Anda di halaman 1dari 16

ISLAM DAN KEBUDAYAAN

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Agama

Teknik Informatika 1E
Kelompok 3
Anggota : 1. Dina Rostika
2. Fahmi Ilmawan R
3. Diky Kusumah Anggadiraksa

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer


(STMIK) SUMEDANG
Tahun Akademik 2012/2013

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr, Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ISLAM DAN
KEBUDAYAAN. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada :

1. Bapak Tatang Suryana, S. Ag, M. Pd sebagai dosen Pendidikan Agama STMIK


Sumedang
2. Rekan-rekan di kelas TI 1E 2012
3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam
penulisan makalah ini

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr, Wb.

Sumedang, Oktober 2012


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian.
1.4. Manfaat Penelitian

BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Islam dan Kebudayaan
a. Islam.
b. Kebudayaan
2.2. Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan
2.3. Islam dan Kebudayaan Arab Pra Islam
2.4. Perkembangan Kebudayaan Islam Saat Ini

BAB III : PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana agama terakhir, Islam di ketahui memiliki karakteristik yang khas di
bandingkan dengan agama-agama sebelumnya. Melalui berbagai linteratur yang berbicara
tentang islam dapat di jumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, berbagai aspek yang
berkenaan dengan Islam itu perlu di kaji secara seksama, Sehingga dapat dihasilkan
pemahaman Islam yang komprahensip. Hal ini perlu dilakukan, karena kualitas pemahaman
ke-Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan ke-Islaman yang
bersangkutan. Kita barang kali sepakat terhadap kualitas ke-Islaman seseorang benar-benar
komprahenship dan berkualitas. Dan untuk bagian ini kita akan membicarakan Islam dan
kebudayaan. Hal ini perlu diketahui agar kita dapat menjawab pertanyaan atau persoalan
Islam dan kebudayaan. Diantara pertanyaan apakah Islam itu kebudayaan ? pertanyaan ini
penting di kaji agar kita dapat memahami Islam secara komprenhenship disamping itu
kitapun akan mencoba untuk mengungkap hubungan antara Islam dan kebudayaan.
Kebudayaan yang hendak menjadikan kehidupan ekonomi sebagai dasarnya, dan
pola-pola etik didasarkan pula pada kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap
penting arti kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat
manusia mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu, menurut hemat saya tidak
akan mencapai tujuan. Bahkan tanggapan terhadap hidup demikian ini sudah sepatutnya bila
akan menjerumuskan umat manusia ke dalam penderitaan berat seperti yang dialami dalam
abad-abad belakangan ini. Sudah seharusnya pula apabila segala pikiran dalam usaha
mencegah perang dan mengusahakan perdamaian dunia tidak banyak membawa arti dan
hasilnya pun tidak seberapa. Selama hubungan saya dengan saudara dasarnya adalah sekerat
roti yang saya makan atau yang saudara makan, kita berebut, bersaing dan bertengkar untuk
itu, masing-masing berpendirian atas dasar kekuatan hewaninya, maka akan selalu kita
masing-masing menunggu kesempatan baik untuk secara licik memperoleh sekerat roti yang
di tangan temannya itu. Masing-masing kita satu sama lain akan selalu melihat teman itu
sebagai lawan, bukan sebagai saudara. Dasar etik yang tersembunyi dalam diri kita ini akan
selalu bersifat hewani, sekali pun masih tetap tersembunyi sampai pada waktunya nanti ia
akan timbul. Yang selalu akan menjadi pegangan dasar etik ini satu-satunya ialah
keuntungan. Sementara arti perikemanusiaan yang tinggi, prinsip-prinsip akhlak yang terpuji,
altruisma, cinta kasih dan persaudaraan akan jatuh tergelincir, dan hampir-harnpir sudah tak
dapat dipegang lagi.
Sebaliknya paham sosialisme yang berpendapat bahwa perjuangan kelas yang harus
disudahi dengan kekuasaan berada di tangan kaum buruh, merupakan salah satu keharusan
alam. Selama persaingan dan perjuangan mengenai harta itu dijadikan pokok kehidupan,
selama pertentangan antar-kelas itu wajar, maka pertentangan antar-bangsa juga wajar,
dengan tujuan yang sama seperti pada perjuangan kelas. Dari sinilah konsepsi nasionalisme
itu, dengan sendirinya, memberi pengaruh yang menentukan terhadap sistem ekonomi.
Apabila perjuangan bangsa-bangsa untuk menguasai harta itu wajar, apabila adanya
penjajahan untuk itu wajar pula, bagaimana mungkin perang dapat dicegah dan perdamaian
di dunia dapat dijamin? Pada menjelang akhir abad ke-20 ini kita telah dapat menyaksikan -
dan masih dapat kita saksikan - adanya bukti-bukti, bahwa perdamaian di muka bumi dengan
dasar kebudayaan yang semacam ini hanya dalam impian saja dapat dilaksanakan, hanya
dalam cita-cita yang manis bermadu, tetapi dalam kenyataannya tiada lebih dari suatu
fatamorgana yang kosong belaka

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Islam dan kebudayaan ?
2. Apa hubungan antara Islam dan kebudayaan ?
3. Bagaimana Islam dan kebudayaan Arab pra Islam ?
4. Bagaimana perkembangan budaya Islam saat ini?

1.2. Tujuan Penelitian


1. Menjelaskan pengertian Islam dan kebudayaan.
2. Menjelaskan tentang hubungan Islam dan kebudayaan.
3. Menjelaskan bagaimana Islam dan kebudayaan Arab pra Islam.
4. Menjelaskan bagaimana perkembangan budaya Islam saat ini.

1.3. Manfaaat Penelitian


Dari tujuan di atas maka setelah mendiskusikan kita dapat memperoleh manfaat begitu besar
seperti :
1. Dapat mengetahui pengertian kebudayaan kemudian memberitahukan informasi kepada
orang lain.
2. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam pada masa kejayaan islam.
3. Dapat membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan islam.
4. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Islam dan Kebudayaan


a. ISLAM
Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat sentosa dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk Aslama yang berarti berserah diri dalam kedamaian.
Adapun pengertian Islam dalam segi istilah adalah mengacu kepada agama yang
bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT bukan berasal dari manusia dan bukan
pula berasal dari nabi Muhammad SAW.
Orang sering salah paham terhadap Islam. Kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan
dianggap sebagai Islam ternyata bukan Islam dan kadangkala suatu keyakinan dan perbuatan
dianggap bukan Islam ternyata itu adalah Islam. Kenapa ini bisa terjadi? Itu karena banyak
orang tidak paham tentang Islam. Ini tidak hanya menimpa orang awam saja tetapi juga para
intelektualnya. Maka dirasa sangat perlu untuk dimengerti oleh setiap orang akan pengertian
Islam agar orang tidak salah paham dan itu mesti diambil dari sumber aslinya yakni Al-
Quran, bukan dari pendapat-pendapat orang atau yg lainnya. Dan tidak mungkin Alloh tidak
menjelaskan secara tersurat maupun tersirat di dalam Al-Quran dalam perkara ini. Dan saya
telah menemukan penjelasannya.
Kata Islam itu berasal dari bahasa Arab al-islam ( ) . Kata al-islam ini ada di dalam
Al-Quran dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya dalam surat Ali
Imron (3) ayat 19 dan surat Al-Maidah (5) ayat 3. Apa yang dapat kita pahami dari kedua
ayat ini? Berikut ini penjelasannya.
Al-Quran surat Ali Imron (3) ayat 19, lafalnya, innad-dina indallohil-islam, artinya,
Sesungguhnya ad-din di sisi Alloh (adalah) al-islam
Yang dapat dipahami dari ayat ini adalah bahwa al-islam adalah nama suatu ad-
din (jalan hidup) yang ada di sisi Alloh (indalloh). Ad-din maknanya adalah al-millah atau
ash-shirot atau jalan hidup, ia berupa bentuk-bentuk keyakinan (al-aqidah) dan perbuatan
(al-amal). Al-islam sebagai ad-din yang ada di sisi Alloh, tentunya berupa bentuk-bentuk
keyakinan dan perbuatan yang ditentukan dan ditetapkan oleh Alloh dan bukan hasil dari
buah pikiran manusia, karenanya ia dinamakan juga dinulloh (QS 110 ayat 2). Al-islam itu
diperuntukkan bagi manusia sebagai petunjuk dari Alloh (huda minalloh) kepada manusia
(QS 28 ayat 50) di dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Sementara itu Alloh berfirman,
lafalnya, al-haqqu mir-robbika fala takunanna minal-mumtarin (QS 2 ayat 147), artinya,
Al-Haq (kebenaran) itu dari robb (Tuan, Tuhan) engkau (wahai Muhammad saw) (yakni dari
Alloh) maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu . Firman Alloh ini
menyatakan dengan jelas sekali bahwa al-haqqu (kebenaran) itu dari Alloh (robb-nya
Muhammad saw). Oleh karena al-islam itu ada di sisi Alloh, sementara itu al-haqqu itu dari
Alloh maka tentunya al-islam itu tidak lain adalah al-haqqu (kebenaran) yang berasal dari
Alloh itu. Sementara itu pula Alloh berfirman, lafalnya, wa innaka latahdi ila shirothim
mustaqim , shirothillahil-ladzi lahu ma fis-samawati wa ma fil-ardhi (QS 42 ayat 52-53),
artinya, dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad saw) benar-benar memberi
petunjuk kepada ash-shirothol-mustaqim (jalan yang harus ditegakkan) (yakni) ash-
