Anda di halaman 1dari 10

KUSUMADEWI, et. al.

/ HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

Hubungan antara Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol Diri dengan
Kepatuhan terhadap Peraturan pada Remaja Putri di Pondok Pesantren
Modern Islam Assalaam Sukoharjo

The Correlation between The Social Support of Peer Group and Self-Control Towards The
Obedience of The Rule in The Teenage Girls of The Assalaam Modern Islamic Boarding
School Sukoharjo

Septi Kusumadewi, Tuti Hardjajani, Aditya Nanda Priyatama

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sebalas Maret

ABSTRAK
Terciptanya lingkungan yang harmonis tidak pernah terlepas dari adanya norma yang diciptakan masyarakat
untuk mengatur anggota masyarakatnya. Oleh karena itu untuk mewujudkan lingkungan harmonis diperlukan kepatuhan
terhadap peraturan dari seluruh anggota masyarakat, tidak terkecuali remaja. Masa perkembangan remaja ketika masa
trotzalter mulai muncul, kepatuhan menjadi hal yang menantang remaja untuk menyesuaikan antara keinginan pribadi
dan tuntutan masyarakat. Dukungan sosial peer group dan kontrol diri merupakan faktor psikologis yang terkait dengan
kepatuhan terhadap peraturan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial peer group dan kontrol diri dengan
kepatuhan terhadap peraturan pada remaja putri SMA Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Sukoharjo. Subjek
penelitian adalah siswi SMA Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Sukoharjo. Pengambilan sampel menggunakan
teknik stratified cluster sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu skala kepatuhan terhadap
peraturan, skala dukungan sosial peer group, dan skala kontrol diri. Analisis data menggunakan metode analisis regresi
berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F-test = 9,426, p < 0,05, dan nilai R = 0,439. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai r x1y =
0,247; p < 0,05, artinya ada hubungan positif yang rendah antara dukungan sosial peer group dengan kepatuhan
terhadap peraturan. Nilai rx2y = 0,346; p < 0,05, menunjukkan adanya hubungan positif yang rendah antara kontrol diri
dengan kepatuhan terhadap peraturan.
Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,193 atau 19,3%, terdiri atas sumbangan efektif dukungan sosial peer group
terhadap kepatuhan terhadap peraturan sebesar 6,68% dan sumbangan efektif kontrol diri terhadap kepatuhan
terhadap peraturan sebesar 12,58%. Ini berarti masih terdapat 80,62% faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan
terhadap peraturan selain dukungan sosial peer group dan kontrol diri.

Kata kunci: kepatuhan terhadap peraturan, dukungan sosial peer group, kontrol diri, remaja putri

PENDAHULUAN dapat tercipta lingkungan yang harmonis. Salah


satu hal yang berperan dalam interaksi sosial ini
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak pernah
adalah norma. Norma yang juga dikenal sebagai
terlepas dari adanya interaksi dengan
peraturan dapat didefinisikan sebagai aturan
lingkungannya. Interaksi sosial yang melibatkan
yang disepakati bersama tentang apa yang
individu lain ini, tentunya diharapkan dapat
seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan oleh
terjalin secara dinamis dan kondusif. Sehingga
anggota kelompok (Baron, dkk. dalam Sarwono,

