Anda di halaman 1dari 26

TAFSIR, TAKWIL, DAN TERJEMAH Kata fassara merupakan tsulasi mazid bi harf (kata

A. TAFSIR dasarnya tiga kemudian mendapat tambahan satu huruf; yaitu


1) Pengertian tasydid atau huruf yang sejenis ain fiil-nya). Penambahan
Secara bahasa, kata tafsir berasal dari fassara yang ini berkonsekuensi terhadap perubahan makna, yaitu takstir
semakna dengan awdhaha dan bayyana, di mana tafsir (banyak). Maka dengan demikian secara harfiah, tafsir dapat
sebagai masdar dari fassara semakna dengan idhah dan diartikan kepada banyak memberikan penjelasan. Maka
tabyin. Kata-kata tersebut dapat diterjemahkan kepada menafsirkan Al-Quran sesuai dengan pengertian atau makna
menjelaskan atau menyatakan . 1
Al Jurjani memaknai yang dapat dijangkau oleh seorang mufassir . 3

kata tafsir itu dengan al-kasyf wa al-izdhar (membuka dan Syekh Manna Qaththan dalam Mabahits fi Ulum Al-
menjelaskan atau menampakkan)2. Istilah tafsir dalam makna Quran menjelaskan kata tafsir berasal dari wazan tafil,
membuka digunakan, baik membuka secara konkret (al-hiss) dari kata fassara yang berarti menerangkan, membuka, dan
maupun abstrak yang bersifat rasional. Al-Quran menjelaskan makna yang maqul. Yang berarti membuka arti
menggunakan istilah tafsir dalam makna penjelasan, seperti yang sukar, sedang pengertian tafsir berarti membuka dan
4
yang terdapat dalam makna penjelasan, seperti yang terdapat menjelaskan arti yang dimaksud dari lafal-lafal yang sulit .
dalam surah Al-Furqan (25) ayat 33 : Secara istilah,. Ada beberapa penadapat tentang definisi
tafsir :
a. Adz-Dzahabi mendefinisikan tafsir itu kepada
Penjelasan Kalam Allah, atau menjelaskan lafal-lafal
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepada (membawa) Alquran dan pengertian-pengertiannya5.
sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu b. Imam Jalal al-Din al-Suyuti, tertib makiyah dan
sesuatu yang benar dan yang paling baik madaniyah, muhkam dan mutasyabihat-nya, nasikh dan
penjelasannya.(QS: Al-Furqan ayat 33) mansukh-nya, halal haramnya, janji dan ancamannya,

3
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm. 126.
4
1
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm. 126. Prof.Dr.Muhaimin, MA. Dkk, Studi Islam dalam dimensi dan pendekatan,
2 Jakarta:2007, hlm 106
Ali bin Muhammad Al-Jarjani, Kitab at-Tarifat, Beirut:Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyyah, 1988, hlm. 63. 5
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm. 127
perintah dan larangannya, dan mengenai ungkapan dan bahwa tafsir mempunyai dua arti, yaitu tafsir sebagai
perumpamaan . 6
Berdasarkan definisi ini, maka tafsir ilmu alat untuk menjelaskan makna Alquran dan tafsir
secara umum dapat diartikan kepada penjelasan atau sebagai hasil pemahaman terhadap Alquran berdasarkan
keterangan yang dikemukakan oleh manusia mengenai ilmu alat. Artinya, ketika seorang mufassir menafsirkan
makna ayat-ayat Alquran sesuai dengan kemampuannya Alquran, ia melalui proses menggunakan ilmu-ilmu alat
menangkap maksud Allah yang terkandung dalam ayat- yang disebut dengan tafsir. Jadi, ada tafsir sebagai ilmu
ayat tersebut. alat dan ada pula tafsir sebagai hasil.
c. Menurut As-Sibagh, tafsir ialah Suatu ilmu yang Jadi Tafsir berarti menjelaskan makna ayat Alquran,
berguna untuk memahami Kitab Allah, yaitu keadaan, kisah, dan sebab turunnya ayat tersebut dengan lafal
menjelaskan maknanya, mengeluarkan hukum dan yang menunjukkan kepada makna zahir. Definisi Az-
hikmahnya. Dalam definisi As-Sibagh, tafsir Zarkasyi dan As-sibagh lebih mengacu kepada tafsir sebagai
9
digambarkan sebagai suatu alat yang digunakan untuk alat dalam arti pertama,yaitu ilmu tafsir .Menafsirka
memahami Alquran. Ia bukan apa yang dipahami dari Alquran berarti menangkap makna yang terkandung di
Alquran, tetapi suatu ilmu yang digunakan untuk dalamnya. Dan karena Alquran itu merupakan pesan-pesan
memahaminya. Ilahi (risalah ilahiyyah) yang datang dari Allah, maka berarti
d. Hal serupa juga dikemukakan oleh Az-Zarkasyi, yaitu seorang mufassir berusaha dengan kemampuan yang
Tafsir adalah suatu ilmu yang digunakan untuk dimilikinya menangkap makna atau pengertian yang
memahami Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi dimaksudkan Allah dalam ayat-ayat tersebut. Dengan
Muhammad saw, menjelaskan maknanya, dan demikian, seorang mufassir berarti menemui makna, bukan
mengeluarkan hukum serta hikmahnya7. Menurut mengadakan makna10.
Khalid Abdurrahman, hal ini bukan tafsir, tetapi ushul at- Dari beberapa definisi di atas kita menemukan beberapa
8
tafsir (dasar-dasar tafsir) . Definisi ini menggambarkan ciri utama tafsir. Pertama, dilihat dari segi obyek
pembahasannya adalah kitabullah (Alquran) yang

6
didalamnya terkandung firman Allah SWT. Yang diturunkan
Prof.Dr.Muhaimin, MA. Dkk, Studi Islam dalam dimensi dan pendekatan,
Jakarta:2007, hlm 106
7 9
Bdr al-Din Muhammad bin Abd Allah al-Zarkasyi, Jil. 1 , hlm 13. Ibid, hlm. 128
8
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm. 127 10
Ibid, hlm. 128
Menjelaskan
Tafsir secara
harfiah Memerinci
oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Pengertian Tafsir dalam skema
Menampakkan
Jibril. Kedua, dilihat dari segi tujuannya adalah untuk
menjelaskan, menerangkan, menyingkap kandungan Pengertian Tafsir Menyingkap
Alquran sehingga dapat dijumpai hikmah, hukum, ketetapan dan Ilmu Tafsir
dan ajaran yang terkandung di dalamnya. Ketiga, dilihat dari
segi sifat dan kedudukannya adalah hasil penalaran, kajian Tafsir secara Menerangkan ayat-ayat Al-Quran dari
Istilah berbagai aspeknya
dan ijtihad para mufassir yang didasarkan pada kemampuan
dan kesanggupan yang dimilikinya, sehingga suatu saat
11 Ilmu yang membahas tentang teknik
ditinjau kembali .
Obyek pembahasan tafsir, yaitu Alquran merupakan Ilmu Tafsir atau cara menafsirkan Alquran berikut
hal-hal yang berkaitan dengannya.
sumber ajaran Islam. Kitab suci ini menempati posisi sentral,
bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmu- 2) Fungsi Tafsir
ilmu keislaman, tetapi juga merupakan inspirator, pemandu Tafsir mempunyai fungsi tersendiri yang tidak kalah
gerakan-gerakan umat Islam sepanjang lima belas abad pentingnya dengan ilmu-ilmu lain. Fungsi yang dimaksud
sejarah pergerakan umat ini. Berdasarkan keudukan dan mengacu pada asumsi, bahwa dalam Al-Quran banyak
peran Alquran tersebut Quraish Shihab mengatakan jika memakai ungkapan yang sesuai dengan tingkat kepandaian
demikian halnya, maka pemahaman terhadap ayat-ayat manusia, dan Al-Quran tidak bisa diketahui maksudnya
Alquran, melalui penafsirannya, mempunyai peranan sangat dengan sekedar mendengarkan, karena itu dibutuhkan tafsir
besar bagi maju mundurnya ummat. Sekaligus penafsiran itu Al-Quran untuk mengeluarkan (istimbath) hukum-hukum
dapat mencerminkan perkembangan serta corak pemikiran dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya, dengan
12
mereka . begitu, maka tafsir berfungsi untuk mengetahui apa yang
disyariatkan Allah kepada hambanya, baik berkaitan dengan
perintah larangan sebatas kemampuan manusia, begitu juga
dapat diketahui dengan pentunjuk Allah mengenai akidah,
11
Dr. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Isam, Jakarta: Raja Grafindo, hlm. ibadah, dan akhlak agar manusia dapat hidup bahagia dunia
162 akhirat, serta untuk mengetahui segi kemukjizatan Al Quran
12
Ibid, hlm. 163
agar dapat menambah kepercayaan kepadanya, dan lebih Makna suatu lafal yang belum jelas, yang terdapat dalam suatu ayat,
penting lagi untuk mengantarkan pelaksanaan ibadah yang kadang-kadang dijelaskan oleh ayat lain, baik ayat sesudahnya secara
labih baik. Sebab tafsir berarti mencakup upaya membaca, berurutan maupun ayat lain yang terdapat dalam surah yang sama atau surah
memahami, dan mengamalkan isi kandungannya13. yang berbeda. Hal ini, misalnya dapat dilihat surah Al Baqarah ayat 2. Ayat
3) Sumber Tafsir ini ditutup dengan lafal al-muttaqin (orang-orang yang bertakwa), dalam ayat
Sebagaiman yang tergambar dalam definisi di atas, bahwa tafsir adalah 2 tersebut tidak disebutkan apa yang dimaksud dengan al-muttaqin itu. Maka
hasil pemahaman manusia terhadap ayat-ayat Alquran. Pemahaman tersebut ayat 3-5 surah yang sama menjelaskan maksudnya, selain itu pengertian al-
tentu tidaklah muncul dan dibuat secara sembarangan, ia mesti mempunyai muttaqin juga dijelaskan oleh surah Ali Imran ayat 134-135. Contoh lain
dasar atau sumber. Inilah yang penulis maksud dengan sumber tafsir. dapat pula dilihat pada kata kalimaatin yang terdapat dalam surah Al-
Dalam memahami Alquran terdapat dua sumber utama, yaitu ayat-ayat Baqarah ayat 37.
Alquran itu sendiri (tafsir al-quran bi al-quran) dan sunnah Rasul (tafsir
al-quran bi al-hadits). Selain itu, keterangan para sahabat dan tabiin
mengenai makna suatu ayat juga dapat dijadikan sumber dalam menafsirkan
Alquran. Penafsiran ini disebut dengan tafsir bi ar-riwayah, yaitu tafsir Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah
yang didasarkan atas riwayat. menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Riwayat bukan satu-satunya sumber tafsir, ia juga bisa bersumberkan Penyayang .(QS. Al Baqarah : 37)
dari pendapat mufassir itu sendiri berdasarkan pemahaman kebahasaannya Maksud kata kalimat dalam ayat ini adalah doa yang Allah ajarkan
dan ilmu pengetahuan lainnya. Inilah yang disebut dengan tafsir bi ad- kepada Nabi Adam dan Siti Hawa, sebagai ungkapan penyesalan dan tobat
dirayah. Bahkan, tafsir juga kadang-kadang didasarkan atas makna yang kepada-Nya karena nenek moyang manusia ini telah melanggar larangan
dapat ditangkap oleh mufassir di balik makna zahir suatu ayat berdasarkan Allah memakan buah terlarang. Doa tersebut dijelaskan dalam surah Al-
apa yang terlintas dalam jiwanya sebagai anugrah Allah karena ketekunan Araf ayat 23 yaitu ;
beribadah. Penafsiran seperti ini disebut dengan tafsir isyari . 14
a. Menafsirkan Ayat dengan Ayat

