Anda di halaman 1dari 18

TUGAS FISIKA

Sumber Arus Listrik

Nama:Siti Roslina Kurniawati Muslim

Kelas:IX-F

No.Absen:19
A.Sumber ArusListrik
Sumber arus listrik adalah benda-benda yang dapat menghasilkan arus
listrik, contohnya baterai, akumulator, elemen Volta, elemen Daniell, dan
elemen Weston. Mobil-mobilan dapat bergerak karena memperoleh energi
listrik dari baterai, lampu senter dapat digunakan setelah dipasang baterai ke
dalamnya.
Muatan listrik bergerak ketika terjadi aliran elektron. Adapun aliran
elektron bergerak ketika terjadi beda potensial. Apabila beda potensial
diusahakan selalu ada, arus listrik akan selalu mengalir. Beda potensial dapat
dihasilkan di dalam elemen listrik, misalnya elemen volta, batu baterai, dan
akumulator (aki). Setiap elemen listrik memiliki dua kutub, yaitu kutub
positif dan kutub negatif. Di dalam elemen listrik tersebut terjadi reaksi
kimia yang akan menimbulkan beda potensial di antara kedua kutub
tersebut.
Arus listrik mengalir dalam suatu rangkaian karena adanya beda
potensial antara dua titik dalam rangkaian yaitu dari titik berpotensial tinggi
ke titik berpotensial rendah. Agar arus terus mengalir dalam rangkaian harus
ada alat yang dapat mempertahankan beda potensial yang disebut sumber
gaya gerak listrik. Sumber gaya gerak listrik adalah suatu alat yang dapat
mengubah energi kimia, gerak atau energi bentuk lain ke bentuk energi
listrik yang diperlukan untuk mempertahankan muatan listrik terus
mengalir secara kontinyu.

A. Gaya Gerak Listrik

Semua sumber arus listrik memiliki kemampuan memberikan gaya pada


elektron sehingga elektron dari sebuah atom materi dapat bergerak. Gaya
dari sumber baterai yang demikian disebut sebagai gaya gerak listrik (ggl).
Gaya gerak listrik sering juga disebut tegangan. Satuan gaya gerak listrik
adalah volt (V). Ggl diberi lambang E. Misal pada kulit luar baterai
tercantum label 1,5 V, ini menunjukkan besarnya ggl yang dibangkitkan oleh
baterai tersebut. Jadi, ggl merupakan beda potensial antara kutub-kutub
sebuah sumber listrik (baterai) saat sumber tidak mengalirkan listrik (saklar
terbuka).
Berdasarkan arus yang dihasilkan, sumber arus dibedakan menjadi :
1. Sumber arus AC (Alternating Curent ) adalah sumber arus listrik
yang menghasilkan arus bolak-balik. Misalnya : Generator, dinamo
sepeda.
2. Sumber arus DC (Direct Curent ) adalah sumber arus listrik yang
menghasilkan arus searah. Misalnya : elemen

B. Elemen Listrik
Elemen listrik adalah sumber arus listrik searah yang berasal dari
reaksi kimia. Ketika digunakan elemen mengubah energi kimia menjadi
energi listrik. Di dalam elemen listrik terdapat elektrolit yang merupakan zat
kimia yang dapat menghantarkan arus listrik. Berdasarkan sifat bahan yang
digunakan elemen dibedakan menjadi :

1. Elemen primer adalah elemen yang reaksi kimia didalamnya


tidak dapat diperbaharui lagi. Sehingga jika energi listriknya telah habis
tidak dapat dimuati lagi atau diisi lagi (sekali pakai). Contoh : elemen volta,
elemen daniel, elemen kering (baterai ).

2. Elemen sekunder adalah elemen yang reaksi kimia di dalamnya


dapat diperbaharui sehingga jika energi listriknya telah habis dapat diisi
ulang. Contoh : akumulator, sel Nicad.
Berdasarkan bentuk bahan elektrolit yang digunakan :
1. Elemen kering yaitu elemen yang elektrolitnya berupa campuran
seperti pasta (kering).
2. Elemen basah yaitu elemen yang elektrolitnya berupa cairan
(basah).
Pada elemen volta, baterai, dan akumulator terdapat tiga bagian
utama, yaitu
a. Anode, elektrode positif yang memiliki potensial tinggi,
b. Katode, elektrode negatif yang memiliki potensial rendah,
c. Larutan elektrolit, cairan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Untuk lebih memahami prinsip kerja beberapa contoh elektrokimia,
ikutilah uraian berikut.

