Anda di halaman 1dari 8

AMDAL PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN BATUBARA

DI KALTIM

DISUSUN OLEH :

RIDHA QAUSAR AL DAUDY


P07133214028

POLTEKKES KEMENKES RI ACEH


PRODI D.IV KESEHATAN LINGKUNGAN
TA. 2016/2017
PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN BATUBARA DI KALTIM

1.Pengertian Batubara

Batubara merupakan salah satu tambang bahan bakar fosil yang dimilikiIndonesia
yang kaya. Secara umum, batubara adalah batuan sedimen dalam tanahyang dapat terbakar,
terbentuk dari endapan organic utamanya adalah sisa-sisatumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatubaraan yang selama beribu-ributahun lamanya. Unsur utamanya adalah
karbon (berwarna hitam pekat), hydrogen,nitrogen, sulfur dan oksigen serta tidak menutup
kemungkinan memiliki zat-zattambahan yang kandungannya kecil. Batubara dalam tambang
memiliki bijih yang sangat kasar dalam bentuk serbuk, pasir dan terkadang batuan yang
cukuphingga besar. Artinya dalam pengelolaan yang baik dapat meminimalisir gangguan,
baik gangguan kesehatan maupun lingkungan.

2. AMDAL Pertambangan

Kegiatan pertambangan yaitu suatu kegiatan untuk mengambil bahangalian berharga


dari lapisan bumi, Selama kurun waktu 50 tahun, konsep dasar pengolahan relatif tidak
berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya.Mekanisasi peralatan dan teknologi
pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan ekstraksi kadar
rendah pun menjadi ekonomissehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus
digali. Inimenyebabkan kegiatan t ambang menimbulkan dampak lingkungan yang besar dan
penting. Dampak besar dan penting itulah yang selanjutnya dikaji didalamAMDAL.Kegiatan
pertambangan selain menimbulkan dampak lingkungan, jugamenimbulkan dampak sosial
kompleks. Oleh sebab itu, AMDAL suatu kegiatan pertambangan harus dapat menjawab dua
tujuan pokok (World Bank, 1998),(1).Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan
kesehatan dipertimbangkandalam menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif
kegiatan yangakan dipilih. (2).Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan
sertalangkah-langkah perlindungan telah terintegrasi di dalam desain danimplementasi
proyek serta rencana penutupan tambang.

3. Ruang Lingkup Kegiatan Pertambangan

Di dalam AMDAL akan dikaji dampak yang ditimbulkan dari sutaukegiatan pada
setiap tahapan, tahap-tahapan tersebut seperti tahap pra konstruksi,konstruksi, operasi dan
pasca operasi. Didalam pertambangan tahapan-tahapantersebut adalah:Kegiatan
pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatansebagai berikut:

Eksplorasi
Ekstrasi
Pembangunan infrastuktur, jalan akses dan sumber energy
Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman
Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang wajib untuk melakukan AMDALdapat dilihat
pada Lampiran PERMEN LH NO 11 tahun 2006 tentang JenisRencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup.

4. Dampak Penambangan Batu Bara Terhadap Kesehatan Masyarakat

Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin


membesar. Perkembangan teknologi pengolahanmenyebabkan ekstraksi bijih kadar rendah
menjadi lebih ekonomis, sehinggasemakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di gali.
Hal ini menyebabkankegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar
dan bersifat penting. US-EPA (1995) telah melakukan studi tentang pengaruhkegiatan
pertambangan terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia pada 66 kegiatan
pertambangan. Hasil studi memperlihatkan bahwa pencemaranair permukaan dan air tanah
merupakan dampak lingkungan yang sering terjadiakibat kegiatan tersebut.Frekuensi
terjadinya dampak lingkungan dari 66 kegiatan pertambangan.

Catatan: Tidak termasuk pencemaran oleh emisi gas buang yang keluar darialat pengendali
pencemaran udara.United Nations Environment Programme (UNEP, 1999)
menggolongkandampak-dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan sebagai berikut:
Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan

Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi pertambangan.


Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan
Stabilisasi site dan rehabilitasi
Limbah tambang dan pembuangan tailing
Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing
Peralatan yang tidak digunakan , limbah padat, limbah rumah tangga
Emisi Udara
Debu Perubahan Iklim
Konsumsi Energi
Pelumpuran dan perubahan aliran sungai
Buangan air limbah dan air asam tambang
Perubahan air tanah dan kontaminasi
Limbah B3 dan bahan kimia
Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pemaparan bahan kimia ditempat kerja
Kebisingan
Radiasi
Keselamatan dan kesehatan kerja
Toksisitas logam berat
Peninggalan budaya dan situs arkeologi
5. Kesehatan masyarakat dan pemukiman di sekitar tambang

Penambangan dapat menyebabkan kecelakaan-kecelakaan yang seriusseperti kebakaran-


kebakaran, ledakan-ledakan, atau lorong-lorong galian yangrubuh yang dapat menimbulkan
dampak pada orang-orang yang bermukim dikomunitas sekitar tambang. Dampak dan bahaya
yang mengancam kesehatanmasih juga dirasakan di tempat-tempat bekas daerah yang pernah
ditambang,karena orang-orang dapat terpapar limbah tambang dan bahan-bahan kimia
yangmasih melekat di tanah dan di air.1.Gangguan Kesehatan yang Dialami Pekerja
TambangGangguan-gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja
tambangdiantaranya :

a. Debu, tumpahan bahan kimia, asap-asap yang beracun, logam-logam berat dan
radiasi dapat meracuni penambang dan menyebabkangangguan kesehatan sepanjang
hidup mereka.
b. Mengangkat peralatan berat dan bekerja dengan posisi tubuh yang janggal dapat
menyebabkan luka-luka pada tangan, kaki, dan punggung.
c. Penggunaan bor batu dan mesin-mesin vibrasi dapat menyebabkankerusakan pada
urat syaraf serta peredaran darah, dan dapatmenimbulkan kehilangan rasa, kemudian
jika ada infeksi yang sangat berbahaya seperti gangrene, bisa mengakibatkan
kematian.
d. Bunyi yang keras dan konstan dari peralatan dapat menyebabkanmasalah
pendengaran, termasuk kehilangan pendengaran.
e. jam kerja yang lama di bawah tanah dengan cahaya yang redup dapatmerusak
penglihatan.
f. Bekerja di kondisi yang panas terik tanpa minum air yang cukup dapatmenyebabkan
stres kepanasan.

6. Air yang tercemar

Pertambangan menggunakan air dalam jumlah yang banyak danmeninggalkan


sejumlah besar limbah yang mencemari sumber-sumber air dan orang-orang yang bergantung
pada pertambangan.

Walaupun semuaoperasi tambang cenderung mencemari air, namun kebanyakan


masalahyang paling besar datang dari kegiatan perusahaan-perusahaan besar. Air permukaan
dan air tanah di lokasi-lokasi tambang dapat tercemar selama bertahun-tahun kemudian.
Karena air habis digunakan, lahan dapatmengalami kekeringan dan tidak dapat digunakan
untuk pertanian ataumenggembala ternak. Kerusakan jangka panjang akibat air
yangterkontaminasi akan berakhir jauh lebih lama dibanding keuntunganekonomis jangka
pendek yang diperoleh dari kegiatan pertambangan.
7.Lahan dan tanah menjadi rusak

Rusaknya tanah akibat kegiatan pertambangan dapat menyebabkantanah menjadi


tidak subursehingga tanaman menjadi sulit tumbuh didaerah tersebut. Hal ini dapat
berdampak pada terjadinya kesulitan pangandan kelaparan.d.Masalah-masalah
sosialPertambangan berdampak langsung pada kesehatan, yakni ketikaorang-orang bekerja
dengan kondisi yang berbahaya dan terpapar oleh bahan-bahan kimia beracun. Di samping itu
pertambangan juga berdampak pada kondisi kesehatan melalui masalah-masalah sosial yang
dibawanya.Kota-kota dan perkampungan tambang terbentuk cepat, dengan sedikit atau tanpa
perencanaan. Hal ini biasanya menimbulkan banyak masalah. Oranglaki-laki berdatangan
mencari pekerjaan di tambang, kaum perempuanyang membutuhkan penghasilan menjadi
pekerja seks, dan kombinasi inidapat menjadi sumber yang dapat dengan cepat menyebarkan
infeksiHIV/AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya. Kondisi mendadak kayadan
mendadak miskin yang dibawa oleh sektor pertambangan ini seringdiikuti oleh meningkatnya
kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak,

perlakukan sewenang-wenang yang dilakukan oleh pemilik tambangterhadap pekerja


tambang dan perkelahian untuk memperebutkan hak atassumberdaya. Banyak warga yang
terpaksa meninggalkan komunitasmereka karena alasan kekerasan atau karena merasa tidak
mungkin lagi bisa hidup seperti saat sebelum tambang dibuka.