13
Prof.Dr.Muhaimin, MA. Dkk, Studi Islam dalam dimensi dan pendekatan,
Jakarta:2007, hlm 107
14
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm. 134
Keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami dengan ungkapan aidiikum ilal maraafiqi dalam ayat yang sama, yang
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat menjelaskan tentang wudlu.
kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi. b. Menafsirkan Ayat dengan Hadits
(QS : Al-Aaraf ayat 23) Menafsirkan Alquran dengan hadis Nabi saw adalah menjelaskan
Adz-Dzahabi membagi tafsir Alquran dengan Alquran ini kepada makna suatu ayat berdasarkan keterangan Nabi saw, baik secara langsung
beberapa bentuk, yaitu maupun tidak. Nabi Muhammad saw diutus untuk menyampaikan risalah
1. Menjelaskan suatu ungkapan yang ringkas dengan keterangan lebih Allah kepada manusia, manyampaikan wahyu-Nya dan menjelaskan makna,
luas yang dijelaskan dalam ayat lain. hikmah, serta ajaran yang terkandung di dalam wahyu tersebut. Dalam Surah
2. Menyamakan suatu ungkapan mujmal yang terdapat dalam suatu ayat An-Nahl ayat 44 ditegaskan:
dengan mubayyan yang terdapat dalam ayat lain. Hal ini seperti yang
terlihat dalam contoh di atas, di mana kata kalimat dalam surah Al-
Baqarah ayat 37 masih mujmal, kemudian ditafsirkan dengan surah Al-
Araf ayat 23. Contoh lain dapat pula dilihat dalam surah Al-Maidah
ayat 1, kata ma yutla alaikum (apa yang akan dibacakan kepadamu) Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan
dalam ayat itu masih mujmal, kemudian dijelaskan maknanya oleh ayat kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
3 surah yang sama. telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, (QS: An-
3. Men-takhshiskan-kan ayat yang umum (al-am) baik takhshis muttashil Nahl : 44)
maupun munfasil, seperti penafsiran pemberian syafaat kelak pada hari Jadi, Nabi Muhammad adalah sebagai muallim Alquran dan sumber
kiamat secara umum dalam surah Al-Baqarah ayat 253. Keumuman tafsir. Dia lebih tahu maksud dan isi kandungan Alquran, karena Allah telah
ayat itu di-takhshis-kan oleh surah An-Najm ayat 26, sehingga surah mengajarkan kepadanya. Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab dan
Al-Baqarah ayat 253 dapat dipahami bahwa syafaat (bantuan) pada hikmah serta mengajarkan kepadamu sesuatu yang belum kamu ketahui (QS.
hari kiamat tidak akan ada kecuali atas izin Allah. An-Nisa ayat 113). Karena Nabi saw mendapat pengajaran dari Allah, maka
4. Menyamakan ayat yang masih muthlaq dengan ayat lain yang beliaulah yang lebih tahu tentang Alquran. Dan penafsiran Alquran yang
muqayyad. Hal ini seperti surah Al-Maidah ayat 6, yang menjelaskan didasarkan atas keterangan darinya merupakan penafsiran yang tidak
soal tayamum. Kata aidiikum dalam ayat ini disamakan maksudnya diragukan lagi kebenarannya.
Penafsiran Alquran yang didasarkan atas keterangan Rasul ialah Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
seperti penjelasanya mengenai makna
yang terdapat dalam mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat
ayat : keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
Ada beberapa bentuk penafsiran Alquran dengan hadis, yaitu sebagai petunjuk. (QS : Al-Anam ayat 82).
berikut. Para sahabat merasa kesulitan dengan penjelasan ayat ini. Siapa di
1. Hadis menjelaskan ungkapan Alquran yang masih mujmal, seperti antara kami yang tidak menzalimi diri sendiri?. Maka Nabi saw
menafsirkan perintah shalat dalam Alquran, di mana Alquran tidak menjawab bahwa pengertian ayat ini bukanlah seperti yang kamu kira.
menjelaskan secara detail tentang waktu shalat, jumlah rakaat, dan cara Yang dimaksud dengan zhulm dalam ayat ini adalah syirik, seperti yang
mengajarkannya. Akan tetapi, sunnah menjelaskan hal itu. dijelaskan dalam Surah Luqman ayat 13 :
2. Hadis menjelaskan hal-hal yang sulit (mushkil), seperti kesulitan para
sahabat memahami kata khayth al-abyadh (benang putih) dan khayth
al-aswad (benang hitam) yang terdapat dalam ayat :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
Hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
(QS ; Al-Baqarah ayat 187) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS: Luqman ayat 13)
Nabi saw menjelaskan maksud kata tersebut, yaitu benang putih itu c. Menafsirkan Alquran dengan Perkataan Sahabat
siang dan benang hitam itu malam. Sahabat adalah generasi pertama yang menerima pembelajaran
3. Men-takhshis-kan lafal yang masih umum, seperti umumnya lafal Alquran secara langsung dari Nabi saw. Sebagai orang Arab, mereka dapat
zhulm dalam surah Al-Anam ayat 82 : memahami ayat-ayat Alquran dengan baik. Apabila ada di antara ayat atau
lafal yang tidak difahami, mereka dapat menanyakannya kepada Nabi saw.
Hal itu tentu saja di kala Nabi saw masih hidup. Setelah Nabi saw wafat,
para sahabat dalam menafsirkan suatu ayat merujuk kepada ayat-ayat lain
yang ada kaitannya dan kesamaannya dengan ayat yang sedang ditafsirkan.
Jika tidak ditemukan, mereka merujuk kepada hadis. Jika hal itu tidak
ditemukan juga, barulah mereka berijtihad memahaminya. Hasil ijtihad Menafsirkan Alquran dengan pola di atas, yaitu menafsirkan suatu ayat
mereka inilah yang juga dapat dijadikan sumber dalam menafsirkan Alquran dengan ayat lain, atau berdasarkan hadis, atau perkataan sahabat dan tabiin
oleh para tabiin dan umat Islam setelah mereka. disebut dengan tafsir bi ar-riwayah.
Terdapat empat hal yang selalu dijadikan rujukan dalam berijtihad oleh 1) Rayu
sahabat untuk menafsirkan Alquran. Keempat hal itu adalah : Rayu artinya pendapat, yaitu pendapat mufassir mengenai makna
1. Pengetahuan mereka tentang bahasa Arab. sesuatu ayat, yang tidak didasarkan atas penjelasan ayat, hadis, perkataan
2. Pengetahuan mereka mengenai adat kebiasaan orang Arab. sahabat, dan tabiin. Ia merupakan hasil ijtihad seorang mufassir. Maka tafsir
3. Pengetahuan mereka tentang keadaan orang-orang yahudi dan nasrani bi ar-rayi berarti tafsir berdasarkan ijtihad mufassir, pendapat atau
di Jazirah Arab, waktu turunnya Alquran. ijtihadnya yang didasarkan atas sarana ijtihad.
4. Kemampuan pemahaman mereka yang cukup luas. Para mufassir membagi tafsir bi ar-rayi kepada dua macam, yaitu rayi
Empat hal ini cukup membantu mereka dalam memahami ayat-ayat madhmumah (yang tercela) dan rayi mahmudah (yang terpuji). Yang
Alquran. Hasil ijtihad para sahabat itu memperlihatkan perbedaan- pertama adalah menafsirkan Alquran dengan pendapat semata-mata, yang
perbedaan. Para mufassir boleh menjadikan hasil ijtihad mereka ini sebagai tidak didukung oleh ilmu alat. Hal ini yang dimaksudkan dalam hadis Nabi
sumber dan berpegang kepadanya sesuai dengan yang diyakini oleh mufassir saw:
itu sendiri. Di antara tokoh tafsir di kalangan sahabat ini adalah khulafau ar-