1
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

2009). Setiap lingkungan atau kelompok Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
mengaplikasikan norma ke dalam bentuk Sukoharjo, terdapat catatan pelanggaran yang
peraturan yang disesuaikan dengan kebutuhan dilakukan oleh remaja putri. Berikut adalah data
dan identitas masyarakat atau kelompok tersebut. jumlah pelanggaran berat yang tercatat:
40
Berfungsinya suatu peraturan tentunya terkait
30
dengan bagaimana masyarakat menyikapi 20 2009/2010
10
peraturan tersebut. Agar peraturan yang 2010/2011
0
terbentuk dapat berfungsi dan mencapai VII VIII IX X XI TKS
Tingkatan Kelas
tujuannya, maka diperlukan sikap patuh dari
Grafik 1. Data Jumlah Pelanggaran Berat
anggota masyarakat, yang biasa dikenal dengan
kepatuhan. Neufelt (dalam Widyarti, 2004) Salah satu faktor kepribadian yang
menjelaskan arti kepatuhan sebagai kemauan dimungkinkan terkait dengan kepatuhan
mematuhi sesuatu dengan takluk tunduk. Adanya terhadap peraturan adalah dukungan sosial.
pro dan kontra dalam menyikapi peraturan kerap Hartanti (2002) menyatakan bahwa dukungan
terjadi di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari sosial merupakan perasaan positif, menyukai
munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh kepercayaan dan perhatian dari orang lain yang
anggota masyarakat, akibat dari kurang puasnya berarti dalam hidup manusia, pengakuan
salah satu pihak akan peraturan tersebut. kepercayaan seseorang, dan bantuan langsung
dalam bentuk-bentuk tertentu. Dukungan sosial
Pelanggaran yang terjadi dapat dilakukan oleh
dapat berasal dari berbagai sumber, salah
siapa saja, begitu pula oleh remaja. Ali dan
satunya adalah peer group atau kelompok teman
Asrori (2008) menjelaskan bahwa pada periode
sebaya. Kelompok teman sebaya memiliki peran
perkembangannya, remaja mengalami tahapan
yang sangat penting bagi perkembangan remaja
masa menentang (trotzalter) yang ditandai
baik secara emosional maupun secara sosial.
dengan adanya perubahan mencolok pada
Buhrmester (dalam Puspitasari, dkk. 2010)
dirinya, baik aspek fisik maupun psikis sehingga
menyatakan bahwa kelompok teman sebaya
menimbulkan reaksi emosional dan perilaku
merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman,
radikal. Selain itu, remaja memiliki
dan panduan moral, tempat bereksperimen, dan
kecenderungan untuk melakukan perlawanan
setting untuk mendapatkan otonomi dan
terhadap otoritas. Tidak terkecuali remaja yang
independensi dari orang tua. Berdasarkan
berlatarbelakang sebagai santri pondok
penjelasan di atas, maka kelompok teman sebaya
pesantren. Banyaknya peraturan yang
dapat menjadi media dalam usaha pengarahan
diberlakukan di pesantren dapat pula berpotensi
moral dan perilaku kedisiplinan remaja, sehingga
menimbulkan peluang adanya pelanggaran
dukungan sosial peer group dimungkinkan
terhadap peraturan tersebut, meskipun pada
berpengaruh pada pembentukan kepatuhan
remaja putri. Seperti halnya yang terjadi di

2
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

remaja terhadap peraturan. selama individu tersebut menunjukkan perilaku


taat terhadap sesuatu atau seseorang. Misalnya
Faktor kepribadian lain yang dimungkinkan
kepatuhan terhadap peraturan. Sedangkan
terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan
peraturan didefinisikan sebagai sesuatu yang
adalah kontrol diri. Goldfried dan Marbaum
mengandung kata-kata perintah dan larangan,
(dalam Lazarus, 1976) mengartikan kontrol diri
serta apa yang harus dilakukan dan apa yang
sebagai kemampuan untuk menyusun,
tidak boleh dilakukan, serta tidak sedikit yang
membimbing, mengatur, dan mengarahkan
mengandung paksaan (Hadikusuma, 1992).
bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah
Rifai (2011) menyatakan bahwa peraturan
konsekuensi positif. Hal inilah yang mendukung
adalah suatu tatanan yang digunakan untuk
terbentuknya kontrol diri, sehingga memperkuat
mengatur pola kehidupan masyarakat agar
perilaku kepatuhan remaja.
berjalan dengan stabil.
Uraian di atas menjelaskan bahwa secara
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan di
bersama-sama dukungan sosial peer group dan
atas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
kontrol diri dimungkinkan terkait dengan
terhadap peraturan adalah sikap dan perilaku taat
kepatuhan terhadap peraturan pada remaja.
dalam menjalankan seluruh peraturan yang telah
Kemudian berdasarkan fenomena meningkatnya
ditetapkan dengan penuh kesadaran.
tingkat pelanggaran santri di Pondok Pesantren
Modern Islam Assalaam, membuat peneliti Kepatuhan terhadap peraturan memiliki dimensi-
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan dimesi yang mengacu pada dimensi kepatuhan
judul: Hubungan antara Dukungan Sosial Peer yang diungkapkan oleh Blass (1999), yaitu
Group dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan mempercayai (belief), menerima (accept), dan
terhadap Peraturan pada Remaja Putri di Pondok melakukan (act). Sedangkan faktor-faktor yang
Pesantren Modern Islam Assalaam Sukoharjo. mempengaruhi timbulnya sikap kepatuhan
dijelaskan oleh Bierstedt (dalam Soekanto,
1982), yaitu indoctrination, habituation, utility
DASAR TEORI dan group identification.

