terhadap sumber daya yang sifatnya dasar,
terutama sumber daya yang sifatnya umum dalam tingkat global, seperti atmosfer,
lautan, warisan genetik, dan alam liar.
Argumen yang membenarkan diferensiasi akses pada sumber daya pada
umumnya bergantung pada kemampuan lokal untuk memengaruhi kejadian-kejadian
di sekitar kita, sejarah kontribusi dan kepemilikan pada masyarakat, kebutuhan dan
keterbatasan individu tertentu, dan peran setiap orang dalam lingkungan rumah dan
masyarakat. Kebanyakan filsuf akan membenarkan perbedaan keberhakan sumber
daya setiap orang hingga tingkatan tertentu untuk memberi reward pada kontribusi
terhadap masyarakat dan untuk mencegah perusakan. Seberapa besar perdefaan yang
bisa ditolerir dan bagaimana menyelesaikan konflik atas aktifitas yang
mengalokasikan keuntungan dan beban lingkungan pada individu merupakan subjek
perdebatan. Keadilan lingkungan dibahas dengan detail di Bab Delapan, sehingga
hanya beberapa isu yang dibahas di sini.
Ketidaksetaraan membawa dampak buruk bagi kesehatan publik. Masyarakat
yang terstratifikasi mendorong munculnya rasa iri, menghalangi ekspresi pribadi, dan
cenderung menciptakan kondisi yang begitu terbatas sehingga terdapat orang-orang
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dasarnya. Sehingga di antara
negara-negara Dunia Pertama tingkat kesehatan publik rata-rata memiliki hubungan
yang tidak terlalu eratdengan tingkat kekayaan rata-rata dibandingkan tingkat
kesetaraan ekonomi rata-rata. Kekhususan satu kelompok yang berlebihan bila
dibandingkan dengan kelompok lain dapat dikatakan tidak sehat bagi kedua grup.
Bagi grup yang lebih miskin resiko kesehatan lingkungan yang diderita lebih terlihat
jelas. Namun bagi kelompok yang lebih kaya terdapat resiko obesitas, konsumsi
berlebihan, ketidakaktifan, kekhawatiran, dan lain-lain. Kesetaraan, terpisah dari
kelebihannya secara etis, merupakan sebuah bentuk kebijakan kesehatan publik.
Sebagai hasilnya, profesional kesehatan lingkungan perlu mempertimbangkan
bagaimana rencana-rencana ekonomi untuk meningkatkan kesehatan, seperti
perkembangan pabrik besar, juga memengaruhi ketidaksetaraan upah dan berapa
biaya yang ditanggung orang lain atas kebijakan lingkungan yang menguntungkan
populasi yang spesifik. Contohnya, bila sebuah rumah sakit dibersihkan dengan agen
antibakteri yang kuat, perlu dipastikan bahwa agen tersebut tidak bersifat asam atau
merupakan karsinogen bagi pekerja yang menangani dan menggunakannya.
Secara etis, pertimbangan mengenai kesetaraan tidak berhenti pada batas-
batas negara. Semua orang memiliki hak yang setara atas sumber daya di bumi.
Dengan cara yang sama, semua orang memiliki kewajiban untuk tidak
memberatkannya dengan berlebihan. Kesehatan global dan ketidaksetaraan upah
merupakan masalah terbesar yang dihadapi dunia kini. Dalam dekade-dekade
terakhir, ketidaksetaraan kesehatan upah meningkat dengan signifikan. Sebagai
contoh, di daerah Midwest Amerika Serikat hal ini dapat berarti seorang aktifis
lingkungan tidak hanya perlu menuntut ditempatkannya filter dan pembersih pada
pembangkit listrik tenaga batu bara, namun juga harus menolak pembangunan
pembangkit listrik itu sendiri. Sebuah pembangkit listrik tenaga batu bara akan
meningkatkan beban yang disebabkan orang-orang Midwest terhadap atmosfer bumi,
yang telah dieksploitasi negara-negara berkembang dengan tidak seimbang. Lebih