rasyidin, Ibnu Abbas, Ibnu Masud, dan Ubay bin Kaab. Siapa yang berbicara tentang Alquran menurut pendapatnya sendiri,
Para sahabat ini mentransfer ilmu tafsirnya pula kepada para tabiin. maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.
Sehingga mereka menjadikan perkataan para sahabat sebagai sumber tafsir Dan yang terakhir (rayi mahmudah) adalah pendapat yang didasarkan
ketiga, setelah Alquran dan sunnah. Di samping itu, mereka juga berijtihad atas ilmu dan memenuhi kriteria atau syarat tafsir, yaitu penguasaan ilmu
dalam memahami suatu ayat terutama jika tidak mereka temukan penjelasan bahasa Arab yang meliputi nahwu, sharaf, isytiqaq, dan balaghah. Selain itu,
para sahabat mengenai makna suatu ayat. Di antara tokoh tafsir dari kalangan seorang mufassir juga dituntut menguasai ilmu qiraat, ushuluddin, usul fiqh,
tabiin itu adalah Ikrimah, Mujahid, dan Qatadah. Para mufassir berikutnya asbabun nuzul, qasas Alquran, nasikh wa al-mansukh, dan lain sebagainya.
sampai ke zaman sekarang ini menjadikan pula hasil ijtihad tabiin sebagai Syarat-syarat di atas khusus bagi mufassir yang menafsirkan Alquran
sumber tafsir keempat, setelah Alquran, hadis, dan perkataan sahabat. secara mandiri atau ijtihad sendiri. Syarat-syaray itu tidak perlu dipenuhi jika
seseorang itu tidak berijtihad sendiri, tetapi mengikuti hasil penafsiran atau
pemahaman orang lain yang memenuhi kriteria tersebut. Maka orang yang
tidak memiliki kriteria di atas boleh menjelaskan makna Alquran Untuk keabsahan dan diterimanya tafsir sufi ini, syarat-syarat berikut
berdasarkan mufassir yang lain. mesti dipenuhi, yaitu;
e. Isyari 1. Tidak menafikkan makna zahir suatu ayat.
Kata isyari berasal dari asyara; secara harfiah, ia berarti menunjukkan, 2. Ada syari yang dapat menguatkan penafsiran itu.
mengarahkan, atau memberi tanda. Jika diakaitkan dengan tafsir, yaitu 3. Penafsiran itu tidak bertentangan dengan dalil syara atau rasio.
tafsir isyari maka ia berarti maksud atau makna yang ditunjukkan oleh 4. Tidak boleh mengklaim, bahwa penafsiran itulah satu-satunya yang
suatu ayat yang dapat ditangkap oleh seorang sufi berdasarkan arahan dikehendaki, bukan yang lain.
perasaan kesufiannya. Dia menjelaskan atau menakwilakan makna ayat itu Khalid Abdurrahman menegaskan, apabila kriteria ini telah terdapat
berdasarkan perasaan kesufian tersebut. Makna dan maksud ayat yang dalam suatu tafsir isyari, maka ia dapat diterima. Dan sebaliknya, apabila hal
dikemukakan itu berbeda dari makna zahir, bahkan tidak ada sangkut itu tidak dipenuhi maka penafsiran itu ditolak.
pautnya dengan makna zahir. Ia tidak dapat dikaji secara ilmiah, sebab Tafsir isyari dapat diklasifikasikan kepada dua macam, yaitu pertama
makna dan pemahaman tersebut merupakan pemberian (mawahib) langsung isyarat tersembunyi yang dapat ditangkap seseorang yang bertakwa, shaleh,
dari Allah sebagai hasil dari ketekunannya beribadah dan menjauhi dan berilmu ketika membaca Alquran. Hal ini seperti penafsiran atau
larangannya. Maka tafsir isyari disebut juga dengan tafsir sufi, yaitu tasawuf penakwilan yang dilakukan oleh Ibnu Abbas terhadap Surah An-Nasr;
praktis bukan teoritis. menurutnya, surah tersebut menjelaskan bahwa ajal Rasulullah saw sudah
Adz-dzahabi menyebut juga tafsir isyari dengan al-faidh dekat. Dan kedua isyarat jelas yang terkandung dalam ayat-ayat kauniyah, di
(pelimpahan). Lebih lanjut dia mengatakan; tafsir al-fayadhi atau isyari itu mana ia mengarah kepada penemuan ilmu pengetahuan modern.
adalah menakwilkan ayat-ayat Alquran yang tidak didasarkan atas makna Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa secara
zahir, tetapi dengan semata-mata isyarat tersembunyi yang muncul dalam umum penafsiran Alquran bersumber dari;
hati orang-orang yang tekun beribadah, di mana isyarat tersebut sesuai a. Alquran, hadis, perkataan sahabat, dan tabiin yang disebut dengan
dengan makna zahir yang dimaksud. Adz-Dzahabi tidak menyebut tafsir sufi tafsir bi ar-riwayah.
teoritis (an-nazhari) sebagai tafsir isyari. Bahkan dia menolak keabsahan b. Penafsiran juga bersumber dari ijtihad mufassir yang didasarkan atas
tafsir sufi teoritis tersebut. Sebaliknya, Adz-Dzahabi mengakui keabsahan ilmu-ilmu bahasa (al-ulum al-arabiyah) dan ulum Alquran lainnya
tafsir isyari. Hal ini didasarkan atas surah An-Nisa ayat 79 dan 82, yang disebut dengan tafsir bi ad-dirayah.
Muhammad ayat 24.
c. Inspirasi atau apa yang terlintas dalam jiwa orang-orang yang tekun untuk mempelajari syair-syair tersebut dalam rangka
beribadah kepada Allah, yang dia alami atau rasakan ketika membaca memahami Al Quran . 16

Alquran. Setelah masa sahabat pun, para tabiin dan atba al-
4) Macam-macam Metode Penafsiran Al Quran tabiin, masih mengandalkan metode periwayatan dan
Menurut hasil penelitian beberapa ulama ahli tafsir, kebahasaan seperti sebelumnya. Kalaulah kita berpendapat
bermacam-macam metodelogi tafsir dan coraknya telah bahwa al-Farra (w. 207) merupakan orang pertama yang
diperkenalkan dan diterpakan oleh pakar-pakar Al Quran. mendiktekan tafsirnya Maaniy Quran, maka dari tafsirnya
Metode penafsiran Al Quran tersebut secara garis besar kita dapat melihat bahwa faktor kebahasaan menjadi landasan
dapat dibagi dua yaitu corak mastur (riwayat) dan corak yang sangat kokoh. Demikian pula al-Thabari(w. 310) yang
penalaran15. Kedua macam metode ini dapat dikemukakan memadukan antara riwayat dan bahasa17.
sebagai berikut. b. Metode Penalaran : Pendekatan dan Corak-coraknya
a. Corak Matsur (Riwayat) Banyak cara, pendekatan dan corak tafsir yang
Kalau kita mengamati metode penafsiran sahabat- mengandalkan nalar, al-Farmawi yang membagi metode
sahabat Nabi SAW, ditemukan bahwa pada dasarnya setelah tafsir yang bercorak penalaran ini kepada empat macam
gagal menemukan penjelasan Nabi SAW, mereka merujuk metode, yaitu tahlily, ijmaly, muqarin dan maudluiy.
kepada penggunaan bahasa dan syair-syair Arab. Cukup Keempat macam metode penafsiran yang bertitik tolak pada
banyak contoh yang dapat dikemukakan tentang hal ini. penalaran ini dapat dikemukakan sebagai berikut18.
Misalnya Umar ibn al-Khatthab, pernah bertanya tentang arti 1) Metode Tahlily
takhawwuf dalam firman Allah : Auw yakhuzahum ala a. Pengertian
takhawwuf (Qs. 16:47). Seorang Arab dari kabilah Huzail Metode tahlily yang dinamai oleh Baqir al-Shadr
menjelaskan artinya adalah pengurangan . Arti ini sebagai metode tajziiy adalah satu metode tafsir yang
berdasarkan penggunaan bahasa yang dibuktikan dengan mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-
syair pra Islam. Umar ketika itu puas dan menganjurkan Quran dari berbagai seginya dengan memperhatikan