A. Kepatuhan terhadap Peraturan B. Pengertian Dukungan Sosial Peer Group

Kepatuhan (obedience) didefinisikan sebagai Taylor (2009) mendefinisikan dukungan sosial


perubahan sikap dan tingkah laku seseorang sebagai informasi dari orang lain yang dicintai
untuk mengikuti permintaan atau perintah orang atau memberikan perhatiannya, berharga, dan
lain (Feldman, 2003). Blass (1999) merupakan bagian dari jaringan komunikasi serta
mengungkapkan bahwa kepatuhan adalah saling memiliki kewajiban. Sedangkan Gottlieb
menerima perintah-perintah dari orang lain. (dalam Smet, 1994) menjelaskan dukungan
Kepatuhan dapat terjadi dalam bentuk apapun, sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal

3
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

dan/atau nonverbal, bantuan nyata, atau tindakan tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini.
yang diberikan oleh keakraban sosial atau
Aspek kontrol diri yang diacu dalam penelitian
didapat karena kehadiran mereka dan
ini adalah aspek kontrol diri yang dijelaskan oleh
mempunyai manfaat emosional atau efek
Averill (1973), yang terdiri dari kemampuan
perilaku bagi pihak penerima. Adapun definisi
mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol
dari kawan sebaya (peer) adalah anak-anak atau
stimulus, kemampuan mengantisipasi suatu
remaja yang memiliki usia atau tingkat
peristiwa atau kejadian, kemampuan
kematangan yang kurang lebih sama (Santrock,
menafsirkan peristiwa atau kejadian, dan
2007).
kemampuan mengambil keputusan.
Cowie dan Wallace (2000) mengungkapkan
D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Peer
bahwa dukungan sosial peer group merupakan
Group dan Kontrol Diri dengan
dukungan sosial yang dibangun dan bersumber
Kepatuhan terhadap Peraturan pada
dari teman sebaya, mereka secara spontan
Remaja Putri di Pondok Pesantren
menawarkan bantuan kepada kawan lainnya, dan
Modern Islam Assalaam di Sukoharjo
hal tersebut dapat terjadi dimanapun dan di
kelompok sebaya manapun; serta bagaimana Berkembangnya remaja menuju kedewasaan,
memberikan dukungan di saat kawan lainnya menjadikan remaja harus berhadapan dengan
dalam kesulitan. lingkungan masyarakat yang lebih luas. Namun,
ketika sisi originalitas remaja timbul, hal
Bentuk dukungan sosial peer group mengacu
pertama yang ditunjukkan remaja adalah adanya
pada bentuk dukungan sosial yang dikemukakan
penolakan batin dari remaja, meski beberapa
oleh House (dalam Smet, 1994) yaitu dukungan
remaja pada akhirnya tetap melaksanakan aturan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan
sesuai norma yang berlaku (Mnks, dkk., 2006).
instrumental, dan dukungan informasi.
Konflik yang timbul dari adanya pertentangan
C. Kontrol Diri antara harapan pribadi remaja dengan kenyataan
dalam masyarakat ini, berpotensi pada timbulnya
Calhoun dan Acocella (1995) mendefinisikan
perlawanan atau ketidakpatuhan terhadap
kontrol diri sebagai pengaruh seseorang
peraturan. Salah satu fungsi lain dari teman
terhadap, dan peraturan tentang, fisiknya,
sebaya menurut Kelly dan Hansen (dalam
tingkah laku, dan proses-proses psikologisnya.
Desmita, 2007) adalah memperkuat penyesuaian
Kemudian Averill (1973) mendefinisikan kontrol
moral dan nilai-nilai. Dengan demikian
diri sebagai variabel psikologis yang mencakup
peningkatan kepatuhan remaja terhadap
kemampuan individu untuk memodifikasi
peraturan dapat dikuatkan melalui mediasi teman
perilaku, kemampuan individu dalam mengelola
sebaya, atau dengan menggunakan dukungan
informasi yang tidak diinginkan, dan
sosial peer group. Namun, tanpa adanya
kemampuan individu untuk memilih suatu