shiroth (jalan) (yang ditentukan dan ditetapkan oleh) Alloh yang mana milik-Nya (segala)
apa-apa yang ada di langit-langit dan apa-apa yang ada di bumi. Firman Alloh ini
menyatakan dengan jelas sekali bahwa ash-shirothol-mustaqim adalah ash-shiroth
(jalan) yang ditentukan dan ditetapkan oleh Alloh yang tentu berasal dari Alloh pula. Oleh
karena al-islam itu di sisi Alloh, sementara itu ash-shirothol-mustaqim adalah jalan yang
ditentukan dan ditetapkan oleh Alloh dan berasal dari Alloh, maka tentunya al-islam itu tidak
lain adalah juga ash-shirothol-mustaqim yang berasal dari Alloh. Yang mana misi Iblis dan
bala tentaranya berusaha menjauhkan manusia dari ash-shirothol-mustaqim ini (QS 7 ayat
16) yang berarti pula menjauhkan manusia dari al-islam.
Jika al-islam itu ada di sisi Alloh, lalu bagaimana ia bisa sampai kepada manusia? Ya
tentu hanya melalui wahyu Alloh dan penjelasannya yang Alloh turunkan kepada para Nabi
dan Rosul-Nya dari Adam as hingga Muhammad saw, termasuk Isa putra Maryam as, Musa
as, Nuh as, Ibrohim as, dll. Dan al-islam dalam bentuknya yang final (tidak ada lagi
perubahan) dan sempurna (mencakup segala segi kehidupan dan tidak perlu penambahan atau
pengurangan) yang tentu diturunkan kepada Nabi dan Rosul-Nya yang terakhir, Muhammad
saw, melalui Al-Quran dan penjelasannya(QS 75 ayat 19).
Dari ayat ini pula kita pahami bahwa penamaan ad-din ini dengan al-islam adalah
penamaan dari Alloh sendiri, bukan dari manusia. Suatu nama biasanya memiliki arti,
demikian juga dengan al-islam juga memiliki arti, yakni al-inqiyadu li-amaril-amiri wa
nahihi bila itirodh , yang artinya, tunduk/patuh/berserah-diri kepada perintah dan larangan
yang memerintah tanpa penolakan . Namun dalam hal ini al-islam itu adalah
tunduk/patuh/berserah-diri kepada Alloh saja, bukan tunduk/patuh/berserah-diri kepada apa
saja yang dianggap sebagai robb (Tuan, Tuhan) dan ilah (Tuan, Tuhan), karena Alloh
berfirman, lafalnya, wa man ahsanu dinan mimman aslama wajhahu lillahi wa huwa
muhsinun(QS 4 ayat 125), artinya, Dan siapakah yang labih baik ad-din-(nya) dari pada
orang-orang yang tunduk/patuh/berserah-diri kepada Alloh dan dia berbuat baik. Maka
tunduk/patuh/berserah-diri kepada robb-robb dan ilah-ilah selain Alloh tidak berhak
dinamakan al-islam dan lebih tepat jika dinamakan ghoirul-islam.
Dan karena al-islam itu dari Alloh tentu saja ia diridhoi Alloh.
Al-Quran surat Al-Maidah (5) ayat 3, lafalnya, al-yauma akmaltu lakum dinakum wa
atmamtu alaikum nimati wa rodhitu lakumul-islama dina, artinya, pada hari ini telah
Aku sempurnakan bagi kalian ad-din kalian dan telah Aku sempurnakan pula nimat-Ku atas
kalian dan Aku ridho al-islam sebagai ad-din bagi kalain
Kata al-yauma yang artinya pada hari ini , yang dimaksud adalah hari
diturunkannya ayat ini yakni pada hari jumat di padang Arofah setelah waktu Ashr ketika
Muhammad saw menunaikan haji wada. Lalu kalimat akmaltu lakum dinakum , yang
artinya, telah Aku sempurnakan untuk kalian ad-din kalian , yang dimaksud dengan kata
kalian dalam frasa ad-din kalian adalah Muhammad saw dan para sahabat ra. Kenapa?
Karena ayat ini turun kepada mereka dan berbicara tentang mereka. Jadi yang dimaksud
dengan ad-din kalian adalah dinu Muhammad saw dan para sahabat ra yang berupa bentuk-
bentuk keyakinan (al-aqidah) dan perbuatan (al-amal) yang ada pada Muhammad saw
(secara individu) dan para sahabat ra ( secara komunitas), yang mana itu merupakan
penerapan, tafsir, penjelasan dari pada Al-Quran atas petunjuk langsung dari Alloh
yang dari-Nya al-islam itu berasal (QS 3 ayat 19). Hal itu karena Muhammad saw hanyalah
mengikuti apa saja yang diwahyukan kepadanya dari Alloh (QS 10 ayat 15, QS 46 ayat 9)
dan menerima penjelasan bagaimana menerapkannya, maka terbentuklah suatu bentuk-
bentuk keyakinan dan perbuatan atau ad-din atau jalan hidup yang ada pada Muhammad saw,
sehingga Aisyah ra mensifati Muhammad saw dengan kalimat kana khuluquhul-quran ,
