Anda di halaman 1dari 16

SISTEM INTEGRITAS NASIONAL

SEBAGAI KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN


PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

DISUSUN OLEH:

ANIS ISTIQOMAH
11010114140572

POLITIK HUKUM PIDANA


KELAS A

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia sampai saat ini. Berbagai survei yang dilakukan oleh
sejumlah lembaga Internasional selalu menempatkan Indonesia dalam urutan
tertinggi dari negara yang paling korup di dunia. Hasil ini tidak jauh berbeda
setiap tahunnya, sehingga banyak pihak yang berpendapat bahwa korupsi di
Indonesia tetap dianggap sebagai endemic, systemic dan widespread.1 Secara
teoritis, korupsi di sebuah negara seperti Indonesia apabila tidak segera diatasi
akan dapat menimbulkan dampak yang merusak terhadap produktivitas
industri, pertumbuhan serta kemajuan ekonomi dan sosial secara keseluruhan.2
Menurut Goolsarran,3 korupsi menyebabkan sejumlah dampak terhadap
perekonomian dimana: (1) barang dan jasa menjadi lebih banyak memakan
biaya sehingga merugikan kualitas dan standar kehidupan masyarakat; (2)
perdagangan yang terdistorsi karena preferensi lebih diberikan kepada barang
dan jasa yang dapat menawarkan tingkat penyuapan yang tinggi; (3) akumulasi
tingkat hutang publik jangka panjang yang tinggi akibat dari kecenderungan
pemerintahan yang korup untuk memakai dana pinjaman luar negeri dalam
membiayai proyek-proyek yang padat modal; serta (4) terjadinya misalokasi
sumberdaya yang langka dan tidak diperhatikannya sejumlah daerah yang
membutuhkan prioritas pembangunan akibat pejabat yang korup lebih
mementingkan daerah lain yang dapat menghasilkan lebih banyak keuntungan
pribadi buat dirinya.

1
Todung Mulya Lubis, 2005, Index Persepsi Korupsi Indonesia, (Bahan Presentasi), Jakarta:
Transparency International Indonesia, hlm. 2.
2
Mabroor Mahmood, 2005, Corruption in Civil Administration: Causes and Cures,
Humanomics, Volume 21, No. 3/4, hlm. 62.
3
Swatantra Anand Goolsarran, 2006, Corruption: Its Nature, Causes and Effects Suggestions on
the Way Forward The Journal of Government Financial Management, Volume 55, No. 1, hlm.
61.
Dalam konteks Indonesia, menurut Widjajabrata dan Zacchea4 korupsi
setidaknya telah menyebabkan dua dampak utama terhadap perekonomian,
yakni: (1) korupsi merupakan penghambat utama dari pertumbuhan ekonomi
akibat dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap investasi dan
pertumbuhan sektor swasta; serta (2) menjauhnya dan bahkan larinya investor
luar negeri dari Indonesia akibat korupsi yang semakin menjadi di Indonesia
selain dikarenakan kolapsnya sejumlah infrastruktur dasar yang penting dalam
investasi. Lebih jauh menurut Basyaib, Holloway dan Makarim5 korupsi tidak
hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merupakan pelanggaran hak-
hak sosial dan ekonomi masyarakat, menggerogoti kesejahteraan dan
demokrasi, merusak aturan hukum, dan memundurkan pembangunan.
Untuk mencari solusi terbaik mencegah dan memberantas korupsi,
dikemukakan konsep Sistem Integritas Nasional. Dalam pembangunan Sistem
Integritas Nasional, semua pilar berkolaborasi saling menguatkan integritas
dengan pendekatan kesetaraan, diharapkan terbentuk hubungan yang selaras
dalam menjalankan program pembangunan Sistem Integritas Nasional.
Instansi/Lembaga diharapkan melaporkan dan sharing informasi mengenai
upaya-upaya yang telah dilakukan dalam mencegah dan memberantas korupsi
khususnya melalui penguatan peran, tata kelola dan kapasitas instansinya
dalam rangka mendukung implementasi pelembagaan Sistem Integritas
Nasional.
Perlunya dibangun Sistem Integritas Nasional sebagai solusi mendasar
bagi pemberantasan korupsi di Indonesia sejalan dengan Perpres No. 55 Tahun
2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
(Stranas PPK). Penguatan Sistem Integritas Nasional yang diterapkan di setiap
tingkat elemen bangsa dan setiap pemangku kepentingan agar pemberantasan
korupsi dapat lebih sistematis, terukur dan komprehensif. Penerapan Sistem
Integritas Nasional diharapkan dapat mengatasi sejumlah permasalahan bangsa,