4
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

dukungan positif dari peer group dapat antara individu dengan kontrol diri tinggi dan
mempengaruhi perilaku remaja pula. Milgram individu dengan kontrol diri rendah.
(dalam Wade dan Tavris, 2007) menjelaskan
Snyder dan Gangestad (dalam Zulkarnain, 2002)
bahwa, ketika subjek bekerja dengan teman-
mengungkapkan bahwa konsep mengenai
teman dekatnya atau berada dalam lingkungan
kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk
yang sama dengan peer group, maka biasanya
melihat hubungan antara pribadi dengan
subjek akan melakukan apa yang dilakukan pula
lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan
oleh teman-temannya, baik itu sikap patuh
masyarakat yang sesuai dengan isyarat
maupun tidak. Hal ini diperkuat oleh pendapat
situasional dalam bersikap dan berpendirian
Eisenberger, dkk. (2001) yang menunjukkan
yang efektif.
bahwa dukungan sosial dapat memperkuat
komitmen secara afektif dan performansi melalui
proses timbal balik. Oleh karena itu, dalam usaha
METODE PENELITIAN
pembentukan pribadi yang memiliki kepatuhan,
maka diperlukan kehadiran orang lain dalam Variabel kriterium dalam penelitian ini adalah
memberikan dukungan dan pengaruh positif. kepatuhan terhadap peraturan, sedangkan
dukungan sosial peer group dan kontrol diri
Pada masa remaja, individu seringkali
berperan sebagai variabel prediktor.
menghadapi benturan antara tuntutan diri dan
tuntutan lingkungan. Konflik berupa benturan Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putri
antara tuntutan lingkungan dengan kebutuhan Sekolah Menengah Atas Pondok Pesantren
dalam diri remaja ini akan menimbulkan emosi- Modern Islam Assalaam Sukoharjo yang terdiri
emosi negatif. Remaja dengan kontrol diri yang atas 262 siswa, yang terbagi ke dalam 11 kelas.
rendah akan cenderung sulit mencari pemecahan Sedangkan sampel yang digunakan dalam
masalah dan cenderung untuk mengambil jalan penelitian ini adalah cluster sampel yaitu sampel
pintas yang berujung pada pelanggaran yang sudah dikelompokkan, yang dimaksud
peraturan. Hal ini diperkuat oleh penelitian sebagai kelompok dalam penelitian ini adalah
sebelumnya yang dilakukan oleh Suyasa (dalam kelas. Penelitian ini menggunakan 3 kelas yang
Melati, dkk., 2007), yang menyebutkan bahwa terpilih sebagai subjek pelaksanaan uji coba dan
kontrol diri merupakan kemampuan individu 3 kelas yang terpilih sebagai subjek pelaksanaan
untuk menahan keinginan yang bertentangan penelitian. Adapun teknik pengambilan sampel
dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
norma sosial, dapat diidentikkan sebagai stratified cluster sampling.
kemampuan individu untuk bertingkah laku
Teknik pengumpilan data menggunakan skala
sesuai dengan norma sosial yang berlaku.
yang merupakan modifikasi model skala Likert,
Sehingga terdapat perbedaan tingkat kepatuhan
yaitu skala kepatuhan terhadap peraturan

