Anda di halaman 1dari 4

Preeklamsia

Perubahan patofisiologi yang terkait dengan preeklamsia akan menimbulkan tanda


dan gejala trias khas, yang meliputi hipertensi, proteinuria, dan edema.

Manifestasi

Preeklamsia dicirikan dengan adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, atau


edema setelah minggu ke-20 kehamilan pada gravida yang sebelumnya normal
dari sudut ini. Kecuali proses preeklamsia dihentikan dengan pengobatan atau
dengan persalinan maka eklamsia cenderung akan terjadi.

Hipertensi dapat terjadi secara tiba-tiba, atau dapat terjadi secara bertahap dan
membahayakan. Nilai tekanan darah absolut akan bermakna dibandingkan
hubungan antara nilai pada pemeriksaaan tekanan darah dicatat. Tekanan darah
pada klien yang sehat akan mengalami penurunan sampai ke nilai yang terendah
selama trimester kedua dan pada awal trimester ketiga dan kemudian akan
meningkat. Peningkatan tekanan sistolik menetap sebesar 30 mmHg atau
peningkatan tekanan diastolik sebesar 15 mmHg merupakan indikasi adanya
keadaan yang abnormal, kemungkinan yang paling besar adalah preeeklamsia.

Tanda peeklamsia yang paling konstan lainnya adalah peningkatan berat badan
yang tiba-tiba, yang sebagian besar disebabkan oleh penumpukan cairan dalam
jaringan. Peningkatan berat badan tersebut menunjukkan terjadinya edema
tersembunyidan hampir selalu menimbulkan bengkak pada wajah dan jari yang
sangat jelas terlihat pada tahap lanjut penyakit. Peningkatan berat badan sebanyak
0,5 Kg/minggumerupakan keadaan yang normal, tetapi apabila seorang wanita
mengalami peningkatan berat badan 1 Kg dalam satu minggu atau sebanyak 3 Kg
dalam satu bulan maka perlu dicurigai adanya preeklamsia.

Terdapatnya protein urine secara tiba-tiba, dengan atau tanpa adanya temuan lain,
harus selalu dicurigai sebagai sebuah tanda preeklamsia. Oleh karena derajat
proteinuria dapat bervariasi dalam setiap jamnya akibat adanya vasospastik
penyakit, penampungan urine selama 24 jam dan pemeriksaan urinalisis lengkap,
termasuk pemeriksaan mikroskopik, lebih akurat bila dibandingkan dengan
dipstick sekali waktu. Pemeriksaan ini juga berfungsi untuk menyingkirkan
infeksi sebagai penyebab terjadinya proteinuria. Oleh karena proteinuria biasanya
terjadinya kemudian dibandingkan hipertensi dan peningkatan berat badan, maka
keadaan ini dapat mengidentifikasi perburukan proses penyakit.

hasil pemeriksaan urine acak lewat penggunaan dipstick lebih dari 300 mg/dL
atau >1+ dianggap abnormal.
Seperti yang telah dijelaskan, terdapat juga manifestasi klinis multiorgan dari
preeklamsia berat lainnya, saat klien atau tenaga kesehatan lainnya mengenalinya,
akan membutuhkan perhatian yang khusus. Manifestasi klinis tersebut adalah :

1. Sakit kepala berat dan terus menerus, biasanya pada kepala bagian depan
atau oksipital.
2. Penglihatan gelap atau kabur.
3. Penurunan jumlah eksresi urine (<400 mL/24 jam); peningkatan
proteinuria (3+- 4+).
4. Nyeri epigastrik (gejala akhir).
5. retardasi pertumbuhan janin.
6. Dekompensasi jantung, edema paru, atau sianosis.

Tiga tanda awal dan penting pada preeklamsia yaitu hipertensi, peningkatan berat
badan, dan proteinuria merupakan perubahan yang sering kali klien tidak sadari.
Ketiga tanda tersebut dapat terjadi pada derajat yang bermakna, padahal
sebelumnya klien merasa cukup sehat. Semua tanda-tanda bahaya ini dapat
didetekdi dengan hanya pemeriksaan kehamilan yang teratur dan seksama. Pada
saat klien yang mengalami preeeklamsia telah mengalami tanda gejala yang ia
deteksi, seperti sakit kepala, pengelihatan kabur, dan bengkak pada kelopak mata
dan jari-jari tangan, ia biasanya pada tahap penyakit akhir, dan telah banyak waktu
berharga yang hilang. Selain itu, tingkat keparahan penyakit tersebut tidak selalu
berbanding lurus dengan derajat hipertensi. Seorang klien dapat mengalami
proteinuria 3+ dan kejang, sementara tekanan darahnya hanya 140/85 mmHg.

Sakit kepala jarang sekali teramati pada kasus-kasus yang lebih ringan, tetapi
keadaan ini sering dihadapi sejalan dengan proses perburukan penyakit. Pada
umunya, klien mengalami eklamsia sering kali mengalami sakit kepala yang hebat
sebagai sebuah tanda awal sebelum terjadinya kejang yang pertama. Gangguan
penglihatan agak kabur sampai derajat kebutaan sementara yang bervariasi.
Walaupun kejang cenderung jarang terjadi pada beberapa kasus preeklamsia yang
ringan, tetapi kemungkinannya tidak dapat dihilangkan seluruhnya. Klien yang
mengalami preeklamsia berat harus selalu dipertimbangkan berada di amabang
akan mengalami kejang.

