Anda di halaman 1dari 15

2.

2 Prosedur Kerja
1. Identifikasi Golongan Alkaloid
Bahan :
Kina Cortex
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia ditambah 5 ml NH4OH 30 %, digerus di dalam mortir, ditambahkan 20 ml
kloroform dan digerus kembali dengan kuat, kemudian disaring dengan kertas saring, diperoleh
filtrat larutan organik ( larutan A ). Sebagian larutan A diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1 :
10 di dalam tabung reaksi, larutan bagian atas diambil ( larutan B ).
Pengujian :
Larutan A diteteskan pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff merah /
jingga pada kertas saring ( alkaloid )
Larutan B dibagi ke dalam 2 tabung reaksi :
a) + Dragendorff merah bata/ jingga ( alkaloid )
b) + Meyer putih ( alkaloid )

2.Identifikasi Golongan Flavonoid


Bahan :
Daun kumis kucing
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia ditambahkan 50 ml air panas dan didihkan selama 10 menit, didinginkan,
disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat.
Pengujian :
5 ml filtrat ditambah serbuk Mg, 1 ml HCl pekat, dan 5 ml amilalkohol kemudian dikocok
dengan kuat sampai terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna merah yang merupakan
lapisan amilalkohol ( flavonoid )

3. Identifikasi Golongan Saponin


Bahan :
Daun kumis kucing
Penyiapan filtrat :
Seperti identifikasi golongan flavonoid.
Pengujian :
10 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dikocok vertikal selama 10 detik, didiamkan 10
menit terbentuk busa yang stabil dan bila ditambahkan 1 tetes HCl 1 % busa tetap stabil bedakan
dengan sabun ( saponin ).

4. Identifikasi Golongan Kuinon


Bahan :
Daun kumis kucing
Penyiapan filtrat :
Seperti identifikasi golongan flavonoid.
Pengujian :
5 ml filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi,ditambahkan 1 tetes NaOH 1 M merah
( kuinon )

5. Identifikasi Golongan Tanin


Bahan :
Gambir
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia ditambahkan 50 ml air, didihkan selama 15 menit, didinginkan dan disaring
dengan kertas saring diperoleh filtrat yang kemudian dibagi ke dalam 2 bagian.
Pengujian :
o Filtrat I + FeCl3 1 % biru tua atau hijau kehitaman ( tanin )
o Filtrat II + 15 ml pereaksi Stiasny ( formaldehid 30 % : HCl pekat = 2 : 1 ) dipanaskan di atas
penangas air merah muda ( tanin katekuat )
merah muda disaring, filtrat dijenuhkan dengan Na asetat, ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1
% biru tinta ( tanin galat ).

6. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid


Bahan :
Batang brotowali
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, wadah ditutup dengan
aluminium foil, dan diikat dengan karet, disaring di dalam lemari asam dan diperoleh filtrat.
Pengujian :
5 ml filtrat diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu, ke dalam residu ditambah 2
tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat ( pereaksi Libermann- Burchard ) hijau,
biru kehitaman atau merah ( steroid atau triterpenoid ).

7. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri


Bahan :
Jahe
Penyiapan filtrat :
1 gr serbuk simplisia dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 10 ml eter dan dipasang
corong pisah yang diberi lapisan kapas basah pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di
atas penangas air, didinginkan kemudian disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat.
Pengujian :
Filtrat diuapkan pada cawan penguap, residu dilarutkan dengan 5 ml etanol, disaring dengan
kertas saring, filtratnya diuapkan pada cawan penguap residu berbau aromatik ( minyak
atsiri ).