yang artinya, Akhlak Beliau saw adalah Al-Quran. Dan para sahabat adalah sekelompok
orang yang paling baik dalam mengikuti Muhammad saw (QS 9 ayat 117) karena perkataan
mereka samina wa athona, yang artinya, kami dengar dan kami taat (QS 2 ayat 185).
Lalu kalimat wa rodhitu lakumul-islama dinan, yang artinya, dan Aku telah ridho
al-islam sebagai ad-din bagi kalian. Dalam kalimat ini Alloh menyebut dinu Muhammad
saw dan para sahabat ra dengan sebutan al-islam. Oleh karena dalam ayat ini digunakan kata
ad-din (kata tunggal, bentuk jamaknya adalah ad-adyan), maka ini berarti dinu Muhammad
saw dan para sahabat itu satu, sama. Oleh karena Muhammad saw pihak yang meneirma
wahyu dan penjelasannya dan menerapkan wahyu tersebut dengan baik (QS 33 ayat 2) maka
al-islam itu pastilah dinu Muhammadin saw ataumillatu Muhammadin saw atau
sunnatu Muhammadin saw atau jalan hidup Muhammad saw (tapi bukan Beliau saw yang
yang membikinnya) atau yang sering disebut dengan as-sunnah. Jadi dengan demikian al-
islam adalah as-sunnah dan as-sunnah adalah al-islam. Sesuatu bentuk keyakinan dan
perbuatan yang tidak ada di dalam as-sunnah tidak bisa dinamakan Islami. Dan dikatakan di
dalam Al-Quran surat 27 ayat 79, lafalnya, innaka alal-haqqil-mubin, artinya,
sesungguhnya engkau (wahai Muhammad saw) berada di atas al-haqq (kebenaran) yang
nyata. Dan yang ada pada Muhammad saw adalah as-sunnah. Sementara itu as-sunnah
adalah al-islam dan al-islam adalah al-haqq yang berasal dari Alloh, maka tentu Muhammad
saw itu berada di atas al-haqqu. Dan dikatakan pula dalam Al-Quran surat 36 ayat 3-4,
lafalnya, innaka laminal-mursalin. ala shirotim mustaqim, artinya, Sesungguhnya
engkau (wahai Muhammad saw) benar-benar (salah seorang diantara) para Rosul. (Yang
berada) diatas ash-shirothol-mustaqim (jalan yang harus ditegakkan) . Dan yang ada pada
Muhammad saw adalah as-sunnah. Sementara itu as-sunnah adalah al-islam dan al-islam
adalah ashirothol-mustaqim yang merupakan ash-shiroth (jalan) (yang ditentukan dan
ditetapkan) Alloh, maka tentu Muhammad saw berada di atas ash-shirothol-mustaqim
(jalan yang harus ditegakkan). Sementara itu Muhammad saw telah bersabda, lafalnya, man
amila amalan laisa alaihi amruna fa huwa roddun , artinya, Barang siapa yang beramal
dengan suatu amalan yang tidak ada perintah/urusan (tidak ada contohnya) pada kami (yakni
Muhammad saw dan para sahabat ra) maka (amalan tersebut) tertolak (HR Muslim dari
Aisyah ra). Dan sementara itu pula Muhammad saw telah bersabda, lafalnya, wa iyyakum
wa muhdatsatil-umur fa inna kulla muhdatstin bidatun wa kulla bidatin dholalatun, artinya,
dan berhati-hatilah (janganlah) kalian membuat perkara-perkara baru (dalam ad-din)
karena setiap perkara baru (dalam ad-din) adalah bidah dan setiap bidah a dalah kesesatan
(HR Tirmidzy dan Abu Dawud dari Irbadh bin Sariyyah ra). Kedua sabda Muhammad saw
ini menegaskan bahwa al-islam, yang berasal dari Alloh itu, seluruhnya ada di dalam as-
sunnah.
Muhammad saw dan para sahabat ra adalah sekelompok orang yang paling tahu al-
islam karena kepada mereka al-islam itu (melalui Al-Quran dan penjelasannya) turun dan
karenanya pula mereka dipuji oleh Alloh dengan sebutan khoiru ummah (umat yang
terbaik) (QS 3 ayat 110). Sebutan itu diberikan bukan karena kemajuan sains dan tehnologi
atau apa, tapi lebih disebabkan oleh karena mereka meyakini dan mengamalkan al-islam
dengan sebaik-baiknya.
Kita yang hidup di zaman sekarang ini mengetahui al-islam hanya dari Al-Quran dan
as-sunnah yang tercatat di dalam hadits-hadits (kabar-kabar) yang shohih (yang valid).
Sehingga kita bisa tahu suatu keyakinan dan perbuatan itu Islami atau bukan kalau kita tahu
banyak tentang Al-Quran dan hadits-hadits yang shohih. Kalau suatu keyakinan dan
perbuatan itu ada dasarnya dalam Al-Quran dan hadits yang shohih itu pasti keyakinan dan
perbuatan yang Islami, bila tidak dari mana bisa disebut Islami.