Sumber Arus Listrik pada Elemen Primer, yaitu:


1. Elemen Volta

Elemen Volta dikembangkan pertama kali oleh Fisikawan Italia


bernama Allesandro Volta (1790-1800) dengan menggunakan sebuah bejana
yang diisi larutan asam sulfat (H2SO4) dan dua logam tembaga (Cu) dan
seng (Zn). Bagian utama elemen Volta, yaitu :

a. Kutub positif (anode) terbuat dari tembaga (Cu),


b. Kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn),
c. Larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4).
Lempeng tembaga memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng
memiliki potensial rendah. Jika kedua lempeng logam itu dihubungkan
melalui lampu, lampu akan menyala. Hal ini membuktikan adanya arus
listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu menyala, larutan elektrolit
akan bereaksi dengan logam tembaga maupun seng sehingga menghasilkan
sejumlah elektron yang mengalir dari seng menuju tembaga. Adapun, reaksi
kimia pada elemen Volta adalah sebagai berikut:

a. Pada larutan elektrolit terjadi reaksi H2SO4 2H+ + SO24


b. Pada kutub positif terjadi reaksi Cu + 2H+ polarisasi H2
c. Pada kutub negatif terjadi reaksi Zn + SO4 ZnSO4+ 2e

Reaksi kimia pada elemen Volta akan menghasilkan gelembung-


gelembung gas hidrogen (H2). Gas hidrogen tidak dapat bereaksi dengan
tembaga, sehingga gas hidrogen hanya menempel dan menutupi lempeng
tembaga yang bersifat isolator listrik. Hal ini menyebabkan terhalangnya
aliran elektron dari seng menuju tembaga maupun arus listrik dari tembaga
menuju seng. Peristiwa tertutupnya lempeng tembaga oleh gelembung-
gelembung gas hidrogen disebut polarisasi. Adanya polarisasi gas hidrogen
pada lempeng tembaga menyebabkan elemen Volta mampu mengalirkan
arus listrik hanya sebentar. Tegangan yang dihasilkan setiap elemen Volta
sekitar 1,1 volt. Penggunaan larutan elektrolit yang berupa cairan merupakan
kelemahan elemen Volta karena dapat membasahi peralatan lainnya.
2. Elemen Kering

Elemen kering disebut juga baterai. Elemen kering pertama kali


dibuat oleh Leclance. Bagian utama elemen kering adalah :
a. Kutub positif (anode) terbuat dari batang karbon (C),
b. Kutub negatif (katode) terbuat dari seng (Zn),
c. Larutan elektrolit terbuat dari amonium klorida (NH4Cl),
d. Dispolarisator terbuat dari mangan dioksida (MnO2).
Baterai disebut elemen kering, karena elektrolitnya merupakan
campuran antara serbuk karbon, batu kawi, dan salmiak yang berwujud pasta
(kering). Batang karbon (batang arang) memiliki potensial tinggi, sedangkan
lempeng seng memiliki potensial rendah. Jika kedua elektrode itu
dihubungkan dengan lampu maka lampu akan menyala. Hal ini
membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu. Ketika lampu
menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan seng. Adapun, reaksi kimia
pada batu baterai adalah sebagai berikut :

a. Pada larutan elektrolit terjadi reaksi


Zn + 2NH4Cl Zn2+ + 2Cl + 2NH3 + H2 (ditangkap dispolarisasi)
b. Pada dispolarisator terjadi reaksi
H2 + 2MnO2 Mn2O3 + H2O

Reaksi kimia pada batu baterai akan menghasilkan gelembung-


gelembung gas hidrogen (H2). Gas hidrogen akan ditangkap dan bereaksi
dengan dispolarisator yang berupa mangan dioksida (MnO2) menghasilkan
air (H2O), sehingga pada batu baterai tidak terjadi polarisasi gas hidrogen
yang mengganggu jalannya arus listrik. Bahan yang dapat menghilangkan
polarisasi gas hidrogen disebut dispolarisator. Adanya bahan dispolarisator
pada batu baterai, menyebabkan arus listrik yang mengalir lebih lama. Setiap
batu baterai menghasilkan tegangan 1,5 volt.
Sumber Arus Listrik pada Elemen Sekunder,yaitu:

1. Akumulator

Akumulator sering disebut aki. Elektrode akumulator baik anode dan


katode terbuat dari timbal (Cu) berpori. Bagian utama akumulator, yaitu :

a. Kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2),


b. Kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb),
c. Larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan
kepekatan 30%.
Proses Pengisian Akumulator

Akumulator termasuk elemen sekunder, sehingga setelah habis dapat


diisi kembali. Pengisian akumulator sering disebut penyetruman akumulator.
Pada saat penyetruman akumulator terjadi perubahan energi listrik menjadi
energi kimia. Perubahan yang terjadi pada anode, yaitu timbal sulfat
(PbSO4) berubah menjadi timbal dioksida (PbO2). Perubahan pada anode,
yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal murni (Pb). Kepekatan
asam sulfat akan berubah dari encer menjadi pekat, karena ketika akumulator
disetrum terjadi penguapan air. Bagaimanakah cara menyetrum akumulator?
Untuk menyetrum akumulator diperlukan sumber tegangan DC lain
yang memiliki beda potensial yang lebih besar. Misalnya akumulator 6 volt
kosong harus disetrum dengan sumber arus yang tegangannya lebih dari 6
volt. Kutub - kutub akumulator dihubungkan dengan kutub sumber
tegangan. Kutub positif sumber tegangan dihubungkan dengan kutub positif
akumulator. Adapun, kutub negatif sumber tegangan dihubungkan dengan
kutub negatif akumulator. Rangkaian ini menyebabkan aliran elektron
sumber tegangan DC berlawanan dengan arah aliran elektron akumulator.
Elektron - elektron pada akumulator dipaksa kembali ke elektrode
akumulator semula, sehingga dapat membalik reaksi kimia pada kedua
elektrodenya. Agar hasil penyetruman akumulator lebih baik, maka arus
yang digunakan untuk mengisi kecil dan waktu pengisian lama. Besarnya
arus listrik diatur dengan reostat. Pada saat pengisian terjadi penguapan
asam sulfat, sehingga menambah kepekatan asam sulfat dan permukaan
asam sulfat turun. Oleh sebab itu, perlu ditambah air akumulator kembali.
Susunan akumulator yang akan disetrum (diisi) dalam keadaan masih
kosong, yaitu
1. kutub positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbSO4),
2. kutub negatif (katode) terbuat dari timbal murni (PbSO4),
3. larutan elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) encer.
Reaksi kimia saat akumulator diisi, yaitu
1. pada elektrolit : H2SO4 2H+ + SO4 2
2. pada anode : PbSO4 + SO4 2 + 2H2O PbO2 + 2H2SO4
3. pada katode: PbSO4 + 2H+ Pb + H2SO4
Jadi, saat penyetruman akumulator pada prinsipnya mengubah anode dan
katode yang berupa timbal sulfat

Lempeng timbal dioksida dan timbal murni disusun saling bersisipan


akan membentuk satu pasang sel akumulator yang saling berdekatan dan
dipisahkan oleh bahan penyekat berupa isolator. Beda potensial yang
dihasilkan setiap satu sel akumulator 2 volt. Dalam kehidupan sehari-hari,
ada akumulator 12 volt yang digunakan untuk menghidupkan starter mobil
atau untuk menghidupkan lampu sein depan dan belakang mobil.

Akumulator 12 volt tersusun dari 6 pasang sel akumulator yang


disusun seri. Kemampuan akumulator dalam mengalirkan arus listrik disebut
kapasitas akumulator yang dinyatakan dengan satuan Ampere Hour (AH).
Kapasitas akumulator 50 AH artinya akumulator mampu mengalirkan arus
listrik 1 ampere yang dapat bertahan selama 50 jam tanpa pengisian kembali.

2. Battery Charger

Battery charger adalah pengembangan dari baterai sehingga dapat diisi


ulang.Nicad / baterry charger menggunakan nikel hidroksida sebagai
elektroda negatif dan cadmium sebagai elektroda positif.Dengan demikian
nama nicad berasal dari nikel dan cadmium. Diantara kedua elektrode
terdapat pasta dari bahan kalium hidroksida sebagai elektrolit. Beda potensial
yang dihasilkan oleh sel nicad adalah sekitar 1,2 V.Contoh elemen nikad ini
terdapat pada komputer, laptop, telepon genggam, Personal Digital Assistant
(PDA), kamera digital, dan kamera genggam. Semua baterai isi ulang
(rechargeable ) memiliki sifat pengosongan sendiri ( self discharge ) meski
tidak digunakan volume arus akan berkurang antara 10 % sampai 30 % tiap
bulan. Sehingga baterai yang terisi penuh akan kosong dengan sendirinya
apabila tidak digunakan dalam beberapa bulan.

Untuk mengoptimalkan penggunaan baterai isi ulang ( rechargeable )


supaya dapat mencapai siklus maksimum atau bahkan melebihi siklus
maksimum, berikut adalah cara-cara yang dapat diupayakan oleh para
operator KRAP :
1. Selalu mengusahan dan membiasakan untuk mengosongkan baterai
sebelum diisi walaupun baterai tersebut berjenis baterai Li-Ion atau baterai
Li-Pol. Tujuannya supaya terhindar dari efek memori. Dengan cara
mengosongkan hingga batas minimum tegangan baterai atau sel, jangan
kurang dari tegangan minimun tersebut karena jika tidak baterai akan rusak.
2. Selalu menggunakan Charger yang memiliki fungsi penghentian
pengisian otomatis pada mode pengisian cepat--kurang dari 4 jam--Fungsi
penghentian otomatis ini sangat bermanfaat supaya baterai
tidak overcharging yang dapat menyebabkan kerusakan pada baterai.
3. Usahakan tidak meninggalkan baterai pada charger yang masih menyala
lebih dari 20 jam. Biasanya bila menggunakan charger dengan mode
pengisian standar ( overnight charging ), pada mode ini baterai akan penuh
pada kisaran waktu 16 jam. Karena arus yang digunakan untuk mengisi
baterai kecil sehingga tidak terlalu membahayakan baterai, tetapi usahakan
tidak melebihi 20 jam.
4. Hindari melakukan hubung singkat pada baterai, maksudnya adalah
dengan menyatukan kutub positif dan negatif baterai secara langsung
menggunakan kabel atau bahan konduktor lainnya.
5. Usahakan tidak menggunakan perangkat elektronika pada mode
pengisian ( Charging ), karena baterai akan menggelembung sebagai tanda
kemampuannya menurun. Hal ini sering terjadi pada penggunaan HP dan
Laptop, Usahakan pada saat mode pengisian ( charging ) perangkat tersebut
dalam keadaan non aktif.
6. Khusus untuk baterai NiCd dan baterai NiMH yang baru hendaknya
sebelum digunakan dikosongkan terlebih dahulu, kemudian diisi dan
digunakan. Sedangkan untuk baterai Li-Ion baterai Li-Pol dapat langsung
digunakan atau langsung diisi hingga penuh.
7. Usahakan tidak mengganti-ganti pasangan baterai dengan pasangan
baterai yang lain. Pisahkan baterai dari perangkat elektronika dan tempatkan
pada tempat yang sejuk dan kering.
8. Apabila baterai akan disimpan dalam waktu lama, sebaiknya baterai
dikosongkan dan diisi hingga penuh sebelum disimpan.

Siklus hidup ( life cycle ) baterai isi ulang ( rechargeable ) sangat


ditentukan oleh berapa kali beterai tersebut mengalami siklus pengisian dan
pengosongan, siklus yang dimaksud tersebut memiliki nilai maksimum yaitu
500 X, apabila sudah melewati batas tersebut maka kemampuan baterai akan
mulai menurun secara drastis dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi.

