Anda di halaman 1dari 96

SKRIPSI

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA


DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KASIH SAYANG IBU
BATUSANGKAR
TAHUN 2014

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Keperawatan

VISKA SUCI RAMADHANI


101000214201032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN DAN MIPA
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI 2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan stres dengan kejadian insomnia

pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun

2014

. Selamat serta salam kepada rasullah SAW atas cahaya islam yang telah beliau

wariskan diakhir zaman. Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Keperawatan di Fakultas Kesehatan dan

MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti telah banyak

menerima motivasi, arahan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Bustannuddin Agus, MA selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Sumatera Barat.

2. Bapak Mursyid, SKM, M. Kes (MMR) selaku Dekan Fakultas Kesehatan dan

MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

2
3. Ibu Ns. Betty, S. Kep selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan

dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

4. Ibu Elmi S.Kp,M.Kes. sebagai dosen pembimbing I yang telah ikhlas meluangkan

waktu dan memberikan arahan serta masukan untuk peneliti sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ns. Ropika Ningsih M,Kep sebagai dosen pembimbing II yang ikhlas

memberikan waktu, pikiran, dan perhatiannya untuk mengarahkan, menasehati

dan mengajari sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Pihak Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar yang telah

memberikan izin dalam mengambil data dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh staf dan dosen pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat yang telah

banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama dalam

perkuliahan dan pembuatan skripsi.

8. Teristimewa ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik

beserta keluarga yang tiada henti mendoakan dan memberi dukungan serta

motivasi dalam setiap langkah peneliti.

9. Rekan-rekanku angkatan 2010 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kesehatan dan MIPA UMSB Bukittinggi yang telah memberikan doa, dukungan

dan masukan yang sangat berguna untuk skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

3
Semoga segala amal, kebaikan, dan pertolongan yang telah diberikan kepada

peneliti mendapat berkah dari Allah SWT. Peneliti mohon maaf apabila masih

banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan dan berguna untuk pengembangan ilmu dikemudian hari.

Bukittinggi, Juli 2014

Peneliti

4
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR SKEMA ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis ........................................................................... 7


B. Kerangka Teori............................................................................... 40
C. Kerangka Konsep ........................................................................... 41
D. Hipotesis......................................................................................... 41
E. Definisi Operasional....................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................ 45


B. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 45
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 47
D. EtikaPenelitian ............................................................................... 48
E. AlatPengumpulan Data .................................................................. 49
F. Rencana Analisis Data ................................................................... 50
DAFAR PUSTAKA

5
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 : DefenisiOperasional ....................................................................... 42

6
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema4.1:KerangkaTeori................................................................................. 40
Skema 3.1 : Kerangka Konsep ......................................................................... 41

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 :Planning Of Action (POA)

Lampiran 2:PermohonanMenjadiResponden

Lampiran3 :PersetujuanMenjadiResponden

Lampiran 4:HalamanPernyataanOrisinilitas

Lampiran 5: Kuesioner

Lampiran6 :LembarKonsultasiBimbingan

8
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN DAN MIPA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARATBUKITTINGGI

Skripsi, Juli 2014


Viska Suci Ramadhani

Hubungan Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar 2014

Viii+ 63 Halaman + 7 Tabel + 2 Skema + 10 Lampiran

ABSTRAK

Insomnia adalah persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau
kualitas tidur yang buruk karena satu atau lebih hal berikut, kesulitan mengawali
tidur, sering terbangun tengah malam dan susah untuk kembali tidur, bangun terlalu
pagi, atau tidur yang tidak segar. Stres memegang peranan utama terhadap
kecendrungan insomnia, stres akan menyebabkan beberapa otot mengalami
ketegangan sehingga mengaktifkan system saraf simpatis. Aktifnya saraf simpatis
menyebabkan kita tidak dapat santai atau rileks sehingga tidak dapat memunculkan
rasa kantuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan
kejadian insomnia. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang
Ibu Batusangkar dengan 60 responden.
Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan desain penelitian cross sectional.
pengumpulan data dilakukan tanggal Maret sampai Juli 2014. Teknik pengambilan
sample adalah total sampling. Data insomnia diukur dengan alat ukur insomnia
Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS) yang
telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia dan stres dengan kuisioner pengukur
stres (CES-D) yang telah dimodifikasi sesuai kondisi lansia.
Analisa hasil penelitian dengan uji chi - square. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan antara stres dengan insomnia dengan nilai p = 0,000 (P<0,05) dan
OR=23,467 dengan arah hubungan positif. Artinya terdapat hubungan yang bermakna
antara stress dengan kejadian insomnia
Disarankan kepada perawat di PSTW untuk memberikan bimbingan konseling
karena kondisi psikologis dapat mempengaruhi insomnia.

Kata kunci : Insomnia, Stres, Lansia

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) stres adalah reaksi/respon

tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan).Stres adalah

stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan

psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi

umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada

tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif.

Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memperhatikan stresor atau penyebab

tertentu (Isaacs 2004).

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun

penampilan individu di dalam lingkungan (Sunaryo 2004). Menurut (Suparyanto

2011) stres yang terjadi pada lansia berhubungan dengan kematian pasangan,

status sosial ekonomi, penyakit, isolasi sosial dan spiritual, perubahan kedudukan,

pensiun serta menurunnya kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan

stres pada lansia.

Stres akan mempengaruhi kerja daerah raphe nucleus, yaitu daerah yang

mengatur proses emosi yang ternyata memberi dampak terhadap daerah

hypotalamus di otak tepatnya di SCN (Supra Chiasmatic Nucleus) yaitu daerah

10
proses tidur terganggu. Selain itu stres juga menghambat kerja kelenjar pinealis

untuk mengeluarkan hormon melatonin yang diperlukan untuk tidur normal

(Iskandar, 2009).

Rafnowledge (2004) mengatakan, semakin tinggi stress pada lansia maka

kebutuhan waktu tidur akan berkurang. Pemimpin klinik insomnia di Stanford AS,

Dr. Nino Murcia mengatakan hal ini disebakan oleh ketegangan pikiran seseorang

terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi system saraf pusat (SSP)

sehingga kondisi fisik senantiasa terjaga (Ridoaja, 2008).

Rafknowledge (2004) Mengatakan Perubahan usia datang tanpa disadari,

seperti lewatnya sebuah musim. Pelan-pelan semakin bertambah usia manusia.

Lansia mulai sadar kalau penglihatan tak lagi tajam dan kualitas pendengaran

semakin berkurang. Seiring waktu yang sama, pengalaman tidur lansia pun

berubah. Meski begitu ini tidak berarti kalau kebutuhan tidur menjadi berkurang

seiring dengan bertambahnya usia. Kenyataannya hasil penelitian membuktikan

kebutuhan tidur adalah konstan disepanjang usia.

Salah satu masalah kesehatan yang banyak dihadapi kelompok lanjut usia

adalah insomnia (susah tidur) (Yerly, 2009). Di Indonesia setiap tahun

diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya keluhan susah

tidur (insomnia) dan sekitar 17% mengalami keluhan tidur yang serius. Prevalensi

gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. (Irawan, 2009).

Menurut Zorick (1994 dikutip dari Potter & Perry, 2005) insomnia adalah

gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering

11
terbangun dari tidur, dan/atau tidur yang singkat atau tidur non restoratif.Zion &

Israel (2003 dikutip dari Darmodjo, 2009) mengatakan ada beberapa faktor

penyebab insomnia pada usia lanjut yaitu faktor fisik, psikologis, penggunaan

obat-obatan dan alkohol, kebiasaan tidur serta penyakit komorbid lain yang di

derita.

Seseorang dapat mengalami insomnia akibat stres situasional seperti masalah

keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang di cintai

(Potter & Perry, 2005). Insomnia akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan

kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup (Potter & Perry, 2005).

Begitu dampak insomnia bagi kesehatan dapat mengakibatkan kematian.

Sebuah studi yang telah dilakukan selama 14 tahun di Peen State dan melibatkan

1741 pria dan juga wanita menunjukkan bahwa pria yang menderita insomnia

memiliki resiko angka kematian 4 kali lebih besar dari pada pria yang memiliki

siklus tidur normal selama 6 jam dan dr. N. Vgontzas dan timnya juga

menemukan bahwa baik wanita maupun pria dengan insomnia lebih sering

mengalami tekanan darah lebih tinggi, diabetes, dan defisit neurokognitif jika

dibandingkan dengan mereka yang tidur secara normal. Penelitian ini dilakukan

oleh tim peneliti di Peen State, dr. Alexandros N. Vgontzas dan rekan-rekannya.

(DokterUmum.net,Hati-Hati Insomnia Dapat Menyebabkan Kematian, 2013).

Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Cubadak Batusangkar

merupakan salah satu tempat untuk merawat lansia di Sumbar dengan jumlah

lansia 70 orang, 28 orang wanita dan 42 orang laki-laki. Dari survey awal yang

12
penelitilakukanpada tanggal 18maret 2014 dengan 20 orang lansia di PSTW Kasih

Sayang Ibu Cubadak Batusangar, 7 orang diantaranya mengeluh tidak bisa tidur

karena sering terbangun tengah malam 5-7 kali akibat streskarena mengingat anak

dan cucu dan badan terasa letih pada siang hari , 4 orang lansia mengatakan sulit

mengawali tidur pada malam hari, biasanya tertidur sekitar jam 1 atau 2malam

kemudian bangun jam 3malam dan tidak bisa tertidur kembali, sedangkan 4 orang

lansia mengatakan sulit tidur karna stres akibat penyakit yang dideritanya, dan 5

orang mengatakan tidak mengalami sulit tidur.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada

hubungan stres dengan kejadian insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Kasih Sayang Ibu Cubadak Batusangkar tahun 201

13
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan stress dengan kejadian

Insomnia pada lansia di Panti Asuhan Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan stres dengan kejadian insomnia pada lansia di

PantiSosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui tingkat stres lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar

tahun 2014.

b. Diketahui distribusi frekuensi kejadian insomnia lansia di PSTW Kasih

Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

c. Diketahui hubungan stres dengan kejadian insomnia lansia di PSTW

Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar

Sebagai bahan masukan dalam menangani dan merawat pasien

lansia,khususnya yang mengalami stres dan insomnia.

2. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme

dan mutu pelayanan keperawatan, khususnya keperawatan gerontik.

14
3. Bagi Peneliti / peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain

sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama

yang terkait dengan penanganan insomnia pada lansia yg disebabkan oleh

stres.

E. RuangLingkup

Penelitian inimembahasmengenaihubungan stress dengankejadian

insomniapadalansia di PSTW KasihSayangIbuBatuSangkar 2014.

Penelitianinidilakukandi BatuSangkartahun

2014.Populasidalampenelitianiniadalahlansia yang berada di PSTW

KasihSayangIbuBatuSangkar 2014.

TeknikpengambilansampelmenggunakanTotal sampling, Teknikpengumpulan

datamenggunakanangket. Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara editing,

coding, scoring, entry dan cleaning. Analisa data diolah dengan menggunakan

program komputerisasi dan dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat

dengan menggunakan uji statistik yaitu uji chi-square (p< 0,05)

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lanjut Usia

a. Defenisi Lanjut Usia

Dalam Undang-Undang RI No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia dengan tegas dinyatakan bahwa yang disebut lansia (lanjut usia)

adalah laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Dalam

usia ini, kemampuan fisik dan kognitif manusia sangat menurun (Depsos,

1998).

Menurut J.Wsantrock( 2002, h.190)ada dua pandangan tentang definisi

orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang

Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia

adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan

membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan

pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60

tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai

usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan. Penggolongan

lansiamenurutDepkes di kutipdariAzis (1994) menjadi tiga kelompok yakni,

16
a) Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru

memasuki lansia.

b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia

merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan

dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ

tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun

sampai meninggal (Kumpulan Materi, 2012).

b. Batasan-batasan Lanjut Usia

Menurut WHO, usia pertengahan middle age yaitu sekelompok

usia 45-59 tahun. Usia lanjut elderly antara 60-74 tahun. Usia tua old

antara 75-90 tahun. Usia sangat tua very old diatas 90 tahun (Ramaita,

2005).

c. Gangguan Kesehatan Yang Sering Diderita Lanjut Usia

Penyakit yang sering timbul pada lansia adalah immobility/ tidak dapat

bergerak, instability/ berdiri dan berjalan tidak stabil/ mudah jatuh,

intellectual impairment/ gangguan intelektual, isolation/ depresi, insomnia/

susah tidur, impotence/ impotensi, immune deficiency/ daya tahan tubuh,

infection/ infeksi, inanition/ kurang gizi, iatrogenesis/ penyakit akibat obat-

obatan, impaction/ konstipasi, impairment of vision, hearing, taste, smell,

17
communication, convalenscence, skin integrity/ gangguan panca indra,

komunikasi, penyembuhan dan kulit (Yerly,2009).

18
B. Konsep Tidur

1. Definisi Tidur

Tidur adalah proses biologis yang bersiklus yang bergantian dengan

periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur-terjaga mempengaruhi

dan mengatur fungsi fisiologis dan respons prilaku (Potter & Perry, 2005).

Menurut teori tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode

terjaga berikutnya. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang,

perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (Potter &

Perry, 2005).

2. Tujuan Tidur

Menurut hodgson, 1991 (di kutip dari Potter & Perry, 2005) kegunaan

tidur masih belum jelas, namun di yakini tidur diperlukan untuk menjaga

keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.

Menurut Anch dkk, 1988 (di kutip dari Potter & Perry 2005) Teori Lain

tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot

skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot

menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal

lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh.

Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin,

selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM (nonrapid eye movement

tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk

memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak.

19
Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada

kulit, sumsum tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat

(Potter & Perry, 2005).

Pada tidur REM (rapid eye movement) terjadi perubahan dalam aliran

darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen

dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan

pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan koqnitif. Tanpa

kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan

keputusan akan menurun (Potter & Perry, 2005). Menurut Oswold, 1984

(dikutip dari Potter & Perry, 2005) kegunaan tidur yang lain adalah selama

tidur tubuh akan menyimpan energi.

3. Siklus Tidur Normal

a. Fisiologi Tidur Normal

Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7 jam untuk tidur setiap

malam. Walaupun demikian, ada beberapa orang yang membutuhkan tidur

lebih atau kurang. Tidur normal dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya

usia. Seseorang yang berusia muda cenderung tidur lebih banyak bila

dibandingkan dengan lansia.

Waktu tidur lansia berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan.

Fisiologi tidur dapat dilihat melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel otak

selama tidur. Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi

aktivitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan

20
saat tidur malam hari. Alat tersebut dapat mencatat aktivitas EEG,

elektrookulografi, dan elektromiografi. Elektromiografi perifer berguna

untuk menilai gerakan abnormal saat tidur. Stadium tidur - diukur dengan

polisomnografi - terdiri dari tidur rapid eye movement (REM) dan tidur non-

rapid eye movement (NREM).

Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena dihubungkan

dengan bermimpi atau tidur paradoks karena EEG aktif selama fase ini.

Tidur NREM disebut juga tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau

tidur S. Kedua stadia ini bergantian dalam satu siklus yang berlangsung

antara 70 120 menit. Secara umum ada 4-6 siklus REM yang terjadi setiap

malam. Periode tidur REM I berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut

malam, periode REM makin panjang. tidur NREM terdiri dari empat

stadium yaitu stadium 1,2,3,4.(Ebook Yuflihul KhairAsuhan keperawatan

pada lansia dengan masalah gangguan tidur, 2011).

a) Stadium 0

Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi

mata menutup. Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah,

cepat, 8-12 siklus per detik. Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa

menurun dengan meningkatnya rasa kantuk. Pada fase mengantuk

terdapat gelombang alfa campuran.

21
b) Stadium 1

Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium

NREM. Stadium 1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia

menduduki sekitar 5% dari total waktu tidur. Pada fase ini terjadi

penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang

dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan

teta, tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola

mata melambat, tonus otot menurun, berlangsung sekitar 3-5 menit.

Pada stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila terbangun

merasa seperti setengah tidur.

c) Stadium 2

Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu

didominasi oleh aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur

dan kompleks K. Kumparan tidur adalah gelombang ritmik pendek

dengan frekuensi 12-14 siklus per detik. Kompleks K yaitu gelombang

tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh gelombang lebih lambat,

frekuensi 2-3 siklus per menit, aktivitas positif, dengan durasi 500

mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan tekanan darah cenderung

menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal. Stadium ini

menduduki sekitar 50% total tidur.

22
d) Stadium 3

Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi

1-2 siklus per detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta.

Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata.

e) Stadium 4

Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium

3 dan 4 sulit dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3.

Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur

gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar

10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga awal

malam dengan setengah malam. Durasi tidur ini meningkat bila

seseorang mengalami deprivasi tidur. Tidur REM ditandai dengan

rekaman EEG yang hampir sama dengan tidur stadium 1. Pada stadium

ini terdapat letupan periodik gerakan bola mata cepat,refleks tendon

melemah. (Ebook Yuflihul Khair, Asuhan keperawatan pada lansia

dengan masalah gangguan tidur, 2011).

Gangguan Tidur Lanjut Usia. Tekanan darah dan nafas

meningkat. Pada pria terjadi ereksi penis. Pada tidur REM terdapat

mimpi-mimpi. Fase ini menggunakan sekitar 20%-25% waktu tidur.

Ratensi REM sekitar 70-100 menit pada subyek normal tetapi pada

penderita depresi, gangguan makan, skizofrenia, gangguan kepribadian

ambang, dan gangguan penggunaan alkohol durasinya lebih pendek.

23
Sebagian tidur delta (NREM) terjadi pada separuh awal malam dan

tidur REM pada separuh malam menjelang pagi.

Tidur REM dan NREM berbeda dalam hal dimensi psikologik

dan fisiologik. Tidur REM dikaitkan dengan mimpi-mimpi sedangkan

tidur NREM dengan pikiran abstrak. Fungsi otonom bervariasi pada

tidur REM tetapi lambat atau menetap pada tidur NREM. Jadi, tidur

dimulai pada stadium 1, masuk ke stadium 2, 3, dan 4. Kemudian

kembali ke stadium 2 dan akhirnya masuk ke periode REM 1, biasanya

berlangsung 70-90 menit setelah onset. Pergantian siklus dari NREM

ke siklus REM biasanya berlangsung 90 menit. Durasi periode REM

meningkat menjelang pagi.

Kondisi tidur siang hari dapat dinilai dengan multiple sleep

latency test (MSLT). Subyek diminta untuk berbaring di ruangan gelap

dan tidak boleh menahan kantuknya. Tes ini diulang beberapa kali

(lima kali pada siang hari). Latensi tidur yaitu waktu yang dibutuhkan

untuk jatuh tidur.Waktu ini diukur untuk masing-masing tes dan

digunakan sebagai indeks fisiologik tidur. Kebalikan dari MSLT yaitu

maintenance of wakefulness test (MWT). Subyek ditempatkan di

dalam ruangan yang tenang, lampu suram, dan diinstruksikan untuk

tetap terbangun. Tes ini juga diulang beberapa kali. Latensi tidur

diukur sebagai indeks kemampuan individu untuk mempertahankan

tetap bangun (Ebook Yuflihul Khair, 2011).

24
4. Fisiologi Tidur Lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan

tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan

lansia (Bliwise, 1993 Dikutip dari Potter & Perry, 2005). Keluhan

tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara lansia,

sering kali akibat keberadaan penyakit kronik yg lain (Evans dab

Rogers, 1994 dikutip dari Potter & Perry, 2005).

25
C. Konsep Insomnia

1. Pengertian Insomnia

Menurut Zorick, (1994) Insomnia adalah gejala yang di alami oleh klien

yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan

tidur singkat atau tidur nonrestoratif (Dikutip dari Potter & Perry, 2005).

Insomnia menurut Chaplin (2001) adalah ketidakmampuan yang kronis

untuk tidur.Menurut sigmund, (2000), insomnia adalah suatu penyakit

gangguan tidur yang mencakup setiap sistem, gangguan pada setiap fungsi,

dalam kegelapan, dalam kesunyian, dan kesendirian malam, semua ini

disebabkan oleh masalah kecemasan, timbul bersamaan dengan energi yang

berlebihan serta dihantui oleh perasaan tidak bersemangat.Sedangkan menurut

Silber (2005), insomnia didefinisikan sebagai kesulitan dengan inisiasi

pemeliharaan durasi atau kualitas dari tidur yang mengakibatkan aktifitas di

siang hari terganggu, meskipun memiliki kesempatan dan situasi yang memadai

untuk tidur(Dikutip dari Potter & Perry, 2005).