8. Penanganan Penambangan

Untuk metoda penambangan bawah tanah (underground mining) dampak negatifnya


terhadap lingkungan hidup agak terbatas. Yang perlu diperhatikan dandiwaspadai adalah
dampak pembuangan batuan samping (countryrock/waste) dan air berlumpur hasil penirisan
tambang (mine drainage). Kecuali untuk metode ambrukan (caving method) yang dapat
merusak bentang alam(landscape) atau morfologi, karena terjadinya amblesan
(surfacesubsidence).Metoda penambangan bawah tanah yang dapat mengurangi timbulnya
gas-gas beracun dan berbahaya adalah penambangan dengan auger (auger mining),karena
untuk pemberaiannya (loosening) tidak memakai bahan peledak.Untuk menekan
terhamburnya debu ke udara, maka harus dilakukan penyiraman secara teratur disepanjang
jalan angkut, tempat-tempat pemuatan, penimbunan dan peremukan (crushing).

Bahkan disetiap tempat perpindahan(transfer point) dan peremukan sebaiknya diberi


bangunan penutup serta unit pengisap debu.Untuk menghindari timbulnya getaran (ground
vibration) dan lemparan batu (fly rock) yang berlebihan sebaiknya diterapkan cara-cara
peledakan yang benar, misalnya dengan menggunakan detonator tunda (millisecond
delaydetonator) dan peledakan geometri (blasting geometry) yang tepat.Lumpur dari
penirisan tambang tidak boleh langsung dibuang ke badan air (sungai, danau atau laut), tetapi
harus ditampung lebih dahulu di dalam kolam-kolam pengendapan (settling pond) atau unit
pengolahan limbah (treatment plant) terutama sekali bila badan air bebas itu dipakai untuk
keperluan domestik oleh penduduk yang bermukim disekitarnya.Segera melaksanakan cara-
cara reklamasi/ rehabilitasi/restorasi yang baik terhadap lahan-lahan bekas penambangan.

Misalnya dengan meratakan daerah-daerah penimbunan tanah penutup atau bekas


penambangan yang telah ditimbunkembali (back filled areas) kemudian ditanami vegetasi
penutup (ground cover vegetation) yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi
lahan pertanian atau perkebunan. Sedangkan cekungancekungan bekas penambanganyang
berubah menjadi genangan-genangan air atau kolam-kolam besar sebaiknyadapat diupayakan
agar dapat dikembangkan pula menjadi tempat budi-daya ikanatau tempat rekreasi.

9. Pengolahan Bijih dan Pabrik Pengolahan

Ini tergantung pada jenis mineral yang diambil, umumnya adalah proses benefication
- bijih diproses menjadi konsentrat bijih- atau selanjutnya diikuti dengan pengolahan
metalurgi dan refining. Proses benefication umumnya terdiri dari kegiatan persiapan,
penghancuran dan atau penggilingan, peningkatan konsentrasi dengan gravitasi, magnetis
atau flotasi, diikuti dengan dewatering dan penyaringan. Hasil dari proses ini adalah
konsentrat bijih dan tailing dan emisi debu. Tailing biasanya mengandung bahan kimia sisa
proses dan logam berat. Pengolahan metalurgi bertujuan untuk mengisolasi logam dari
konsentrat bijih dengan metode pyrometallurgi, hidrometalurgi atau elektrometalurgi.
Pyrometalurgi seperti roasting dan smelting menyebabkan gas buang (sulfur dioksida,
partikulat dan logam berat) dan slag. Hidrometalurgi menghasilkan pencemar cair yang akan
terbuang ke kolam penampung tailing jika tidak digunakan kembali (recycle).

Bahan-bahan kimia yang digunakan di dalam proses pengolahan (sianida, merkuri,


dan asam kuat) bersifat hazard. