Adolf Parhusip11
ABSTRACT
Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) is one of the traditional spices
from North-Sumatera. In this andaliman was extracted by maceration method using
nonpolar, semipolar and polar solvent. The result show that the best yield and effi-
ciency achieved using ethyl acatate, methanol and hexan. Growth phase contains of
lag phase (1h),log phase (8 h) and stationary phase (16 h). Andaliman extracted using
ethyl acatate has the highest inhibition activity toward B. creus, S. aureus and S.
typhimurium with 50% concentration.
PENDAHULUAN
Dewasa ini tuntutan masyarakat terhadap kuantitas maupun kualitas bahan
pangan semakin kritis. Masalah keamanan pangan menjadi penting seiring dengan
semakin majunya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang gizi, pangan,
dan bahan tambahan makanan (BTM). Penggunaan pengawet kimia yang banyak
menimbulkan efek samping dan merugikan konsumen telah mendorong industri pangan
untuk mencari alternatif lain, seperti pengawet alami dari tanaman. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan terhadap pangan olah minimal, para peneliti terus mencari
komponen antimikroba alami yang dapat digunakan.
Andaliman (Zanthoxyllum acanthopodium DC) adalah salah satu jenis rem pah
khas Sumatera Utara yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan tradisional gule
arsik (gulai ikan tanpa santan) dan sangsang, naniura (sejenis makanan yang diolah
dengan pengasaman selama 24 jam) (Hasairin 1994). Penggunaan andaliman semakin
berkurang karena bergesernya pola makan dan gaya hidup masyarakat. Hal ini dapat
mengakibatkan kepunahan jenis rempah andaliman. Oleh karena itu, manfaat lain dari
andaliman perlu dicari sehingga lebih berguna bagi masyarakat dan memiliki nilai
Metodologi Penelitian
1. Proses ekstraksi (Houghton dan Raman 1998)
Sampel biji andaliman keringbeku dihaluskan dan disaring dengan ukuran 40
mesh. Tepung disimpan dalam wadah plastik yang kedap udara, yang setiap saat
dapat dipergunakan selanjutnya. Adapun penggunaan pelarut yang digunakan
berdasarkan kekuatan polaritasnya, seperti disajikan pada Tabel 1.
Proses selanjutnya adalah ekstraksi senyawa-senyawa yang terkandung di
dalam biji andaliman. Sebanyak 200 gram bubuk andaliman dimaserasi dengan 400
ml pelarut non polar (heksana), kemudian disonikator selama 15 menit dan akhirnya
dishaker pada suhu 37C selama 1 hari. Campuran ini kemudian disaring menggunakan
kertas whatman, dan selanjutnya ampas bubuk andaliman tersebut dimaserasi kembali
sebanyak 2 kali dengan perlakuan sama seperti diatas sedangkan filtrat yang diperoleh
dipekatkan dengan menggunakan evaporator pada suhu 45C. Tahap ini dilakukan
untuk menghilangkan lipid dan mendapatkan ekstrak nonpolaryang terkandung dalam
andaliman. Ampas andaliman hasil penyaringan terakhir kemudian dikeringkan di dalam
diulang
Ampas Filtrat
V
Diekstrak dengan semipolar Dipekatkan (45 C)
(etil asetat)
Ekstrak nonpolar
Disonikator (15 menit)
diulang
Ampas
1
Filtrat
Ekstrak semipolar
Disonikator (15 menit)
I
Dishaker suhu 3 7C, 1 hari
Ampas Filtrat
diulang
Dipekatkan (45 C)
Ekstrak polar
Heksana 88.85 89.01 88.93 8.52 6.78 7.65 4.60 8.00 6.30
Etilasetat 99.15 99.10 99.12 8.14 3.06 5.60 4.39 3.91 4.15
Metanol 97.95 98.11 98.03 5.52 2.63 4.07 2.98 3.36 3.17
Informasi fase pertumbuhan ini akan digunakan sebagai acuan untuk pengujian
selanjutnya, yaitu pengujian aktivitas antibakteh ekstrak nonpolar, semipolardan polar
terhadap bakteri uji.
Pada fase lag (lama kontak dengan ekstrak 1 jam), ekstrak etil asetat untuk
masing-masing konsentrasi uji menunjukkan aktivitas penghambatan tertinggi (28.85
mm) dibandingkan dengan ekstrak metanol (19.60 mm), seperti disajikan pada Gambar
10 20 30 40 SO
K o n i B i i f r a a i I r a k andaMman (% )
| B B c a f u O S . aurau O S . Typhmunum j
M B enu% O S m r t u t O S typhlmunum ]
KESIMPULAN
Bakteri B. cereus merupakan bakteri paling sensitif dibandingkan dengan S.
aureus dan S. typhimurium hal ini ditunjukkan dari aktivitas diameter penghambatan
dalam metode difusi sumur. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak andaliman menunjukkan
diameter penghambatan juga semakin tinggi yaitu konsentrasi 50%. Ekstrak etil asetat
memiliki aktivitas paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol pada setiap fase
pertumbuhan dan konsentrasi ekstrak andaliman. Fase log (lama kontak dengan ekstrak
8 jam) merupakan fase paling sensitif terhadap bakteri uji. Perlu diteiliti lebih lanjut
mekanisme penghambatan ekstrak andaliman terhadap bakteri patogen.
DAFTAR PUSTAKA
Brooke P, Dulpin, JH, Redley BL. 1996. Isolation of minor lupin alkaloids. A simple
procedure for the isolation of angustifoline from Lupinus angustifolius (Cv.
Fest) seeds, with application to other lupin alkaloids. J Agric Food Chem. 44:
2129-2133.
Cano RJ, Colome JS. 1986. Microbiology. New York. West Publishing.
Cuspinera VG, Dennis CW, Scott AR. 2003. Antimicrobial properties of commercial
annatto extracts against selected pathogenic, lactic acid, and spoilage micro-
organisms. J Food Protect. 66 :1074-1078.
Garriga M, Hugas M, Aymerich T, Monfort, J.M. 1993. Bacteriocinogenic Activity
of Lactobacilli from Fermentor Sausages. J Appl. Bacteriol. 75: 142-148.
Harbone, JB. 1996. Metode Fitokimia. Penuntun cara modern menganalisistumbuhan.
Edisi kedua. Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro: Penerbit
ITB Bandung.