5
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

(didasarkan pada teori dimensi kepatuhan hasil uji reliabilitas skala kontrol diri
dariBlass (1999), dukungan sosial peer group menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar
(didasarkan pada teori bentuk dukungan sosial 0,846. Adapun hasil uji analisis statistik adalah
dari House (dalam Smet, 1994)) dan kontrol diri sebagai berikut:
(yang didasarkan pada teori aspek kontrol diri Tabel 1. Hasil Uji Analisis Statistik
dari Averill, 1973). Skor untuk tiap-tiap aitem NO UJI VARIABEL NILAI
Kepatuhan Sig.= 0,200*
bergerak dari 1-4 dengan memperhatikan sifat Normalitas
Dukungan Sosial
1 (Kolmogorov- Sig.= 0,089
a Peer Group
aitem favourabel dan unfavourabel. Smirnov )
Kontrol Diri Sig.= 0,200*
Kepatuhan terhadap
Uji validitas internal dalam penelitian ini peraturan *
Sig.= 0,012
Dukungan sosial peer
menggunakan teknik korelasi product moment 2 Linearitas group
Kepatuhan terhadap
Pearson. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan peraturan * Kontrol Sig.= 0,001
diri
dengan menggunakan formula Alpha Cronbach. Dukungan sosial peer
VIF= 1,028
3 Multikolinearitas group
Metode yang digunakan untuk menganalisis data Kontrol diri VIF= 1,028
Dukungan sosial peer
pada penelitian ini adalah metode analisis Heteroskedastisitas Sig.= 0,948
4 group
(Spearman)
Kontrol diri Sig.= 0,981
statistik dengan menggunakan analisis regresi 5 Autokorelasi D-W= 1,909
ganda dua prediktor. Sig.= 0,000
Fhit = 9,426
6 Simultan F
R= 0,439
R2= 0,193
Dukungan sosial peer
HASIL- HASIL group * kepatuhan Corr.= 0,247
terhadap peraturan
Hasil uji validitas skala kepatuhan terhadap 7 Korelasi Parsial
Kontrol diri *
kepatuhan terhadap Corr.= 0.346
peraturan menunjukkan aitem valid sebanyak 55 peraturan
aitem dengan indeks daya beda berkisar antara Dukungan sosial peer
group * kepatuhan 34,69 %
0,250 sampai dengan 0,690. Hasil uji reliabilitas 8
Sumbangan terhadap peraturan
Relatif Kontrol diri *
skala kepatuhan terhadap peraturan kepatuhan terhadap 65,31 %
peraturan
menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar Dukungan sosial peer
0,911. Adapun hasil uji validitas skala dukungan group * kepatuhan 6,68 %
Sumbangan terhadap peraturan
9
sosial peer group menunjukkan aitem valid Efektif Kontrol diri *
kepatuhan terhadap 12,58 %
sebanyak 55 aitem dengan indeks daya beda peraturan

berkisar antara 0,221 sampai dengan 0,759.


Sedangkan hasil uji reliabilitas skala dukungan
sosial peer group menunjukkan koefisien PEMBAHASAN
reliabilitas sebesar 0,938. Adapun hasil uji
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis
validitas skala kontrol diri dapat diketahui 36
yang diajukan dalam penelitian ini dapat
aitem valid dengan indeks daya beda berkisar
diterima. Dukungan sosial peer group dan
antara 0,220 sampai dengan 0,567. Sedangkan

6
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

kontrol diri secara bersama-sama mempunyai Berdasarkan hasil uji korelasi parsial di atas
hubungan yang sedang dengan kepatuhan dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan
terhadap peraturan. Individu yang mendapatkan dukungan sosial peer group, kontrol diri
dukungan sosial peer group yang baik disertai memiliki korelasi yang lebih tinggi dengan
dengan kontrol diri yang baik pula akan kepatuhan terhadap peraturan. Hal ini
memiliki sikap yang positif dalam berperilaku di menyiratkan bahwa kontrol diri memiliki fungsi
lingkungan masyarakat. yang lebih besar dalam mengarahkan kepatuhan
terhadap peraturan pada remaja. Remaja
Begitu halnya dalam menyikapi suatu peraturan
diharapkan dapat mengarahkan perilakunya agar
yang terdapat dalam lingkungan sosialnya
dapat menerima dan menjalankan peraturan yang
sebagai suatu bentuk norma sosial. Fungsi
dibentuk oleh masyarakat lingkungannya,
kontrol diri pada remaja akan semakin efektif
sehingga remaja dapat menjadi pribadi mandiri
apabila disertai dengan dukungan sosial peer
yang sehat mental dan bermoral positif.
group. Mesina dan Messina (dalam Melati, dkk.,
2007) menjelaskan, bahwa salah satu fungsi Seseorang yang memiliki kontrol diri yang tinggi
kontrol diri adalah individu akan membatasi dapat mengendalikan perilaku, emosi, serta dapat
dirinya untuk menahan dorongan atau keinginan menafsirkan dan melakukan antisipasi atas
yang tidak sesuai dengan norma sosial. Remaja kejadian yang mungkin terjadi. Namun dengan
yang memiliki kontrol diri yang baik akan dapat rendahnya dukungan sosial peer group yang
lebih mengendalikan diri jika dihadapkan dengan dimilikinya, remaja tersebut menjadi kurang
situasi yang tidak sesuai dengan harapan remaja dapat memantapkan diri dalam membangun
tersebut, sehingga perilaku dan emosi negatif perilaku serta emosi positif dalam dirinya,
pun dapat dikendalikan atau bahkan dihindari. sehingga dalam menanggapi peraturan yang
Terlebih jika remaja mendapatkan dukungan dari dibentuk oleh lingkungannya remaja kurang
lingkungan sosialnya, maka remaja akan dapat membangun aspek kooperatif yang baik.
semakin dapat menyesuaikan diri dengan Hal tersebut menyebabkan kepatuhan terhadap
tuntutan lingkungan. Hal ini dikerenakan peraturan pada akhirnya kurang dapat terbentuk
karakteristik remaja yang masih membutuhkan meskipun remaja tersebut dikatakan memiliki
dukungan dari orang lain sebagai bentuk kemampuan kontrol diri yang memadai.
pemberian motivasi yang dapat memperkuat
Sebaliknya, adanya dukungan sosial peer group
perilaku remaja. Dengan demikian remaja lebih
tanpa disertai dengan kontrol diri yang baik
dapat megontrol perilaku negatifnya dan lebih
menjadikan remaja cenderung nyaman dengan
terarah untuk menjadi individu yang
peer group-nya, sehingga remaja dapat lebih
bertanggungjawab dan siap secara mental dalam
bebas dalam mengeluarkan perasaan dan
menanggapi proses-proses sosial di lingkungan
pendapat/pemikirannya, namun kurang dapat
masyarakat.
mengendalikan emosi yang kerap menyebabkan