4
Safaat Widjajabrata dan Nicholas M Zacchea, 2004, International Corruption: The Republic of
Indonesia is Strengthening the Ability of Its Auditors to Battle Corruption, The Journal of
Government Financial Management, Volume 53, No. 3, hlm 37.
5
Hamid Basyaib, Richard Holloway dan Nono Anwar Makarim (Editor), 2002, Mencuri Uang
Rakyat: 16 Kajian Korupsi di Indonesia, Buku 1-4, Jakarta: Yayasan Aksara, hlm. 7.
salah satunya adalah korupsi, yang saat ini menjadi penghalang terbesar
terwujudnya tujuan nasional bangsa kita. Sistem Integritas Nasional merupakan
perpaduan antara integritas pribadi, integritas institusi, integritas hubungan
antar institusi dan integritas suprastruktur yang memayungi seluruh perangkat
pengelolaan negara diharapkan dapat menciptakan tata kelola yang baik (good
governance) di tanah air.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, makalah ini akan membahas
permasalahan utama mengenai: Bagaimana Konsep Sistem Integritas Nasional
Sebagai Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami konsep sistem integritas nasional
sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di
Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Integritas Nasional


Konsep dan Kerangka Kerja Sistem Integritas Nasional (SIN) telah
disosialisasikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi melalu berbagai media,
diantaranya melalui Workshop Program Revitalisasi Integritas Mental Aparatur
(PRIMA), demikian pula KPK telah berupaya mensosialisasikan implementasi
pelembagaan sistem integritas nasional diantaranya pada konferensi nasional
pemberantasan korupsi untuk mencari solusi terbaik mencegah dan
memberantas korupsi utamanya melalui implementasi pelembagaan SIN ini.6
Dalam Sistem Integritas Nasional, pembangunan integritas nasional,
integritas pilar, integritas organisasi dan individu merupakan proses yang
terpadu, dan tidak dapat dilepaskan satu sama lainnya. Prinsipnya,
pembangunan integritas nasional merupakan proses komprehensif yang
menempatkan keutuhan manusia sebagai faktor kunci perubahan. Berdasarkan
prinsip manusia sebagai kunci, dan pendekatan yang seutuhnya terkait manusia
sebagai makhluk dengan aspek jasmani dan rohani, serta makhluk sosial yang
harus berinteraksi dengan lingkungannya, maka pembangunan integritas perlu
dimulai dari upaya membangun integritas individu yang selaras dengan
integritas organisasi, secara paralel dikombinasikan dengan organisasi lain
dalam setiap pilar. Hubungan timbal balik atau sinergi tersebut terjadi pula
antar pilar, hingga merupakan titik awal bagi terwujudnya sistem akuntabilitas
vertikal yang diatur oleh konstitusi dan berbagai ketentuan.7
Jeremy Pope8 mengilustrasikan Sistem Integritas Nasional dengan
gambar bangunan yang bertujuan menopang tatanan hukum, pembangunan
berkelanjutan, dan kualitas hidup. Dalam konsep road map KPK bangunan
tersebut ditopang oleh pilar-pilar institusi yaitu: Bank Indonesia (BI) dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Legislatif, Layanan Publik, Penegak Hukum,

6
KPK RI, 2011, Road Map dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia tahun 2011-2023
7
M. Winarno, 2014, Sistem Integritas Nasional, diakses melalui http://p4tksb-
jogja.com/index.php?option=com_content&view=article&id=427%3Asistem-integritas
nasional&catid=70%3Aumum&Itemid=192, pada 23 Mei 2017 pukul 22.55 WIB.
8
J. Pope, 2000, Confronting Corruption: The Elements of a National Integrity System. TI Source
Book (pp.), Berlin: Transparency International.
Penyelenggara Pemilu, Ombudsman, Lembaga Audit, KPK, Partai Politik,
Media, Masyarakat Sipil, dan Swasta/Bisnis. Pilar-pilar di atas pondasi politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.
Akuntabilitas horizontal dapat menjaga organisasi dan pilar dari korupsi,
sebagaimana rumusan korupsi C = DMA (Korupsi sama dengan dikresi dan
monopoli yang minus akuntabilitas) dari Robert Klitgart, kekuasaan tanpa
akuntabilitas akan cenderung korup. Untuk dapat menjalankan akuntabilitas
dalam Sistem Integritas Nasional, maka pada ruang lingkup pilar maupun
organisasi, semua perlu memperhatikan 3 dimensi di bawah ini:9
1. Peran/kontribusi (role), yaitu memastikan setiap organisasi ataupun pilar
menjalankan tugas pokok dan fungsi secara berintegritas, dengan berbasis
keunggulan masing-masing. Untuk selanjutnya dikolaborasikan dengan
organisasi ataupun pilar lainnya dalam pembangunan Sistem Integirtas
Nasional.
2. Transparansi dan akuntabilitas (governance), setiap organisasi harus
menerapkan akuntabilitas dan transparansi, meliputi juga pemenuhan
laporan dan pertanggungjawaban, sebagaimana yang telah diamanahkan
kepada setiap pilar dalam bentuk implementasi sistem integritas. Dengan
akuntabilitas dan transparansi, maka implementasi sistem integritas dalam
kerangka pemberantasan korupsi dapat dijalankan secara efektif dan efisien,
sehingga tidak menimbulkan korupsi atau perilaku koruptif jenis baru.
3. Kapasitas (capacity), agar dapat membangun sistem integritas, budaya
organisasi, dan menjalankan perannya secara berintegritas, maka masing-
masing harus memiliki kapasitas untuk menjalankan kedua hal tersebut.
Kapasitas yang perlu dibangun masing-masing pilar adalah kapasitas
Sumber Daya Manusia, Dana, Teknologi dan Informasi Komunikasi.

Dalam sistem integritas, terdapat kata kunci utamanya yaitu integritas. Kata
integritas atau integrity dalam bahasa Inggris diturunkan dari kata integritas dalam
bahasa latin yang berarti tidak terpengaruh, utuh, tegak, dapat diandalkan. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang

9
M. Winarno, Op. Cit., hlm. 3.
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan
yang memancarkan kewibawaan, kejujuran.

B. Konsep Sistem Integritas Nasional


SIN sebagai suatu sistem yang hasilnya tidak hanya berorientasi output
namun berorientasi pada outcome dan impact, maka sistem Integritas
Nasioan harus menggambarkan input, proses dan output-nya, dan lebih jauh
lagi terkait out comes dan impact-nya. Semua tergambar dalam hasil penting
SIN sebagai berikut:10
o Individu, Organisasi dan Pilar-pilar yang berintegritas (Input)
o Internalisasi integritas, Pembangunan Sistem Integritas dan Budaya
Organisasi serta Sinergi upaya pemberantasan korupsi berbasis Integritas
(Proses)
o Integritas Individu, Integritas Organisasi, Integritas Pilar dan Integritas
Nasional (output)
o Kondisi nasional dengan korupsi yang terkendali (out comes)
o Tujuan nasional tercapai (impact)
1. Proses
Selaras dengan pendekatan ruang lingkup integritas, maka proses
pembangunan sistem integritas nasional dibagi dalam 4 proses
sebagai berikut:11
a. Proses internalisasi integritas; sebagai upaya untuk menghasilkan
integritas pribadi yang tinggi, melalui berbagai strategi dan teknik
internalisasi, untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang disepakati
organisasi dapat terinternalisasi dengan kuat dalam setiap pribadi,
dan ditunjukkan dalam perilaku keseharian;
b. Proses pembangunan sistem integritas; sebagai upaya untuk
menjaga pribadi berintegritas tinggi, yang menggerakkan seluruh
elemen organisasi menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan
organisasi;