Diagnosis medis dan prognosis

Deteksi terhadap preeklamsia (atau penyakit hipertensi lainnya) dipermudah


dengan pengamatan pada masa pranatal secara seksama dan identifikasi dini pada
wanita yang diketahui memiliki faktor risiko predisposisi. Contoh daro faktor
resiko yang khusus digolongkan menurut waktu terjadinya selama siklus masa
subur.
Munculnya kecenderungan peningkatan tekanan darah pada wanita yang memiliki
tekanan darah normal atau peningkatan berat badan yang cepat pada trimester
kedua atau trimester ketiga menunjukkan kemungkinan adanya diagnosis
preeklamsia. Hipertensi kronis harus dicurigai terjadi pada wanita hamil yang
memperlihatkan peningkatan tekanan darah sebelum gestasi minggu ke-24.

Roll-over test (uji tekanan pada posisi terlentang kadang kala digunakan secara
selektif untuk melakukan skrining pada wanita, terutama primigravida yang usia
kehamilannya antara minggu ke-28 dan minggu ke-32. Terdapat beberapa
kekhawatiran mengenai daya terap pengujian ini karena angka pembacaan positif
palsunya masih tinggi. Pengujian ini dilakukan dengan cara memposisikan wanita
pada posisi istirahat berbaring terlungkup miring kiri sampai tekanan darah klien
stabil (15-20 menit). Setelah menggulingkan wanita pada posisi terlentang,
tekanan darahnya diperiksa dengan segera dan kemudian diukur kembali dalam 5
menit. Peningkatan diastolik sebanyak 20 mmHg dianggap suatu respons positif
terhadap pengujian tersebut.

Prognosis wanita yang mengalami preeklamsia bergantung efek hipertensi


maternal pada sistem tubuh (misalnya, sistem jantung-pembuluh darah, sistem
saraf pusat, ginjal) dan kemampuan untuk mencegah atau mengendalikan penyakit
sebelum terjadi eklamsia. Kombinasi proteinuria dan hipertensi secara dramatis
akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian perinatal. satu-satunya tindakan
penyembuhan yang pasti terhadap preeklamsia adalah pelhiran.

Beberapa komplikasi maternal dapat terjadi sebagai akibat dari preeklamsia berat.
Komplikasi tersebut adalah eklamsia, edema paru, hemoragi otak (masif atau
diseminata), gagal jantung kongesti, aritmia, infark miokard, KID, HELLP,
sindrom distress pernapasan dewasa, dan kerusakan endotelium intravaskuler.
Janin memiliki resiko mengalami selusio plancenta (2%-10% kasus), retardasi
pertumbuhan intrauterus, hipoksia akut, kematian intrauterus, dan prematuritas.

Reader, Sharon J. 2014. Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi, dan


Keluarga. EGC : Jakarta
Gangguan Hipertensi Pada Kehamilan

1. Hipertensi kronis
a. Hipertensi dikatakan kronis jika muncul sebelum kehamilan atau pada
usia kehamilan dibawah 20 minggu.
b. Tekana darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg.
c. Apabila hipertensi didiagnosis selama kehamilan, tetapi tidak kunjung
menurun hingga pasca partum.
2. Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul
selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada
penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosi dengan kriteria berikut :
a. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik 140
mmHg atau diastolik 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai
proteinuria ( 0,3 gram protein selama 24 jam atau 30 mg/dL dengan
hasil reagen urine 1+).
b. Apabila hipertensi muncul tanpa adanya proteinuria, perlu dicurigai
adanya preeklamsia seiiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala
nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai
trombosit rendah, dan kadar enzim ginjal abnormal.
3. Preeklamsia berat
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolik 110 mmHg.
b. Proteinuria 2,0 gram dalam 24 jam (dengan reagen 2+ atau 3 +),
muncul pertamakali saat persalinan.
c. Peningkatan nilai serum kreatinin (> 1,2 mg/dL kecuali jika
peningkatan sudah diketahui sebelumnya).
d. Jumlah trombosit <100.000 sel per mm3.
e. Peningkatan aktifitas enzim hati (alanin aminontransferase, aspirat
aminotransferase atau keduanya).
f. Gejala gangguan syaraf: nyeri kepala menetap, gangguan pengelihatan.
g. Nyeri ulu hati yang menetap.
h. Oliguria 400 ml dalam 24 jam.
4. Eklamsia
a. Gejala kejang, sebagai gejala preeklamsia yang telah disebutkan diatas
(jika kejang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab lain)
5. Hipertensi kehamilan
a. Peningkatan tekanan darah setelah 20 minggu kehamilan 140 mmHg
untuk sistolik dan 90 mmHg untuk diastolik (sebelumnya disebut
hipertensi yang dipicu kehamilan) tanpa proteinuria atau hasil evaluasi
laboratorium yang abnormal selama kehamilan dan kembali normal 12
minggu pascapartum.
b. Penentuan akhir antara hipertensi kehamilan atau preeklamsia hanya
dapat dilakukan pada periode pascapartum.
c.

Anda mungkin juga menyukai