16
Ibid, hlm, 170
15 17
Dr. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Isam, Jakarta: Raja Grafindo,1999. Ibid, hlm, 170
18
hlm. 169 Ibid, hlm, 171
runtutan ayat-ayat Al-Quran sebagaimana tercantum di penafsiran yang selama ini dikenal, yaitu bahwa Allah berbicara kepada
dalam mushhaf. Dalam hubungan ini mufassir mulai dari ayat Musa as20.
ke ayat berikutnya, atau dari surat ke surat berikutnya dengan b. Beberapa Contoh Kitab Tafsir Tahlily
mengikuti urutan ayat atau surat sesuai dengan yang Metode tahlily merupakan cara yang dipergunakan oleh para mufassir
termaktub di dalam mushhaf. Segala segi yang dianggap klasik masa lalu. Di antara buku tafsir yang menggunakan metode tahlily
perlu oleh seorang mufassir tajziiy/tahlily diuraikan. Yaitu adalah tafsir Al-Qurtubi, Tafsir Al-Quran al-azhim karya Ibnu
bermula dari kosakata, asbab al-nuzul, munasabat, dan lain- Katsir,Jami al-Bayan an Takwil Ayi Al-Quran karangan Ibnu Jarir, dan
19
lain yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat . lain sebagainya.
Setelah semua langkah yang tersebut di atas sudah c. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tahlily
ditempuh, mufassir tahlily lalu menjelaskan seluruh aspek Tafsir Tahlily memiliki kelebihan antara lain terletak pada keluasan dan
dari semua penafsiran dan penjelasannya di atas dan keutuhannya dalam memahami Alquran. Kelebihan lain dari tafsir tahlily
kemudian ia memberikan penjelasan final mengenai isi dan ialah membahas Alquran dengan ruang lingkup yang luas. Dan adanya
maksud ayat Al-Quran tersebut. potensi untuk memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran terhadap
Cara penafsiran ayat-ayat dalam Tafsir al-Kasysyaf karangan al- kosakata ayat, syair-syair kuno dan kaidah ilmu nahwu. Penafsirannya
Zamakhsyari dan Tafsir al-Kabir karangan Al-Razi, biasanya dijadikan menyangkut segala aspek yang dapat ditemukan oleh mufassir dalam setiap
sebagai contoh untuk memahami tafsir dengan cara tahlily. Berikut ini, ayat. Analisis ayat dilakukan secara mendalam sejalan dengan keahlian,
antara lain contoh tersebut dalam ayat164 surat al- Nisa
kemampuan dan kecenderungan mufassir Meliputi aspek kebahasaan,
dapat kita lihat tafsirnya dalam kedua kitab tafsir di atas. Al-Zamakhsyari, sejarah, hukum, dan lain-lain21.
dengan melakukan penafsiran kosakata, mengartikan lafadz kallama dengan Sedangkan kelemahan tafsir tahlily ialah kajiannya tidak mendalam,
al-Jarh. Dengan demikian, ayat tersebut diberi arti dan Allah telah melukai tidak detail dan tidak tuntas dalam menyelesaikan topik yang dibicarakan,
Musa dengan kuku ujian dan cobaan hidup. Untuk ayat dan lafadz yang dan juga kurang sistematis22.
sama, al-Razi tetap memakai arti umum, yaitu berbicara. Sehingga 2) Ijmali
penafsiran yang diberikan oleh al-Razi kepada ayat tersebut seperti a. Pengertian

20
Ibid, hlm, 172
21
Ibid, hlm, 381
19 22
Ibid, hlm, 171 Ibid, hlm, 381
Secara harfiyah, kata ijmali berasal dari ajmala yang berarti sempit dan parsial (tidak komprehensif). Jadi, jauh dari karakter dasar dan
menyebutkan sesuatu secara tidak terperinci. Maka tafsir ijmali dapat khas Alquran yang demikian komprehensif25.
diartikan kepada penjelasan maksud ayat Alquran secara umum dengan 3) Muqaran
tidak terperinci dan dijelaskan secara global atau penjelasan singkat tentang a. Pengertian
pesan Ilahi yang terkandung dalam suatu ayat. Para mufassir yang Secara harfiyah, muqaran berarti perbandingan. Secara istilah, tafsir
menggunakan metode ini menyajikan kepada pembaca isi kandungan ayat, muqaran berarti suatu metode atau teknik menafsirkan Alquran dengan cara
tanpa mengulas secara luas sehingga mudah dipahami oleh para pembaca memperbandingkan pendapat seorang mufassir dengan mufassir lainnya
23
dan mereka merasa penafsiran tidak jauh dari konteks . mengenai tafsir sejumlah ayat. Dalam perbandingan ini, mufassir
Tafsir ijmali, biasanya, menjelaskan makna ayat secara berurutan, ayat menjelaskan kecenderungan masing-masing mufassir dan mengungkap sisi
demi ayat dan surah demi surah sesuai dengan urutan dalam Mushaf subjektifitasnya mereka, yang tergambar pada legitimasi terhadap mazdhab
24
Utsmani. Dan terkadang mufassir juga menjelaskan sebab turunnya ayat . yang dianutnya. Selain itu, tafsir muqaran juga memperbandingkan suatu
b. Beberapa Contoh Kitab Tafsir Ijmali ayat dengan hadits. Yang diperbandingkan itu adalah ayat dengan ayat atau
Diantara buku tafsir yang menggunakan metode ini adalah tafsir Al- ayat dengan hadits yang memperbincangkan persoalan yang sama 26.
Jalalayn karya Jalaluddin As-Suyuti dan Jalaluddin Al-Mahalli, Shafwah Al- Berdasarkan penjelasan di atas, maka tafsir muqaran dapat
Bayan li Maani Al-Quran karya Husnain Muhammad Makhlut, dan At- dikategorikan kepada tiga bentuk; pertama memperbandingkan suatu ayat
Tafsir Al-Wadhih karya Muhammad Mahmud Hijazi. dengan ayat yang lainnya, kedua memperbandingkan ayat Alquran dengan
c. Kelebihan dan Kelemahan hadist, dan ketiga memperbandingkan suatu tafsir dengan tafsir lainnya
Menafsirkan Alquran dengan metode ijmali (global) tampak mengenai sejumlah ayat yang diterapkan oleh mufassir itu sendiri.
sederhana, mudah, praktis, dan cepat. Juga kelebihannya ialah pesan-pesan Ada beberapa tahap yang dilalui dalam menggunakan metode tafsir
Alquran itu mudah ditangkap. Adapun kelemahannya ialah terletak pada muqarin yang memperbandingkan tafsir para ulama tersebut, yaitu sebagai
simplisitnya yang mengakibatkan jenis tafsir ini terlalu dangkal, berwawasan berikut.
Menentukan sejumlah ayat, yang akan ditafsirkan. Penentuan ini,
bisa berdasarkan tema atau lainnya.

25
Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma,SH.MA.MM,Ulumul Quran:Jakarta:
23
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm, 145 Rajawali Pers, 2013, hlm, 383
24
Ibid, hlm, 146 26
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm 144
Mengumpulkan dan mengemukakan pendapat para ulama tafsir
mengenai pengertian ayat tersebut, baik ulama salaf maupun
ulama khalaf dan baik berdasarkan riwayat maupun ijtihad.

Melakukan analisis perbandingan terhadap pendapat-pendapat

para mufassir itu dengan menjelaskan corak penafsiran,

kecenderungan, dan pengaruh mazhab yang dianutnya yang


Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu
tergambar dalam penafsiran ayat tersebut.
oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan
Menentukan sikap dengan menerima penafsiran yang dinilai benar
Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
dan menolak penafsiran yang tidak dapat diterimanya. Hal ini
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi
tentu saja dengan mengemukakan sejumlah argumen kenapa ia
rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
mendukung suatu tafsir dan menolak yang lainnya.
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun
Jika tafsir muqarin itu memperbandingkan antara ayat dengan ayat atau
yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
ayat dengan hadits, maka proses yang perlu dilalui oleh mufassir itu adalah
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
menentukan ayat-ayat atau hadist yang akan diperbandingkan itu. Penentuan
demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
itu bisa didasarkan atas tema atau lainnya. Bentuk penafsiran yang dimaksud
(QS: Al-Anam : 151)
ialah, ayat Alquran yang memiliki redaksi beda tapi maksudnya sama, atau

ayat yang menggunakan redaksi mirip tapi maksudnya berlainan 27.

Contohnya firman Allah:






Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut

kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga

kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang

besar. (QS: Al-Isra :31)

Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma,SH.MA.MM,Ulumul Quran:Jakarta:


27

Rajawali Pers, 2013, hlm, 383


Kedua ayat di atas menggunakan redaksi yang berbeda padahal kampung di Inthaqiyah, sebuah kota yang terletak di sebelah utara Siria, dan
maksudnya sama, yakni sama-sama melarang (mengharamkan) membunuh peristiwanya bukan pada masa Nabi Musa a.s.
anak. Membandingkan ayat Alquran dengan matan al-Hadis yang terkesan
Contoh ayat yang memiliki kemiripan redaksi padahal kasus dan bertentangan padahal tidak. Di antara contohnya ialah:
tujuannya berbeda ialah ketika menafsirkan dua ayat di bawah ini.






Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
seraya berkata: "Hai Musa, Sesungguhnya pembesar negeri sedang Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu
ini) Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang memberi nasehat dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepadamu". (QS: Al-Qashash: 20) kepada orang-orang yang kafir. (QS: Al-Maidah :67)
Lahiriah cuplikan ayat ( ) mengisaratkan bahwa Allah
swt. akan selalu melindungi atau memelihara keselamatan diri dan jiwa Nabi
Muhammad saw dari kemungkinan pelukaan dan pembunuhan yang
dilakukan musuh Nabi. Namun ada sebuah riwayat shahih yang
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas- menginformasikan bahwa sewaktu terjadi peperangan Uhud (3 H/625 M),
gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu". (QS: Yasiin: 20) Nabi sempat dilukai oleh musuh yang memeranginya. Jika demikian halnya,
Letak perbedaannya, ayat 20 Surat Al-Qashash mengisahkan peristiwa maka bagaimana dengan pernyataan ayat di atas yang menyatakan bahwa
yang dialami Nabi Musa a.s. dan kejadiaannya di Mesir, sedangkan ayat 20 Allah hendak menjamin keselamatan jiwa dan raga Nabi Muhammad saw?
Surat Yasiin berkenaan dengan kisah yang dialami penduduk sebuah Dalam penyelasaian masalah kontroversi ini, beberapa ulama ahli tafsir
menawarkan dua macam alternatif:
1. Peristiwa Uhud terjadi di tahun ke-3 Hijriah sebelum ayat 67 surah Tafsir mawdlui (tematik) ialah menafsirkan ayat Alquran berdasarkan
Al-maidah di turunkan, sedangakan surah Al-Maidah dikenal masalah yang dikaji. Mufassir, dengan menggunakan metode ini,
dengan surah Madaniyah yang paling terakhir di turunkan. Dengan menentukan permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam Alquran.
demikian jaminan ini diberlakukan setelah perang Uhud. Kemudian, dia mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah

2. Terjaminnya keselamatan jiwa Nabi Muhammad saw dari tersebut dalam berbagai surah.

kemungkinan pembunuhan yang dilakukan musuhnya, bukan Sejalan dengan definisi di atas, maka ada beberapa langkah yang harus

keselamatan jasmani (badan/raga)nya dari pelukaan yang dilakukan oleh seseorang yang hendak membahas masalah tertentu

dilakukan lawan-lawannya. Kenyataan memang menunjukkan berdasarkan tafsir al-maudlui. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

bahwa Nabi Muhammad saw tidak wafat di tangan musuh a) Memilih dan menetapkan topik yang akan dibahas berdasarkan ayat-

meskipun pernah terkena panah di perang Uhud. ayat Alquran.

Ada juga perbandingan antara penafsiran ulama yang satu dengan b) Mengumpulkan ayat Alquran yang membahas topik di atas.

ulama tafsir yang lain, seperti antara Sunni dengan Syiah, antara Ahli c) Mengurutkan tertib turun ayat tersebut berdasarkan waktu/masa

Sunnah dan Mutazilah dan lain sebagainya. penurunannya.


d) Mempelajari penafsiran ayat yang telah dihimpun.
b. Contoh kitab tafsir al-Muqaran
e) Menghimpun hasil penafsiran ayat.
Durrat al-Tanzil wa Qurrat al-Takwil, karya al-Khatib al-Iskafi.
f) Kemudian mufassir mengarahkan pembahasan kepada metode tafsir
Al-Burhanji Tawjih Mutasyabih Al-Quran, karangan Taj al-Qarra
dalam memaparkan berbagai pemikiran dalam rangka membahas
al-Kirmani.
topik/permasalahan yang ditafsirkan.
c. Kelebihan dan kekurangan
g) Membahas unsur-unsur dan makna ayat tersebut untuk mengaitkan
Kelebiahnnya ialah lebih bersifat objektif, kritis, dan berwawasan luas.
demikian rupa berdasarkan metode ilmiah yang benar-benar sistematis.
Sedangkan kelemahannya antara lain terletak pada kenyataan bahwa metode
h) Memaparkan kesimpulan tentang hakikat jawaban Alquran terhadap
tafsir muqaran tidak bisa digunakan untuk menafsirkan semua ayat
topik/permasalahan yang dibahas.
Alquran28.
b. Beberapa contoh kitab tafsir maudlui
4) Mawdlui
Ada beberapa contoh kitan tafsir yang menggunakan metode maudlui,
a. Pengertian
di antaranya, Al-Tibyan fi Aqsam Al-Quran. Karangan Ibn Qayyun Al-

28
Ibid, hlm, 391
Jawziyah, Al-Marah fi Al-Quran. Al-Ustadz Mahmud al-Aqqad dan lain-
lain.
c. Kelebihan dan kelemahan
Metode tafsir maudlui mempunyai beberapa kelebihan. Yang
terpenting ialah bahwa metode ini penafsiran bersifat luas, mendalam, tuntas
sekaligus dinamis. Adapun kelemahannya antara lain tidak dapat Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya

menafsirkan ayat Alquran secara keseluruhan29. kebenaran) Al Quran itu. pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al

B. TAKWIL Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu:

Kata takwil merupakan mashdar dari awwala, yaitu awwala, yuawwilu, "Sesungguhnya telah datang Rasul-rasul Tuhan Kami membawa yang hak,

tawil. Secara bahasa, ia berarti ruju (kembali) kepada asal. Al-Jarjani Maka Adakah bagi Kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi

mengartikan tawil itu kepada tarji (mengembalikan)30. Juga ada yang Kami, atau dapatkah Kami dikembalikan (ke dunia) sehingga Kami dapat

menduga berasal dari kata al-iyalah yang berarti al-siyasah31 yang antara beramal yang lain dari yang pernah Kami amalkan?". sungguh mereka telah

lain mengatur. Selain makna ini, at-tawil juga berarti penjelasan. Dalam arti merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan

yang terakhir ini, misalnya terdapat dalam firman Allah swt. yang mereka ada-adakan. (QS Al Araf : 53)

Analisis di atas menggambarkan, bahwa istilah tafsir dan tawil secara


harfiah mempunyai makna yang sama, yaitu penjelasan. Maka menafsirkan
atau menakwilkan Alquran berarti menjelaskan makna yang terkandung
dalam lafal dan ayat-ayatnya.
Tawil menurut istilah berarti memalingkan suatu lafazd dari makna
zahir kepada makna yang tidak zahir yang juga dikandung oleh lafal tersebut,
jika kemungkinan makna itu sesuai dengan Al-Kitab dan Sunnah. Tawil
29
Ibid, hlm, 394 menurut ulama mutaakhkhiirin adalah memalingkan makna suatu lafal dari
30
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm, 128
31 suatu yang rajih kepada yang marjuh, karena ada dalil yang menunjukkan
Secara harfiah kata siyasah memiliki banyak arti, yaitu: melatih, mengatur,
memimpin, memerintah, mengemudikan, dan mengurus. Sedangkan al-siyasah perlunya makna itu dipalingkan. Berdasarkan definisi ini, dapat ditegaskan
berarti administrasi, manajemen, politik, siasat, dan kebijaksanaan. Orang yang
bahwa menjelaskan makna ayat Alquran yang didasarkan makna zahir atau
mengatur/memimpin disebut al-sas ( ) atau al-sais (( ) Lihat Al-
Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, hlm,
724 ).
makna rajih tidak disebut dengan tawil, sebab tidak terjadi padanya Para ulama tidak sependapat mengenai perbedaan tafsir dan tawil.
pemalingan makna . 32
Sebagaian mereka mengatakan, bahwa tafsir dan tawil merupakan dua
Menurut ulama salaf, tawil itu mempunyai dua arti; pertama istilah yang mempunyai makna yang sama, sebagaimana yang telah
menafsirkan suatu ungkapan dan menjelaskan maknanya, baik sesuai dengan disinggung di atas. Para ulama mutaqoddimin berpendapat demikian, seperti
makna zahir maupun tidak. Maka tawil dalam arti ini semakna dengan Abu Ubaidah. Dia mengatakan, Tafsir dan Tawil mempunyai makna yang
tafsir, ia merupakan dua istilah yang muradif (sama). Dan makna kedua sama. Dan sebagaian lain berpendapat pula, kedua istilah itu mempunyai
adalah sesuatu yang dikehendaki oleh suatu ungkapan ; jika ungkapan itu makna yang berbeda.
perintah melakukan sesuatu maka takwilnya adalah perbuatan itu sendiri. Para ulama yang melihat tafsir dan tawil sebagai dua istilah yang
Dan jika ungkapan itu dalam bentuk berita, maka takwilnya adalah berita berbeda, juga tidak sependapat dalam menjelaskan perbedaan itu, yaitu
yang disampaikan itu33. sebagai berikut.
Pengertian Takwil Dalam Skema a. Sebagian mereka mengatakan, tafsir itu lebih umum dari tawil karena

Secara Secara Terminologis ia dipakai dalam Kitab Allah dan lainnya. Sedangkan tawil lebih
Etimologis banyak digunakan dalam Kitab Allah.
Mutaqoddimin menafsirkan pembicaraan b. Tafsir pada umumnya digunakan pada lafal dan mufradat (kosakata),
Tempat
Pengertian dan menerangkan maknanya atau sedangkan tawil pada umumnya digunakan untuk menunjukkan makna
kembali
Tawil menjelaskan substansi
dan kalimat (jumlah).
Kembali
Mutaakhirin mengalihkan makna lafal c. Di kalangan ulama mutaakhkhirin, tawil diartikan kepada
Mengatur dari yang kuat (rajih) kepada makna
yang dikuatkan (marjuh) karena ada dalil memalingkan makna suatu lafal yang kuat (al-rajih) kepada makna
yang mendukung yang kurang kuat (al-marjuh) karena disertai oleh dalil yang
C. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA TAFSIR DAN menunjukkan demikian. Sedangkan tafsir menjelaskan makna suatu
TAWIL ayat yang berdasarkan makna yang kuat (ar-rajih).
d. Di antara para ulama ada pula yang mengatakan, bahwa tafsir adalah
penjealasan yang berdasarkan riwayah sedangkan tawil penjelasan
32
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm, 129 yang didasarkan atas dirayah.
33Ibid. hlm, 130. Lebih lanjut Adz-Dzahabi menegaskan, kedua kata ini (tafsir dan takwil),
Penjelasan di atas menunjukkan, bahwa ada aspek yang membuat sama
menurut ulama salaf, adalah muradif. Abu Ubaidah, misalnya mengatakan bahwa tafsir dan
takwil adalah dua kata yang semakna, keduanya muradif. Hal ini merupakan pendapat yang antara tafsir dan tawil dan ada pula aspek yang membedakannya. Aspek
mashur di kalangan mufassir terdahulu.
yang menyamakannya adalah makna harfiah dan tujuan keduanya
dilaksanakan, yaitu sama-sama mencari maksud yang terkandung dalam ayat
Perbedaan
Alquran. Dan aspek yang membedakannya adalah cara atau materi
penjelasan itu. Tafsir menjelaskan makna ayat berdasarkan makna lafal
secara zahir atau berdasarkan sunnah Nabi saw, sedangkan tawil melampui Takwil lebih mengacu
kepada makna tersirat,
semua itu. Tawil keluar dari makna zahir ayat, karena ada dalil yang
dan pemahaman ayat.
menunjukkan tidak mungkinnya suatu lafal dimaknai secara zahir atau tidak
ada penjelasan Nabi saw mengenai makna ayat tersebut. Selain itu, tawil D. TERJEMAH
juga merupakan usaha seorang mufassir dalam menentukan makna ganda Terjemah adalah pemindahan lafal dari suatu bahasa ke dalam bahasa
yang dikandungi oleh suatu lafal. Maka dengan demikian, terlihat dari sini lain, atau menjelaskan makna suatu ungkapan yang terdapat dalam suatu
bahwa tawil lebih bersifat ijtihadi. Itulah sebabnya, ada di antara para ulama bahasa dengan menggunakan bahasa lain35.
yang membedakan tawil dengan tafsir berdasarkan aspek ini, menurut Para ulama membagi terjemah itu kepada dua macam, yaitu sebagai
merekan tafsir bersifat riwayah sedangkan tawil bersifat dirayah34. berikut.
Persamaan dan Perbedan Tafsir dalam Skema a. Terjemah harfiah, yaitu memindahkan suatu ungkapan dari satu bahasa
Sama-sama sebagai ke bahasa lain di mana dalam pemindahan itu tetap terjaga dan
sarana untuk terpelihara susunan, tertib dan semua makna bahasa yang
memahami Alquran
diterjemahkan. Terjemahan harfiyah ini dapat dikategorikan ke dalam
Persamaan dua bentuk, yaitu kandungan terjemahan persis sama dengan
kandungan ungkapan yang diterjemahkan dan kandungan terjemah

Memiliki tujuan yang tidak persis sama dengan kandungan bahasa yang diterjemahkan. Yang
Tafsir sama yaitu pertama tidak mungkin dilakukan terhadap Alquran. Sebab, bahasa
dan menjelaskan Alquran Alquran itu merupakan mukjizat yang tidak mungkin dapat ditandingi
takwil Keduanya saling
mendukung dan disamakan dengan bahasa apa pun juga. Ayat-ayatnya sarat dengan
Tafsir lebih
makna, dimana tidak ada bahasa yang dapat mewakili untuk
berorientasi pada
riwayat dan makna menyampaikan semua makna yang terkandung di dalamnya. Adz-
lahir ayat
34
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm, 133. 35
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm, 130.
Dzahabi menjelaskan, Terjemah harfiah Alquran tidak mungkin dapat 1) Penerjemah mestilah seorang Muslim. Maka terjemahan
menempati atau menggantikan bahasa aslinya dalam hal menghasilkan nonmuslim tidak boleh diterima secara mutlak, tetapi perlu kehati-
segala yang dimaksudkan oleh bahasa asli tersebut. hatian dan meragukan terjemahannya.
b. Terjemah tafsiriyah, yaitu menjelaskan suatu ungkapan dan maknanya 2) Penerjemah mesti orang adil dan terpercaya. Maka terjemahan
yang terdapat dalam suatu bahasa dengan menggunakan bahasa lain, seorang muslim yang fasiq tidak dapat diterima.
tanpa menjaga atau memelihara susunan serta tertib bahasa aslinya, dan 3) Memenuhi adab mufassir, seperti keikhlasan dan tidak mengharap
juga tidak pula mengungkapkan semua makna yang dimaksudkan oleh apa-apa dari terjemahannya kecuali penyebaran agama Islam.
36
bahasa aslinya . b. Syarat yang menyangkut dengan pekerjaan menerjemah. Hal ini
Sebagai kitab suci dan pedoman hidup bagi setiap umat Islam, Alquran meliputi :
perlu diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa kendatipun bahasa terjemahan 1) Penerjemah mesti menguasai ayat-ayat tafsir.
itu tidak dapat mewakili bahasa Alquran. Hal itu menjadi penting karena 2) Terjemahan itu mestilah lafal dan makna Alquran, bukan
tidak semua umat Islam dapat menguasai bahasa Alquran, padahal mereka susunannya. Sebab, susunan lafal dan ayat Alquran (an-nuzhum
mesti membaca, mempelajari, memahami, serta mengamalkan semua isinya. al-quraniyah) adalah mukjizat, manusia tidak mungkin membuat
Oleh sebab itu, masyarakat yang awam mengenai bahasa Alquran perlu seperti itu dengan bahasanya sendiri38.
dibantu melalui terjemahan tersebut. Jadi, terjemahan merupakan sarana 3) Terjemahan itu mesti menggunakan bahasa yang mudah, memilih
penyampaian isi kandungan Alquran kepada umat manusia, baik muslim makna lafal yang lebih sesuai, dan menyebutkan makna ayat
maupun nonmuslim. secara sempurna jika ayat itu berbicara mengenai topik yang
Walaupun menerjemahkan Alquran itu sesuatu yang sangat urgen, sama. Selain itu penerjemah juga semestinya meminta bantuan
namun ia tidak boleh sembarang terjemah. Ada beberapa syarat yang mesti kepada orang yang lebih tahu tentang bahasa terjemahan.
dipenuhi oleh penerjemah. Syarat-syarat itu menyangkut dua hal, yaitu 4) Penerjemah harus merujuk kepada karya mufassir. Hal ini berguna
37
pribadi penerjemah dan pekerjaan menerjemah . bagi memberikan kemudahan kepada penerjemah.
a. Syarat yang menyangkut pribadi penerjemah. Hal ini meliputi. 5) Penerjemah mesti menyebutkan dalam kata pengantarnya, bahwa
terjemahan itu bukanlah Alquran, ia hanya sebagai terjemah
tafsiriah.
Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm, 131.
36