10
M. Winarno, Ibid., hlm. 4.
11
M. Winarno, Ibid.
c. Proses penyelarasan atau sinergi pilar; sebagai upaya untuk
terjadinya sinergi dari berbagai K/L/O/P pada setiap pilar sehingga
terbentuk integritas pilar;
d. Proses penyelarasan atau sinergi berbagai elemen bangsa, sebagai
upaya untuk terjadinya sinergi dari berbagai pilar, sehingga
terbentuk kekuatan berupa integritas nasional yang dapat menjadi
modal yang bermakna bagi bangsa dalam memberantas korupsi.
2. Input dan Output
Pembangunan sistem integritas pada semua ruang lingkup baik
individu, organisasi maupun pilar dapat dilakukan secara paralel.
Secara konsep, walaupun dilakukan secara paralel pada dasarnya
input, proses dan output merupakan rangkaian sistem yang
berkelanjutan, sehingga suatu input dapat sekaligus menjadi out put
bagi rangkaian selanjutnya, dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Value, sebagai input untuk proses internalisasi integritas sehingga
terbentuk integritas pribadi yaitu integritas sebagai nilai (value)
yang menggambarkan keutuhan pribadi. Semua elemen dalam diri
seseorang, satu sama lainnya selaras dengan lingkungan yang
berintegritas (sistem dan budaya integritas);
b. Integritas pribadi, sebagai output proses internalisasi integritas,
juga merupakan input bagi pembangunan sistem integritas
organisasi sehingga menghasilkan integritas organisasi;
c. Integritas organisasi, sebagai input untuk proses sinergi pilar,
integritas organisasi sekaligus sebagai output dari pembangunan
sistem integritas;
d. Integritas pilar, pilar-pilar yang berintegritas selain sebagai input
dalam proses sinergi pilar untuk menghasilkan integritas nasional,
integritas pilar juga sekaligus sebagai output dari proses sinergi
organisasi-organisasi yang telah terbangun integritasnya;
e. Integritas nasional: Integritas sebagai sinergi dari berbagai pilar
bangsa dan negara untuk mengendalikan korupsi sehingga tujuan
nasional tercapai;
3. Pengendalian dan penyelarasan
Pilar adalah gabungan beberapa K/L/O/P yang sejenis yang
dikelompokkan berdasarkan kesamaan peran dan fungsi. Baik ruang
lingkup K/L/O/P ataupun Pilar, keduanya harus memiliki kapasitas,
tata kelola yang baik dan peran yang jelas. Pilar-pilar tersebut harus
memiliki kekuatan yang proporsional untuk menopang atap bangunan
berupa integritas nasional. Pilar perlu kokoh dan merata integritasnya
agar mampu menopang integritas nasional, sehingga pilar harus
merupakan kesatuan dari K/L/O/P berintegritas, yang menggunakan
kapasitas yang dimilikinya dilengkapi dengan adanya penyelarasan
secara proporsional.
Pengendalian pada penggunaan kapasitas (SDM, Dana,
Teknologi, Informasi dan Komunikasi) akan berjalan secara efektif
pada organisasi yang sudah terintegrasi dan selaras pada semua aspek
organisasi sebagai berikut:
a. Nilai
b. Visi dan misi
c. Strategi
d. Program
e. Kegiatan
Pengendalian terhadap organisasi secara proporsional
menyesuaikan dengan tingkat kompleksitas operasional organisasi,
dalam hal ini sangat penting untuk adanya pemetaan berdasarkan
pengelompokan sebagai berikut:
a. Pengendalian Internal
b. Pengendalian Korupsi
c. Pengendalian aspek strategis.
4. Kapasitas organisasi
Integritas nasional dapat kokoh ketika integritas pilarnya kokoh
pula, pilar itu sendiri perlu terdiri dari organisasi-organisasi yang
berintegritas. Dalam operasionalisasinya setidaknya organisasi
