Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

A. Definisi WAHAM
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia
dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara
kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.

B. Proses Terjadinya Waham


Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal
yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari
aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
1. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
2. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta
benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan
stress bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat
memicu masalah gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)
Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat
yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan.

C. Faktor Prediposisi WAHAM


1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
2. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
3. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
5. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
D. Faktor Presipitasi WAHAM
1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu

Rentang respon neurobiologi :

E. Manifestasi Klinis WAHAM


a) Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
b) Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c) Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen
d) Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
e) Fungsi sosial : kesepian
Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
f) Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

F. Klasifikasi Waham
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
a) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho! atau, Saya punya
tambang emas.
b) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.
c) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari.
d) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, Saya sakit kanker. (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh.
f) Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
g) Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang
tersebut
h) Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.

Kategori Waham :
1. Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi
walaupun hanya secara teoritis.
2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak
mungkin

G. Penatalaksanaan WAHAM
1. Psikofarmakologi
2. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
3. penarikan diri high potensial
4. ECT tipe katatonik
5. Psikoterapi
6. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
H. Pohon Masalah WAHAM

I. Asuhan Keperawatan WAHAM


1. Data yang Perlu Dikaji
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri.
2). Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai,
ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.
b. Kerusakan komunikasi : verbal
1). Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2). Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
c. Perubahan isi pikir : waham (..)
1). Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :
a) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap?
b) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh
dan tidak nyata?
d) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
e) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
f) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar?
g) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
2). Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung

d. Gangguan harga diri rendah


1). Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2). Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

J. Masalah Keperawatan WAHAM yang Mungkin Muncul


1. tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham

K. Rencana Keperawatan WAHAM


Diagnosa Keperawatan 1: kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
2. Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
a. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
topik, waktu, tempat).
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien saya menerima keyakinan anda disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan
perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan
diri.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
b. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan
diri).
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
a. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
b. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)
c. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
e. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.
Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
a. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
a. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat
b. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
d. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
a. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
b. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


berhubungan dengan waham
1. Tujuan Umum:
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
d. Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.
Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang.
Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
d. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping)
b. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
c. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( .. )


berhubungan dengan harga diri rendah
1. Tujuan umum :
a. Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
b. Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Beri pujian atas keberhasilan klien
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang adA
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN WAHAM

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN


WAHAM

SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan


yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :
Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi
ini di Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.0014.00, saya yang akan membantu
perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?
Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?
Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?

KERJA :
Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia
ini, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?
Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak
R rasakan?
Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk mengatur diri pak R sendiri?
Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?
Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang
lain?
Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?
Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.
Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.
Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah
sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?

TERMINASI :
Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?
Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.
Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?
Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.
Saya akan datang kembali dua jam lagi.
Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?
Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak
R?
SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekannya.

ORIENTASI :
Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus
Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?
Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?
Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

KERJA :
Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?
Wah, rupanya pak R pandai main suling ya.
Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?
Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.
Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan
pak R ini. Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain suling?
Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?
Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?

TERMINASI :
Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan pak R?
Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang
telah kita buat ya?
Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.
Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja,
setuju pak?
Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum,
setuju?

SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

ORIENTASI :
Assalamualaikum pak R.
Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.
Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus
pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?
Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30
menit saja?

KERJA:
Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang
diminum?
Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.
Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini
diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu
mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.
Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar
nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!
Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter.

TERMINASI :
Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!
Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!
Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?
Sampai besok ya pak.

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA


KELUARGA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga ;


mengidentifikasi masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat
pasien.

ORIENTASI :
Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas
diruang melati ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu
nma bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?
Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara
merawat pak R dirumah.
Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?
Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 0
menit saja?
KERJA :
Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah
pak R lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-
ngaku sebagi seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi hanya merupak salah satu
gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara
enghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang nabi, pak S dan ibu
berikap dengan mengatakan;
Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang nabi, tapi sulit
bagi pak S dan ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai tidak ada
yang hidup didunia.
Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal
yang baik
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi
dengan pak R. Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang
kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya; Pak S dan ibu percaya kalau
pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R kan
punya kemampuan
Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau
kemampuan untuk bermain suling dengan baik dicoba sekarang dan kemudian
setelah dia melakukannya pak S dan ibu harus memberikan pujian.
Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi
tenang.
Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini
diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangn
dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak
R bisa kambuh kembali. Pak R sudah punya jadwal minum obat. Jika dia minta
obat sesuai jamnya, segera berikan pujian!

TERMINASI :
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
tentang cara merawat pak R dirumah nanti?
Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali berkunjung kerumah sakit.
Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini
dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan
pembicaraan kita tadi.
Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu
kedatangan bapak dan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya pak,bu.
SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.
ORIENTASI:
Assalamualaikum pak, bu sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi. Bagaimana pak, bu ada pertanyaan tentang cara merawat
pasien seperti yang telah kita bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita akan
latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya pak, bu.
Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?

KERJA:
Sekarang anggap saja saya pak Ryang sedang mengaku nabi, coba bapak dan
ibu praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti
ini!
Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian
atas kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !
Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan
positifnya sesuai jadwalnya! Bagus sekali ternyata bapak dan ibu sudah
mengerti cara merawata Pak R.
Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.

TERMINASI:
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?
Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk pak R!
Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini
dan kita akan mencoba lagi cara merawat pak R sampai bapak dan ibu lancer
elakukannya?
Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari? Baik, kita akan ketemu lagi di tempat
ini ya pak,bu.

SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

ORIENRASI:
Assalamualaikum pak, bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka
kita bicarakan jadwal pak R selama dirmah.
Bagaimana pak, bu selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat pak R?
Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak
dan ibu ikut saya
Berapa lama bapak dan ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 30 menit saja? Sebelum ibu dan bapak menyelesaikan administrasinya

KERJA:
Pak, bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-
kira dapat dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar
ia tetap melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri),
B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakannya).
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan
oleh pak R selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang nabi terus
menerus dan tidak memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi petugas rumah sakit, agar petugas rumah sakit dapat memantaunya.

TERMINASI:
Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu?
Sudah siap unutk melanjutkan dirumah?
Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada
apa-apa bapa dan ibu segera menhubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa
saya sampaikan mohon maaf bila ada kata-kata saya yang menyinggung
perasaan bap dan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya
pak,bu.
Silahkan ibu dan Bapak unutk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor
depan!

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003.Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr.


Amino Gondoutomo
Keliat, Budi Anna.2006.Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Tim Direktorat Keswa.2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung

Anda mungkin juga menyukai