8. Identifikasi Golongan Kumarin


Bahan :
Daun kemuning
Penyiapan filtrat :
1 gr simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 10 ml kloroform dan dipasang corong
yang diberi lapisan kapas basah pada mulut tabung, dipanaskan 20 menit diatas penangas,
didinginkan dan disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat.
Pengujian :
Filtrat diuapkan pada cawan penguap sampai kering ditambah air panas 10 ml, didinginkan,
dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 0.5 ml NH4OH 10 % difluoresensi biru atau
hijau ( kumarin )
2.3 Data Hasil Pengamatan
Identifikasi Golongan Alkaloid
serbuk simplisia + NH4OH 30 %, digerus di dalam mortir, + kloroform dan digerus kembali
dengan kuat, disaring, diperoleh filtrat larutan organik ( larutan A ). Sebagian larutan A
diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1 : 10 di dalam tabung reaksi, larutan bagian atas diambil (
larutan B ).
Pengujian :
Larutan A diteteskan pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff merah /
jingga pada kertas saring ( alkaloid )
Larutan B dibagi ke dalam 2 tabung reaksi :
c) + Dragendorff
d) + Meyer
Jadi, kulit kina mengandung alkaloid hanya saja dalam pengujian tidak menunjukan adanya
endapan setelah ditambah pereaksi dragendrorff dan meyer kemungkinan terjadi human error.

Identifikasi Golongan Flavonoid


5ml filtrat kumis kucing + serbuk Mg + 1ml HCl + 5ml amilalkohol, dikocok, terbentuk 2
lapisan pada lapisan atas yaitu lapisan amilalkohol, terbentuk warna merah.
Jadi, kumis kucing positif mengandung flavonoid.

Identifikasi Golongan Saponin


5ml filtrat kumis kucing, dikocok selama 10 detik terbentuk busa, dan selama 10 menit
busa tetap stabil, + HCl 1% busa tetap stabil.
Jadi, kumis kucing positif mengandung saponin.

Identifikasi golongan tanin


Filtrat gambir + ferri(III) klorida 1% terbentuk warna biru tua. ( tanin )
Filtrat gambir + reagen Stiasny dipanaskan terbentuk endapan merah muda. ( tanin katekuat )
Endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan Na asetat, + ferri (III) klorida terbentuk warna biru
tinta. ( tanin galat )
Jadi, Gambir positif mengandung tanin, tanin katekuat dan tanin galat.

Identifikasi Golongan Kuinon


5 ml filtrat kumis kucing + NaOH 1N, tidak terjadi perubahan warna.
Jadi, Kumis kucing tidak mengandung Kuinon.

Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid, (data kelompok )


Filtrat hasil maserasi diuapkan sehingga pelarut menguap dan didapat residu, residu + pereaksi
Libermann Burchard, terbentuk warna hijau.

Identifikasi Golongan Minyak Atsiri


Simplisia + petroleum eter saring, filtrat diuapkan, residu dilarutkan dengan alkohol,
saring, filtrat diuapkan, residu berbau aromatik.
Jadi, jahe mengandung minyak atsiri.

Identifikasi Golongan Kumarin


Simplisia+ kloroform, panaskan dengan tabung dan penutup kapas dan corong dalam penangas
air. Filtrat diuapkan, residu + air panas, dinginkan, larutan dalam tabung reaksi + NH4OH. Amati
dengan sinar lampu ultraviolet.
Karena panjang gelombang sinar UV tidak sesuai maka flouresensi pada filtrat tidak terjadi.

BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini untuk menguji adanya kandungan metabolit sekunder pada beberapa
jenis tanaman yang telah diketahui kandungannya, jadi praktikum ini untuk membuktikan adanya
kandungan metabolit sekunder itu. Kandungan metabolit sekunder yang dibuktikan pada
praktikum kali ini adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, minyak atsiri, kumarin,
steroid dan triterpenoid.
Untuk membuktikan adanya senyawa golongan alkaloid menggunakan serbuk simplisia kina
cortex, alkaloid termasuk senyawa yang bersifat basa lemah dapat diekstraksi dengan pelarut
seemipolar dalam suasana basa atau dengan alkohol dalam suasana asam. Pada percobaan ini
dilakukan dengan metode yang pertama. Yakni serbuk simplisia ditambahkan
dengan NH4OH (basa) hal ini dilakukan untuk mengendapkan alkaloidnya, kemudian
ditambahkan pelarut kloroform (semi polar) sehingga didapat senyawa-senyawa yang bersifat
semi polar seperti alkaloid, lipid, pigmen, dan senyawa lainnya. Setelah disaring didapat filtrat
(larutan A) yang mengandung alkaloid, sebagian ekstrak kental diekstraksi dengan asam encer
(HCl) sehingga didapat larutan asam/garam alkaloid (larutan B). Larutan A diuji dengan
menggunakan pereaksi Dragendorff pada kertas saring sehingga akan tampak semburat warna
merah/jingga. Dan untuk larutan B ditambahkan pereaksi dragendorff dan pada tabung yang
lainnya ditambah dengan pereaksi mayer akan terbentuk endapan. Tetapi dari hasil praktikum
setelah ditambah pereaksi tidak menghasilkan endapan yang kemungkinan kesalahan itu timbul
dari human error yang terjadi pada saat mengekstraksi dengan asam encer dan kondisi pereaksi
yang tidak dibuat baru sehingga mempengaruhi pada hasil ekstraksi.
Untuk senyawa golongan flavonoid dibuktikan pada tanaman kumis kucing (bagian daun).
Flavonoid merupakan senyawa yang bersifat asam. Filtrat dari daun kumis kucing tersebut
ditambahkan serbuk magnesium dan HCl pekat. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang
mudah larut dalam air karena umumnya mereka sering kali berikatan dengan gula sebagai
glikosida, HCl ditambahkan agar kemudian terbentuk aglikon flavonoid (memisahkan flavonoid
dari senyawa gula yang mengikatnya). Setelah amilalkohol ditambahkan dan dikocok kuat akan
terbentuk 2 lapisan, lapisan amilalkohol berada diatas dan lapisan amilalkohol menjadi berwarna
merah menunjukan adanya senyawa flavonoid.
Pada uji saponin yang menggunakan filtrat kumis kucing setelah dilakukan pengocokan kuat
pada filtrat akan terbentuk busa, busa ini terjadi karena rantai gula yang terkandung dalam filtrat
pecah. Untuk membuktikan busa yang terbentuk merupakan hasil dari adanya rantai gula yang
pecah dapat ditambahkan HCl encer, jika saponin maka busa akan tetap stabil.
Pengujian golongan senyawa kuinon yang menggunakan filtrat daun kumis kucing tidak
menunjukan perubahan warna merah intensif setelah ditambah NaOH 1N, hal ini terjadi karena
memang dalam tanaman kumis kucing tidak mengandung kuinon.
Tanin atau polifenol yang termasuk golongan senyawa fenol dapat diidentifikasi secara khas
dengan Ferri (III) klorida akan menunjukan warna biru tua atau hijau kehitaman. Reaksi ini
menunjukan adanya tanin dalam filtrat gambir, untuk menguji adanya tanin katekuat dengan
menambahkan pereaksi Stiasny kemudian dipanaskan dalam penangas air yang kemudian akan
terbentuk endapan merah muda. Untuk tanin galat setelah endapan disaring, filtrat ditambahkan
CH3COONa sampai jenuh, kemudian ditambah FeCl3 akan terbentuk warna biru tinta.
Minyak atsiri diidentifikasi dari rimpang jahe. Minyak atsiri yang merupakan senyawa non-polar
dapat dipisahkan dari komponen lain dengan menggunakan pelarut organik yang bersifat non-
polar, seperti petroleum eter yang ditambahkan pada serbuk simplisia dalam tabung reaksi
kemudian dipanaskan dalam penangas air dan pada mulut tabung ditutup dengan kapas agar
petroleum eter tidak mudah menguap, dan jika ditutup rapat dikhawatirkan akan
terjadi bumping. Minyak atsiri yang bersifat non-polar akan tertarik sempurna kedalam pelarut
non-polar (petroleum eter). Residu yang didapat dari hasil penyaringan dicuci dengan alkohol,
residu yang didapat dari penyaringan berbau aromatik (berbau menyenangkan) menunjukan
dalam rimpang jahe mengandung minyak atsiri.
Golongan steroid dan triterpenoid yang bersifat non-polar yang terkandung dalam brotowali
diekstraksi dengan cara maserasi dingin, yang merupakan ekstraksi cair-padat antara serbuk
simplisia dan pelarut, metode ini digunakan karena dikhawatirkan jika dengan pemanasan akan
ada komponen dari simplisia yang rusak. Filtrat yang didapat diuapkan pelarutnya hingga
didapat residu, residu ini kemudian diidentifikasi dengan pereaksi Libermann-Burchard dan
menunjukan warna hijau atau merah yang menunjukan adanya senyawa golongan steroid dan
triterpenoid.
Simplisia ditambahkan pelarut kloroform untuk menarik senyawa kuinon dari simplisia, tabung
ketika dipanaskan ditutup dengan kapas agar kloroform tidak mudah menguap, tidak ditutup
langsung agar tidak terjadi bumping. Tetapi dari hasil praktikum ini tidak dapat dibuktikan
karena sinar UV yang ada panjang gelombangnya tidak sesuai.

3.2 Kesimpulan
Metabolit sekunder merupakan suatu senyawa yang penting bagi kehidupan tumbuhan
penghasilnya untuk mempertahankan diri dari serangan makhluk lain. Alkaloid, flavonoid,
saponin, steroid dan triterpenoid, kuinon, kumarin dan minyak atsiri merupakan beberapa contoh
dari metabolit sekunder yang telah diidentifikasi pada praktikum kali ini, ekstraksi senyawa
dilakukan dengan beberapa metode dan pelarut organik yang cocok. Kemudian diidentifikasi
dengan reagen-reagen yang sesuai yang dapat menunjukan reaksi-reaksi yang khas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.
Anonim. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Jakarta: Departemen kesehatan Republik
Indonesia.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia penuntun cara modern menganalisis tumbuhan
terbitan kedua. Bandung: ITB
Redaksi TRUBUS. 2003. Seri Pengalaman Obat Tradisional Sembuhkan Mereka. Jakarta:
Trubus.
http://en.wikipedia,org/wiki/biosynthesis
http://en.wikipedia,org/wiki/image:coumarin_acsv.svg

Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/blog-post.html#ixzz47dYIIcuf

VII. HASIL EVALUASI


a. Organoleptis
Nama Simplisia : Daun Jati Cina ( Sennae Folium )
Bau : Tidak berbau
Rasa : Rasa getir
Warna : Hijau
Bentuk : Serbuk halus

b. Hasil Praktikum
No Simpli
sia Uji
Pendahulu
An Uji Alkaloid Uji Uji Uji Uji
A1 A2 Basa
Ter-sier Basa Kuar
tener Antra
kinon Polifenol Tanin Sa
ponin

1. Daun Jati Cina +


Lart. Merah +
ke
hijau
an +
pth kehi
jaun +
kris
tal putih +
pu
tih
Lart. bening +
Hijau kehitaman +

coklat
Lart. orange
Tdk berbuihlart. kuning
2. Daun Kumis Kucing +
Ku
ning, keco
klatan +
jing
Ga +
jing
ga +
pu
tih +
pu
tih
Lart. bening +
Hijau kotor
Lart. coklat
Tdk berbuihlart. coklat
3. Daun Sirsak +
Ku
ning, keco
klatan +
jing
Ga +
pu
tih ku
ning +
pu
tih +
pu
tih
Lart. bening (+) FeCl3
()
etanol +
pu
tih
Tdk berbuih
Sampai 3 cm
4. Kulit Kina +
Ku
ning, keco
klatan +
jing
ga +
pu
tih ku
ning +
pu
tih +
pu
tih
Lart. bening (+) FeCl3
()
etanol +