b. KEBUDAYAAN
1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk
yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat
2. Unsur-unsur kebuyaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik .
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan
lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga
pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik).
3. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak.

Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak
dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu
dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata
kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.

Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak
bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

4. Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen
utama:

Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.
Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

5. Penetrasi budaya
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh
kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut
tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat.
Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya
masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi,
atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk
kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan
Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan
kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk
kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat
pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

Penetrasi kekerasan (penetration violante)


Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya,
masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan
sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyaraka

2.2. Hubungan Antara Islam dan Kebudayaan

Dari pengertian penjelasan di atas kata Islam dekat dengan arti agama begitu juga
hubungan agama dan kebudayaan adalah dua bidang yang dapat di bedakan tetapi tidak dapat
di pisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.
Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Sebagian besar budaya di dasarkan pada agama, tidak pernah sebaliknya.
Oleh karena itu agama adalah primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan
ekspresi hidup keagamaan. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa pada tingkat
praktis, Agama Islam merupakan produk budaya karena ia tumbuh dan berkembang melalui
pemikiran ulama dengan cara ijtihad. Disamping itu, Ia tumbuh dan berkembang karena
terjadi interaksi sosial di masyarakat.

2.3. Islam dan kebudayaan Arab pra Islam

Bangsa arab pra Islam di kenal sebagai bangsa yang memiliki kemajuan ekonomi,
letak geografisnya yang strategis membuat agama islam yang di turunkan (makkah) mudah
tersebar diberbagai wilayah. Dan beberapa cirri-ciri utama tataran Arab pra Islam adalah
sebagai berikut :

1. Mereka menganut faham kesukuan (Qobilah)


2. Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas, faktor
keturunan lebih penting daripada kemampuan.
3. Mengenal hirarki sosial yang kuat.
4. Kedudukan perempuan cenderung di rendahkan.

Dilihat dari sumber yang di gunakan, hukum Arab pra Islam bersumber pada adat
istiadat. Dalam bidang muamalah, diantara kebiasaan mereka adalah di bolehkan transaksi
mubadalah (barter) jual beli, kerja sama pertanian (muzaroah) dan riba. Diantara ketentuan
hukum keluarga Arab pra Islam adalah diperbolehkannya berpoligami dengan perempuan
dengan jumlah tanpa batas. Serta anak kecil dan perempuan tidak dapat harta warisan.

2.4. Perkembangan Kebudayaan Islam Saat Ini


SECARA umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya pemikiran
dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga
lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa
yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah
apa yang difikirkan oleh manusia itu terus dibiat dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya
itu dilahirkan dalam bentuk sikap. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan
kebudayaan.
Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau
dibidang apapun, dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada dayapemikiran dan daya usaha
tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan, ekonomi, sastera dan
seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Dan kalau begitu pengertian kebudayaan maka agama-agama diluar Islam juga bisa
dianggap kebudayaan. Ini adalah karena agama-agama seperti Budha, Hindu, kristen (yang
telah banyak diubah-ubah) itulahir hasil dari pemikiran (ide-ide) manusia. Ia adalah ciptaan
akal manusia.
Sebaliknya agama Islam tidak bisa dianggap kebudayaan sebab ia bukan hasil
daripada pemikiran dan ciptaan manusia, bukan hasil budi dan daya (tenaga lahir) manusia.
Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Oleh sebab itu siapa yang mengatakan bahwa agama Islam itu kebudayaan maka dia
telah melakukan satu kesalahan yang besar dan bisa jatuh murtad, karena dia telah
mengatakan satu perkara mungkar, yang tidak seyogyanya disebut. Oleh karena itu,
hendaklah kita berhati-hati. begitu banyak sekali ahli kebudayaan pada masa ini menyuarakan
dengan lantang bahwa Islam adalah kebudayaan dengan alasan bahwa ia adalah cara hidup
atau 'way of life' . Agama islam adalah bukan kebudayaan, sebab ia bukan hasil daripada
tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia.
Agama Islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah
SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. tetapi agama-agama diluar Islam memang kebudayaan, sebab agama-
agama tersebut adalah hasil ciptaan manusia daripada daya pemikiran mereka, daripada
khayalan dan angan-angan.
Namun begitu walaupun agama islam itu bukan kebudayaan tetapi ia sangant
mendorong (bahkan turut mengatur) penganutnya berkebudayaan. Islam bukan kebudayaan
tapi mendorong manusia berkebudayaan. Islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir,
berekonomi, berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan
lain-lain. Jadi, sekali lagi dikatakan, agama Islam itu bukan kebudayaan, tapi mendorong
manusia berkebudayaan. Oleh karena itu seluruh kemajuan lahir dan batin itu adalah
kebudayaan maka dengan kata-kata lain, Islam mendorong umatnya berkemajuan.
Agama Islam mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan
termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya dalam ibadah yang asas yaitu sembahyang. Dalam
Al-Qur'an ada perintah :
Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi
apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya
pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya
dan lain-lain. Secara ringkas, kitapun bersembahyanglah setelah mengkaji Sunnah Rasulullah
yang menguraikan kehendak wahyu itu tadi. Firman Allah :
Terjemahnya: Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan
padanya (An Najm: 3-4)
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus
dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yanglurus dan rapat itu adalah budaya,
karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat yang
bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis tetapi bersih
daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita pada saat kita
bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran, memikirkan
perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun mesjid. Apabila kita
membangun surau atau mesjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah sembahyang" itu maka
lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia
didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi
karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah bangunan-
bangunan mesjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan didalamnya umat Islam
sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan kebudayaan
hasil tuntutan wahyu.
Begitu juga dengan kebudayaan dalam bergaul dalam masyarakat dalam Al-Qur'an
ada perintah:
Terjemahnya: Hendaklah kamu bertolong bantu dalam berbuat kebajikan dan
ketaqwaan. Dan jangan kamu bertolong bantu dalam membuat dosa dan permusuhan (Al
Maidah: 2)
Perintah ini bukan kebudayaan. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan dan
kehendak perintah maka terbentuklah kebudayaan. Dalam bermasyarakat dan bergaul serta
bergotong royong untuk membuat kebajikan dan kebaikan serta bergotong royong juga
memberantas perkara dosa dan persengketaan tentulah perlu menggunakan pikiran. Setelah
dipikirakan untuk bergotong royong di tengah-tengah masyarakat, tentulah kita hendak
melahirkan dalam bentuk tindakan dan sikap juga. maka terbentuklah kebudayaan dalam
masyarakat.
Demikian juga dalam Al-Qur'an ada larangan:
Terjemahnya: Jangan kamu dekati zina(Al Isra': 32)
Larangan itu datang dari Allah SWT. Ia adalah wahyu bukannya kebudayaan karena
ia bukan ciptaan akal manusia. Tapi apabila kita hendak mengamalkan tuntutan perintah ini
maka terpaksa kita menggunakan akal pikiran dan melaksanakannya dalam perbuatan dan
sikap. Lalu apa saja unsur dalam pergaulan yang bisa membawa kepada zina akan kita
pikirkan, dan fisik kita segera mengelakkannya, seperti bergaul bebas antara lelaki dan
perempuan, pandang-memandang dan pembukaan aurat, semuanya akan kita hindari. Dengan
itu nanti akan lahirlah budaya setelah dipikirkan dan dilaksanakan dalam bentuk sikap dan
perbuatan hasil daripada dorongan wahyu "janganlah kamu dekati zina."
Seterusnya ada hadits yang berbunyi:
Terjemahnya: Hendaklah kamu berniaga karena sembilan persen daripada rezeki itu
adalah di dalam perniagaan
Ini adalah perintah (dorongan) daripada Rasulullah SAW yang hakikatnya daripada
Allah juga, supaya umat Islam berniaga. Atas dasar ini lahirlah fikiran dan perahan tenaga
akal dan fisik lainnya ke arah itu. Dengan itu lahirlah kebudayaan Islam dalam bidang
perniagaan. Labih kuat penghayatan terhadap hadits ini, lebih banyaklah kebudayaan di
bidang perniagaan yang dapt dicetuskan. Ini berarti umat Islam akan semakin maju. Dalam
perniagaan Allah melarang riba, tipu daya, suap dan lan-lain. Ini adalah dasar-dasar
kebudayaan Islam dalam bidang perniagaan.
Satu hadits lain berbunyi:
Terjemahnya: Tidaklah percuma seorang Islam atau menenam tanaman, lalu
dimakan daripadanya oleh burung dan manusia atau binatang, bahkan mendapat pahala
sedekah (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hasil daripada dorongan hadits ini akan lahirlah kebudayaan Islam di bidang
pertanian. pikiran dan tenaga lahir umat Islam diperah sungguh-sungguh untuk
mengusahakan, memajukan dan memodernkan teknik-teknik dan hasil pertanian. Hasilnya
terbentuklah kebudayaan Islam dibidang pertanian. jelaslah disini bahwa Islam bukanlah
ajaran yang beku. Ia menetapkan prinsip-prinsip asa dan mengatur beberapa peraturan
tertentu dan menyerahkannya sepenuhnya pada kebebasan akal dan tenaga manusia untuk
membina kemajuan di bidang pertanian.

