Anda di halaman 1dari 9

BAB 1I

KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori

2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru


mengkaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari- hari.Pengetahuan dan
ketrampilan siswa diperolah dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan
dan ketrampilan baru ketika ia belajar ( muslich, 2009: 40-41)
Pendapat lain mengenai pembelajaran kontekstual (Johnson, 2011: 64)
yang menyatakan bahwa pengajaran kontekstual berarti membuat koneksi untuk
menemukan makna, melakukan pekerjaan yang signifikan, mendorong siswa
untuk aktif, pengaturan belajar sendiri, bekerja sama dalam kelompok,
menekankan berpikir kreatif dan kritis, pengelolaan secara individual, menggapai
standar tinggi, dan menggunakan asesmen otentik. Belajar kontektual akan terjadi
ketika peserta didik menerapkan dan mengalami apa yang telah diajarkan
berkaitan dengan masalah nyata.Pembelajaran kontekstual pada intinya adalah
melibatkan sumber maupun terapan materi pembelajaran. Masalah kontekstual
bukan hanya masalah yang dialami siswa saja, namun dapat difikir, dibayangkan
dan dirasakan juga termasuk masalah kontekstual.
Pembelajaran kontektual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran
yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan
(Inquiry), masyarakat belajar (Learning community), pemodelan (Modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (masnur
Muslich,2009: 44-47)

4
5

a) Konstruktivisme (Constructivism),
Merupakan landasan berfikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal , mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu
proses belajar megajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun
pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimiliki.
b) Menemukan (Inquiry),
Merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual ,
kerena pengetahuan dan ketrampilan yang diperolah siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta- fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Kegiatan menemukan, merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi,
bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis) pengumpulan data, penyimpulan.
c) Bertanya (Questioning),
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaranberbasis kontekstual. Kegiatan
bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi,2) menggali pemahaman,3)
membangkitkan respon kepada siswa,4) mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa,5) mengetahui hal- hal yang diketahui siswa,6)
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,7)
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa,8) untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa
d) Masyarakat belajar (Learning community),
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperolah dari
sharing antar teman dan antar kelompok.Masyarakat belajar terjadi apabila
ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang teribat dalam
komunikasi pembelajaran saling belajar.
e) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahas yang dipikirkan, mendemonstrasikan
bagaimana guru menginginkan siswa untuk belajar dan melakukan apa yang
guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontektual,
guru bukan satu- satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan
siswa dan juga mendatangkan dari luar
6

f) Refleksi (reflection)
Merupakan cara berfikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau
difikirkan belakangan tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Realisasi dalam pembelajaran guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pertanyaan langsung tentang apa yang
diperolah hari ini.
g) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
berbasis CTL , gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru
agar siswa bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang
benar , fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang releven dan
kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.
Adapun kelebihan dari pembelajaran kontektual yaitu 1) Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting, sebab dengan dapat menghubungkan materi yang di temukan
dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara
fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. 2) Pembelajaran lebih
produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
metode pembelajaran kontektual menganut aliran kontruktivisme, dimana seorang
siswa dituntut untuk menemukan pengetahuan sendiri. Melalui landasan filosofi
kontruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan
Menghafal.
2.1.2 PengertianHasil Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003).
7

Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah


ia menerima pengalaman belajarnya ( Sudjana,2011;22).Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperolah setelah melalui aktivitas belajar. Perolehan
aspek aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang akan
dipelajari si pembelajar.
Anni(2007:5)mengemukakan Hasil belajar merupakan perubahan tingkah
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Degeng
dalam Uno(2007:139) mengemukakan Hasil belajar biasannya mengikuti
pelajaran tertentu yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Benjamin S. Bloom dalam Anni(2007:7) ada tiga ranah (domain)
hasil belajar, yaitu:kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya
adalahsebagaiberikut:

a) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
b) Ranah afektif
Berkenaandengansikapdannilai.Ranahafektifmeliputilima jenjang
kemampuanya itu menerima,menjawabatau reaksi,menilai,
organisasidankarakterisasidengansuatunilaiataukompleksnilai.
c) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan dan
mengamati).Tipehasilbelajarkognitiflebihdominandaripada afektifdan
psikomotor karena lebih menonjol,
namunhasilbelajarpsikomotordanafektifjugaharusmenjadibagiandarihasil
penilaiandalam proses pembelajaran di sekolah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keluaran yang dapat
ditunjukkan siswa setelah melakukan kegiatan memproses masukan yang diterima
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
8