Erliana (2009), berpendapat kesulitan tidur atau insomnia adalah

keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari hal

berikut ini: sulitmemasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan

untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak.

Dari berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa insomnia

merupakan suatu ketidakmampuan atau penyakit gangguan yang kronis untuk

tidur, mencakup setiap system yang disebabkan oleh masalah kesemasan,

26
kekurangan waktu tidur, kesulitan dengan inisiasi pemeliharaan durasi tidur,

dan arsitektur tidur yang tidak normal (@Yie_Chan, 2010).

2. Faktor-Faktor Penyebab Insomnia

Menurut Rafknowledge (2004) secara garis besar ada beberapa faktor yang

menyebabkan insomnia yaitu:

a. Stress, individu yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena

memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi

b. Depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi juga menimbulkan

keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan

diri dari masalah yang dihadapi, depresi bisa menyebabkan insomnia

dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.

c. Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes,

sakit ginjal, arthritis, atau penyakit mendadak seringkali menyebabkan

kesulitan tidur.

d. Efek samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat

menjadi penyebab insomnia.

e. Pola makan yang buruk, mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum

pergi tidur bisa menyulitkan untuk tertidur

f. Kafein, nikotin, dan alkohol. Kafein dan nikotin adalah zat stimulant.

Alkohol dapat mengacaukan pola tidur

g. Kurang berolah raga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang

signifikan.

27
3. Jenis-jenis Insomnia

Menurut Kaplan (2007), insomnia dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:

a. Transient insomnia

Mereka yang menderita transient insomnia biasanya adalah mereka

yang termasuk orang yang tidur secara normal, tetapi di-karenakan suatu

stres atau suatu situasi penuh stres yang ber-langsung untuk waktu yang

tidak terlalu lama (misalnya perjalanan jauh dengan pesawat terbang yang

melampaui zona waktu, hospitalisasi, dan sebagainya), tidak bisa tidur.

Pemicu utama dari transient insomnia yaitu, penyakit akut, cedera atau

pembedahan, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,

perubahan cuaca yang ekstrim, menghadapi ujian, perjalanan jauh, masalah

dalam pekerjaan.

b. Short-term insomnia.

Mereka yang menderita short-term insomnia adalah mereka yang

mengalami stres situasional (kehilangan/kematian seorang yang dekat,

perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, pemindahan dan lingkungan

tertentu ke lingkungan lain, atau penyakit fisik). Biasanya insomnia yang

demikian itu lamanya sampai tiga minggu dan akan pulih lagi seperti biasa.

c. Long-term insomnia

Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term insomnia.

Untuk dapat mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan untuk

mengadakan pemeriksaan fisik dan psikiatrik yang terinci dan komprehensif

28
untuk dapat mengetahui etiologi dari insomnia ini. Di luar negeri untuk

kepentingan ini telah didirikan beberapa klinik insomnia, yang antara lain

mengkhususkan diri untuk menegakkan diagnosis yang terinci dan sebab

insomnia dengan pemberian terapi yang sesuai. Insomnia ini dapat

berlangsung berbulan-bulan bahkan ber-tahun-tahun dan perlu diobati

dengan cara yang tersedia kini yaitu dengan teknik tertentu untuk tidur atau

obat-obatan sesuai dengan gangguan utama yang diderita pasien.

4. Tingkat Insomnia

Akoso (2009) menyatakan ada 3 tingkatan insomnia yaitu :

a. Insomnia akut/ringan

Insomnia yang berlangsung beberapa malam hingga beberapa hari.

b. Insomnia sedang

Insomnia yang biasanya berlangsung kurang dari tiga minggu.

c. Insomnia berat/kronik

Insomnia yang terjadi setiap saat, menimbulkan penderitaan dan berlangsung

sebulan atau lebih (kadang-kadang bertahun-tahun).

5. Tanda dan Gejala Insomnia

a. Kesulitan tidur secara teratur

b. Jatuh tidur atau merasa lelah di siang hari

c. Perasaan tidak segar atau merasa lelah setelah baru bangun

d. Bangun berkali-kali saat tidur

e. Kesulitan jatuh tertidur

29
f. Pemarah

g. Bangun dan memiliki waktu yang sulit jatuh kembali tidur

h. Bangun terlalu dini

i. Masalah berkonsentrasi

Berapa banyak tidur yang dibutuhkan tubuh bervariasi dari satu orang

ke orang lain. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan antara tujuh dan

delapan jam setiap malam. Gejala insomnia biasanya berlangsung satu

minggu dianggap insomnia sementara. Gejala berlangsung antara satu dan

tiga minggu dianggap insomnia jangka pendek dan gejala penguat lebih dari

tiga minggu diklasifikasikan sebagai insomnia kronis. Orang yang menderita

insomnia biasanya terus berpikir tentang bagaimana untuk mendapatkan

lebih banyak tidur, semakin mereka mencoba, semakin besar penderitaan

mereka dan menjadi frustrasi yang akhirnya mengarah pada kesulitan yang

lebih besar (Prmob.net, 2012).Akoso (2009)

6. Dampak Insomnia bagi Kesehatan

a. Gangguan fungsi mental

Insomnia dapat mempengaruhi konsentrasi dan memori dan dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan tugas sehari-hari.

b. Stres dan depresi

Insomnia meningkatkan aktivitas hormon dan jalur di otak yang

menyebabkan stres, dan perubahan pola tidur telah terbukti secara

30
signifikan mempengaruhi suasana hati. Insomnia terus menerus dapat

menjadi tanda kegelisahan dan depresi.

c. Sakit kepala

Sakit kepala yang terjadi pada malam hari atau dini hari mungkin

berhubungan dengan insomnia.

d. Penyakit jantung

Sebuah studi menunjukkan bahwa orang dengan insomnia kronis

mengalami tanda-tanda aktivitas jantung dan sistem saraf yang dapat

menempatkan mereka pada risiko penyakit jantung.

e. Kecelakaan

Penelitian telah menunjukkan bahwa insomnia memainkan peran

utama dalam kecelakaan mobil. Setiap tahun, lebih dari 100.000

kecelakaan mobil di jalan raya disebabkan oleh kantuk atau insomnia.

(Zona kesehatan, 2012).

f. Kematian dini

Insomnia yang dipicu kelainan genetik Fatal Familial Insomnia bisa

memicu dampak yang benar-benar fatal, yakni kematian. Kelainan

bawaan yang dicirikan dengan susah tidur ini mempengaruhi fungsi otak

hingga kehilangan memori dan sulit mengendalikan gerakan. Pasien bisa

meninggal karena kelelahan parah setelah berbulan-bulan tidak bisa tidur

nyenyak, ditambah tremor atau gemetaran seluruh badan.

31
g. Kecenderungan untuk bunuh diri

Sebuah penelitian pada remaja mengungkap, kebiasaan tidur larut

malam berhubungan dengan peningkatan risiko depresi sebesar 24 persen

dan kecenderungan bunuh diri sebanyak 20 persen. Bukan itu saja,

insomnia atau susah tidur juga banyak dikaitkan dengan peningkatan

risiko paranoia atau ketakutan berlebihan serta gangguan jiwa bipolar.

h. Darah tinggi dan penyakit kronis lainnya

Para ilmuwan di Henry Ford Center of Sleep Disorder

membuktikan, makin lama waktu yang dibutuhkan sejak berbaring hingga

terlelap bisa berarti semakin tinggi pula risiko kematian hipertensi atau

tekanan darah tinggi. Demikian juga yang tidurnya tidak nyenyak, makin

sering terbangun di tengah malam risiko hipertensi juga makin

meningkat.

Selain hipertensi, berbagai penyakit kronis lainnya juga sering

dikaitkan dengan riwayat insomnia. Di antaranya yang masih berkaitan

dengan hipertensi adalah serangan jantung, lalu diabetes, obesitas dan

kanker payudara.

i. Perilaku aneh saat tidur

Penderitaan yang menyertai insomnia tidak berhenti pada usaha

keras dan mati-matian saat mau tidur saja. Begitu jatuh tertidur, berbagai

gangguan perilaku saat tidur bisa muncul sebagai akibat dari kurang tidur

pada malam-malam sebelumnya. Mulai dari ngelindur (sleep talking),

32
SMS sambil tidur (sleep texting), hingga berhubungan seks tanpa sadar

sambil tidur atau dikenal dengan istilah seksomnia.

j. Gangguan pendengaran

Memang tidak banyak orang yang jadi tuli hanya karena insomnia

atau susah tidur. Namun bagi yang memiliki riwayat tinnitus atau telinga

berdenging, kurang tidur akibat gangguan insomnia bisa memperburuk

kondisi itu dan jika tidak diatasi bukan mungkin bisa berakhir jadi tuli

permanen (Waspada online, 2012).

7. Alat Ukur Insomnia

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur insomnia dari subjek

adalah menggunakan KSPBJ-IRS (Kelompok Studi Psikiatri Biologi

Jakarta Insomnia Rating scale) (Iskandar & Setyonegoro, 1985) (Ramaita

JURNAL FK UNAND 2010)yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi

lansia. Alat ukur ini mengukur insomnia secara terperinci. Berikut

merupakan butir-butir dari KSPBJ Insomnia Rating Scale yang telah di

modifikasi dan nilai scoring dari tiap item yang dipilih oleh subjek adalah

sebagai berikut :

a. Lamanya Tidur

Butir ini mengevaluasi jumlah tidur total, nilai butir ini

tergantung dari lama nya subjek tertidur dalam satu hari. Untuk subjek

normal tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan pada penderita

33
insomnia memiliki lama tidur lebih sedikit. Nilai yang diperoleh untuk

setiap jawaban adalah :

Nilai 0 untuk jawaban tidur lebih dari 6,5 jam,nilai 1 untuk jawaban

tidur antara 5,5-6,5 jam untuk insomnia ringan,nilai2 untuk jawaban

tidur antara 4,5-5,5 jam untuk insomnia sedang,nilai 3 untuk jawaban

tidur antara 4,5 jam untuk insomnia berat.

b. mimpi

Subjek normal biasanya tidak bermimpi atau tidak mengingat

bila ia mimpi, sedangkan penderita insomnia mempunyai mimpi yang

lebih banyak. Nilai yang diperoleh untuk setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban tidak ada mimpi,nilai 1 untuk jawaban

terkadang mimpi yang menyenagkan atau mimpi biasa saja,nilai 2 untuk

jawaban selalu bermimpi,nilai 3 untuk jawaban mimpi buruk

c. Kualitas Tidur

Kebanyakan subjek normal tidur nya dalam, sedangkan penderita

insomnia biasanya tidur dangkal. Nilai yang diperoleh dalam setiap

jawaban adalah:

Nilai 0 untuk jawaban dalam atau sulit terbangun,nilai 1 untuk

jawaban terhitung tidur yang baik, tetapi sulit terbangun,nilai 2 untuk

jawaban terhitung tidur yang baik, tetapi mudah terbangun,nilai 3 untuk

jawaban tidur dangkal, mudah terbangun.