jauh lagi, peningkatan kesehatan lokal yang lebih tinggi dapat dicapai dengan
memberikan penekanan pada reduksi penggunaan listrik dan restorasi kawasan
padang rumput untuk mendukung kehidupan liar.
Hormati pilihan pemangku kekuasaan, baik itu individu maupun organisasi,
yang telah dipertimbangkan dan bertanggungjawab. Mereka yang bekerja dengan dan
untuk siapa profesional kesehatan lingkungan bekerja perlu berpartisipasi dalam
keputusan-keputusan yang diambil oleh profesional kesehatan lingkungan.
Kebutuhan kesehatan manusia secara umum dapat digeneralisir, namun individu
memiliki interpretasi yang beragam mengenai kebutuhan kesehatan lingkungan
masing-masing. Hal ini memunculkan tantangan bagi profesional kesehatan
lingkungan yang diminta kliennya untuk mendukung pilihan-pilihan yang tidak bijak.
Dapat dikatakan permasalahan dalam ketidaksetujuan dengan pasien, atasan, dan
pemangku kekuasaan dapat diselesaikan melalui konsep kepemimpinan. Ketika
dikonsultasi, seorang profesional dengan keahlian kesehatan lingkungan diharapkan
untuk memimpin orang lain menuju apa yang dianggap oleh profesi sebagai alur
tindakan yang paling sehat. Bagaimanapun, kepemimpinan perlu diseimbangkan.
Perlu diimbangkan antara paternalisme, yakni kepemimpinan koersif, dan
penelantaran, yakni kegagalan untuk memberi arahan. Bekerja dengan pemangku
kekuasaan yang tidak sependapat menuntut seorang profesional untuk menggali
keterampilan dan sensitifitasnya.
Satu cara utama untuk mendamaikan potensi konflik antara pilihan pribadi
dengan rekomendasi profesional adalah dengan menuntut hak mengetahui. Meskipun
prinsip dari hak mengetahui memiliki berbagai wujud, dorongan utamanya adalah
untuk menuntut hak orang-orang yang terpengaruh bahaya dan racun lingkungan
untuk mengetahui sifat dari ancaman yang mereka hadapi. Prinsip ini memiliki
banyak keuntungan. Karena sebagian besar manusia rasional, mereka dapat membuat
keputusan sendiri mengenai ancaman yang dihadapi. Hal ini mendorong terwujudnya
kooperasi dan pertidaksetujuan yang rasional. Komunikasi yang demikian membantu
membangun rasa percaya antara semua pihak. Hal tersebut juga membuka
kesempatan bagi mereka yang lebih suka beroperasi secara independen. Prinsip hak
mengetahui semakin kuat bila bahaya yang dihadapi individu semakin besar.
Meskipun begitu, prinsip tersebut memiliki kelemahan dan kompleksitasnya
sendiri. Tidak semua orang yang menerima informasi dapat bertindak rasional, dan
penilaian risiko yang realistis seringkali menantang secara intelektual dan emosional.
Beberapa informasi sifatnya rahasia, sehingga hak mengetahui harus dinilai dengan
mempertimbangkan siapa yang memiliki informasi tersebut dan dampak hukum
atau ekonomi apa yang dihadapi bila informasi tersebut disebarkan. Lebih dari itu,
beberapa informasi melibatkan risiko yang kompleks dan tidak dapat diperkirakan
bagi masyarakat secara luas, seperti halnya genomic lingkungan, sehingga sulit untuk
menentukan siapa yang perlu mendapat informasi dan bila ada yang lebih baik tidak
mengetahui tentang bahaya yang tidak dapat dihindari. Selebihnya, apa yang
diketahui atau terungkapkan dapat memengaruhi mereka yang tidak memiliki
hubungan dengan profesional kesehatan lingkungan. Meskipun kebutuhan mereka
yang mempekerjakan atau berkonsultasi dengan profesional kesehatan lingkungan
seharusnya menghormati penilaian sang profesional, profesional dapat mengedukasi