2.1.3 Pembelajaran Matematika di SD

Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganiser. Sifat


sifat atau teori teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan unsur- unsur yang
didefinisikan atau tidak didefinisikan atau tidak didefenisikan, sifat- sifat atau
teori- teori yang sudah dibuktikan kebenarannya.( Ismunamto, 2011: 2)
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bilangan bilangan dan symbol serta ketajaman penalaran
yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari- hari.
Tujuan matematika di SD tercantum dalam GBPP mata pelajaran
matematika SD kurikulum 1993 (Depdikbud, 2003) tujuan diberikannya
matematika pada jenjang pendidikan dasar pada hakekatknya dibagi menjadi 2
tujuan yaitu : (1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. (2)
mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam pola fikir
matematika dalam kehidupan sehari- hari. Sedangkan Tujuan khusus matematika
yaitu:(1) menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari hari,(2)
menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihkan, melalui kegiatan
matematika,(3) mengembangkan kemampuan dasar metematika sebagai bekal
belajar lebih lanjut di SMP.
Agar dalam pembelajaran metematika dapat berhasil dalam
menyampaikan materi khususnya tentang menyelesaikan pembagian bilangan dua
angka, guru menerapkan model pembelajaran Contekstual Teaching& Learning
untuk memudahkan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
9

2.1.4 Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching&Learning


(CTL) dalam Pembelajaran Metematika
Proses belajar merupakan proses yang sangat membosankan untuk
dikerjakan siswa sedangkan mereka lebih tertarik dengan permainan. Hendaknya
guru yang memiliki hubungan baik dengan siswanya harus dapat menerapkan
disiplin ilmu yang positif pada diri siswa.Banyak hal yang dipengaruhi minat
siswa pada pembelajaran, bukan hanya dari sendiri tatapi juga dari situasi di
sekitarnya. Hal ini dapat dimengerti karena minat anak berkembang melalui
proses belajar yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar atau
kehidupan sehari hari .
CTL (Contextual Teaching & Learning) dapat diterapkan dalam
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Penerapan pendekatan CTL di dalam kelas cukup mudah. Secara
garis besar, langkah- langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran CTL
adalah Sebagai berikut :
1) Kembangkan bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua pihak
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar.
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi diahkir pertemuan
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
Pembelajaran CTL dalam matematika pada dasarnya membantu guru
mengkaitkan materi mata pelajaran dengan kehidupannya atau pengalaman belajar
siswa. Pembelajaran matematika adalah suatu proses dimana pengetahuan yang
berupa hasil belajar yang diciptakan sendiri olah siswa melalui transformasi
pengalaman siswa sendiri.
10

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan model belajar Contextual


Teaching&Learning efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika kelas II
tentang pembagian bilangan dua angka

2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran Contextual


Teaching &Learning telah banyak dilakukan diantaranya :
2.2.1 Hasil penelitian oleh Handayani (2009) yang berjudul Peningkatan Hasil
Belajar Volume Bangun Ruang melalui Pendekatan Contextual Teaching
and Learning di kelas V SDN Bandar Kidul 3 Kota Kediri Hasil
pembahasan menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan CTL sudah sesuai dengan perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
persentase hasil observasi aktivitas guru dan siswa dapat dicapai secara
optimal. Persentase siswa pada siklus I pertemuan 1 73,2% dengan
kriteria baik, pertemuan 2 74,4% dengan kriteria baik dan pada siklus 2
pertemuan 1 mencapai 77,8% dengan kriteria baik, pertemuan 2 81,5%
dengan kriteria baik. Sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus 1 pertemuan 1 yaitu 56,5% dengan kriteria cukup baik,
pertemuan 2 mencapai 65,2% dengan kriteria cukup baik, dan pada siklus
2 pertemuan 1 mencapai 82,6% dengan kriteria baik, serta persentase pada
pertemuan 2 mencapai 91,3 % dengan kriteria sangat baik.
2.2.2 Hasil penelitian oleh Apriliyanto (2008) yang berjudul Peningkatan Hasil
Belajar Pengukuran Waktu melalui Model CTL ( Contextual Teaching and
Learning) Siswa Kelas II SDN Dayu 02 Kabupaten Blitar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada matematika di kelas II sudah sangat baik. Hal ini didukung
dengan sudah munculnya semua aspek/komponen model Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada saat pembelajaran berlangsung. Hal itu
juga diikuti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang sangat
11

baik pula. Persentase ketuntasan belajar siswa rata-rata pada pra tindakan
adalah 39,28%, pada siklus I adalah 64,1% dan pada siklus II adalah
88,5%.
2.3 Kerangka Berpikir

Alur kerangka berfikir yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya


penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan. Kerangka
berfikir dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai
gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah
sebagai berikut:

Pembelajaran Contextual
Teaching & Learning

Diberikan permasalahan Siswa membangun


nyata dan sesuai dengan pemahaman sendiri
pengalaman siswa

Hasil Belajar matematika


siswa

Gambar 2.1 Bagan Skema Kerangka Berpikir


Seperti terdapat pada gambarMelalui pembelajaran CTL yang
pengajarannya berangkat dari persoalan dalam dunia nyata diharapkan pelajaran
tersebut menjadi bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran mengunakan model
pembelajaran CTL ini siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi atau
12

membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya dengan demikian hasil


belajar siswa meningkat dan pengetahuannya bertahan lama.
2.4. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan model pembelajaran CTLpada mata pelajaran


Matematika materi Pembagian bilangan dua angka, siswa mampu memahami
materi dengan baikdengan indikator meningkatnya hasil belajarmatematika kelas
IISD Negeri Sumogawe 04kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Anda mungkin juga menyukai