coklat
Tdk berbuih
Sampai 3 cm

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas tentang skrining fitokimia tanaman atau bagian tanaman
dengan menggunakan uji tabung. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan adalah
daun jati cina (Sennae Folium). Tujuan melakukan skrining fitokimia pada daun jati cina
(Sennae Folium) yaitu untuk mengetahui apakah daun jati cina mengandung senyawa
golongan flavonoid, antrakinon, saponin (steroid dan triterpenoid), alkaloid, fenolik dan
polifenolik.
Daun jati cina (Sennae Folium) harus diserbukkan atau dihaluskan terlebih dahulu sebelum
dilakukan skrining fitokimia. Hal ini bertujuan untuk menghancurkan dinding sel yang
sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolic sekunder) yang berada dalam vakuola
mudah diambil dan memudahkan dalam pengujian. Penyerbukkan daun jati cina melalui
beberapa tahap yaitu :
1. Pencucian daun jati cina
Daun jati cina dicuci menggunakan air mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan
kotoran atau zat asing yang tidak diinginkan dan mencegah adanya kontaminasi yang
dapat mempengaruhi hasil akhir pengujian.
2. Pengeringan daun jati cina
Setelah dicuci dengan air mengalir, daun jati cina dikeringkan dengan cara dijemur di
bawah sinar matahari langsung. Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air
yang ada dalam simplisia sehingga diperoleh simplisia yang benar benar kering dan
mudah untuk dihancurkan.
3. Penggilingan daun jati cina
Proses penggilingan atau penghalusan daun jati cina dilakukan dengan cara diblender. Hal
ini bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga diperoleh daun jati cina dalam
keadaan serbuk.
4. Pengayakan serbuk
Setelah digiling atau dihaluskan, daun jati cina yang sudah dalam bentuk serbuk diayak
menggunakan pengayak. Hal ini bertujuan untuk memperhalus serbuk serta menghilangkan
kotoran yang kemungkinan ada pada saat proses penggilingan sehingga diperoleh serbuk
simpleks yang kering dan siap untuk diteliti.
Serbuk simpleks dari daun Jati Cina (Sennae Folium) yang sudah terbentuk, kemudian
dilakukan skrining fitokimia dengan uji tabung meliputi uji pendahuluan, uji alkaloid, uji
antrakinon, uji polifenol, uji tanin dan uji saponin.
a) Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji yang lain (uji
alkaloid, uji antrakinon, uji polifenol, uji tanin, dan uji saponin). Hal ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya gugus kromoform dalam daun jati cina (Sennae Folium). Uji
pendahuluan dilakukan dengan cara mencampurkan serbuk daun jati cina dengan air
sebanyak 10 ml dan dipanaskan selama 30 menit dalam air mendidih. Pemanasan tersebut
bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga diperoleh larutan berwarna merah. Larutan
berwarna merah yang terjadi menunjukkan bahwa daun jati cina memiliki gugus kromoform
(flavonoid, antrakinon, dsb). Gugus kromoform adalah suatu gugus fungsi yang memiliki
peranan menyebabkan suatu senyawa memiliki warna. Larutan berwarna merah tersebut
menjadi lebih intensif dengan penambahan KOH, karena KOH termasuk dalam gugus
auksokrom yang mempunyai peranan untuk memberikan warna lebih intensif pada suatu
senyawa. Auksokrom dapat berfungsi tidak lepas kaitannya dengan adanya kromoform di
dalam senyawa tersebut. Mekanisme kerja gugus auksokrom terhadap gugus kromoform
yaitu gugus auksokrom akan memperlebar sistem kromoform dan menggeser maksimum
absorpsi ke arah panjang gelombang yang lebih panjang. Gugus auksokrom tidak