7
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

terjadinya konflik akibat perilaku negatif yang dalam membentuk kepatuhan remaja terhadap
muncul. Tanpa dimilikinya kontrol diri, konflik peraturan.
yang terjadi menjadi kurang terkendali, sehingga
Penjelasan di atas memberikan sedikit gambaran
kemungkinan untuk melakukan pelanggaran
mengenai kondisi hubungan antara dukungan
akan peraturan yang berlaku dimasyarakat pun
sosial peer group dengan kepatuhan terhadap
akan terjadi. Dengan demikian kepatuhan
peraturan yang terjadi pada subjek penelitian.
terhadap peraturan menjadi kurang berkembang
Arah hubungan yang terjalin adalah hubungan
meskipun remaja memiliki dukungan sosial peer
positif yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
group yang baik, namun tanpa diimbangi adanya
subjek masih membutuhkan dukungan sosial
kontrol diri yang memadai.
yang bersumber dari orang dewasa seperti guru
Adapun faktor lain yang turut mempengaruhi dan pengasuh, ataupun orang tua, sehingga
terbentuknya kepatuhan terhadap peraturan pada adanya dukungan sosial lebih dapat efektif
remaja diungkapkan oleh Rifai (2011) mengenai dalam membentuk pola perilaku dan moral yang
beberapa faktor penyebab lain yang positif pada diri remaja.
menimbulkan pelanggaran di lingkungan
Berdasarkan hasil kategorisasi skala kepatuhan
sekolah, di antaranya adalah tata tertib, latar
terhadap peraturan, bahwa tingkat kepatuhan
belakang remaja, sistem pembelajaran terkait
terhadap peraturan remaja putri SMA PPMI
dengan pengajaran guru, kepemimpinan kepala
Assalaam berada pada kategori sedang, dengan
sekolah, pelayanan administrasi atau birokrasi
persentase 62,2%, yaitu sebanyak 51 remaja
sekolah, serta interaksi sosial remaja di luar
putri. Hal ini dimungkinkan berkaitan dengan
sekolah. Faktor psikologis lain yang
banyaknya peraturan yang diberlakukan, namun
dimungkinkan terkait adalah religiusitas. Subjek
masih terdapat kesenjangan antara kebutuhan
penelitian yang bertempat tinggal di pesantren,
psikologis remaja putri tersebut. Hal ini
tentunya kerap kali mendapatkan tambahan
diperkirakan dapat menyebabkan remaja menjadi
pengetahuan-pengetahuan mengenai ajaran
tidak sepenuhnya patuh pada peraturan yang
agama, sehingga aspek religiusitas remaja pun
berlaku.
menjadi lebih baik. Jalaluddin (2009)
menjelaskan bahwa individu yang memiliki Adapun berdasarkan hasil kategorisasi dukungan
religiusitas tinggi mampu menjadikan nilai-nilai sosial peer group, secara umum dukungan sosial
ajaran agamanya sebagai mekanisme kontrol peer group subjek berada pada kategori tinggi.
yang mengatur serta mengarahkan tingkah Hal ini dapat dilihat dari skor dukungan sosial
lakunya sehari-hari, sehingga dimungkinkan peer group dalam penelitian ini, bahwa sekitar
remaja dapat berperilaku normatif dan terhindar 68,3% yaitu sebanyak 56 remaja putri. Hal ini
dari kecenderungan kenakalan remaja. Hal ini dimungkinkan karena subjek berada dalam
menyiratkan bahwa religiusitas ikut berperan sistem pendidikan pesantren berasrama. Kondisi

8
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

demikian membawa konsekuensi mengenai PENUTUP


hubungan intim yang terbentuk lama dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
teman sebaya. Pola kehidupan 24 jam bersama
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
dengan teman sebaya dan jauh dari orang tua,
membuat remaja nyaman dengan pola pergaulan Terdapat hubungan positif yang sedang antara
yang telah terbentuk, sehingga kedekatan dukungan sosial peer group dan kontrol diri
hubungan dengan teman sebaya secara tidak dengan kepatuhan terhadap peraturan pada
langsung terbentuk secara kuat. Kuatnya remaja putri SMA Pondok Pesantren Modern
hubungan ini menjadikan remaja banyak Islam Assalaam Sukoharjo. Sedangkan untuk
terpengaruh oleh pola perilaku teman sebayanya. korelasi parsial, menunjukkan bahwa terdapat
Hal ini diperkuat oleh pendapat Al-Mighwar hubungan positif yang rendah, baik antara
(2006) yang menjelaskan bahwa pengaruh dukungan sosial peer group dengan kepatuhan
teman-teman sebaya terhadap sikap, terhadap peraturan, maupun antara kontrol diri
pembicaraan, minat, penampilan, dan tingkah dengan kepatuhan terhadap peraturan. Artinya
laku lebih besar daripada pengaruh keluarga. semakin tinggi dukungan sosial peer group
ataupun kontrol diri maka semakin tinggi
Berdasarkan hasil kategorisasi tingkat kontrol
kepatuhan terhadap peraturan, begitu pula
diri, diketahui bahwa subjek penelitian memiliki
sebaliknya.
tingkat kontrol diri pada kategori sedang dengan
persentase sebesar 68,3%, yaitu sebanyak 56
remaja putri. Hal ini dimungkinkan karena DAFTAR PUSTAKA

adanya sistem pengasuhan yang diterapkan Ali, M., dan Asrori, M. 2008. Psikologi Remaja:
pesantren lebih cenderung menggunakan kontrol Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.
eksternal dari pihak pengasuh/guru ataupun
pengurus organisasi, sehingga remaja menjadi Averill, J.R. 1973. Personal Control Over
Aversive Stimuli and Its Relationship to
kurang terampil untuk menggunakan Stress. Psychological Bulletin, No. 80. p.
kemampuannya mengontrol perilaku. Selain itu, 286-303.

penerapan hukuman pada berbagai aspek Blass, Thomas. 1999. The Milgram Paradigm
After 35 Years: Some Things We Now
berkehidupan di pesantren dimungkinkan ikut Know About Obedience to Authority'.
mempengaruhi, sehingga kepatuhan subjek Journal of Applied Social Psychology, 29, 5,
pp. 955-978.
penelitian pada peraturan juga dipengaruhi oleh
Calhoun, J.F., dan Acocella, J.R. 1995. Psikologi
faktor-faktor lain, di antaranya faktor jera dan
tentang Penyesuaian dan Hubungan
takut terkena hukuman. Kemanusiaan. Terjemahan R.S. Satmoko.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Cowie, H., & Wallace, P. 2000. Peer Support in
Action: From Bystanding to Standing By.
London: Sage Publications.

9
KUSUMADEWI, et. al. / HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL PEER

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta:
Eisenberger, R. S., Rexwinkel, B., Lynch, P. D., P.T. Gramedia.
& Rhoades, L. 2001. Resiprocation of
Perceived Organizational Support. Journal Soekanto, Soerjono. 1982. Kesadaran Hukum
of Applied Psychology, vol. 86, 42-51. dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: C.V.
Rajawali.
Feldman. 2003. Essentials of Understanding
Psychology. New York: McGraw-Hill Taylor, S.E. 2009. Health Psychology 7th ed.
Companie, Inc. New York: McGraw-Hill Companie, Inc.

Hadikusuma, Hilman. (1992) Bahasa Hukum Wade, C., dan Tavris, C. 2007. Psikologi. Edisi
Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni. Kesembilan. Terjemahan Benedictine
Widyasinta dan Darma Juwono. Jakarta:
Hartanti. 2002. Peran Sense of Humor dan Erlangga.
Dukungan Sosial pada Tingkat Depresi
Penderita Dewasa Pasca Stroke. Anima, Widyarti, Asih. 2004. Interaksi Kepemimpinan
Indonesian Psychological Journal. Vol. 17, dengan Kepatuhan Manajer dan Karyawan
No.2, 107-119. Berdasarkan Kelompok Usia pada P.T.
Perwira Ekadharma Pratama dan P.T.
Jalaluddin. 2009. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Universal Wisesa Industry di Surabaya.
Raja Grafindo Persada. Jurnal Model Manajemen, Vol. 2, No. 2.
Lazarus,R.S. 1976. Patterns of Adjustment. Zulkarnain. 2002. Hubungan Kontrol Diri
Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha Ltd. dengan Kreativitas Pekerja. Laporan
Penelitian. Tidak diterbitkan. Medan.
Melati, R., dan Widjaja, A. 2007. Pengaruh Universitas Sumatra Utara.
Kontrol Diri terhadap Pembelian Impulsif
pada Remaja Awal. Jurnal Ilmiah Psikologi
Industri dan Organisasi Phronesis, Vol. 9,
No. 2, 115-133. Universitas Tarumanegara.
Mnks, F.J.K dkk. 2006. Psikologi
Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Puspitasari, Y.P., Abidin, Z., dan Sawitri, D.R.
2010. Hubungan antara Dukungan Sosial
Teman Sebaya dengan Kecemasan
Menjelang Ujian Nasional (UN) pada Siswa
Kelas XII Reguler SMA Negeri 1 Surakarta.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rifai, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan:
Struktur dan Interaksi Sosial di Dalam
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media.
Sarwono, Sarlito. 2009. Psikologi Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Santrock, J.W. 2007. Remaja Edisi 11 Jilid 2.
Penerjemah: Benedictine Widyasinta.

10

Anda mungkin juga menyukai