34
d. Masuk Tidur

Subjek normal biasanya dapat tidur dalam waktu 5-15 menit atau

rata-rata kurang dari 30 menit. Penderita insomnia biasanya lebih lama

dari 30 menit. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah :

Nilai 0 untuk jawaban kurang dari jam, nilai 1 untuk jawaban

antara jam sampai 1 jam untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban

antara 1-3 jam untuk insomnia sedang,nilai 3 untuk jawaban lebih dari 3

jam untuk insomnia berat

e. Terbangun malam hari

Subjek normal dapat mempertahankan tidur sepanjang malam,

kadang-kadang terbangun 1-2 kali, tetapi penderita insomnia terbangun

lebih dari 3 kali. Nilai yang di peroleh dalam setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban tidak terbangun sama sekali,nilai 1 untuk

jawaban 1-2 kali terbangun untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban

3-4 kali terbangun untuk insomnia sedang,nilai 3 untuk jawaban lebih

dari 4 kali terbangun untuk insomnia berat

f. Waktu untuk tertidur kembali

Subjek normal mudah sekali untuk tidur kembali setelah

terbangun dimalam hari, biasanya kurang dari 5 menit/ jam mereka

dapat tidur kembali. Penderita insomnia memerlukan waktu yang

35
panjang untuk tidur kembali. Nilai yang diperoleh dalam setiap

jawaban:

Nilai 0 untuk jawaban kurang dari 5/ jam,nilai 1 untuk jawaban

antara jam1 jam untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban antara

1-3 jam untuk insomnia sedang,nilai 3 untuk jawaban lebih dari 3 jam

atau tidak dapat tidur lagi untuk insomnia berat

g. Lamanya tidur setelah terbangun

Subjek normal biasanya dapat tertidur kembali setelah bangun,

sedangkan penderita insomnia tidak dapat tidur kembali atau tidur hanya

jam. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban lama tidur lebih dari 3 jam,nilai 1 untuk

jawaban lama tidur antara 1-3 jam,nilai2 untuk jawaban lama tidur -1

jam,nilai 3 untuk jawaban lama tidur kurang dari jam.

h. Lamanya gangguan tidur terbangun pada malam hari

Subjek normal biasanya tidak mengalami gangguan tidur

terbangun malam hari atau hanya 1 malam, tetapi penderita insomnia

biasanya mengalami gangguan tidur selam 7 hari, sebulan tergantung

dari berat insomnia nya. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban lama gangguan tidur terbangun dini hari

tidak sama sekali atau 1pagi,nilai 1 untuk jawaban 2-7 hari untuk

insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban 2-4 minggu untuk insomnia

36
sedang,nilai 3 untuk jawaban lama gangguan sudah lebih dari 4 minggu

untuk insomnia berat.

i. Terbangun dini hari

Subjek normal dapat terbangun kapan ia ingin bagun, tetapi

penderita insomnia biasanya bangun lebih cepat (misal 1-2 jam sebelum

waktu untuk bangun). Biasanya rat-rata subjek normal terbangun 4.30

wib. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah :

Nilai 0 untuk jawaban bangun jam 4.30,nilai 1 untuk jawaban bangun

jam 4.00 untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban bangun jam 3.30

dan tidak dapat tidur lagi untuk insommnia sedang,nilai 3 untuk untuk

jaawaban bangun sebelum 3.30 dan tidak dapat tidur lagi untuk

insomnia berat.

j. Lamanya perasaan tidak segar setiap bangun pagi

Subjek normal merasa segar setelah tidur di malam hari, akan tetapi

penderita insomnia biasanya bangun tidak segar atau lesu dan perasaan

ini biasanya dialami selam 7 hari, sebulan, bahkan berbulan-bulan

tergantung berat insomnia nya. Nilai yang diperoleh dalam setiap

jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban lamanya perasaan tidak segar setiap bangun

pagi tidak ada,nilai 1 untuk jawaban 2-7 hari untuk insomnia

ringan,nilai 2 untuk jawaban 2-4 minggu untuk insomnia sedang,nilai 3

37
untuk jawaban lama gangguan sudah lebih dari 4 minggu untuk

insomnia berat.

Setelah semua nilai terkumpul kemudian di hitung dan digolongkan

kedalam tingkat insomnia :

a) Insomnia ringan : 11-17

b) Insomnia sedang : 18-24

c) Insomnia berat : 25-33

D. Konsep Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan

menciptakan tuntutan fisik dan psikis padaseseorang.Stres membutuhkan

koping dan adaptasi.Sindrom adaptasi umum atau teori Selye, menggambarkan

stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah

penyebab stres tersebut positif atau negatif.Respons tubuh dapat diprediksi

tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004).

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami

gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak

lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka disebut

mengalami distres (Hawari 2001).

38
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiranpadalansia yang

disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh

lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan (Sunaryo, 2004).

2. Proses Terjadinya Stres

Epinesfrim (adrenalin), suatu hormon stres, dilepaskan dari kelenjar

adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk

meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernafasan, dan

mengubah proses tubuh lainnya. Hasil respon stres adalah kewaspadaan,

kesadaran, keadaan tegang yang mempersiapkan seseorang untuk menghadapi

bahaya. Setelah kondisi stres terlewati, tubuh berelaksasi dan kembali normal

(Swarth, 2002).

Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat

memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang

membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan

dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau

di luiar batasan kemampuan mereka untuk memenuhoi tuntutan tersebut.

Pandangan dari patel (1996), stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada

tubuh yang bisa di sebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia

menghadapi tantangan tantangan ( challenge ) yang penting, ketika

dihadapkan pada ancaman ( threat ), atau ketika harus berusaha mengatasi

harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungan, dengan demikian, bisa di

39
artikan bahwa stres merupakn suatu sistem pertahanan tubuh di mana ada

sesuatu yang mengusik integritas diri, sehingga menganggu ketentraman yang

dimaknai sebagai tuntutan yang harus disesuaikan. Di samping itu, keadaan

stres akan muncul apabila ada tuntutan yang luar biasa sehingga mengancam

keselamatan atau integritas seseorang (Nasir, 2011).

3. Macam-Macam Stres

Kondisi stres seseorang dapat dikelompokkan (Hawari, 2001) menjadi

dua macam:

a. Kondisi eustres (tidak stres): seseorang yang dapat mengatasi stres dan tidak

ada gangguan pads fungsi organ tubuh.

b. Kondisi distress (stres): pads saat seseorang menghadapi stres tedadi

gangguan pada 1 atau lebih organ tubuh sehingga prang tersebut tidak dapat

menjalankan fungsinya dengan baik.

4. Tipe Kepribadian yang Rentan Terkena Stres

Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan).Kurang sabar,

mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional). Kewaspadaan

berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over confidence). Cara

bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam. Bekerja tidak

mengenal waktu (workaholic). Pandai berorganisasi, memimpin dan

memerintah (otoriter). Lebih suka bekerja sendirian bila, ada tantangan.

Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa-

gesa. Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila,

40
tidak tercapai maksudnya mudah besikap bermusuhan. Tidak mudah

dipengaruh, kaku (tidak fleksibel). Bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya,

tidak dapat santai. Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.

5. Tahapan Stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena,

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan

bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fiungsi kehidupannya

sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan

sosialnya.

Dr. Robert Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat, dalam Hawari

(2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

a. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ingan dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting),penglihatan tajam

tidak sebagaimana biasanya,merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih

dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul

keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang fidak lagi

cukup sepanjang hari, karena, tidak cukup waktu untuk beristirahat.

41
Istirahat yang dimaksud antara, lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat

untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada

pada stres tahap II adalah sebagai berikut:

Letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar,merasa

mudah lelah sesudah makan siang,lekas merasa capai menjelang sore

hari,sering mengeluh lainbung/penit tidak nyaman (bowel

discomfort),detakan jantung lebih kerns dari biasanya (berdebar-

debar),otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang,tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Apabila seseorang tetap mernaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan

keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:

Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag

(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare),ketegangan otot-otot semakin

terasa,perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk

tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur

(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat

kembali tidur (Late insomnia). Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa

oyong dan serasa mau pingsan).

42
Pada tahapan ini seseorang sudah harus, atau bisa juga beban stres

hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat

guns menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stres, tahap IV

Gejala yang akan muncul:

Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan

menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan

untuk merespons secara memadai (adekuat ) Ketidakmampuan untuk

melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.Gangguan pola tidur disertai dengan

mimpi-mimpi yang menegangkan,seringkali menolak ajakan (negativism)

karena tidak ada semangat dan kegairahan,daya konsentrasi dan daya ingat

menurun,timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres

tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam. (physical dan

psychological exhaustion),ketidakmampuan untuk menyelesaikan

pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana,gangguan sistem

43
pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder),timbul perasaan

ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stres tahap VI

Tahapan ini merupakan, tahapan klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang

yang mengalami stres tahap VI ini dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan

ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan

kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres; tahap VI ini adalah sebagai

berikut:

Debaran jantung teramat keras,susah bernapas (sesak dan megap-

megap),sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat

bercucuran,ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan,pingsan atau kolaps

(collapse).

Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas

lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan

faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang

melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

6. Tingkat Stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang

di alami seseorang. Menurut santrock (2003) tingkatan stres dapat dibagi

menjadi tiga tingkatan yaitu :

44
a. Stres ringan

Biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya stres sedang dan

berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya

dirasakan oleh setiap orang misalnya, lupa, ketiduran, kemacetan, dikritik,

situasi ini biasanya berakhir dalam beberapa jam. Situasi ini nampaknya

tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapkan terus-menerus.

b. Stres sedang

Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya

kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,

mengharapkan sesuatu, atau anggota keluarga yang pergi dalam waktu

lama.

c. Stres berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai

beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,

kesulitan financial dan penyakit fisik yang lama (Ramaita, 2010).

7. Pengukuran Tingkat Stres

Tingkat Stres adalah hasil penelitian terhadap berat ringan stres yang

dialami seseorang. Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan kuisioner

pengukuran tingkat stres CES-D(Center For Epidemiologic Studies Depression

Scale) (Radoff, 1977 dalam Jovan, 2008) yang telah dimodifikasi yang terdiri

dari 20 pertanyaan dengan kisi-kisi kuisioner :

45
Jumlah
No Uraian No soal
penyataan

1 Penyebab Stress 10 1 10

2 Reaksi Tubuh Terhadap Stress 10 11 20

Tabel 2.1 Kisi-kisi pertanyaan kuisioner tingkat stres.

Tingkatan pada instrumen ini berupa ringan, sedang, berat. Interval

Pengelompokantingkatstress ini dihitungberdasarkanjumlahskor total dari

20 item pertanyaanyang di kalikandenganskorterbesaryaitu 20x3=60.

Untukmendapatkannilai interval nilaimasing-masingtingkat stress

makajumlahskor total di bagitigayaitu 60:3=20. Hasilperhitungantersebut

di aplikasikankedalammasing-masingtingkat stress yaitu :

Ringan bila skor 1 - 20

Sedang bila skor 21 - 40

Berat bila skor 41 60.

46
8. Faktor-faktor PenyebabStres

(1). Faktor Internal

Yaitu, stressor yang berasal dari dalam diri individu sendiri. Ada

beberapa hal yang merupakan stressor internal antara lain: (Sunaryo, 2004)

a. Kepribadian

Seseorang dengan Tipe A memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

agresif, ambisius, senang bersaing, senang menyelesaikan pekerjaan dan

kebiasaan berlomba dengan waktu. Pada waktu-waktu tertentu, mereka

mampu menunjukkan kemampuan dan keefisienan mereka. Namun, bila

dihadapkan dalam kondisi stressful, mereka tidak mampu lagi untuk

mengendalikan diri dan kebingungan. Seseorang dengan Tipe B

memiliki cirri-ciri yang berlawanan dengan Tipe A, yaitu : easygoing,

tidak suka berkompetisi dan tenang.

b. Kognitif

Kognitif juga dapat menjelaskan bagaimana jalannya seseorang

dapat mengalami stres. Stres secara khusus dapat mempengaruhi

individu secara pribadi dalam menerima dan menginterpretasikan suatu

masalah.

(2). Faktor Eksternal

Yaitu, stressor yang berasal dari luar diri individu. Beberapa stressor

eksternal, antara lain:

47
a. Faktor rumah tangga (stress in the family)

Stres dalam keluarga didefenisikan sebagai tekanan yang dapat

merusak atau mengubah sistem dalam keluarga. Pengaruh stres ini

terhadap keluarga yaitu mengurangi keharmonisan dan merupakan

sumber dari berbagai masalah.

b. Faktor lingkungan (environmental stress)

Lingkungan adalah tempat yang mengarah pada hal di sekeliling

kita, ruang fisik yang dapat dirasakan dan tempat kita berperilaku.

Byrne dan Clare (dalam Rice, 1992) mengemukakan pengertian stres

lingkungan sebagai suatu kondisi sikap seseorang terhadap aspek-aspek

tertentu dari lingkungan.

c. Faktor sosial (social source of stress)

Perubahan sosial dapat dilihat dari perubahan gaya hidup (life-

style changes), nilai-nilai dan tradisi-tradisi lama yang telah bergeser.

Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi aborsi, kebebasan

homoseksual, pernikahan yang kemudian membuat keluarga,

masyarakat dan pemerintahan terpengaruh untuk mengikuti perubahan-

perubahan tersebut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi stres individu (Sunaryo,

2004) adalah:

48
a. Faktor biologis herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik,

neurofisiologik, neuhormonal.

b.Faktor psiko edukatif. kepribadian, pengalaman, kondisi lingkungan.

9. Reaksi Fisiologi Terhadap Stres

Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan

dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal.

Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dan hipotalamus

yaitu : Mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah

pengendaliannya. Sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut

jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke

medulla adrenal, untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah.

Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF,

suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di

bawah hipotalamus.

Kelenjar hipofisis . selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang

dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.Dimana, ia menstimulasi

pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gala

darah.

ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan

sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui

aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf

otonomik berperan dalarn respons fight or flight (dr. Suparyanto M.kes, 2011).

49
E. Hubungan Insomnia dengan Stres

Insomnia akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk

mendapatkan tidur yang cukup (Potter & Perry, 2005). Menurut Rafknowledge

(2004) semakin tinggi tingkat stres pada lansia maka kebutuhan waktu tidur akan

berkurang. Guyton & Hall ( 1997) menyatakan keadaaan insomnia timbul bila

pikiran seseorang di penuhi suatu pikiran.

Seseorang dapat mengalami insomnia akibat stres situasional seperti masalah

keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang di cintai

(Potter & Perry, 2005).

50
B. KerangkaTeori

Kepribadian Kesulitan tidur


Faktor
Internal Merasa lelah siang hari

Kognitif Perasaan tidak segar

Stress Bangun berkali-kali

Rumahtangga
pemarah
Faktor
Eksternal Lingkungan
Bangun terlalu dini

Sosial Masalah berkonsentrasi

Gangguan fungsi mental

Depresi

Kecendrungan bunuh diri


Insomnia

Tekanan darah meningkat

Perilaku aneh saat tidur

Gangguan pendengaran

Tabel 3.1kerangkateori (sunaryo,2004 )

51
C. KerangkaKonsep

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui adakah hubungan

stres dengan kejadian insomnia pada lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Cubadak

Batusangkar Tahun 2014, maka kerangka konsep penelitian adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Stres Lansia : KejadianInsomnia Lansia

1. Ringan Ringan
2. Sedang Sedang
3. Berat Berat

Gambar 4.1 Kerangka konsep

D. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara stres dankejadian insomnia pada lansia di PSTW Kasih

Sayang Ibu Cubadak Batusangkar.

52
E.DefenisiOperasional

a. Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian insomnia lansia,

sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah stres lansia.

(1). Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian

(Nursalam, 2008).

53
Tabel 5.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Ukur AlatUkur Skala Hasil

Operasional

1 Dependen Hasil pengukuran Wawancara Kuisioner Ordinal Ringan bila

kejadian terhadap berat nilai hasil

Insomnia ringannya tidur score :

Lansia yang 11-17

diderita/dialamila Sedang bila

nsia berdasarkan nilai hasil

kualitas dan score :

kuantitas tidur 18-24

yang di alami Berat bila

yang di ukur nilai hasil

dengan score :

berdasarkan alat 25-33

ukur KSPBJ-IRS.

2 Independen Stres adalah Wawancara kuisioner ordinal Ringan bila

Stres gangguan pada nilai hasil

Lansia tubuh dan score :

pikiranpadalansia 1 - 20

54
yang disebabkan Sedang bila

oleh perubahan nilai hasil

dan tuntutan score :

kehidupan, yang 21 - 40

dipengaruhi oleh Berat bila

lingkungan nilai hasil

maupun score:

penampilan 41 - 60

individu di dalam

lingkungan

55
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desainpenelitian ini adalah deskriptifkorelasiyaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel, dimana

adanya kecendrungan variasi suatu variabel untuk dikuti oleh variabel-

variabel yang lain. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dengan

menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali pada suatu saat.Artinya subjek diamati satu kali dan

tidak ada perlakuan terhadap responden (Nursalam, 2008).

Metode ini dipilih untuk mengetahui hubungan antara variabel

dependenkejadian insomnia dan variabel independen stres lansia di PSTW

Kasih Sayang IbuBatusangkar tahun 2014.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atausubjek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah semua lanjut usia

yang ada di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar yang berjumlah 70 orang.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2005).

56
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada peneliti ini adalah Total

sampling, yaitu sampel diambil secara keseluruhan

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Kriteria inklusi

1. Lansia yang tinggal di PSTW Kasih Sayang Ibu Cubadak Batusangkar

2. Mampu mendengar dan berkomunikasi dengan baik

b. Kriteria ekslusi

1. Kondisi fisik terlalu lemah

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian

tidak mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

peelitian (Hidayat, 2009). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

a. Dapat berkomunikasi dengan baik

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian iniakan dilakukan di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar pada

tanggal 18maret 2014.

D.Intrumen Penelitian

a. Intrumen yang digunakan untuk mengukur kejadian insomnia pada lansia alat

ukur Studi Psikiatri Biologi Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS).

Kuisioner ini terdiri dari dari 11 pertanyaan . Alat ukur ini menggunakan skala

ordinal yaitu jawaban diberi nilai 0, 1, 2, dan 3. Dimana jumlah total dapat

dikategorikan sebagai berikut :

57
Ringan bila skor : 11 - 17

Sedang bila skor : 18 - 24

Berat bila skor : 25 33

b. Intrumen yang digunakan untuk mengukur stres lansia adalah kuisioner

pengukur stres. Kuisioner ini terdiri dari dari 20 pertanyaan. Alat ukur ini

menggunakan skala ordinal setiap pertanyaan diberi skor :

1= Tidak pernah

2= Terkadang (kadang-kadang)

3= Sering

Dimana jumlah total dapat dikategorikan sebagai berikut :

Ringan bila skor : 1 20

Sedang bila skor : 21 40

Berat bila skor : 41 60

Semakin tinggi skor semakin tinggi tingkat yang dialami.