menyerap pada panjang gelombang 200 800 nm, namun mempengaruhi spektrum
kromoform dimana auksokrom tersebut terikat.
b) Uji Alkaloid
Pada uji alkaloid serbuk daun jati cina ditambah dengan HCl 1% dan dipanaskan dalam air
mendidih selama 30 menit. Penambahan HCl ini berfungsi untuk membentuk garam
alkaloid, karena alkaloid yang bersifat basa dapat larut dalam pelarut yang bersifat asam.
Pemanasan dalam uji alkaloid cukup lama yaitu 30 menit yang bertujuan untuk membentuk
garam alkaloid yang stabil. Filtrat yang didapat dibagi menjadi dua bagian ke dalam tabung
reaksi A dan tabung reaksi B. Larutan dalam tabung reaksi A dibagi menjadi dua lagi yaitu
A1 dan A2.
Larutan A1 ditambah pereaksi dragendorff, positif bila membentuk endapan alkaloid
berwarna jingga. Dragendorff dapat mengendapkan alkaloid karena dalam senyawa
alkaloid terdapat gugus nitrogen yang memiliki satu pasang elektron bebas menyebabkan
senyawa alkaloid bersifat nukleofilik (basa). Maka dari itu, senyawa alkaloid mampu
mengikat ion logam berat (Dragendorff) yang mempunyai muatan positif sehingga terbentuk
endapan jingga.
Larutan A2 ditambah dengan pereaksi mayer membentuk endapan alkaloid berwarna putih
kehijauan. Berarti daun jati cina positif terdapat senyawa alkaloid. Pereaksi mayer bertujuan
untuk mendeteksi alkaloid dimana pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan
koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg pereaksi mayer sehingga menghasilkan senyawa
kompleks merkuri yang non polar mengendap berwarna putih. Reaksi uji alkaloid ini dengan
pereaksi mayer adalah :
N + KHgI4 Hg-N putih
Atom N menyumbangkan pasangan elektron bebas dan atom Hg sehingga membentuk
senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya.
Sedangkan larutan B ditambah natrium karbonat serbuk sampai pH 8-9. Na2CO3 di sini
berfungsi untuk membentuk kembali alkaloidnya dalam keadaan basa. Setelah itu ditambah
kloroform yang bertujuan untuk melarutkan alkaloid kembali dan untuk memutuskan ikatan
antara asam tanin dan alkaloid yang terikat secara ionic dimana atom N dari alkaloid
berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil fenolik dari asam tanin. Dengan terputusnya
ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tanin terikat oleh kloroform. Pengadukan
bertujuan untuk memperbanyak kontak yang terjadi antara kloroform dengan alkaloid
semakin banyak sehingga alkaloid bebas yang didapat semakin banyak. Larutan ini
diasamkan kembali dengan penambahan asam cuka 5% sampai pH 5 yang berfungsi untuk
mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi
pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid menghasilkan kompleks garam anorganik
yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolik sekundernya. Penambahan asam
cuka 5% mengakibatkan terbentuknya larutan menjadi dua fase karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran. Garam alkaloid larut pada lapisan atas, sedangkan lapisan kloroform
berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis lebih besar.
Pada lapisan atas ditambah pereaksi dragendorff membentuk endapan alkaloid dari basa
kuartener yang menunjukkan daun jati cina positif mengandung alkaloid. Lapisan bawah
diasamkan lagi dengan penambahan HCl 1% yang bertujuan untuk mengikat kembali
alkaloid menjadi garam alkaloid sehingga membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas dan
lapisan bawah. Lapisan atas ditambah dengan pereaksi dragendorff akan terbentuk
endapan alkaloid dari basa tersier. Digunakan lapisan atas karena garam alkaloid larut
pada lapisan atas. Berarti daun jati cina positif mengandung alkaloid hal ini sesuai dengan
pustaka.
c) Uji Antrakinon
Uji antrakinon dilakukan dengan serbuk daun jati cina ditambah dengan kalium hidroksida
dan larutan hidrogen peroksida dan didihkan selama 2 menit. Penambahan KOH dan
hidrogen peroksida bertujuan untuk melarutkan senyawa antrakinon yang ada di dalam
serbuk daun jati cina. Pemanasan ini berfungsi untuk melarutkan antrakinon agar terpisah
dari bagian serbuk simpleks. Setelah itu didinginkan agar senyawa antrakinon yang
diperoleh lebih stabil. Kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dengan ampas atau
pengotor lainnya yang terdapat dalam larutan. Filtrat ditambahkan asam asetat untuk
melarutkan senyawa antrakinon dan ditambahkan toluen untuk membentuk dua lapisan
yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang berbeda sesuai dengan kepolarannya. Lapisan
bawah dibuang dan lapisan atas yang digunakan untuk pengujian karena antrakinon larut
pada lapisan atas. Lapisan atas ditambahkan KOH 0,5 N yang berfungsi untuk
menghidrolisis glikosida dan mengoksidasi antranol menjadi antrakinon sehingga terbentuk
larutan berwarna merah.
Tetapi hasil praktikum, daun jati cina menunjukkan negatif antrakinon karena larutan tetap
bening. Hal ini tidak sesuai dengan pustaka seharusnya daun jati cina positif mengandung
antrakinon karena bermanfaat sebagai laxative. Kesalahan dalam hasil pengujian ini
kemungkinan disebabkan karena waktu pemanasan yang tidak tepat 2 menit, penyaringan
larutan belum terlalu dingin atau penambahan jumlah reagen yang tidak tepat.
d) Uji Polifenol
Uji polifenol dilakukan dengan cara memanaskan serbuk daun jati cina yang ditambah
dengan air sebanyak 10 ml ke dalam penangas air mendidih selama 10 menit. Pemanasan
ini berfungsi untuk melarutkan polifenol agar terpisah dari bagian tubuh tumbuhan sampel.
Larutan disaring panas panas yang bertujuan untuk mendapatkan senyawa polifenol yang
lebih banyak dan mencegah senyawa polifenol bercampur kembali dengan serbuk simplek.
Setelah dingin, ditambah dengan FeCl3 terbentuk warna hijau tua. Terbentuknya warna
hijau tua karena FeCl3 berfungsi untuk membentuk kompleks. FeCl3 ditambahkan saat
larutan dingin agar tidak teroksidasi. Berarti daun jati cina positif mengandung polifenol.
e) Uji Tanin
Uji tanin dilakukan dengan cara memanaskan serbuk simplisia dalam air mendidih selama
30 menit. Pemanasan ini berfungsi untuk melarutkan tanin agar terpisah dari bagian tubuh
tumbuhan sampel. Kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dengan ampasnya. Filtrat
yang diperoleh ditambah NaCl 2%. Penambahan NaCl berguna untuk membentuk garam
tanin. Setelah itu ditambah gelatin 1% yang bertujuan untuk mengendapkan garam
tersebut, karena jika ikatan tanin dan gelatin semakin kuat endapan akan terbentuk. Hasil
praktikum menunjukkan daun jati cina positif mengandung tanin ditandai dengan
terbentuknya endapan dalam larutan yang berwarna orange, berarti sesuai dengan
pustaka.
f) Uji Saponin
Uji saponin dilakukan dengan cara serbuk daun jati cina dimasukkan dalam tabung reaksi
ditambah air suling ditutup dan dikocok kuat selama 30 detik setelah itu didiamkan sampai
terbentuk buih. Hasil praktikum menunjukkan daun jati cina negatif mengandung saponin
karena tidak terbentuk buih. Seharusnya terbentuk buih karena saponin termasuk
surfaktan. Buih tidak timbul karena pengocokan yang kurang kuat, dan ruang lingkup
sedikit.