Rasulullah SAW bersabda:


Terjemahnya: Yang halal jelas dan yang haram pun jelas, dan diantara kedua-
duanya adalah kesamaran (syubhat), inilah yang bayak manusia tidak mengetahuinya, siapa
yang takut syubhat akan selamatlah agama dan kehormatannya dan siapa yang terjebak di
dlam syubhat dikhawatirkan terlibat dengan yang haram. (Riwarat Bukhari dan muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah ada menyebut yang artinya : hati ditempa oleh
makanan minum
Umat Islam yang sensitif terhadap hadits ini akan berusaha semaksimal mungkin
untuk mengahsilkan barang makanan yang bersih lagi suci di sisi syariat. Makanan mesti
diproses secara Islam. Dengan ini timbullah daya usaha ke arah melahirkan pabrik-pabrik
yang memproses makanan secara Islam, dimana penyediaan, pengemasan makanan dan
penyimpanan makanan yang suci dan dijamin halal dilakukan. Oleh karena itu, kebudayaan
Islam dibidang perusahaan dan perindustrian makanan akan timbul dengan sendirinya.
Kemajuan akan bangun dengan pesatnya. Jadi, kemajuan di bidang perindustiran makanan
sewajarnya telah lama wujud dalam masyarakt Islam jika mereka benar-benar menghayati
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
Terjemahnya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatn apa saja
yang kamu sanggupi daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berpasang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka
yang tidak kamu ketahui, sedangkan Allah mengetahuinya (Al Anfal: 60)
Ayat Al-Qur'an ini adalah dorongan secara langsung daripada Allah supaya umat
Islam membangun kekuatan ketentaraan untuk tujuan mempertahankan agama, kedaulatan
negara dan bangsa. Jika umat Islam benar-benar memahami tuntutan ayat ini, mereka akan
muncul sebagai satu kuasa yang gagah dan tidak bisa diperkotak-katikkan oleh musuh,
karena disamping mempunyai kekuatan taqwa mereka juga mempunyai kekuatan senjata.
Kita akan jadi umat yang dapat melengkapkan diri dengan senjata modern yang
sophisticated dan modern. Dengannya umat Islam akan dapat mempertahankan diri dan dapat
menentang setiap gangguan dan penzaliman dari pihak komunis dan kapitalis seperti yang
terjadi hari ini. Tidak timbul soal negara-negara yang terpaksa "minta sedekah" dan dapat
dipermainkan oleh negara-negara penjual senjata seperti apa yang terjadi di Timur Tengah
pada saat ini. Inilah keindahan Islam bukan saja dapat mendorong manusia berkebudayaan
dalam bidang kemasyarakatan atau perniagaan, malah Islam telah mendorong penganutnya
mempunyai kebudayaan dalam bidang ketentaraan.
Begitu juga halnya dengan arahan-arahan lain dalam agama Islam ini, kalau dapat kita
laksanakan akan lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita. Jadi Islam itu
mendorong orang berkebudayaan, Sebarang kehendak dalam ajaran Islam apabila difikir dan
dilaksanakan dengan tenaga lahir akan melahirkan kemajuan. Kemajuan yang kita cetuskan
hasil daripada dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan.
Seandainya satu bangsa itu berpikir dan bertindak dengan tenaga lahirnya sehingga
mencetuskan sesuatu yang tidak ditirunya dari mana-mana pihak, maka hasil itulah yang
dinamakan kebudayaan bangsa itu. Asalkan apa saja yang dipikirkannya adalah tulen, tidak
mengambil dari mana-mana pikiran bangsa-bangsa lain dan apa-apa yang dicetuskannya itu
tidak meniru apa yang telah dibuat oleh orang lain, yaitu segala-galanya betul dari apa-apa
yang dihasilkan oleh bangsa itu sendiri, ia bisa dikatakan kebudayaan bangsa itu.
Tetapi kalau satu bangsa itu memikirkan dan membuat sesuatu perkara yang sudah
sedia dibuat atau dipikirkan orang lain, maka bangsa itu adalah bangsa yang berkebudayaan
bangsa lain namanya. karena ia memikirkan sesuatu yang memang telah dipikirkan oleh
bangsa lain. Ini namanya bangsa yang berkebudayaan bangsa lain bukan berkebudayaan
sendiri.
Sebagai contoh, umat Islam hari ini memakai pakaian yang terbuka seperti shirt, gaun
dan sebagainya. Ini adalah orang Islam yang berkebudayaan orang lain (Barat). apa yang
dilakukan ini bukan kebudayaan Islam, tetapi kebudayaan orang lain yang diamalkan atau
dilaksanakan oleh orang Islam. jadilah ia orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Artinya kalau kita meniru Jepang, maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan Jepang.
Tapi jikalau orang Melayu umapamanya, mencetuskan sesuatu dan apa yang
dipikirkan dan dibuat itu tidak pernah terpikir atau dicetuskan oleh sembarang bangsa lain di
dunia ini, maka barulah apa yang dicetuskan itu dikatakan kebudayaan bangsanya,
kebudayaan Melayu.
Kenapa ia bisa dikatakan sebagai kebudayaan Melayu? Sebab disudut pikiran, ia tidak
diambil dari mana-mana bangsa, dan apa yang difikirkan itu belum pernah dicetuskan oleh
sebarang pun diatas muka bumi ini. Sebagai contoh, katalah silau pulut, yang mana orang
Jepang, orang Amerika dan lain-lain tidak pernah dibuat dan difikirkan.
Kalau begitu tentulah terlalu banyak perkara yang telah dilakukan oleh masyarakat