E. Etika Penelitian

Etik penelitian adalah suatu norma atau aturan yang mengacu pada

perilaku peneliti mengenai tindakan baik atau buruk yang merupakan kewajiban

dan tanggung jawab peneliti.Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek,

oleh karena itu harus dihormati dan dilindungi haknya sebagai responden dengan

meminta izin dan menggunakan etika sebagai berikut :

58
1. Lembar persetujuan (Informed Consent )

Informed Consent adalah informasi secara lengkap tentang tujuan riset

yang akan dilaksanakan dan mempunyai kebebasan dalam berpartisipasi atau

menolak menjadi responden. setiap ibu yang menjadi responden diberikan

lembar persetujan beserta penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian,

jika menandatangani lembar persetujuan tersebut bearti bersedia, tetapi jika

subjek tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tidak akan memaksa

dan tetap menghargai haknya.

2. Tanpa Nama ( Anonimity )

Anonimity adalah kerahasiaan identitas atau biodata responden. Untuk

menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada

lembar pengumpulan data, cukup dengan member nomor kode (nama inisial)

pada masing-masing lembar untuk menjga privasi.

3. Kerahasiaan ( Confidentiality )

Confidentiality adalah kerahasiaan informasi kelompok data tertentu

sebagai hasil riset. Segala informasi yang diperoleh dari respoden, peneliti

bersedia menjamin kerahasiaannya, hanya pada kelompok data tertentu saja

yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

F. Pengumpulan, Pengolahan data Analisa Data

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai setelah peneliti

mendapatkan surat izin penelitian pada tanggal 8 maret 2013 dari Kampus

59
Fakultas Kesehatan dan MIPA , kemudian membawa surat dari kampus

kesehatan dan mipake PSTW KasihSayangIbuBatuSangkar.

Peneliti menemui calon responden untuk memperkenalkan diri,

menjelaskan maksud, tujuan, dan cara pengumpulan data. Peneliti

menyerahkan informed concent,memberikan kesempatan calon responden

bertanya, dan menanyakan kesediaan menjadi responden. Calon responden

menandatangani informed concent, tanda bersedia menjadi responden.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara

terpimpin (kuisioner). Responden diarahkan untuk menjawab petanyaan-

pertanyaan yang ada di format. Pengisian format tetap dilakukan oleh peneliti

berdasarkan jawaban yang diberikan responden.

b.Pengolahan data

Setelah data terkumpul kemudian diolah dengan tahap sebagai berikut:

a) Pemeriksaan Data (Editing)

Yaitu memeriksa kelengkapan data dan perbaikan data yang sudah ada

menjadi data yang benar, bersih dan terisi secara lengkap.

b) Pemeriksaan Kode (Coding)

Yaitu pemberian kode pada masing-masing kusioner dan nilai pada setiap

jawaban responden untuk memudahkan dalam pengolahan data.

c) Memasukkan Data (Entry)

Yaitu memasukkan data hasil penelitian dalam table induk (master table)

dari setiap jawaban responden yang sudah diberi kode atau nilai.

60
d) Stuktur Data (Stucture)

Pada saat pengembangan stuktur data bagian masing-masing variable perlu

di tetapkan nama, skala, dan jumlah digit termasuk jumlah desimal untuk data

numerik.

e) Pembersih Data (Cleaning)

Yaitu pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan

atau tidak

c. Analisa Data

Analisa data dapat dilakukan menggunakan 2 tahap :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat yang peneliti lakukan dengan analisa distribusi

frekuensi dan deskriptif untuk melihat variable independenyaitu stress variable

dependen mengenai kejadian insomnia. Tujuan untuk mendapatkan gambaran

tentang distribusi frekuensi. Tendensi sentral presentase ( % ) dari masing-

masing variable.

Presentase dari masing-masing variable didapatkan melalui

b. Analisa Data Bivariat

Analisa Bivariat ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen, selanjutnya untuk

melihat adanya hubungan kedua variabel ini digunakan uji statistik yaitu

ujiChi-Square (X2) dengan nilai = 0,05.

61
Peneliti dibantu dengan pengolahan data secara komputerisasi yaitu

dengan menggunakan program komputer. Hasil anlisis dinyatakan bermakna

(Signifikan) apabila nilaip : 0,05 dengan Confiden ceinterval 95%.

62
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 60 orang lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014,

diperoleh informasi tentang karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur Responden di Panti Sosial
Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2014

No Umur f %
1. 50 59 tahun 3 5,0
2. 60 74 ahun 26 43,3
3. 75 90 tahun 31 51,7
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 60 orang

responden, lebih dari sebagian (51,7 %) memiliki umur 75 90 tahun (usia

tua).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Responden di Panti
Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2014

No Jenis Kelamin f %
1. Laki-laki 39 65,0
2. Perempuan 21 35,0
Jumlah 60 100

63
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 60 orang

responden, lebih dari sebagian (65,0 %) adalah laki-laki.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden menurut Lama
Tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
Batusangkar Tahun 2014

No Lama Tinggal di Panti f %


1. < 3 tahun 34 56,7
2. > 3 tahun 26 43,3
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 60 orang

responden, lebih dari sebagian (56,7 %) tinggal di panti < 3 tahun.

2. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan persentase. Pada penelitian ini, analisa univariat

dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen stress

serta variabel dependent kejadian insomnia. Hasil analisa univariat pada

penelitian ini adalah :

64
a. Tingkat Stress Lansia

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Lansia di PSTW
Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2014

No Tingkat Stress Lansia f %


1. Ringan 0 0
2. Sedang 47 78,3
3. Berat 13 21,7
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh informasi tentang tingkat stress

yang dialami lansia, terlihat bahwa lebih dari separoh responden

mengalami stress sedang yaitu sebanyak 47 orang (78,3 %).

b. Kejadian Insomnia

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kejadian Insomnia pada Lansia di
PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2014

No Kejadian Insomnia f %
1. Ringan 49 81,7
2. Sedang 11 18,3
3. Berat 0 0
Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh informasi tentang kejadian

insomnia pada lansia, terlihat bahwa lebih dari separoh responden

mengalami insomnia ringan yaitu sebanyak 49 orang (81,7 %).

65
2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisa data menggunakan derajat kemaknaan

signifikan 0,05. Hasil analisa chi-square dibandingkan dengan nilai p, dimana

bila p < 0,05 artinya secara statistik bermakna dan apabila nilai p > 0,05

artinya secara statistik tidak bermakna. Adapun hasil analisa bviariat

tergambar pada tabel berikut :

Tabel 4.6
Hubungan Stres dengan Kejadian Insomnia Lansia di PSTW
Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2014

Kejadian Insomnia Jumlah


Ringan Sedang Pvalue OR
Stress
f % F % f %

Sedang 44 93,6 3 6,4 47 100 23,467


Berat 5 38,5 8 61,5 13 100 0,000 (4,656-
118,282)
Total 49 81,7 11 18,3 60 100

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh informasi bahwa diantara 47

responden yang mengalami stres sedang, terdapat 44 orang (93,6 %) terjadi

insomnia ringan. Dan dari 13 responden yang mengalmi stres berat, terdapat 5

orang (38,5 %) terjadi insomnia ringan. Hasil uji statistik dengan analisa chi-

square didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05), artinya terdapat hubungan yang

bermakna antara stres dengan kejadian insomnia lansia di PSTW Kasih

Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014 (Hipotesa diterima). Dari hasil analisis

66
diperoleh nilai OR=23,467 dengan arti lansia yang mengalami stress sedang

mempunyai peluang 23,467 kali untuk mengalami insomnia ringan.

67
BAB V

PEMBAHASAN

1. Analisa Univariat

a. Tingkat Stress Lansia

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh informasi tentang tingkat stress

yang dialami lansia, diketahui bahwa lebih dari separoh responden

mengalami stress sedang yaitu sebanyak 47 orang (78,3 %).

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan

menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan

koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori Selye,

menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa

mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons

tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu

(Isaacs, 2004).

Menurut Nugroho (2005) stres yang terjadi pada lansia

berhubungan dengan kematian pasangan, status sosial ekonomi, penyakit,

isolasi sosial dan spiritual, perubahan kedudukan, pensiun serta

menurunnya kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan stres

pada lansia.

68
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian M Fajri Saputra

(2012) dengan judul Hubungan Tingkat Stress Dengan Tingkat Insomnia

Pada Lansia Di PSTW Kasih Kasang Ibu Batusangkar, diperoleh informasi

tentang tingkat stres pada lansia, terlihat bahwa lebih dari sebagian

responden mengalami tingkat stres sedang, yaitu sebanyak 48 orang (68,6

%).

Menurut asumsi peneliti, banyak responden yang mengalami stress

sedang pada penelitian ini disebabkan stress yang mereka alami tidak

terlalu mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya. Pada umumnya stres

yang dialami lansia seperti merasa terganggu oleh bayang-bayang masa

lalu yang buruk, nafsu makan menurun dan merasa tidak bisa mengusir

masalah hidupnya. Stress yang dialami lansia pada penelitian ini dapat

disebabkan peristiwa-peristiwa yang dapat memicu terjadinya stress seperti

kegagalan dalam perkawinan, rasa rindu dengan keluarga yang jarang

berkunjung, dan rasa kesepian karena jauh dari anggota keluarga serta

kurang mendapat perhatian dari anggota keluarganya.

Sedangkan responden yang mengalami stres berat disebabkan

seringnya gejala-gejala stres yang mereka alami seperti rasa ketakutan,

gelisah saat tidur, dan merasa tidak bahagia. Timbulnya stres tersebut

dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita, kematian suami/istri yang

sangat mempengaruhi kondisi psikis responden. Faktor lain yang memicu

69
terjadinya stres pada responden adalah perubahan kesehatan, dan

perubahan pada status keuangan. Timbulnya stres karena perubahan

kesehatan dan status keuangan akan mempengaruhi pola hidup mereka

selanjutnya, terutama bagi responden yang kurang mendapat

perhatian/kunjungan dari keluarga.

b. Kejadian Insomnia

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh informasi tentang kejadian

insomnia pada lansia, diketahui bahwa lebih dari separuh responden

mengalami insomnia ringan yaitu sebanyak 49 orang (81,7 %).

Insomnia menurut Chaplin (2001) adalah ketidakmampuan yang

kronis untuk tidur. Menurut sigmund (dalam Morin, 2000), insomnia

adalah suatu penyakit gangguan tidur yang mencakup setiap sistem,

gangguan pada setiap fungsi, dalam kegelapan, dalam kesunyian, dan

kesendirian malam, semua ini disebabkan oleh masalah kecemasan, timbul

bersamaan dengan energi yang berlebihan serta dihantui oleh perasaan

tidak bersemangat. Sedangkan menurut Silber (2005), insomnia

didefinisikan sebagai kesulitan dengan inisiasi pemeliharaan durasi atau

kualitas dari tidur yang mengakibatkan aktifitas di siang hari terganggu,

meskipun memiliki kesempatan dan situasi yang memadai untuk tidur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian M Fajri Saputra

(2012) dengan judul Hubungan Tingkat Stress Dengan Tingkat Insomnia

70
Pada Lansia Di PSTW Kasih Kasang Ibu Batusangkar, diperoleh informasi

tentang tingkat insomnia pada lansia, terlihat bahwa lebih dari sebagian

responden mengalami tingkat insomnia sedang, yaitu sebanyak 48 orang

(68,6 %).

Menurut asumsi peneliti, banyak responden yang mengalami

insomnia sedang disebabkan insomnia yang mereka alami tidak terlalu

mengganggu kualitas tidur mereka dan hanya berlangsung beberapa hari

saja. Bentuk gejala insomnia yang jarang dialami responden tersebut

seperti jarang bermimpi buruk, waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tidur

tidak terlalu lama, dan tidak merasa segar setelah bangun pagi dalam waktu

2 7 hari. Terjadinya insomnia tersebut karena responden memiliki

kebiasaan buruk tidur siang hari dalam waktu yang lama, sehingga pada

malam hari mereka sulit untuk memejamkan mata dan tidur.

Rasa gelisah sebelum tidur dan rasa tidak segar setelah bangun tidur

terjadi karena adanya penyakit fisik yang diderita seperti rasa pusing

karena darah tinggi, sering berkemih di malam hari, rasa gatal pada salah

satu bagian tubuh. Penyakit fisik dan kegelisahan lansia tersebut tidak

terlepas dari pengaruh faktor usia yang telah lanjut, seperti perubahan

sistem genitourinaria yang mengakibatkan kapasitas kandung kemih

menurun sehingga sering berkemih terutama pada malam hari, dan

perubahan sistem integumen yang menyebabkan penurunan perlindungan

terhadap suhu yang ekstrim serta berkurangnya sekresi minyak alami dan

71
keringat. Sehingga pada saat bangun tidur responden kurang merasa segar,

karena tidur yang terganggu.

2. Analisa Bivariat

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa diantara 47 responden yang

mengalami stres sedang, terdapat 44 orang (93,6 %) terjadi insomnia ringan.

Dan dari 13 responden yang mengalmi stres berat, terdapat 5 orang (38,5 %)

terjadi insomnia ringan. Hasil uji statistik dengan analisa chi-square

didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan OR = 23,467. Artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian insomnia lansia di

PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014 (Hipotesa diterima). Lansia

yang mengalami stres sedang berpelung 23,467 kali untuk terjadi insomnia

ringan dibandingkan dengan lansia yang mengalami stres berat.

Rafnowledge (2004) mengatakan, semakin tinggi stress pada lansia

maka kebutuhan waktu tidur akan berkurang. Pemimpin klinik insomnia di

Stanford AS, Dr. Nino Murcia mengatakan hal ini disebakan oleh ketegangan

pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi system

saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa terjaga (Ridoaja, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh M Fajri Saputra (2012) dengan judul

Hubungan Tingkat Stress Dengan Tingkat Insomnia Pada Lansia Di PSTW

Kasih Kasang Ibu Batusangkar, di ketahui bahwa ada hubungan antara stress

dengan tingkat tingkat insomnia Pada lansia, p=0,000

72
Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan stres dengan insomnia

pada lansia karena responden yang mengalami stres sedang untuk terjadi

insomnia ringan, sebaliknya responden yang mengalami stres berat cendrung

untuk terjadi insomnia sedang. Hal ini dapat terjadi karena akibat stres yang

dialami mengganggu pikiran para lansia, sehingga mereka sering terbangun di

malam hari dan sulit untuk tidur kembali. Stres yang mereka alami juga

berdampak pada penyakit fisik lansia seperti sakit kepala, darah tinggi, dll

yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan tidur pada lansia.

Bagi lansia yang mengalami stres sedang dan terjadi insomnia sedang

disebabkan karena faktor pemicu stres yang terjadi pada lansia cukup

menganggu pikiran dan aktifitas lansia, seperti status kesehatan yang semakin

menurun dan kurangnya perhatian dari anggota keluarga. Menurunnya status

kesehatan membutuhkan banyak biaya untuk pengobatan, sedangkan kondisi

keuangan mereka tidak memungkinkan untuk membiayai pengobatan tersebut.

Hal ini tentunya menjadi beban pikiran bagi lansia dan mereka tidak bisa

istirahat dan tidur dengan tenang.

73
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 60 orang lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014 , dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Lebih dari separoh responden mengalami stress sedang yaitu sebanyak 47

orang (78,3 %)

2. Lebih dari separoh responden mengalami insomnia ringan yaitu sebanyak 49

orang (81,7 %)

3. Ada hubungan yang bermakna antara stres dengan kejadian insomnia lansia di

PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014 (Hipotesa diterima), p =

0,000 dan OR = 23,467.

74
B. Saran

1. Bagi PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar

Diharapkan pada petugas panti agar dapat melakukan upaya

pengobatan ataupun terapi terhadap lansia yang mengalami gangguan tidur

dan gaya hidup yang kurang baik.

2. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme

dan mutu pelayanan keperawatan, khususnya keperawatan gerontik.

3. Bagi Peneliti / peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain

sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama

yang terkait dengan penanganan insomnia pada lansia yg disebabkan oleh

stres.

75
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2012. Faktor penyebab insomnia. Diakses tanggal 15 mei 2013 dari :
http://cimultis.blogspot.com/p/insomni.html

Akoso.2009 http://tmbem.blogspot.com/2010/03/tingkat insomnia.html

DepSos RI. 1998. Undang-Undang RI No.13 Tahun 1998, Tentang Kesejahteraan


Lanjut Usia. Jakarta.

Depkes di kutip dari azis (1994) J W Santrok 202 hal 190

DokterUmum.net. 2013. Hati-Hati Insomnia Dapat Menyebabkan Kematian. Di


akses tanggal 10 mei 2013 dari : http://www.dokterumum.net/info-sehat/hati-
hati-insomnia-dapat-menyebabkan-kematian.html

Dr. Suparyanto, M. Kes. 2011. Stres dan cara pengukuran. Diakses pada tanggal 13
mei 2013 dari : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/06/konsep-dasar-
stres.html

Ebook Yuflihul Khair. (2011). Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah
gangguan tidur. Diakses tanggal 10 mei 2013 dari :
http://yuflihul.blogspot.com/search/label/KEPERAWATAN%20GERONTIK?u
pdated-max=2011-01-22T03:59:00-08:00&max-results=20&start=4&by-
date=false

Frenshilgo. 2013. Kumpulan kuesioner alat ukur penelitian. Diakses pada tanggal 13
mei 2013 dari : hilal-setyawan.blogspot.com/2013/02/kumpulan-kuesioner-alat-
ukurpenelitian.html?m=1

Isaacs, 2004. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC


http://dr.blogspot.com/2011/06/konsep-dasar-stres.html

Iskandar 2009 :http://cimultis.blog spot.com/p/insomnia.htmml

Irawan 2009 : http://tmbem.blogspot.com/2010/03/insomnia.html

76
Kaplan, I. H. Dkk. 2007. Sinopsis psikiatri : ilmu pengetahuan perilaku psikiatri
klinis. Jakarta : Binarupa Askara.

Kumpulan Materi. 2012. Pengertian dan ciri-ciri karakteristik pada usia tua. Diakses
pada tanggal 10 mei 2013 dari : http://kulpulan-
materi.blogspot.com/2012/01/pengertian-ciri-ciri-karakteristik-pada.html

Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho 2009. Asuhan keperawatan stress

Nursalam. 2008.Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan:


pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta
:SalembaMedika.

Potter & Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4. Jakarta : EGC.
Prmob.net. 2012. Tanda dan gejala Insomnia. Diakses tanggal 13 mei 2013 dari :
http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx

Rafknowledge 2004 http://cimultis.blog spot.com/p/insomni.html

Ramaita 2005 Jurnal Fakultas Kedokteran UNAND

Ridoajo 2008 http://cimultis.blog spot.com/p/insomni.html

Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC. http://dr


suparyanto.blogspot.com/2011/06/konsep-dasar-stres.html

Santrock 2003 http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/06/konsep-dasar-stres.html

Tim Penyusun Penulisan Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi S1 Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Bukittinggi. 2014.

Waspada online. 2012. Dampak insomnia bagi kesehatan. Diakses tanggal 14 mei
2013 dari :
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2
64273:dampak-terburuk-dari-insomnia&catid=28:kesehatan&Itemid=48

77
Yerli 2009 http://tmbem.blogspot.com/2010/03/insomnia.html

Zona kesehatan. 2012. Dampak insomnia bagi kesehatan. Diakses pada tanggal 14
mei 2013 dari : http://zonakesehatan.wordpress.com/2012/03/04/penyebab-dan-
efek-samping-dari-insomnia/

@Yie_Chan. 2010. Insomnia. Diakses tanggal 12 mei dari :


http://tmbem.blogspot.com/2010/03/insomnia.html

78
79
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu Calon Responden

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat

Nama : VISKA SUCI RAMADHANI

NIM : 101000214201032

Alamat : Belakang Balok

Akan mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN STRES DENGAN

KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW KASIH SAYANG IBU

BATUSANGKAR TAHIN 2014. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat

buruk bagi Bapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang

diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian. Apabila

Bapak/Ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan responden untuk

menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

saya ajukan dalam lembaran kuesioner.

Atas perhatian Bapak/Ibu sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

VISKA SUCI RAMADHANI

80
Lampiran 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Inisial:

Jenis Kelamin:

Umur :

Pendidikan :

Alamat :

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam

penelitian yang akan dilakukan oleh Saudari VISKA SUCI RAMADHANI

mahasiswa Fakultas Kesehatan & MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

dengan judulHubungan Stress Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia di Panti

Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu BatuSangkar Tahun 2014

Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan
kerahasiaannya akan dijaga. Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan
sukarela tanpa ada paksaan pihak manapun.