IX. KESIMPULAN
Mahasiswa telah mampu melakukan skrining fitokimia mulai dari pembuatan serbuk daun
jati cina (Sennae Folium) sampai pengujian menggunakan uji tabung (uji pendahuluan, uji
alkaloid, uji antrakinon, uji polifenol, uji tanin dan uji saponin) sehingga mengetahui
senyawa yang terkandung dalam daun jati cina.
Identifikasi daun jati cina (Sennae Folium) dalam praktikum ini menghasilkan bahwa daun
jati cina positif mengandung senyawa alkaloid, polifenol, dan tanin. Hasil ini sesuai dengan
pustaka.
Evaluasi yang didapat yaitu seharusnya daun jati cina (Sennae Folium) juga mengandung
senyawa antrakinon dan saponin tetapi hasil pengujian menunjukkan hasil negatif pada uji
antrakinon dan uji saponin. Hal ini disebabkan karena adanya kesalahan selama proses
preparasi sampel dan proses pengujian seperti penimbangan daun jati cina yang tidak
tepat, waktu pemanasan tidak tepat, ketidaktepatan jumlah reagen yang ditambahkan atau
adanya kontaminasi silang dengan kotoran atau zat asing lainnya.

X. DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Penerbit ITB; Bandung.
Sastrohamidjojo. H, 1996, Sintesis Bahan Alam, Cetakan ke-1, Liberty, Yogyakarta.
Tyler, V.E., LYNN, R.B. and ROBBERS, J.E. 1988. Pharmacognosy. Lea and Febiger.
Philadelphia.

XI. LAMPIRAN
Perhitungan Reagen yang digunakan dalam Praktikum
a. NaCl 2% b/v 10 ml
2 x 10 ml = 0,2 gram
100
Ditambah Aquadest ad 10 ml

b. Gelatin 1% 50 ml
1 x 50 ml = 0,5 gram
100
Ditambah Aquadest ad 50 ml

c. Etanol 80% 50 ml
Etanol dipersediaan C = 96%
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 96% = 50 ml x 80%
V1 = 4000 ml
96
V1 = 41,66 ml ~ 41,7 ml
Ditambah Aquadest ad 50 ml

d. KOH 0,5 N 100 ml


N = gram x 1000 x valensi
Mr vol
0,5 = gram x 1000 x 1
56 100
gram = 2,8 gram
Ditambah Aquadest ad 100 ml

e. HCl 1% 100 ml
HCl dipersediaan kadar 37%
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 37% = 100 ml x 1%
V1 = 97,3 ml
Ditambah Aquadest ad 100 ml

Formula dan Cara Pembuatan Reagen


Pereaksi Dragendorff
Pereaksi dragendorff dibuat dengan cara 0,8 gram bismut (III) nitrat sebanyak 0,8 gram dan
dilarutkan dalam wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 gram kalium iodida dilarutkan dalam
20 ml aquadest, keduanya dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna, larutan
yang jernih diambil dan diencerkan dengan aquadest sampai 10 ml.
(Mulyono, 2009)

Pereaksi Mayer
Dilarutkan 1,358 gram merkuri (II) klorida dengan 60 ml aquadest (larutan A) . Dilarutkan
beberapa gram kalium iodida dengan 10 ml aquadest (larutan B). Dituang larutan A ke
dalam larutan B. Diencerkan dalam aquadest sampai 100 ml (Mulyono, 2009)

Gambar Hasil Praktikum

a. Uji Pendahuluan

b. Uji Alkaloid

c. Uji Antrakinon

d. Uji Polifenol
e. Uji Tanin

f. Uji Saponin
Mengetahui, Semarang, 25 September 2014
Dosen Pengampu Praktikan

( ) ( Arinta Yuniawati)

https://arintayuniawati.wordpress.com/2014/12/01/laporan-resmi-praktikum-fitokimia_akfar-
theresiana-semarang/

Anda mungkin juga menyukai