Baterai NiCd menerapkan prinsip elektrokimia, di mana keberadaan


zat elektrolit (zat yang mampu menghantarkan listrik, umumnya zat ionik)
dan dua elektroda, yang salah satunya berperan sebagai kutub negatif
sementara elektroda lain berperan sebagai kutub positif, menyebabkan
terjadinya siklus ionik yang menghasilkan arus listrik. Baterai tersebut diberi
nama NiCd karena menggunakan elektroda Nikel dalam bentuk Nikel hidrat
(NiOOH) dan Cadmium (Cd).
Nikel sendiri merupakan logam berwarna putih-abu, dapat ditempa,
elastis, serta memiliki tingkat kekuatan dan resistansi terhadap korosi yang
tinggi. Resistansi tersebut sekaligus mengimplikasikan bahwa Nikel
memiliki kecenderungan yang relatif rendah untuk mengalami reduksi.
Nikel juga merupakan penghantar panas dan listrik yang cukup baik, serta
memiliki sifat kemagnetan pada suhu di bawah 345oC. Pada bentuk logam,
Nikel tidak reaktif, tidak larut dalam air panas maupun air dingin, ammonia,
tidak terpengaruh oleh asam nitrit yang terkonsentrasi, dan basa yang
terkonsentrasi. Walau demikian, Nikel larut dalam asam nitrit encer, sedikit
larut dalam asam klorida encer, serta asam sulfat encer.
Sementara itu, logam Cadmium memilki warna putih-abu, dapat
ditempa, elastis, dan permukaannya memiliki rona kebiruan. Cadmium
cukup lunak untuk dipotong dengan menggunakan pisau, dapat larut dalam
zat asam, tapi tidak dalam zat basa. Cadmium memiliki banyak kesamaan
dengan seng, tapi membentuk lebih banyak senyawa kompleks.
Cadmium memiliki energi potensial reduksi standar (Eored) sebesar -
0.40 V, sedangkan Eored Nikel sebesar -0.25 V (Daftar Eored beberapa
zat terlampir). Oleh karena Eored Nikel lebih besar (lebih mendekati positif,
yang berarti kecenderungan mengalami reduksi lebih besar), maka dalam
sistem baterai NiCd, yang menggunakan Nikel dan Cadmium sebagai
elektroda, elektroda Nikel akan mengalami reduksi (di sebut sebagai katoda),
sedangkan elektroda Cadmium mengalami oksidasi (disebut sebagai anoda),
selama reaksi spontan yang menghasilkan listrik (discharge). Selanjutnya,
elektroda Nikel akan disebut sebagai elektroda positif, sementara elektroda
Cadmium disebut sebagai elektroda negatif. Reaksi kimia yang berlangsung
di dalam baterai NiCd melibatkan air dan zat elektrolit KOH, serta bersifat
dapat balik (reversible). Oleh karena itu, baterai dapat diisi ulang
atau rechargeable, dengan membalik reaksi yang semula mengubah energi
kimia menjadi energi listrik, kepada reaksi balikan yakni, mengubah energi
listrik menjadi energi kimia. Pada reaksi balikan, elektroda yang semula
mengalami reduksi akan mengalami oksidasi, begitupun sebaliknya untuk
elektroda yang semua mengalami oksidasi akan mengalami reduksi.
Sehingga, katoda dan anoda berubah pada reaksi kebalikan. Oleh karena itu,
penggunaan istilah elektroda positif dan negatif akan memudahkan
pemahaman konsep, dari pada menggunakan istilah katoda dan anoda pada
mekanisme kerja baterai NiCd.
Sebelum beranjak lebih lanjut pada mekanisme reaksi kimia dalam
baterai NiCd, perlu dipahami terlebih dahulu struktur dan komponen pada
baterai NiCd. Berikut ini adalah penampang membujur baterai NiCd.
Penampang Membujur Baterai NiCd

Seperti yang terlihat pada Gambar,komponen penyusun baterai NiCd


adalah elektroda positif (Nikel hidrat (NiOOH)), elektroda negatif
(Cadmium), separator (berserat-serat/fibrous), case (sebagai pelindung
baterai), sealing plate (menjaga sistem dari interferensi zat lain seperti CO2,
yang dapat bereaksi dengan 2KOH membentuk K2CO3, dan menyebabkan
terbentuknya CdCO3, yang keduanya dapat mengganggu siklus dalam
baterai), insulation ring, dan insulation gasket.
Masih sesuai dengan ilustrasi pada Gambar,kedua elektroda dalam
baterai NiCd dipisahkan oleh separator yang berserat dan memungkinkan
gas untuk melaluinya. Menurut pengamatan Anna Cyganowski pada baterai
Sanyo Cadnica KR-1300 SC (1.2 V, 1300 mAh) berusia 10 tahun dengan
menggunakan mikroskop optis Leitz perbesaran 3 hingga 25 kali, bahan
penyusun separator adalah polypropylene/polyamine, seperti nylon. Berikut
adalah gambar baterai NiCd yang telah dibongkar.
Gambar Baterai NiCd yang dibongkar : 1.Case, 2.Separator, 3.Elektroda
Positif (Nikel hidrat), 4.Elektroda Negatif (Cadmium) .