mempunyai kapasitas:
a. Sumber Daya Manusia
b. Keuangan (Pendanaan)
c. Teknologi
d. Informasi dan Komunikasi
Setiap K/L/O/P harus memastikan kapasitasnya dikelola secara
baik dan diutilisasi secara berintegritas. Dalam rangka memastikan
semua kapasitas organisasi diutilisasi secara berintegritas, maka
diperlukan sistem-sistem khusus untuk menciptakan integritas
organisasi.
5. Pendekatan perilaku, sistem dan budaya
Kesadaran akan korupsi di Indonesia yang sudah luar biasa,
dimana untuk memberantasnya diperlukan modalitas yang besar, maka
konsep SIN menggunakan pendekatan yang komprehensif dari seluruh
elemen untuk memberantas korupsi, baik aspek perilaku, sistem
maupun budaya. Untuk menghasilkan akselerasi dan modalitas yang
lebih besar, maka ketiga aspek tersebut dibangun secara paralel dan
terintegrasi, dan digunakan pada momentum-momentum yang tepat
untuk terjadinya perubahan yang signifikan.
6. Prinsip strategis pembangunan Sistem Integritas Nasional
Dalam pembangunan Sistem Integritas Nasional, semua pilar
berkolaborasi saling menguatkan integritas dengan pendekatan
kesetaraan, diharapkan terbentuk hubungan yang selaras dalam
menjalankan program pembangunan Sistem Integritas Nasional.
a. Partisipatif
Pembangunan Sistem Integritas Nasional didorong atas kebutuhan
bersama dari seluruh pemangku kepentingan sehingga semua pihak
akan berpartisipasi secara aktif. Hal tersebut berimplikai pada
orientasi assesment awal (bukan untuk menilai kesiapan lembaga),
melainkan untuk memetakan kekuatan dan peluang agar terbangun
aspirasi bersama guna mencapai hasil yang sesuai dengan
kebutuhan dan bermanfaat bagi pengembangan integritas
organisasi.
b. Kontekstual
Pembangunan Sistem Integritas Nasional menggunakan pendekatan
layanan yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan organisasi,
sehingga tidak mengarahkan untuk menyeragamkan strategi dan
kegiatan, melainkan terbuka terhadap inisiatif-inisiatif yang
inovatif dan beragam, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,
karakteristik organisasi.
c. Substantif dan Kualitatif
Pembangunan Sistem Integritas Nasional tidak dilakukan dengan
pendekatan seremonial, pencitraan, dan pencanangan, melainkan
lebih berorientasi pada pencapaian tujuan pokok pembangunan
Sistem Integritas Nasional itu sendiri. Indikator keberhasilan
pembangunan Sistem Integritas Nasional tidak berbasiskan pada
pengisian check list (formalitas), melainkan berbasis kualitatif
yaitu terjadinya perubahan kinerja yang dilengkapi dengan catatan
pengalaman empirik, inspirasi yang bisa dipetik, pelajaran berharga
(lesson learned), dll.
C. Kerangka Kerja Sistem Integritas Nasional
Pembangunan Sistem Integritas perlu dilakukan secara menyeluruh,
meliputi input, proses dan output-nya, dan lebih jauh lagi terkait out comes
dan impact-nya.12
o Pembangunan Sistem Integritas Individu
o Pembangunan Sistem Integritas Organisasi
o Pembangunan Sistem Integritas Pilar
o Pembangunan Sistem Integritas Nasional
1. Pembangunan Sistem Integritas Individu
Peran individu penting dalam mengendalikan korupsi karena salah satu
penyebab korupsi adalah rendahnya integritas sumber daya manusia. Integritas
individu perlu dibangun untuk mencapai keutuhan pribadi dengan tujuan nilai-
nilai organisasi. Untuk membangun integritas individu perlu dilakukan

12
M. Winarno, Ibid.
program pembentukan tunas integritas dengan pendekatan berbasis nilai dan
moral serta menempatkan manusia sebagai faktor kunci perubahan.

2. Pembangunan Sistem Integritas Organisasi


Proses pembangunan sistem integritas organisasi adalah upaya untuk
menjaga individu di dalamnya agar berintegritas tinggi dan dapat
menggerakkan seluruh elemen organisasi menjadi satu kesatuan untuk
mencapai tujuan organisasi. Pembangunan Sistem Integritas Organisasi harus
didukung oleh:
a. Komitmen Pimpinan
b. Pembentukan tunas integritas
c. Penyelarasan upaya-upaya pemberantasan korupsi
3. Pembangunan Sistem Integritas Pilar
Pembangunan Sistem Integritas Pilar adalah sinergi antara organisasi
dalam satu pilar untuk saling menguatkan sistem integritas di masing-masing
organisasi, meminimalisasi kesenjangan integritas organisasi dalam satu pilar,
serta mamastikan pilar mempunyai kapasitas dan tata kelola yang baik.
4. Pembangunan Sistem Integritas Nasional
Pembangunan Sistem Integritas Nasional adalah sinergi antar pilar
untuk saling menguatkan sistem integritas di masing-masing pilar,
meminimalisasi kesenjangan integritas dengan pilar lainnya, serta memastikan
peran pilar dapat berjalan secara efektif-efisien dan berintegritas menyokong
tujuan nasional.

D. Implementasi Pelembagaan Sistem Integritas Nasional

Dalam Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi yang dilaksanakan di


Balai Kartini Jakarta pada tanggal 4 Desember 2013 untuk mencari solusi terbaik
mencegah dan memberantas korupsi utamanya melalui implementasi
pelembagaan Sistem Integritas Nasional ini. Instansi/Lembaga diharapkan
melaporkan dan sharing informasi mengenai upaya-upaya yang telah dilakukan
dalam mencegah dan memberantas korupsi khususnya melalui penguatan peran,
tata kelola dan kapasitas instansinya dalam rangka mendukung implementasi
pelembagaan Sistem Integritas Nasional (SIN).13

Perlunya dibangun SIN sebagai solusi mendasar bagi pemberantasan


korupsi di Indonesia sejalan dengan Perpres No. 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK). Penguatan
SIN yang diterapkan di setiap tingkat elemen bangsa dan setiap pemangku
kepentingan agar pemberantasan korupsi dapat lebih sistematis, terukur dan
komprehensif. Penerapan Sistem Integritas Nasional diharapkan dapat mengatasi
sejumlah permasalahan bangsa, salah satunya adalah korupsi, yang saat ini
menjadi penghalang terbesar terwujudnya tujuan nasional bangsa kita. SIN
merupakan perpaduan antara integritas pribadi, integritas institusi, integritas
hubungan antar institusi dan integritas suprastruktur yang memayungi seluruh
perangkat pengelolaan negara diharapkan dapat menciptakan tata kelola yang baik
(good governance) di tanah air.

Korupsi tumbuh subur karena adanya sistem yang buruk, sumber daya
manusia yang tidak berintegritas, dan budaya masyarakat yang menganggap
korupsi merupakan hal biasa. Ini adalah tantangan kita bersama. Diperlukan
kerjasama dan partisipasi seluruh komponen bangsa untuk bersinergi dan
bersama-sama melawan korupsi. Pelembagaan Sistem Integritas Nasional perlu
memastikan bahwa sistem integritas menjadi sistem formal baik di lingkungan
organisasi maupun dalam lingkup nasional.

Setiap individu dan organisasi mengimplementasikan nilai-nilai luhur


bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam menjalankan tugas
dan fungsinya di masyarakat, sehingga tujuan organisasi maupun pribadi tercapai
dengan cara-cara yang berakhlak mulia. Nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan,
keadilan, transparan, tanggungjawab, keteladanan dan mengutamakan
kepentingan umum, kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan golongan harus diimplementasikan di Kementerian/Lembaga, organisasi
lainnya, dan Pemerintah Daerah. SIN akan berhasil jika keberadaan pemimpin di
berbagai lini Institusi mampu mempengaruhi lingkungannya untuk mencapai

