Anda di halaman 1dari 7

Mata merupakan organ yang menangkap rangsang cahaya dari lingkungan dan mengubah cahaya

menjadi impuls yang melalui nervus optikus untuk diproses menjadi gambar di otak. Terdapat
peningkatan insidensi penyakit mata baik pada manusia maupun binatang. Penyebab utama
peningkatan dapat disebabkan karena xenobiotic yang berasal dari polusi lingkungan,
meningkatnya intensitas radiasi ultraviolet, dan makanan yang mengandung banyak lemak dan
karbohidrat, disertai dengan aktivitas yang kurang dan meningkatnya penyakit-penyakit
degeneratif seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular. Faktor-faktor tersebut dapat
menghasilkan zat-zat kimia yang berbahaya bagi jaringan mata yang disebut sebagai radikal
bebas. Untuk melindungi dari agen eksternal, mata memiliki beberapa mekanisme pertahanan
yang tidak spesifik yaitu melalui kelopak mata, air mata, kornea, dan lensa. Ketika zat yang
berbahaya dapat melewati barier-barier ini, terjadi mekanisme pertahanan spesifik dari molekul
yang disebut dengan antioksidan.

Radikal bebas (oksidan) telah dikaitkan dengan berbagai penyakit mata dan sistemik seperti
halnya proses penuaan. Oksidan dapat ditangkal oleh antioksidan , sehingga dapat mengurangi
atau mencegah proses kerusakan pada tubuh. Adanya ketidakseimbangan antara oksidan dan
antioksidan dimana jumlah oksidan lebih tinggi akan menyebabkan kematian sel dan kerusakan
jaringan dan memungkinkan terjadinya proses penuaan.

Radikal bebas

Radikal bebas disebut sebagai reactive oxygen species (ROS), mencakup berbagai spesies kimia
yaitu anion superoksida, hidroksil radikal dan hidrogen peroksida. Sebagian besar ROS berasal
dari hasil metabolisme anaerobikdi mitokondria. Komponen endogen meliputi peroksisom
mitokondria, lipoksigenase, dan NADPH oksidase. Sumber eksogen ROS berasal dari sinar
ultraviolet, radiasi ionisasi, kemoterapeutik,sitokin inflamasi, toksin lingkungan dan faktor
pertumbuhan.

Antioksidan

Antioksidan adalah molekul yang dapat menangkap radikal bebas dan mencegah kerusakan
jaringan sehingga dapat mempertahankan homeostasis fisiologis. Mekanisme pertahanan
antioksidan terdapat pada tubuh untuk melawan efek dari oksidan. Termasuk di dalamnya
senyawa non-enzimatik, dan memiliki berat molekul rendah seperti ferritin, askorbat, dan alfa
tokoferol. Selain itu, terdapat pula senyawa enzimatik seperti katalse, glukosa 6 fosfat, glutation
peroksidase dan superoksida dismutase (SOD). Antioksidan memiliki fungsi terapeutik yang
signifikan untuk berbagai proses degeneratif. Tanaman memiliki banyak beberapa antioksidan
seperti askorbat dan alfa tokoferol yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk melindungi
tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas

Stres oksidatif

Stres oksidatif didefinisikan sebagai ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan dimana
jumlah oksidan lebih tinggi sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Meningkatnya
kadar oksidan di dalam sel memiliki 2 efek penting yaitu kerusakan pada berbgaai komponen sel
dan aktivasi jalur sinyal tertentu yang keduanya dapat mempengaruhi proses yang mengarah
pada penuaan dan penyakit yang berkaitan dengan usia. Stres oksidatif dapat merusak lemak,
protein, enzim, karbohidrat dan DNA pada sel serta jaringan sehingga meyebabkan kematian sel
yang diinduksi oleh fragmentasi DNA dan RNA serta peroksidasi lipid. Akibat dari stress
oksidatif adalah munculnya penyakit-penyakit seperti kanker, peyakit neurodegenerative,
kardiovaskular, diabetes, dan autoimun

Mekanisme Pertahanan Antioksidan pada Mata

Jaringan mata memiliki sistem pertahanan melawan kerusakan oksidatif yang dapat diklasifikasn
sebangai antioksidan enzimatik dan nonenzimatik

Antioksidan enzimatik

Antioksidan enzimatik mengkatalisis transfer elektron yang berasal dari substrat menuju ROS.
Substrat atau agen pereduksi yang digunakan pada reaksi ini dihasilkan untuk nantinya
dipergunakan kembali dengan menggunakan NADPH yang diproduksi pada jalur metabolic yang
berbeda. Antioksidan enzimatik utama yang melindungi mata dari ROS adalah superoksida
dismutase (SOD), katalase (CAT), dan glutation peroksidase (GPx).

Superoksida dismutase (SOD) mengkatalisis dismutase O2 menjadi H2O2 dan O2. Enzim ini
merupakan metalloprotein dan memiliki tiga isoform, yang memiliki letak sel yang berbeda dan
mengunakan kofaktor yang berbeda. Isoformnya Cu-SOD dan Zn-SOD terletak pada sitosol dan
cairan ekstraseluler, sedangkan isoform Mn-SOD terletak pada matriks mitrokondria. Semua
isoform telah teridentifikasi pada kornea (epitel dan endotel), epitel lensa, awueous humor, iris,
badan siliar dan retina (lapisan segmen dalam fotoreseptor dan pigmen epitel retina)

Katalase. Hemoprotein ini mengandung 4 kelompok heme. Enzim ini terdapat pada peroksisom,
mitokondria dan sitoplasma serta mengkatalisis perubahan H2O2 menjadi H2O dan O2. Fungsi
ini menyerupai GPx, tetapi katalase memiliki afinitas yang lebih tinggi ketika H2O2 terdapat
pada konsentrasi yang tinggi. Katalase terdapat pada kornea (epitel dan endotel), epitel lensa,
aqueous humor, badan siliar, iris, dan retina.

Antioksidan noenzimatik

Antioksidan ini merupakan kelompok heterogen, bekerja dengan cara mendonasikan elektron
bagi radikal bebas dengan tujuan untuk menstabilkan dan membentuk spesies kimia yang tidak
berbahaya bagi integritas sel. Antioksidan nonenzimatik utama yang terdapat di bumi adalah
asam askorbat, vitamin E, vitamin A, dan GSH

Asam Askorbat

Merupakan antioksidan yang larut dalam pH fisiologis pada sebagian besar jaringan sebagai
anion askorbat. Peran antioksidannya adalah untuk mereduksi O2, Oh dan lipid hidroperoksida
menjadi bentuk yang lebih stabil. Fungsi lain dari askorbat adalah berhubungan dengan daur
ulang alfa tokoferil radikal menjadi alfa tokoferol. Namun, proses ini merubah anion askorbat
menjadi radikal anion dehidroaskorbat yang dapat direduksi oleh dehhidroaskorbat reduktase dan
GSD kembali menjadi bentuk aslinya. Selain itu, askorbat dapat berperan sebagai pro-oksidan
dengan adanya konsentrasi Fe3+ dan Cu2+ yang tinggi. Askorbat terdeteksi pada kornea,
aqueous humor, lensa, vitreous humor dan retina

Vitamin E

Vitamin E merupakan nama generik bagi famili dari 8 senyawa, 4 tokoferol dan 4 tokotrienol,
dimana alfa tokoferol adalah antioksidan yang paling aktif dan merupakan antioksidan larut
lemak yang berfungsi sebagai pertahanan primer pada membrane. Alfa tokoferol merubah O2,
Oh dan LOO menjadi molekul yang kurang reaktif. Hidroksil fenol pada cincin chroman
memiliki fungsi sebagai antioksidan. Alfa tokoferol juga dapat menghentikan reaksi rantai ROS
saat menyerang membran sel. Untuk menstabilkan ROS, alfa tokoferol diubah menjadi radikal
alfa tokoferil yang berbentuk stabil dan tidak beraksi dengan biomolekul. Radikal alfa tokoferil
dapat diregenrasi menjadi bentuk aslinya melalui reaksi yang dimediasi oleh vitamin C, GSH,
dan asam lipoat. Kemampuan alfa tokoferol sebagai antioksidan bergantung kepada konsentrasi
senyawa, yang mempertahankan alfa tokoferol tetap pada bentuk tereduksi. Pembentukan ROS
yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan yang signifikan konsentrasi vitamin E pada
jaringan. Alfa tokoferol terdeteksi pada lensa, aqueous humor, dan retina.

Vitamin A

Prekursor utama vitamin A adalah beta karoten, yang merupakan senyawa penertralisir O2 yang
paling efesien. Aktivitas antioksidan vitamin A didapat dari struktur kimianya yang tersusun atas
rantai panjang ikatan rangkap yang terkonjugasi sehingga dapat merubah O2 dan LOO menjadi
zat yang kurang reaktif. Karotenoid merupakan antioksidan yang efektif akan tetapi memiliki
konsentrasi yang berbeda pada jaringan mata. Karotenoid yang lain, kecuali lutein/zeaxanthin
hanya dapat ditemukan dalam jumlah sedikit pada jaringan mata kecuali badan siliar, dimana
aqueous humor diproduksi. Sebaliknya, lutein dan zeaxanthin ditemukan pada konsentrasi yang
tinggi di beberapa jaringan mata seperti makula, retina, dan lensa.

Glutation (GSH)

Merupakan bentuk tereduksi tripeptida (gamma glutamil-sisteinil-glisin) dengan kelompok


sulfhidril (-SH) pada sisi aktifnya. GSH dapat memindahkan elektron menjadi spesies yang
teroksidasi seperti radikal hidroksil dan karbonil menjadi produk teroksidasi (GSSG). Selama
reaksi berlangsung, GSH mendonaskan sepasang H sehingga 2 molekul GSH teroksidasi untuk
memproduksi GSSG. GSG juga berperan sebagai kosubstrat GPx dalam pemindahan H2O2 dan
peroksida organic, juga mereduksi radikal bebas tokoferil dan dehidroaskorbat menjadi bentuk
aslinya. GSH penting untuk mempertahakan protein lensa sehingga terus berada pada kondisi
yang stabil. Antioksidan ini ditemukan pada kornea, lensa dan retina. Bersama dengan vitamin C,
GSH memiliki mekanisme pertahanan utama terhadap fotooksidasi
Stres oksidatif dan Bola Mata

Mata dipengaruhi oleh stress oksidatif dikarenakan karakterisik fisik dan metaboliknya. Mata
merupakan organ yang metabolismenya aktif, memerlukan ATP dalam jumlah besar. Selain itu,
sifat kornea, aqueous humor, lensa, vitreous humor dan retina yang mudah ditembus cahaya
memungkinkan terbentuknya ROS fotokimia secara konstan. Semua jaringan dan cairan mata
rentan mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh stress oksidatif

Kornea

Pembentukan ROS yang utama terjadi pada kornea karena paparan tinggi terhadap radiasi
ultraviolet. Kornea merupakan barier utama yang dapat menghentikan radiasi ultraviolet (UVA-
UVB). Kornea dapat menyerap 92% UV-B dan 60% UV-A dimana derajat penyerapan tertinggi
terletak pada lapisan permukaan. Radiasi UV menyebabkan perubahan pada kornea seperti
menghambat proliferasi sel epitel dan mengurangi ketebalan epitel, mengurangi Na+/K+ ATPase
pada epitel kornea dan endotel sehingga menyebabkan peningkatan yang signifikan dari hidrasi
kornea, perubahan transparansi dan dikeluarkannya sitokin proinflamasi. Radiasi UV juga
menyebabkan perubahan pada sifat fisiologis glikosaminoglikans pada stroma menjadi lebih
rentan untuk mengalami degradasi oleh enzim jaringan yang distimulasi oleh sel fagositik.

Pertahanan antioksidan primer adalah asam askorbat (konsentrasi tinggi pada bagian tengah
kornea, sejajar dengan pupil) dan aktivitas SOD. Katalase dan enzim GPx memiliki peran
sekunder. Namun, ketika terjadi stres oksidatif, aktivitas enzimatik mulai berkurang, paling awal
adalah aktivitas katalase, GPx, dan SOD sehingga meningkatkan jumlah H2O2 dan semakin
merusak kornea

Aquoeous humor

Pembentukan ROS pada aqueous humor terutama disebabkan karena radiasi UV dan proses
inflamasi yang terjadi pada struktur yang terletak di dekatnya. Aqueous humor mengandung
asam askorbat, protein, dan beberapa asam amino (tyrosin, fenilalanin, sistein, dan triptofan),
terlibat dalam penyerapan UV-B dengan meneruskan fraksi kecil radiasi untuk mencapai segmen
posterior bola mata. Penyerapan radiasi UV pada aqueous humor menyebabkan peningkatan
konsentrasi H2O2 yang menurunkan metabolisme GSH. Asam askorbat memiliki peran penting
sebagai penyaring UV pada mamalia. Konsentrasi asam askorbat pada aqueous humor lebih
tinggi daripada plasma darah. Sumber lain pembentukan ROS diobservasi setelah operasi,
paracentesis atau uveitis dikarenakan adanya peningkatan jumlah protein dan sel di aqueous
humor. Terdapat bukti bahwa setelah operasi lentikuler, kapasitas antioksidan total aqueous
humor menurun hingga 40% terutama karena adanya penurunan konsentrasi asam askorbat.
Fakta ini pun juga diobservasi pada pasien dengan uveitis anterior akut idiopatik. Peningkatan
konsentrasi H2O2 pada aqueous humor dapat menyababkan kerusakan endotel kornea, lensa dan
badan silier terutama trabecular meshwork.

Lensa

Lensa merupakan bagian dari mata yang paling terpengarruh oleh adanya kerusakan oksidatif
karena merupakan struktur yang avaskular dan memproduksi protein lensa secara konstan. Lensa
sering terpapar oleh radiasi UV dan menunjukkan adanya penurunan kadar antioksidan pada
nukleus lensa. Perubahan pada komposisi aqueous humor dapat mempengaruhi terjadinya
inflamasi pada struktur yang dekat dan penyakit metabolic seperti diabetes mellitus.
Metabolisme lensa berkaitan dengan produksi energi untuk sintesis protein dan mempertahankan
keseimbangan osmotic. Jalur pentosa fosfat, melalui aktivitas glukosa 6 fosfat
dehidrogenase,memberikan penurunan pada NADPH dalam memelihara lensa pada kondisi
normal. Mekanisme untuk menjelaskan opasitas lensa adalah adanya oksidasi kristalina (alfa,
beta, dan gamma kristalina), protein lensa untama. Fotooksidasi kelompok thiol pada lensa
kristalina memproduksi aduk disulfide dan molekul yang menyebabkan terjadinya agregasi
protein hingga mulai terjadi kekeruhan pada lensa (katarak). Selain protein agregasi, terdapat
perubahan Na+/K+ ATPase. Adanya peningkatan kadar sistin (kelompok disulfida) dan
penutunan koonsentrasi sistein (kelompok sulfhidril) selama pembentukan katarak telah
dibuktikan. Peningkatan disulfide-sulfhidril rasio dari protein yang larut dan tidak larut dari lensa
katarak lebih besar ketika opasifikasi lensa meningkat. Asam askorbat dan GSH merupakan
mekanisme pertahanan utama melawan fotooksidasi padalensa dan aqueous humor. Konsentrasi
GSH pada epitel lensa setara dengan hepar dan konsentrasinya menurun oleh paparan radiasi
sinar UV dan kasus katarak.

Retina
Retina merupakan jaringan neurosensorial pada mata yang mengandung banyak polyunsaturated
lipid. Ciri ini membuat retina sensitif terhadap ROS. Generasi utama ROS pada retina adalah a
munculnya sel dengan oxygen consumption rate

Anda mungkin juga menyukai