Islam sejak ratusan tahun dulu, hingga zaman ini bukan dari kebudayaan Islam tetapi
dikaitkan dengan kebudayaan Islam. Contohnya ada patung-patung yang pernah dibuat oleh
orang-orang Islam ratusan tahun dahulu yang sudah dikaitkan orang dengan kebudayaan
Islam. Mana ada dalam ajaran Islam yang membenarkan membuat patung? Itu sebenarnya
adalah perbuatan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat mesjid. Contohnya dapat
dilihat pada mesjid Cordova Spanyol, yang tempat sembahyangnya dibuat sudah tidak
mengikut cara Islam. Ia disalut dengan emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran
Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam. Begitu juga dengan
pancutan air untuk mengambil wudhuk yang keluar dari mulut singa atau rusa, itu bukan
daripada ajaran Islam. Itu adalah kebudayaan orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih
dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau
perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan
kebudayaan Islam.
Sebab itu sembarang usaha lahir maupun batin yang bersih (tulen) yang dicetuskan
oleh umat Islam itu hasil dari dorongan ajaran Islam (wahyu) yang tidak bertentangan dengan
apa juga yang ada dalam ajaran Islam, maka barulah ia dinamakan kebudayaan (tamadun)
Islam.
Oleh karena itu kalau kita tinjau, sebenarnya sangat sedikit kebudayaan Islam yang
dapat kita lihat hari ini. Apa muncul ditengah-tengah masyarakat Islam di seluruh dunia
sebenarnya adalah kemajuan dan kebudayaan hasil tajaan/ciptaan orang lain yang kita tiru,
bukan kebuadayaan Islam. Maka jadilah kita orang Islam yang berkebudayaan orang lain.
Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan
manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan. manakala
agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal, khayalan dan
angan-angan manusia itu sendiri.
Justru itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan
jadi maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun.
Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah kemajuan dihasilkan
dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun Islam
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang
sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia. Hidup yang penuh dengan
teladan yang luhur dan indah bagi setiap insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani,
yang hendak berusaha mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan
perbuatan yang baik. Dimana pulakah ada suatu keagungan dan keluhuran dalam hidup
seperti yang terdapat dalam diri Muhammad ini, yang dalam hidup sebelum kerasulannya
sudah menjadi suri teladan pula sebagai lambang kejujuran, lambang harga diri dan tempat
kepercayaan orang. Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh
pengorbanan, untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya.
Suatu pengorbanan yang sudah berkali-kali menghadapkan nyawanya kepada maut. Tetapi,
bujukan masyarakatnya sendiri pun - yang dalam gengsi dan keturunan ia sederajat dengan
mereka - yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-godaan lain -mereka tidak
dapat merintanginya.
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam kehidupan
manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi segala segi
kehidupan. Apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah bersatu dengan
kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir zaman, berhubungan
dengan Pencipta alam dengan segala karunia dan pengampunanNya. Kalau tidak karena
adanya kesungguhan dan kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya
kehidupan yang kita lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya
itu.
Tetapi, seribu tigaratus limapuluh tahun ini sudah lampau, namun amanat Tuhan yang
disampaikan Muhammad, masih tetap menjadi saksi kebenaran dan bimbingan hidup. Untuk
itu cukup satu saja kiranya kita kemukakan sebagai contoh, yaitu apa yang diwahyukan Allah
kepada Muhammad, bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Empat belas abad
sudah lalu, tiada seorang juga sementara itu yang mendakwakan diri bahwa dia seorang nabi
atau rasul Tuhan lalu orang mempercayainya. Sementara dalam abad-abad itu memang sudah
lahir tokoh-tokoh di dunia yang sudah mencapai kebesaran begitu tinggi dalam pelbagai
bidang kehidupan, namun anugerah sebagai kenabian dan kerasulan tidak sampai kepada
mereka. Sebelum Muhammad memang sudah ada para nabi dan rasul yang datang silih
berganti. Mereka semua sudah memberi peringatan kepada masyarakatnya masing-masing
bahwa mereka itu sesat, dan diajaknya mereka kepada agama yang benar. Namun tiada
seorang diantara mereka itu yang menyebutkan, bahwa dia diutus kepada seluruh umat
manusia, atau bahwa dia adalah penutup para nabi dan para rasul. Sebaliknya Muhammad, ia
mengatakan itu, dan sejarah pun sepanjang abad membenarkan kata-katanya. Dan itu bukan
suatu cerita yang dibuat-buat, tetapi memang hendak memperkuat apa yang sudah ada, serta
menjelaskan sesuatunya, sebagai petunjuk dan rahmat bagi mereka yang beriman.

"Tuhan tidak akan memaksa seseorang di luar kesanggupannya. Segala usaha baik
yang dikerjakannya adalah untuk dirinya, dan yang sebaliknya pun untuk dirinya pula. 'Ya
Allah, jangan kami dianggap bersalah, bila kami lupa atau keliru. Ya Allah, janganlah
Kaupikulkan kepada kami beban seperti yang pernah Kaupikulkan kepada mereka yang
sebelum kami. Ya Allah, jangan hendaknya Kaupikulkan kepada kami beban yang kiranya
takkan sanggup kami pikul. Beri maaflah kami, ampunilah kami dan berilah kami rahmat.
Engkau jugalah Pelindung kami terhadap mereka yang tiada beriman itu." (Qur'an, 2: 286)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang tindih,
sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang
menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang
menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali membingungkan
ketika kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.
2. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di
berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
3. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari
agama islam itu sendiri.
4. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi
yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.

3.2. SARAN
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam
kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan
konsep yang berasal dari Islam pula.
Wallahu alam bishawab

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Metedologi Study Islam. 1998. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Hakim Atang Abd Dan Mubarrok Jaih. 2010.
Metodologi Study Islam. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.

Ilmu Budaya Dasar,


Catatan Akhir:
i Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, 1974.
hlm 19
ii ibid. Hlm 12
iii Hamka, Peladjaran Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1956. hlm 13.
iv ibid. hlm 16
v ibid.
vi Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, Institut Antarbangsa
Pemikiran dan Tamadun Islam (Istac), Kuala Lumpur, 2001. hlm 66
vii Prof. Dr. Amer Al-Roubai, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Jurnal ISLAMIA Thn
I No 4, Januari Maret 2005. hlm 21

Anda mungkin juga menyukai