13
M. Winarno, Ibid.
tujuan Institusi. Dalam konteks ini pemimpin berperan sebagai contoh, teladan
bagi lingkungan sekitarnya. SIN juga akan berhasil jika ada komunikasi dan
kerjasama yang efektif di masing-masing institusi untuk membangun akuntabilitas
horizontal. Program-program di Kementerian/Lembaga terintegrasi dan berjalan
beriringan dengan Sistem Integritas Nasional dan yang tidak kalah penting, agar
SIN berhasil adalah keberadaan lingkungan yang kondusif, dimana diperlukan
upaya untuk menciptakan kondisi yang menjunjung tinggi integritas, baik di level
institusi maupun individu.
BAB III PENUTUP

Korupsi tumbuh subur karena adanya sistem yang buruk, sumber daya
manusia yang tidak berintegritas, dan budaya masyarakat yang menganggap
korupsi merupakan hal biasa. Ini adalah tantangan kita bersama. Diperlukan
kerjasama dan partisipasi seluruh komponen bangsa untuk bersinergi dan
bersama-sama melawan korupsi.
Pelembagaan Sistem Integritas Nasional perlu memastikan bahwa sistem
integritas menjadi sistem formal baik di lingkungan organisasi maupun dalam
lingkup nasional. Setiap individu dan organisasi mengimplementasikan nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam menjalankan
tugas dan fungsinya di masyarakat, sehingga tujuan organisasi maupun pribadi
tercapai dengan cara-cara yang berakhlak mulia. Nilai-nilai kejujuran,
kedisiplinan, keadilan, transparan, tanggungjawab, keteladanan dan
mengutamakan kepentingan umum, kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan harus diimplementasikan di
Kementerian/Lembaga, organisasi lainnya, dan Pemerintah Daerah. SIN akan
berhasil jika keberadaan pemimpin di berbagai lini Institusi mampu
mempengaruhi lingkungannya untuk mencapai tujuan Institusi. Dalam konteks ini
pemimpin berperan sebagai contoh, teladan bagi lingkungan sekitarnya. SIN juga
akan berhasil jika ada komunikasi dan kerjasama yang efektif di masing-masing
institusi untuk membangun akuntabilitas horizontal. Program-program di
Kementerian/Lembaga terintegrasi dan berjalan beriringan dengan Sistem
Integritas Nasional dan yang tidak kalah penting, agar SIN berhasil adalah
keberadaan lingkungan yang kondusif, dimana diperlukan upaya untuk
menciptakan kondisi yang menjunjung tinggi integritas, baik di level institusi
maupun individu.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi

BUKU
Basyaib, Hamid, Richard Holloway dan Nono Anwar Makarim (Editor). 2002.
Mencuri Uang Rakyat: 16 Kajian Korupsi di Indonesia, Buku 1-4. Jakarta:
Yayasan Aksara.
Lubis, Todung Mulya. 2005. Index Persepsi Korupsi Indonesia. (Bahan
Presentasi). Jakarta: Transparency International Indonesia.
Pope, J. 2000. Confronting Corruption: The Elements of a National Integrity
System. TI Source Book (pp.). : Berlin: Transparency International.

JURNAL
Mahmood, Mabroor. 2005. Corruption in Civil Administration: Causes and
Cures. Humanomics. Volume 21, No. 3/4.
Goolsarran, Swatantra Anand. 2006. Corruption: Its Nature, Causes and
Effects Suggestions on the Way Forward The Journal of Government
Financial Management. Volume 55, No. 1.
Widjajabrata, Safaat and Nicholas M Zacchea. 2004. International Corruption:
The Republic of Indonesia is Strengthening the Ability of Its Auditors to
Battle Corruption. The Journal of Government Financial Management,
Volume 53, No. 3.
KPK RI. 2011. Road Map dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia tahun
2011-2023.

INTERNET
Winarno, M. 2014. Sistem Integritas Nasional. Diakses melalui http://p4tksb-
jogja.com/index.php?option=com_content&view=article&id=427%3Asiste
m-integritas-nasional&catid=70%3Aumum&Itemid=192 [23 Mei 2017,
pukul 22.55 WIB].

Anda mungkin juga menyukai