Menurut literatur dari Handbook of Secondary Storage Batteries and


Charge Regulators in Photovoltaic Systems, zat elektrolit yang digunakan pada
baterai NiCd adalah aqueous KOH dengan konsentrasi 20-34% berat murni
KOH. Tetapi, masih berdasarkan pengamatan Anna Cyganowski pada
baterai yang sama dengan alat yang sama, zat elektrolit yang ada pada baterai
teramati sebagai serbuk padat. Pada penjelasan selanjutnya, keterangan
literatur akan digunakan.
Selama penggunaan baterai sebagai sumber energi listrik bagi
berbagai alat elektronik, baterai NiCd melakukan reaksi kimia. Adapun
prinsip Elektrokimia yang bekerja adalah bahwa pada baterai terjadi reaksi
oksidasi dan reduksi yang menyebabkan pergerakan elektron, sehingga
dihasilkan arus listrik. Berikut ini adalah reaksi kimia yang terjadi selama
penggunaan baterai (discharge) :
Positif (reduksi) : 2NiOOH + 2H2O + 2e- --> 2Ni(OH)2 + 2OH-
Negatif (oksidasi) : Cd + 2OH- --> Cd(OH)2 + 2e-
reaksi net ion : 2NiOOH + 2H2O + Cd --> 2Ni(OH)2 + Cd(OH)2
Salah satu karakteristik baterai NiCd adalah bahwa zat elektrolit
tidak berperan secara langsung, tapi berperan dalam transportasi OH -.
Sementara itu, apabila seluruh NiOOH telah diubah menjadi Ni(OH) 2 dan
atau seluruh Cd telah menjadi Cd(OH)2maka diperlukan 'pengisian ulang'
baterai agar ia dapat digunakan kembali. Hal tersebut dilakukan dengan
membalik reaksi melalui pemberian arus listrik (sesuai prinsip elektrolisis,
mengubah energi listrik menjadi energi kimia). Ketika arus listrik diberikan,
maka elektron akan bergerak menuju kutub baterai yang lebih positif dan
menyebabkan reaksi kimia kebalikan sebagai berikut :
Negatif (reduksi) : Cd(OH)2 + 2e- --> Cd + 2OH-
Positif (oksidasi) : 2Ni(OH)2 + 2OH- --> 2NiOOH + 2H2O + 2e-
reaksi net ion : 2Ni(OH)2 + Cd(OH)2 --> 2NiOOH + 2H2O + Cd
Pengaliran arus listrik memaksa terjadinya oksidasi-reduksi di dalam
baterai, sehingga kondisi kembali seperti sebelum digunakan. Tetapi, apabila
terjadi overcharge(seluruh Ni(OH)2 dan atau Cd(OH)2 telah diubah menjadi
NiOOH dan Cd tetapi arus listrik masih tetap dialirkan), maka arus listrik
akan tetap memaksa terjadinya oksidasi dan reduksi, dan reaksi tersebut
dilakukan pada air sesuai persamaan berikut :
Positif : 4OH- --> O2 + 2H2O + 4e-
Negatif : 2H2O + 4e- --> 2OH- + H2
net ion reaction : 2OH- --> H2 + O2
Tetapi, reaksi antara oksigen dan hidrogen dapat menyebabkan
ledakan dalam proses pembentukan air dengan E = -285.8 kJ/mol (E =
perubahan entalpi, tabel entalpi pembentukan beberapa zat terlampir). Oleh
karena itu, gas harus dialirkan secara tepat, atau pembentukan salah satu gas
harus dicegah. Hal kedualah yang dilakukan para pembuat baterai NiCd,
yakni mencegah pembentukan gas Hidrogen. Untuk melakukan hal tersebut,
kapasitas elektroda negatif dibuat lebih besar dibandingkan elektroda positif
sehingga, elektroda positif akan 'terisi penuh' lebih dahlu dari elektroda
negatif.
Adapun reaksi kimia yang terjadi saat overcharging terjadi pada baterai
NiCd sesuai dengan penjelasan sebelunya adalah sebagai berikut :
Positif : 4OH- --> O2 + 2H2O + 4e-
Negatif : 2Cd + O2 + 2H2O --> 2Cd(OH)2 + 4e- --> 2Cd + 2OH-