Khalid Abdurrahman Al-Ak, Ushul At-Tafsir wa Qawaidah, Beirut: Dar An-


37

Nafais, 1994, hlm. 474. 38


Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009, hlm, 132.
Dalam hal ini, terjemah menjadi sangat penting karena manfaat Sayangnya, keinginan dan antusiasme mereka itu tidak segera terpenuhi di
terjamah untuk menyalin atau mengalihbahasakan serangkaian pembicaraan masa-masa lampau.
dari suatu bahasa ke bahasa lain, dengan maksud supaya inti pembicaraan Di antara faktornya, selain karena persoalan-persoalan teknis yang
bahasa asal yang diterjemahkan bisa dipahami oleh orang yang tidak mampu memang rumit dan pembiayaan yang tidak mudah untuk ukuran waktu itu,
memahami langsung bahasa asal yang diterjemahkan .39
penerjemah Alquran ke dalam bahasa asing juga menjadi terhambat
1. Terjemah Alquran ke dalam Bahasa Asing disebabkan alasan yuridis formal yang belum memungkinkan. Di masa-masa
Telah ditegaskan pada bagian awal tulisan ini, bahwa Alquran adalah lalu, tidak sedikit ulama yang tegas mengharamkan dan sekaligus menolak
wahyu Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, saw, dengan kehadiran gagasan untuk menerjemahkan Alquran.
melalui perantara malaikat Jibril dalam bentuk lafal Arab. Mengingat Ironisnya, di tengah-tengah perbedaan pendapat dan perdebatan sengit
Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, bahkan lebih dari itu memiliki antara sesama ulama Isalm tentang boleh tidaknya Alquran diterjemahkan
gaya bahasa (uslub) yang khas qurani yang menyebabkan berbeda bahasa- ke dalam bahasa asing, secara diam-diam namun pasti, orang-orang non
bahasa lain termasuk bahasa Arab sekalipun, maka mudah dimengerti jika Muslim justru melakukan penerjemahan Alquran ke dalam bahasa mereka.
setiap Muslim mampu memahaminya secara langsung dari teks aslinya. Untuk pertama kali, pada sekitar abad ke-16 Hijrah atau abad ke-12 Masehi
Padahal, saat yang bersamaan, Alquran sebagai kitab hidayah harus tepatnya pada tahun 1145/1146 Masehi, Alquran diterjemahkan ke dalam
dipahami dengan benar dan baik oleh setiap orang yang mengaku diri min al- bahasa Eropa dalam hal ini bahasa latin.
muslim (dari golongan Islam)40. Dari penerjemahan bahasa Latin itulah kemudian Alquran
Atas dasar itu, maka adalah suatu hal yang seyogyanya manakala dari diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa eropa lainnya terutama Perancis
generasi kegenerasi dan dari tempat yang satu ke tempat yang lain kaum dan Inggris di samping Itali, Jerman, dan Belanda. Yang terkenal diantaranya
Muslimin melalui para cerdik cendikiawannya selalu berusaha untuk seperti ditabelkan Abu Bakar Aceh adalah sebagai berikut
menerjemahkan dan atau menafsirkan Alquran ke dalam bahasa No Penerjemah Bahasa Tahun
nasional/daerah mereka dalam rangka membantu umat Islam yang tidak 1. Andrew Arrevabene Italy ..
memiliki kemampuan untuk memahami Alquran secara langsung. 2. Johanes Adnreas Aragon (Spanyol) 1500
3. Schwigger Jerman 1616
4. Alexander Ross Perancis 1637
39
Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma,SH.MA.MM,Ulumul Quran:Jakarta: 5. J.H. Glazermaker (de Belanda 1658
Rajawali Pers, 2013, hlm. 113.
40
Ibid. hlm, 124.
Ruyer) bahasa lain di kepulauan Timur di samping juga ke dalam beberapa bahasa
6. George Sale Inggris 1734 Afrika.
7. Megerlin Jerman 1772 Dewasa ini, terjemahan Alquran ke dalam bahasa nasional semua dan
8. Savary Perancis 1783 setiap negara nasional bahkan ke dalam berbagai bahasa daerah, dapat
9. Wohl Jerman 1826 dinyatakan telah merata ke segenap penjuru pelosok dunia nyaris tidak ada

10. Rodwell Inggris 1829 satu pun negara yang tidak memiliki terjemahan Alquran ke dalam bahasa

11. Garsen du Tasi Perancis 1840 nasional negara yang bersangkutan.

12. Kasimirsky Jerman 1840 2. Terjemahan Al-Quran ke dalam Bahasa Indonesia

13. Dr. L. Uhlmann Inggris 1840 Orang pertama yang disebut-sebut sebagai pengagas penerjemahan
Alquran ke dalam bahasa Indonesia- dulu lebih populer dengan sebutan
bahasa Melayu ialah Syekh Abd al-Rauf Ibn Ali al-Fanshuri (1035-1105
Kemudian pada akhir-kahir abad ke-19 atau awal-awal abad ke-20,
H/1615-1693 M), alim kelahiran Aceh yang juga dikenal dengan julukan
terjemahan Alquran kian waktu semakin berkembang. Bukan saja ke dalam
Abd al-Rauf Singkel (al-Singkili). Penobatan al-Singkili sebagai mutarjim
bahasa-bahasa Eropa yang sebagian dari padanya telah dibeberkan di atas,
melainkan juga ke dalam bahasa-bahasa lain. Termasuk di dalamnya Alquran pertama ke bahasa Melayu-Indonesia, didasarkan pada karyanya
setebal 612 halaman ketas folio berukuran 33,5 x 24,4 cm yang ditulis
terjemahan Alquran ke dalam bahasa Tionghoa yang untuk pertama kali
dengan menggunakan huruf Arab Melayu41.
diterjemahkan pada tahun 1927 oleh Li Ti Cin yang notabene bukan Muslim.
Berbarengan dengan itu, kalangan muslimin sendiri tidak berpangku Walaupun terjemah Abd al-Rauf singkel itu di tinjau dari sudut ilmu

tangan begitu saja, akan tetapi justru berusaha sekuat tenaga untuk bahasa Indonesia modern masih belum sempurna, simpul Abu Bakar Aceh,
(tapi) pekerjaan beliau itu tidak dapat tidak besar sekali jasanya sebagai
menerjemahkan kitab sucinya. Untuk pertama kali, terjemahan Alquran
pekerjaan perintis jalan. Sayangnya, usaha keras al-Sinkili ini tidak segera
dilakukan Syekh Saadi al-Syirazi pada tahun 1313 M ke dalam bahasa persi,
dan orang kedua yang menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa asing dari ditindak lanjuti oleh ulama-ulama Melayu waktu itu. Selama kurang lebih 2
abad setelah karya Abd al-Rauf lahir, tidak muncul satu pun karya serupa
kalangan Muslimin ialah Syekh Wali Allah al-Dahlawi (1703-1762), salah
hingga abad ke-20. Diantara penyebabnya, selain karena faktor finansial dan
seorang alim terkenal yang berpikiran maju dari India.
teknis, lagi-lagi karena alasan klasik yuridis formal yakni pengharaman
Setelah itu, terjemahan Alquran pun semakin berkembang dengan
amat pesatnya. Selain penerjemahan ke bahasa-bahasa yang digunakan kaum
Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma,SH.MA.MM,Ulumul Quran:Jakarta:
41
Muslimin seperti Persia, Urdu, Turki, Tamil, Pastho, Benggali dan beberapa Rajawali Pers, 2013, hlm, 126.
menerjamahkan Alquran. Sebagai ilustrasi, Mahmud Yunus menggoreskan Terjemahannya Agama RI
pengalamannya di saat-saat yang bersangkutan aktif berusaha 5. Tafsir Rahmat H . Oemar Bakry 1983
menerjemahkan Alquran. 6. Terjemah dan Tafsir Bachtiar Surin
Pada tahun 1922, demikian kata Mahmud Yunus almarhum, saya juga Quran
mulai menerjamahkan Alquran dan ditertibkan tiga juz dengan huruf Arab 7. Tafsir Alquran 30 juz Firma Sumatera
Melayu. Pada masa itu umumnya ulama Islam mengatakan haram Tarjamah Lafzhiyah
menerjemahkan Alquran, tetapi tidak ada saya terima bantahan-bantahan 8. Alquran terjemahan Tim Bintalad
ulama terhadap usaha saya menerjemahkan Alquran itu. Kemudian pada Indonesia
bulan Ramadhan 1354 H (Desember 1935), Mahmud Yunus memulai 9. Al-Quran bacaan mulia H . B. Yasin
kembali usaha menerjemahkan Alquran berikut tafsir dari ayat-ayatnya yang 10. Terjemah Kalimat Abdul Muhaimin Asad 1994
terpenting, yang dinamai Tafsir Quran Karim. Tafsir ini beliau selesaikan Alquran dan Muhammad Anis
pada tahun 1938. Adnan
Usaha menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Indonesia tampak
tidak hanya dilakukan oleh Mahmud Yunus seorang diri, akan tetapi Dari beberapa penerbitan buku-buku terjemahan Alquran di atas,
diprakarsai oleh ulama-ulama lain baik bersifat perseorangan maupun dapatlah diketahui bahwa perkembangan terjemahan Alquran di Indonesia
kelompok. Secara umum, pertumbuhan terjemahan Alquran ke dalam bahas sudah cukup baik.
Indonesia dapat dilihat dari tabel di berikut ini. 5. SEJARAH SINGKAT TAFSIR
No. Nama Buku Penerjemah Tahun Penafsiran Alquran, yang terjadi sejak zaman Nabi Muhammad saw,
terbit (571-632 M) dan masih tetap berlangsung hingga sekarang bahkan di masa
1. Tafsir Quran Karim Prof. H. Mahmud 1950 mendatang, sungguh telah menghabiakan waktu yang sangat panjang dan
Yunus melahirkan sejarah tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu-
2. Tafsir Al-Furqan A. Hasan 1956 ilmu Alquran khususnya tafsir.
3. Tafsir Quran H . Zainuddin Hamidy 1959 Sebagian ahli tafsir, secara global membagi periodesasi penafsiran
Hs Alquran ke tiga fase, yaitu periode mutaqoddimin (abad ke 1-4 Hijriah),
4. Al Quran dan Tim Departemen 1982 periode mutakhkhirin (abad ke 4-12 Hijriyah), dan periode baru (abad ke 12-
sekarang). Ada pula yang memilahnya ke dalam beberapa fase yang lebih
banyak semisal Ahmad Mustofa al-Maraghi (1300-1371 H/1883-1925 M) .
1) tafsir masa sahabat. 2) tafsir masa tabiin. 3) tafsir masa penghimpunan
pendapat sahabat dan tabiin. 4) tafsir pada masa Ibn Jarir. 5) tafsir pada Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
generasi mufassir yang mengabaikan penyebutan sanad. 6) tafsir pada masa dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu
kemajuan peradaban Islam. 7) tafsir pada masa penulisan, dan penerjemahan tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
Alquran ke dalam berbagai bahasa asing (non Arab) . Dalam makalah ini,
42 manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
penulis cenderung untuk memilah fase perkembangan penafsiran Alquran yang kafir. (QS; Al-Maidah : 67).
ke dalam empat periode besar, yakni periode Nabi Muhammad saw, periode
mutaqoddimin, periode mutakhkhirin, periode kontemporer.
1. Tafsir pada masa Nabi Muhammad Saw. (1 dari kenabian 11

H/610-632 M)

Seperti ditegaskan Alquran, tugas utama dan pertama dari Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu (Al

kenabian/kerasulan Nabi Muhammad saw, adalah untuk menyampaikan Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya.