pasien, atasan, pemangku kekuasaan, dan korporasi mengenai pentingnya
pertimbangan mengenai dampak lingkungan bagi orang lain dan perlunya
pengambilan kebijakan yang bertanggungjawab. Yang lebih sulit adalah ketika
profesional kesehatan lingkungan menghadapi klien dengan kepentingan yang
berlawanan dengan kepentingan masyarakat. Meskipun ahli etika berargumen bahwa
etika profesional menuntut profesional kesehatan lingkungan untuk menginsulasi
klien sebaik mungkin dari dunia luar, prinsip kesehatan lingkungan menganjurkan
untuk bekerja dengan keterhubungan dengan masyarakat yang lebih luas.
Etika kesehatan lingkungan semestinya didasarkan pada pemahaman yang
realis mengenai ilmu kesehatan dan risiko dan keuntungan yang dibawa aktifitas-
aktifitas dan investasi-investasi yang direncanakan. Diskusi ini ditutup dengan prinsip
tersebut karena penekanan yang diberikan di bagian-bagian sebelumnya pada masa
depan lingkungan bumi memiliki kemungkinan membuat prinsip yang didiskusikan
sejauh ini terlihat tidak realistis dan idealistis. Bagaimanapun, prinsip-prinsip tersebut
realistis; bumi dan populasi manusia di dalamnya sedang menghadapi krisis
menurunnya kapasitas alam, meningkatnya kemiskinan antar manusia, dan
menurunnya tingkat kesehatan manusia. Etika yang realistis mempertimbangkan hal-
hal tersebut dan menyampaikannya secara eksplisit melalui komitmen etis profesional
kesehatan lingkungan. Dan bahkan bila prinsip-prinsip tersebut memang sedikit
idealistis, perlu diingat bahwa prinsip etis memang seharusnya bersifat idealistis,
sehingga kita dapat berusaha untuk melakukan hal yang lebih baik.
Ketidaksempurnaan dan ketidakmampuan untuk mencapai kebaikan maksimum
bukan berarti kegagalan, secara etis sudah cukup untuk melakukan hal terbaik yang
bisa dilakukan.
Pengkritik aktifis kesehatan sering berargumen bahwa realita ekonomi dan
politik menghalangi laju pengembangan kesehatan. Sebuah perusahaan dapat
berargumen bahwa melindungi kesehatan pekerja atau membuat produk yang lebiih
mahal itu terlalu mahal. Argumen-argumen tersebut terkadang valid.
Bagaimanapun, sejarah dari banyak kampanye aktifisme menunjukkan bahwa usaha-
usaha ekonomi dan politik dapat beradaptasi dengan kebutuhan publik dan
lingkungan. Inti dari ekonomi dan politik bukan agar manusia berbakti pada bangsa
dan negara selalu. Tanggungjawabnya berlaku secara sebaliknya: ekonomi dan politik
perlu menyesuaikan kebutuhan kesehatan dan idealisme suatu masyarakat.
Batasan-batasan di bumi adalah nyata; maka itu menghormati batasan-batasan
bumi merupakan bagian dari realisme dan bukan hanya provokasi defeatist yang
menentang pandangan yang terus berkembang mengenai pengembangan dan profit
ekonomi. Memenuhi kebutuhan dasar manusia akan kesehatan tidak harus rumit dan
mahal secara ekonomis. Secara etis lebih penting untuk memenuhi kebutuhan ini
dibandingkan merealisasikan visi-visi yang lebih hebat. Jelas terlihat bahwa manusia
kini mengonsumsi lebih banyak dalam setahun dibandingkan dengan apa yang
diproduksi bumi secara natural dalam satu tahun tersebut. Jelas terlihat bahwa
beberapa kelompok masyarakat mengonsumsi lebih banyak dibandingkan yang lain.
Ukuran kasar, dalam bentukjejak ekologis, memperkirakan konsumsi sumber daya
global masing-masing orang. Berdasarkan jejak mereka, orang-orang Amerika Utara
rata-rata mengonsumsi tiga hingga lima kali melebihi apa yang dapat disediakan oleh
bumi bagi seluruh populasi manusia dalam tingkat kecepatan konsumsi yang sama.
Seiring pertumbuhan populasi global, kondisi lingkungan semakin buruk, perubahan
iklim terus berlangsung, dan sumber daya energi menjadi semakin mahal, akan
menjadi sangat sulit untuk mempertahankan gaya hidup yang mahal secara
lingkungan di Amerika Utara.
Hal ini tentunya akan menantang bagi profesional dan aktifis kesehatan
lingkungan. Mereka yang menyadari bahwa kesehatan lingkungan dan
ketergantungan manusia pada alam akan harus mengedukasi populasi mengenai
bagaimana caranya untuk terus menjaga kesehatan di lingkungan yang kurang kaya
sumber daya. Hal ini akan menuntut adanya inovasi teknologi yang kreatif, namun
juga melibatkan pergeseran kepada filosofi wellness yang melibatkan tidak hanya
filsafat pencegahan namun juga filsafat untuk hidup sejahtera dengan sumber daya
terbatas.
Penilaian risiko yang realistis juga perlu dilakukan dalam etika kesehatan
lingkungan. Sejarah modernitas, dengan segala hal yang telah dicapai manusia, belum
memahami dampak penuh dari modernitas. Misalnya banyak orang yang percaya
bahwa minyak dan batubara yang lebih banyak dibutuhkan untuk mempromosikan
kesehatan dan kesejahteraan publik, dan namun dampaknya dalam perubahan iklim
dari konsumsi minyak dan batubara berlebihan memiliki kemungkinan untuk
menurunkan status kesehatan global seiringan dengan naiknya permukaan laut dan
dan kekeringan serta badai besar menjadi lebih umum. Beberapa oran percaya bahwa
energi nuklir akan harus menggantikan bahan bakar fosil; namun proliferasi limbah
nuklir merupakan hal yang berbahaya dan merupakan ancaman bagi kesehatan dan
keamanan yang berbahaya dan belum terselesaikan. Mereka yang optimis akan
perkembangan teknologi perlu mengkaji apabila apakah risiko teknologi-teknologi
baru dapat dikelola dalam waktu tertentu yang dibutuhkan teknologi-tekonologi
tersebut.
Revisi sejenis itu mengenai progresivisme teknologis modern telah
mendorong semakin tersebarnya prinsip pengingat sebagai cara penilaian resiko yang
realistis. Prinsip peringatan tersebut berbunyi kapanpun sebuah aktifitas
menunjukkan tanda-tanda bahwa ia berbahaya bagi kesehatan manusia mauppun
lingkungan, tindakan pencegahan perlu diambil bahkan bila beberapa hubungan
sebab dan akibat belum dapat dijelaskan secara saintifik. Prinsip tersebut yaitu
merekomendasikan kajian lebih jauh mengenai risiko inovasi industri sebelum setiap
praktik atau zat kimiawi baru disebarluaskan. Sebagai contoh, mereka yang
menentang pengembangan GMOs khawatir bila hal-hal tersebut dapat menjadi
sumber racun bila tidak dikelola dengan baik seperti menggeser beban pembuktian
sehingga pendukung teori (seperti manufacturer) harus mendemonstrasikan bahwa
praktiknya dapat dipertahankan, yang mana sebelumnya beban diberikan pada
kritikus yang membuktikan bila klaim yang dibuat benar atau tidak, berasumsi bahwa
lebih baik menghindari membuat kerusakan dibandingkan memberi keuntungan,
menggunakan perspektif jangka panjang dan mengasumsikan bahwa pengetahuan
mengenai manajemen material beracun dan risikonya dimiliki oleh orang-orang yang
membutuhkannya. Meskipun risiko teknologi baru dapat diatasi dalam lingkungan tes
yang terkontrol dengan baik, seringkali hal tersebut terlihat lebih besar karena
teknologi yang digunakan menjadi teknologi yang umum.
PERTANYAAN

1. Mengapa beberapa prinsip etika dinyatakan pada kode etik profesional namun
beberapa tidak dicantumkan? Amati salah satu kode etik yang relevan dengan
kesehatan lingkungan. Apakah anda akan menambahkan sesuatu? Atau
mengurangi sesuatu? Mengapa?

Jawab: Karena hanya memerlukan beberapa prinsip etika yang berhubungan


dengan profesi tersebut saja. Saya ingin menambahkan mengenai prinsip etika
yang berhubungan tentang memenuhi hak pasien seperti menjaga kerahasiaan
pasien dan mendapatkan pelayanan yang baik karena nilai sosial juga perlu
diperhatikan dalam sebuah kode etik kesehatan lingkungan sehingga pasien
tidak dirugikan dan merasa nyaman.

2. Apakah harus ada sanksi bagi profesional yang melanggar kode etik dari
organisasi? Bagaimana sanksi tersebut seharusnya diatur?

Jawab: Tentu saja harus diberikan sanksi, baik sanksi yang diberi oleh
organisasi atau lembaga yang menaungi profesional tersebut dengan
kebijakannya sesuai berat ringannya pelanggaran yang sudah dilakukan.
Sanksi tersebut sebelumnya pasti sudah diatur oleh lembaga yang menaungi
profesional tersebut maka sanksi tersebut dapat diberikan sesuai aturan yang
berlaku atau dapat dari persetujuan para anggota yang sudah dirapatkan
sebelumnya sebaiknya berkaitan dengan pekerjaannya seperti berhenti praktik
sementara, turun jabatan, dan lain-lain.

3. Analogis apa yang terdapat antara kesehatan manusia dan kesehatan


lingkungan? Hal hal apa saja yang tidak sejalan/sama?
Jawab: Manusia dan lingkungan adalah satu kesatuan yang terhubung, karena
manusia tidak bisa bertahan hidup tanpa memanfaatkan apa yang ada
dilingkungan. Kesehatan lingkungan sangat mempengaruhi kesehatan
manusia juga, analogisnya, jika tidak ada kunci sepeda motor tidak bisa
berjalan sama halnya dengan kehidupan manusia tanpa lingkungan dan
ekosistemnya manusia tidak dapat hidup dapat dilihat dari dua daerah
berbeda, jika satu daerah mempunyai kesehatan lingkungan yang sangat
buruk, dapat dipastikan kesehatan masyarakat didalamnya pasti buruk pula
karena dalam daerah itu pasti terpola untuk kurang peduli akan dampak
buruknya kesehatan lingkungan. Sedangkan jika suatu daerah lain mempunyai
kesehatan lingkungan yang baik,kemungkinan besar hampir semua
masyarakat mempunyai kesehatan yang baik pula. Walaupun begitu, tidak
semua hal akan sejalan, karena sebenarnya manusia lebih dinamis
dibandingkan lingkungannya, seperti jika kita balik, sebuah masyarakat
mempunyai kesehatan yang kurang baik, belum tentu mempengaruhi
kesehatan lingkungannya. Ini karena, bisa saja tidak lah faktor lingkungan/
kesehatan daerahnya yang membuat sebuah masyarakat tidak sehat, tetapi
faktor lain seperti gen, kebiasaan orang itu sendiri, atau bahkan kejadian
kejadian tidak terduga dari seseorang.

4. Sebutkan kasus-kasus yang membutuhkan etika untuk menetukan apa yang


manusia dan lingkungan butuhkan! Sebutkan juga kasus-kasus yang tidak
membutuhkan etika untuk menentukan apa yang manusia dan lingkungan
butuhkan!

Jawab:
a. Dalam pemanfaatan sumber daya alam manusia harus memperhatikan cara-
cara pengambilan sumber daya alam tersebut dan harus mengerti batasan
pengambilan sumber daya alam tersebut.
b. Manusia yang menjaga kebersihan lingkungan akan memberikan dampak
positif bagi dirinya sendiri.

5. Suatu rumah sakit membuat kesehatan masyarakat menjadi beresiko. Apa


yang harus dilakukan rumah sakit tersebut untuk mengatasi hal tersebut?

Jawab: Rumah sakit tersebut harus mengerti apa saja resiko yang bisa rumah
sakit itu timbulkan, setelah itu rumah sakit harus segera mencari solusi untuk
mengatasi resiko tersebut. Rumah sakit harus mempertimbangkan
kemampuannya dalam melakukan solusi dari resiko tersebut, jika tidak
mampu harus segera mencari bantuan dari pihak-pihak yang dapat memberi
bantuan.

6. Pilih isu perdebatan dalam etika kesehatan lingkungan, dan menawarkan


beberapa alasan mengapa diperdebatkan terus berlanjut (menyarankan alasan
di kedua sisi masalah ini)

Jawab: Perdebatan sengit di kalangan filosof lingkungan dalam beberapa


dekade terakhir apakah nilai alam adalah antroposentris dan tergantung pada
nilai alam untuk manusia atau apakah alam dapat dihargai dengan cara
nonanthropocentric, independen terhadap kesejahteraan manusia. Ini adalah
perdebatan yang kompleks dan signifikan dengan konsekuensi pilihan yang
profesional kesehatan lingkungan harus dilakukan.

7. Mengacu pada salah satu perdebatan dalam etika kesehatan lingkungan,


apakah ada fakta ilmiah, jika Anda tahu mereka pasti akan menyelesaikan
masalah ini untuk Anda

Jawab: Beberapa teori nonanthropocentric menekankan kalimat spesies


lainnya (mengapa harus rasa sakit dari bayi gurita menjadi tak berarti?) dan
bahwa banyak hewan tampaknya beraksi dengan maksud atau tujuan, seperti
untuk melindungi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Namun, teori
nonanthropocentric tidak selalu bergantung pada kesanggupan individu
ternak. Mereka juga dapat bergantung pada rasa koherensi alam secara
keseluruhan sebagai perubahan, jaringan reaktif dari banyak makhluk, hidup
atau tidak. Memang sebagian besar makhluk hidup yang (ternyata) tidak
sadar. Mikroorganisme saja lebih besar daripada manusia oleh puluhan ribu
kali. Bioma tanaman, plankton, struktur jamur, nematoda di dalam tanah, dan
banyak makhluk tidak masuk akal alam membuat sebagian besar dunia
biologi akan bodoh dari manusia untuk meremehkan pentingnya organisme
ini, tidakhanya untuk kesehatan manusia tetapi untuk kesehatan makhluk
duniawi hidup lain juga.

8. Apakah kamu penilaian tersendiri terhadap kesehatan lingkungan profesional,


setuju dengannya atau mempunyai pertentangan dengannya?

Jawab: Saya setuju dengan etika kesehatan lingkungan professional. Karena,


manusia diciptakan dengan diberitanggungjawab yang besar untuk menjaga
lingkugan melestarikan, merawat, dan tidak merusak lingkungan sehingga
tidak terjadi dampak yang buruk terhadap manusia, dan kehidupan di
sekitarnya.

9. Bagaimana relasi antara usaha untuk mengurangi dampak lingkungan


pribadimu dengan dampak mengurangi kerja profesional?

Jawab: Harus selalu seimbang dalam menentukan dampak yang akan terjadi
pada lingkungan dan kesehatan. Sehingga, apabila terjadi keseimbangan
antara lingkungan dan manusia maka tidak ada kerusakan pada lingkungan
dan manusia akan tetap sehat.
10. Apa tanggung jawab dari kesehatan lingkungan untuk mendukung kesehatan
dibidang politik, sosial, dan ekonomi?

Jawab: Tanggung jawab dan kesadaran dari diri sendiri sangat dibutuhkan
dalam menjaga kelestarian lingkungan karena lingkungan yang bagus dapat
berdampak pada kegiatan sosial, politik, dan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of Occupational Health Nurses. Code of
Ethics.[http://www.aaohn.org/practice/ethics.cfm].2004.
American College of Occupational and Environmental Medicine. Code of Ethical
Conduct. [http//www.acoem.org/code/default.asp]. Aug. 1993.
Beauchamp, T. L., and Childress,J. F. Principles of Biomedical Ethics. (5th ed.) New
York:Oxford University Press, 2001.
Beierle, T. C. The Benefits and Costs of Disclosing Information About Risks: What
Do We Know About the Right-to-Know? Risk Analysis, 2004, 24(2), 335-346.
Beritic, T. Workers at High Risk: The Right to Know. Lancet, 1993, 341, 933-934.
Brown, D. E. Human Universals. Philadelphia: Temple University Press, 1991.
Clement, G. Care, Autonomy, and Justice: Feminism and the Ethic of Care. Boulder,
Colo.: Westview Press, 1996.
Darwin, C. Darwin on Humus and the Earthworm; the Formation of Vegetable
Mould through the Action of Worms with Observations on their Habits.
London: Faber and Faber, 1996. (Originally published, 1881.)
Earth Charter Initiative. The Earth Charter.
[http//www.earthcharter.org/files/charter/charter.pdf]. Mar.2000.
Elliott, H. A General Statement of the Tragedy of the Commons.
[http//www.dieoff.com/page121.htm]. Feb. 26, 1997.
Environment Leaders of the Eight. Declaration of the Environment Leaders of the
Eight on Childrens Environmental Health.
[http//www.g8.utoronto.ca/environment/1997miami/children.html]. 1997.
Evans, R. G., and Stoddart, G. L. Models for Population Health: Consuming
Research, Producing Policy? American Journal of Public Health, 2003, 93,
371-379.
Farmer, P. Pathologies of Power: Health, Human Rights, and the New War on the
Poor. Berkeley: University of California Press, 2003.
Glacken, C. J. Traces on the Rhodian Shore: Nature and Culture in Western Thought
from Ancient Times to the End of the Eighteenth Century. Berkeley: University
of California Press, 1973.
Hardin, G. The Tragedy of the Commons. Science, 1968, 162, 1243-1248.
Jardine, C., and others. Risk Management Framework for Human Health and
Environmental Risk. Journal of Toxicology and Environmental Health Part B:
Critical Reviews, 2003, 6(6), 569-720.
Kant, I. Groundwork of the Metaphysics of Morals. New York: Cambridge University
Press, 1998.(Originally published 1785).
Kolpin, D. W., and others. Pharmaceuticals, Hormones, and Other Organic
Wastewater Contaminants in U.S. Streams, 1999-2000: A National
Reconnaissance. Environmental Science & Technology, 2002, 36, 1202-1211.
Lambert, T. W., and others. Ethical Perspectives for the Public and Environmental
Health: Fostering Autonomy and the Right to Know. Environmental Health
Perspectives, 2003, 111, 133-137.
Lane, S. D, Rubeinstein. R. A, Cibula, D, and Webster, N Towards a Public Health
Approach to Bioethics Analis of the New York Academy of Science, 2000, 925,
25-36.
Loveclock, J. E. Gais. A new look at life on earth. New York: Oxford University
Press, 1979
Martens, P., and Mc Michael, A.J, (eds). Environmental Change, Climate and
Health: Issues and Research Methods. New York: Cambridge University Press,
2002.
Mars, K, and Engels, F. Theses on Feuerbach. In F. Kamenka (ed), The Portable
Karl Marx. New York: Penguin Books, 1983. (Originally published 1845).
Maslow, A. H.Motivation and Personality (2nded). New York: HarperCollins, 1970.
McGally, M., and Cassel, C. K. Medical Responsibility and Global Environmental
Change. Annels of Internal Medicine, 1990, 113, 467, 473.
Michaels, D, and others. Workshops Are not Enough : Making Right-to-know
Training Lead to Workplace Change. American Journal of Industrial
Medicine, 1992. 225, 637-649.
Mill, J. S, Utilatirum. New York: Oxford University Press, 1998. (Originally
published 1863)
Mill, J. S, On Liberty. New Heaven, Conn : Yale University Press, 2003. ( Originally
published 1869)
National Environmental Health Association: Code of Ethics for Members.
[http://www.neha.org/member]. 2004.
Nightingale Institute for Health and the Environment. Environmentally Responsible
Health Care: Nurses can make a difference. Burlington, Vt : Nightingale
Institute for Health and the Environment, 2002.
Plato. Republic Indianapolis: Hackett, 1992. (Written c. 360 BCE.)
Porter, D. Health, Cazilization, and the state: A History of Public Health from Ancient
to Modern Times. New York: Rowdedge, 1999.
Potter, V.R. Bioethics: Bridge to the Future. Upper Saddle River, N.J. Pretice Hall,
1971.
Quammen, D. The Flight of the Igwana: A Sidding View of Science and Nature. New
York: Simon & Schuster, 1988.
Raffensperger, C., and Tickner. J (eds). Protecting Public Health and Environmental :
Implementing Precautionary Principle. Washington, D.C :Osland Press, 1999.
Rederfining Progress. Ecological Footprint Analysis
{http:www/redefiningprogress.org/foorprint }. 2004.
Reich, W.T The Word Bioethics : The Struggle Over Its Earliest Meanings.
Kennedy Institute of Ethics Journal, 1995, 5(1), 19-34
Ronsen, G. A History of Public Health (Expanded ed). Baltimore, Mdd : Johns
Hopkins University Press, 1993. [Originally published 1958.)
Ruddick, S. Maternal Thinking Towards a Politics of Prace. Boston: Beacon Press,
1989.
Sattler, B. Rights and Realitics: A Critical Review of the Accesibility of Information
on Hazardous Chemicals Occupational Medicine, 1992, 7(2), 189-196
Science and Environment Health Network. The Wingspread Statement on the
Precautionary Principle. [http://www.sehm.org/state.html.ffw]. Jan 1998
Science and Environment Health Network. Ecological Medicine: A Call for Inquiry
and Action. [http://www.sehn.org] Feb. 2002.
Shrader-Frechette, K. Ethics and the Environment. World Health Forum, 1991, 12,
311-321.
Tenner, E. Why Things Bite Back: Technology and the Revenge of Unintended
Consequences. New York: Knopf, 1996.
Tong, R. Feminist Approaches to Biothics: Theoritical Reflections and Practical
Applications. Boulder, Colo.: Westview Press, 1997.
United Nations Conference on Environment and Development. Rio Declaration on
Environment and Development
[http://www.un.org/documents/ga/conf151/aconf15126-Lannex1.htm]. 1992.
United Nations Development Programme, United Nations Environment Programme,
World Bank, and World Resources Institute. World Resources 2000-2001:
People and Ecosystems, the Fraying Web of Life. Amsterdam: Ebsevices
Science, 2000.
United Nations Environment Programme, Ozone Secretariat. Montreal Protocol on
Substances That Deplete the Ozone Layer: As Esther Adjusted and/or Amended
in London 1990, Copenhagen 1992, Vienna 1995, Montreal 1997, Beijing
1999. [http://www.unep.org/ozone/pdfs/Montreal-Protocol2000.pdf]. 2000.
Wackernagel, M., and others. Tracking the Ecological Overshoot of the Human
Economy Proceedings of the National Academy of Sciences of the United
States of America, 2002, 99(14), 9266-9271.
Weed, D.L., and McKeown, R. E. Science and Social Responsibility in Public
Health. Environmental Health Perspectives, 2003, 111, 1804-1808.
White, L., Jr. The Historical Roots of Our Ecological Crisis. Science, 1967, 155,
1203-1207.
Wilkinson, R. Unhealthy Societies: The Affections of Inequality. New York:
Routledge, 1996.
Wilson, E. O. Biophilis. Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1984.
World Bank. World Development Report 1993: Investing in Health. New York:
Oxford University Press, 1993.
World Commission on Environment and Development. Our Common Future, New
York. Oxford University Press, 1987.
World Health Organization, Regional Office for Europe. European Outer an
Environment and Health. [http://www.euro.who.int]. 1989.

Anda mungkin juga menyukai