Bukittinggi, April 2014

Responden

( )

81
Lampiran 4

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul

Hubungan Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Panti Sosial

Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar. adalah hasil karya sendiri

bukan merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain kecuali kutipan yang

sumbernya dicantumkan. Jika kemudian hari pernyataan yang saya buat ini ternyata

tidak betul, maka status ketulusan dan gelar yang saya peroleh menjadi batal dengan

sendirinya.

Bukittinggi, April 2014

Yang Membuat Pernyataan

VISKA SUCI RAMADHANI

82
Lampiran 5

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Frequencies
Statistics

Jenis Lama tinggal


Umur Kelamin di Panti
N Valid 60 60 60
Missing 0 0 0

Frequency Table
Umur

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45 - 59 t ahun 3 5,0 5,0 5,0
60 - 74 t ahun 26 43,3 43,3 48,3
75 - 90 t ahun 31 51,7 51,7 100,0
Total 60 100,0 100,0

Jenis Kelami n

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 39 65,0 65,0 65,0
Perempuan 21 35,0 35,0 100,0
Total 60 100,0 100,0

Lama tinggal di Panti

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 3 t ahun 34 56,7 56,7 56,7
> = 3 tahun 26 43,3 43,3 100,0
Total 60 100,0 100,0

83
ANALISA UNIVARIAT

Frequencies
Statistics

St ress Insomnia
N Valid 60 60
Missing 0 0
Mean 33,07 8,05
Median 32,00 7,00
Mode 29a 0
St d. Dev iation 6,574 6,959
Minimum 23 0
Maximum 51 22
Sum 1984 483
a. Mult iple modes exist. The smallest v alue is shown

Frequency Table
Stress

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 47 78,3 78,3 78,3
Berat 13 21,7 21,7 100,0
Total 60 100,0 100,0

Insomnia

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 49 81,7 81,7 81,7
Sedang 11 18,3 18,3 100,0
Total 60 100,0 100,0

84
Bar Chart
Stress
50

40

30

20
Frequency

10

0
Sedang Berat

Stress

Insomnia
60

50

40

30

20
Frequency

10

0
Ringan Sedang

Insomnia

ANALISA BVIARIAT

Crosstabs

85
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
St ress * Kejadian
60 100,0% 0 ,0% 60 100,0%
Insomnia

Stress * Kej adian Insomnia Crosstabulation

Kejadian Insomnia
Ringan Sedang Total
St ress Sedang Count 44 3 47
Expected Count 38,4 8,6 47,0
% wit hin Stress 93,6% 6,4% 100,0%
Berat Count 5 8 13
Expected Count 10,6 2,4 13,0
% wit hin Stress 38,5% 61,5% 100,0%
Total Count 49 11 60
Expected Count 49,0 11,0 60,0
% wit hin Stress 81,7% 18,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 20,691b 1 ,000
Continuity Correctiona 17,171 1 ,000
Likelihood Ratio 17,533 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by -Linear
20,346 1 ,000
Association
N of Valid Cases 60
a. Computed only f or a 2x2 table
b. 1 cells (25,0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is
2,38.

86
Risk Esti mate

95% Conf idence


Interv al
Value Lower Upper
Odds Rat io f or Stress
23,467 4,656 118,282
(Sedang / Berat)
For cohort Kejadian
2,434 1,219 4,861
Insomnia = Ringan
For cohort Kejadian
,104 ,032 ,336
Insomnia = Sedang
N of Valid Cases 60

87
Lampiran 6

KISI KISI KUESIONER

A. Stres
Jumlah
No Uraian No soal
penyataan
1 Penyebab Stress 10 1 10
2 Reaksi Tubuh Terhadap Stress 10 11 20

B. Kejadian Insomnia
No Uraian Jml No soal
pernyataan
1 Kuantitas Tidur Lansia 4 1, 6, 7, 9
2 Kualitas Tidur Lansia 4 2, 3, 5, 10
3 Lama Gangguan Tidur yang 3 4, 8, 11
Dialami

88
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI


PSTW KASIH SAYANG IBU CUBADAK BATUSANGKAR TAHUN 2014

Tanggal : Kode :

A. PetunjukPengisian :

1. Untuk data umum, isilah sesuai dengan kondisi anda.

2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat anda.

3. Berilah tanda() pada kotak yang telah disediakan yang anda anggap

benar.

B. IdentitasResponden :

1. NomorResponden :

2. Inisial :

3. Umur :

4. JenisKelamin :

5. Lama Tinggal di Panti :

C. Stress

Kuisioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang mungkin sesuai dengan

pengalaman bapak/ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat 3

pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu :

1 = Tidak Pernah

2 = Terkadang

3 = Sering

89
Skor
TidakP Ter Sering
(di isi
No. Pertanyaan ernah Kadang
oleh
(1) (2) (3)
Peneliti
1 Apakah anda merasa terganggu oleh bayang-bayang
masa lalu yang buruk, yang tidak biasanya mengganggu
pikiran anda.
2 Apakah anda merasa nafsu makan anda menurun akhir-
akhir ini.
3 Apakah anda merasa bahwa anda tidak bisa mengusir
masalah hidup bahkan dengan bantuan dari keluarga
anda.
4 Apakah anda merasa bahwa anda sama tidak baiknya
dengan orang lain.
5 Apakah anda kesulitan menjaga pikiran anda terhadap
segala sesuatu yang anda lakukan akhir-akhir ini.
6 Apakah anda merasa tertekan akhir-akhir ini.
7 Apakah anda merasa bahwa semua yang anda lakukan
atau kerjakan akhir-akhir ini adalah sia-sia.
8 Apakah anda merasa tidak ada harapan dengan masa
depan yang akan datang.
9 Apakah anda saat ini berpikir hidup anda sudah gagal.
10 Apakah anda saat ini atau akhir-akhir ini merasa
ketakutan.
11 Apakah anda gelisah saat tidur akhir-akhir ini.
12 Apakah saat ini anda tidak bahagia.
13 Apakah anda lebih sedikit berbicara (komunikasi)
daripada biasanya.
14 Apakah anda merasa kesepian akhir-akhir ini.

90
15 Apakah semua orang-orang disekitar anda ramah
terhadap anda.
16 Apakah anda menikmati hidup saat ini.
17 Apakah anda akhir-akhir ini sering menangis.
18 Apakah saat ini anda merasa sedih.
19 Apakah anda merasa bahwa orang-orang disekitar tidak
menyukai anda.
20 Apakah anda tidak bisa lari dari masalah yang anda
hadapi saat ini.
Total Skor
Keterangan:

D. Kejadian Insomnia

Petunju pengisian berikut ini merupakan pertanyaan tentang tidur. Silahkan

lingkari satu jawaban yang di anggap sama dengan yang di rasakan pada

setiap pertanyaan.

1. Berapa jam bapak/ibu tidur dalam satu hari?

a. Lebih dari 6,5 jam

b. 5,5 6,5 jam

c. 4,5 5,5 jam

d. Kurang dari 4,5 jam

2. Apakah bapak/ibu bermimpi setiap tidur?

a. Tidak ada mimpi

b. Terkadang mimipi yang menyenangkan atau mimpi biasa saja

c. Selalu bermimpi

91
d. Mimpi buruk atau mimpi yang tidak menyenangkan

3. Bagaimana tidur bapak/ibu?

a. Dalam (nyenyak), sulituntukterbangun

b. Tidur yang baik, tetapisulituntukterbangun

c. Tidur yang baik, tetapimudahterbangun

d. Tidurdangkal, mudahterbangun

4. Berapa lama waktu yang bapak/ibubutuhkanuntukjatuhtertidur?

a. Kurangdari jam

b. Antara jam 1 jam

c. Antara 1 3 jam

d. Lebihdari 3 jam atausayatidaktidursamasekali

5. Berapa kali bapak/ibuterbangundaritidur di malamhari?

a. Tidakterbangunsamasekali

b. 1 2 kali terbangun

c. 3 4 kali terbangun

d. Lebihdari 4 kali terbangun

6. Berapa lama waktu yang

bapak/ibubutuhkanuntukdapattertidurkembalisetelahterbangundimala

mhari?

a. Kurangdari jam

b. Antara - 1 jam

92
c. Antara 1 3 jam

d. Lebihdari 3 jam atausayatidakdapatjatuhtidurlagi

7. Berapa jam rata-rata

tidurbapak/ibukembalisetelahterbangundimalamhari?

a. Lebihdari 3 jam

b. Antara 1 3 jam

c. Antara jam 1 jam

d. Kurangdari jam

8. Sudahberapamalambapak/ibuseringterbangundimalamharidanmengala

mikesulitanuntuktidurkembali?

a. Tidaksamasekaliatau 1 malam

b. 2 7 hari

c. 2 4 minggu

d. Lebihdari 4 minggu

9. Jam berapabapak/ibubanguntidur?

a. Jam 4.30 wib

b. Jam 4.00 wibdantidakdapattertidurkembali

c. Jam 3.00 wibdantidakdapattertidurkembali

d. Sebelum jam 3.00 wibdantidakdapattertidurkembali

10. Bagaimanaperasaanbapak/ibusaatbanguntidur?

a. Terasasegar\

b. Tidakterlalubaik

93
c. Buruk

d. Sangatburuk (tidakmerasasegar)

11. Sudahberapahari di

waktupagibapak/ibubanguntapitidakmerasasegarbadannya?

a. Tidaksamasekaliatau 1 pagi

b. 2 7 haari

c. 2 4 minggu

d. Lebihdari 4 minggu

94
Lampira 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : VISKA SUCI RAMADHANI

Tempat / Tanggal Lahir : Padang Sibusuk/ 23 Maret 1993

Alamat : Nagari padang sibusuk,Kec Kupitan, Sijunjung

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : EDRIFEN

Ibu : RAMADHANI S.Pd

Anak : 1 (pertama) dari 1 (dua) bersaudara

Riwayat Pendidikan : 1.SD Negeri 06 Padang Sibusuk, Kec.Kupitan

(tahun 1998-2004)

2. SMPN 3 Padang Sibusuk, Kec.Kupitan (tahun

2004-2007)

3. SMAN 4 Padang Sibusuk, Kec.Kupitan (tahun

2007-2010)

4. S1 Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

(tahun 2010-sekarang).

95
96

Anda mungkin juga menyukai