Alquran. Namun, berbarengan dengan itu, berdasarkan Alquran pula, Nabi dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari

saw diberi otoritas untuk menerangkan atau tepatnya menafsirkan Alquran. padanya. (QS Al-Kahfi :27).

Tugas penyampaian, pengahafalan, pembacaan, dan penafsiran

Alquran yang dimanatkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw, itu dapat

disimpulkan dari beberapa ayat Alquran di bawah ini:








Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran)

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah

Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma,SH.MA.MM,Ulumul Quran:Jakarta:


42 mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS: Al-Ankabut:45).
Rajawali Pers, 2013, hlm. 319.
teks/naskah lafal maupun maknanya, maka al-Hadis-kacuali hadis qudsi-
pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman beliau dari ayat-ayat
Alquran. Dengan kalimat lain, sumber tafsir Alquran pada masa Rasulullah
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) saw adalah Alquran itu sendiri dan kemudian al-Hadis. Adapun mufassir
dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai pada masa Nabi Muhammad saw, pada hakekatnya adalah Nabi Muhammad
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (QS: Al-Qiyamah : 17-18). saw sendiri sebagai mufassir tunggal.
Ayat-ayat di atas jelas memerintahkan Nabi Muhammad Saw, supaya 1. Periode Mutaqaddimin ( Abad ke 1-4 H=7-11 M)
menyampaikan, membaca, menghafal, dan menafsirkan Alquran. Nabi telah Periode mutaqaddimin meliputi masa sahabat, tabiin dan tabi al-
melaksanakan tugas-tugas Quraninya itu dengan prima. Bahkan lebih dari tabiin. Sepeninggal Nabi Muhammad saw, penafsiran Alquran dilakukan
itu, beliau telah menyelesaikan tugas sucinya mengamalkan dan oleh sahabat-sahabat Nabi. Terutama kalangan sahabat senior (kibar al-
mempraktekkan ajaran Alquran selama lebih kurang 23 tahun (610-632M). shahabah) dan kemudian sahabat junior (shighar al-shahabah).
Nabi mendapat pengajaran Alquran berikut penjelasannya dari Allah Ada beberapa ciri khusus tafsir pada masa sahabat, yang terpenting dari
swt. dan atau malaikat Jibril seperti dapat diketahui dari ayat-ayat berikut: padanya ialah:
a. Mereka hanya menafsirkan Alquran yang benar-benar mereka dalami
dan kuasai.
b. Perbedaan penafsiran Alquran di kalangan mereka relatif sedikit.
(Tuhan) yang Maha pemurah. Yang telah mengajarkan Al Quran. c. Penafsiran dilakukan lebih menekankan pengertian kosakata global,
Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.(QS : Ar- dan kurang mendetail.
Rahman : ) d. Membatasi makna etimologis yang sederhana dan singkat.
e. Tafsir belum dibukukan.
Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (QS:An- f. Penafsiran umumnya dilakukan dengan menguraikan al-Hadist.
Najm:5) Penafsiran para sahabat kemudian dikembangkan oleh generasi tabiin.
Penafsiran Alquran yang dibangun Rasulullah saw, ialah menafsirkan Hanya saja, berbeda dengan sahabat yang pada umumnya berdiam diri di
Alquran dengan Alquran dan menafsirkan Alquran dengan pemahaman Madinah terutama di zaman Umar bin Khattab, pada masa-masa generasi
beliau sendiri yang kemudian populer dengan sebutan al-Sunnah atau al- sahabat kecil dan terutama pada zaman tabiin dan sesudahnya, tokoh-tokoh
Hadist. Jika Alquran sifatnya murni semata-mata wahyu Allah, baik Islam termasuk mufassir tersebar luas di berbagai kota Islam.
Sesudah generasi tabiin, tafsir Alquran pun dikembangkan oleh Secara bahasa, menjelaskan atau menyatakan.
generasi tabi al-tabiin. Di masa generasi ini sering disebut sebagai periode Secara istilah Menerangkan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai aspeknya.
Sedangakan ilmu tafsir adalah ilmu yang membahas tentang teknik atau
penghimpunan tafsir sahabat dan tabiin.
cara menafsirkan Alquran berikut hal-hal yang berkaitan dengannya.
3. Periode Mutaakhkhirin (Abad ke-4-12 H=11-19 M)
Tafsir berfungsi untuk mengetahui apa yang disyariatkan Allah kepada
Ekspansi Islam ke berbagai daerah jazirah Arab, pada masa tabiin dan
hambanya, baik berkaitan dengan perintah larangan sebatas kemampuan
tabi al-tabiin semakin luas ke segenap daerah/wilayah di berbagai penjuru manusia.
benua, peradaban dan kebudayaan Islam pun semakin mengalami kemajuan
Sumber tafsir : Alquran dengan Alquran, Alquran dengan Hadis,
yang sungguh berarti. Termasuk di dalamnya dunia tafsir. Para ahli tafsir
Alquran dengan perkataan sahabat dan tabiin, rayu, Isyari.
dalam menafsirkan Alquran tidak lagi merasa cukup dengan hanya
Metode penafsiran : corak matsur dan penalaran (tahlili, ijmali, muqaran,
mengutip atau tepatnya menghafal riwayat dari generasi sahabat, tabiin dan
maudlui).
tabi al-tabiin seperti yang diwarisinya selama ini, akan tetapi telah lama
juga mulai berorientasi pada penafsiran Alquran yang didasarkan pada Takwil secara etimologis berarti kembali, mengatur, dan penjelasan. Secara
terminologis mengalihkan makna lafal dari yang kuat (rajih) kepada
pendekatan ilmu bahasa pada khususnya dan penalaran ilmiah yang lain pada
makna yang dikuatkan (marjuh) karena ada dalil yang mendukung.
umumnya. Dalam kalimat lain, pada periode mutakhkhirin tidak hanya
Persamaan tafsir takwil Sama-sama sebagai sarana untuk memahami
mengandalkan tafsir bi al-matsur tapi juga telah siap mengembangkan tafsir
Alquran. Perbedaannya tafsir lebih berorientasi pada riwayat dan makna
bi al-dirayah dengan segala implikasinya. lahir, Takwil lebih mengacu kepada makna tersirat, dan pemahaman ayat.
4. Tafsir Periode Kontemporer (Abad ke-12 H=19 M-Sekarang)
Terjemah adalah pemindahan lafal dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain,
Periode ini dapat dikatakan dimulai pada akhir abad ke-19 sampai saat atau menjelaskan makna suatu ungkapan yang terdapat dalam suatu bahasa
ini dan mendatang. Satu hal penting yang layak dicatat ialah bahwa gerakan dengan menggunakan bahasa lain. Manfaat terjamah, supaya inti
penafsiran Alquran sebelu periode kontemporer, hampir semua kitab-kitab pembicaraan bahasa asal yang diterjemahkan bisa dipahami oleh orang
yang tidak mampu memahami langsung bahasa asal yang diterjemahkan
tafsir ditulis oleh orang Islam Arab dan dalam bahasa Arab. Penafsiran
Alquran ke dalam bahasa non Arab, umum terjadi pada akhir abad ke-19 Penafsiran Alquran, yang terjadi sejak zaman Nabi Muhammad saw, (571-
632 M) dan masih tetap berlangsung hingga sekarang bahkan di masa
Masehi dan terutama pada abad ke-20. Khusus untuk tafsir Alquran di
mendatang, sungguh telah menghabiakan waktu yang sangat panjang dan
kawasan Asia Tenggara, justru dipelopori oleh para mufassir Indonesia melahirkan sejarah tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu-
semisal Abdur-Rauf Singkel, Buya Hamka, dan lain-lain. ilmu Alquran khususnya tafsir.
Kesimpulan
Sebagian ahli tafsir, secara global membagi periodesasi penafsiran
Alquran ke tiga fase, yaitu periode mutaqoddimin (abad ke 1-4 Hijriah),
periode mutakhkhirin (abad ke 4-12 Hijriyah), dan periode baru (abad ke
12-sekarang).

TAFSIR, TAKWIL DAN TERJEMAH

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Study Al-Quran dan Hadits

Oleh:

Syaiful Rohman

NIM : F020315081
Dosen Pengampu: Ali bin Muhammad Al-Jarjani, Kitab at-Tarifat, Beirut:Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyyah, 1988
Dr. H. A. An-Najib, M.Ag.

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SURABAYA

2015

Daftar Pustaka
Prof.Dr.H.Muhammad Amin Suma,SH.MA.MM,Ulumul Quran:Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Prof.Dr.Muhaimin, MA. Dkk, Studi Islam dalam dimensi dan pendekatan,
Jakarta:2007.

Kadar M Yusuf M, Ag, Studi Alquran, Jakarta: Amzah, 2009.

Dr. Abuddin Nata, M.A, Metodologi Studi Isam, Jakarta: Raja Grafindo. 1999.

Anda mungkin juga menyukai