Gambar Perbandingan kapasitas Elektroda Positif dan negatif


Seperti yang ditunjukkan persamaan sebelumnya, gas oksigen yang
dihasilkan elektroda positif kemudian diserap melalui reaksi dengan bagian
elektroda negatif yang belum terubah menjadi Cd(OH)2. Sehingga, ledakan
yang identik dengan api dan kerusakan dapat dihindari. Selama waktu
tertentu, overcharging dapat diatasi melalui cara tersebut, tetapi produksi gas
Oksigen di elektroda positif menghasilkan panas yang juga dapat merusak
baterai. Jadi, salah satu ciri-ciri overcharging adalah baterai yang sudah
memanas, apabila telah parah maka baterai bisa menggelembung. Baterai
NiCd sendiri digunakan di berbagai alat elektronik seperti peralatan yang
dikontrol remote, serta beberapa peralatan tanpa kabel yang lain. Kemampuan
untuk 'diisi ulang' dan didaur ulang, menjadi salah satu kelebihan baterai
NiCd. Apabila dibandingkan dengan baterai Lead-acid, NiCd menghasilkan
arus lebih tinggi dan bertahan lebih lama. Tetapi, NiCd menghasilkan arus
yang lebih rendah dan memiliki masa pakai yang lebih singkat dibandingkan
dengan baterai Ni-Metal hydride dan Li-ion yang kini telah tersedia secara
komersial dengan harga lebih rendah. Terlebih lagi, dua baterai tersebut lebih
aman, karena diketahui Cadmium merupakan logam berat beracun. Meski
demikian, NiCd masih menjadi pilihan untuk menyediakan arus stabil,
sebab tidak seperti beberapa baterai lain, arus dari baterai NiCd relatif stabil.
Perkembangan baterai NiCd terjadi secara bertahap. Sejak ditemukan
pada tahun 1989 oleh Waldemar Jugner, baterai NiCd
mengalami beberapa perkembangan, di antaranya adalah penyegelan baterai
secara sempurna, dan pembentukan strukturjelly-roll atau sweden-
roll pada baterai. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa peran baterai
NiCd cukup diperhitungkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan energi
listrik manusia.
Tetapi, elektroda Cd telah diketahui menyebabkan memory effect, di
mana baterai kehilangan daya lebih cepat dari yang diperkirakan.
Pengamatan melaluiscanning electron microscope (SEM) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan struktur elektroda negatif pada baterai sebelum
pemakaian dan setelah penggunaan dalam jangka panjang (gambar
terlampir). Hal tersebut terjadi karena terbentuknya kristal Cd dengan
ukuran yang lebih besar pada elektroda baterai setelah pengunaan,
dibandingkan dengan elektroda pada baterai ketika belum digunakan. Oleh
karena itu, luas kontak elektroda dan zat elektrolit menurun, sehingga total
tegangan yang dihasilkan menurun pula.
Efek tersebut diakibatkan beberapa hal, tiga di antaranya adalah
presentasi pengisian ulang baterai yang rendah, elektroda negatif
kekurangan zat pengembang (expander, sejenis massa besi) yang dapat
membantu mempertahankan struktur elektroda, serta fase yang dialami
elektroda negatif, yakni mengalami transisi sebagai logam Cd dan sebagai
Cd(OH)2. Transisi tersebut dapat memicu pembentukan kristal apabila tidak
terdapat expander. Tetapi, hal utama yang menyebabkan pembentukan kristal
adalah bahwa Cadmium ternyata dapat membentuk
senyawa intermetallicdengan Ni yang banyak terdapat pada baterai NiCd
jenis sintered plate (jenis baterai yang elektroda negatif maupun positifnya
dibuat dengan menuangkan gabungan partikel serbuk Ni, bukan lelehan, ke
atas lembaran material aktif yang kemudian secara kimiawi diresapi,
sehingga dihasilkan matriks dengan porositas lebih dari 80%). Senyawa
tersebut di antaranya adalah Ni2Cd5 dan Ni5Cd21. Baterai NiCd jenis lain
tidak membentuk senyawa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai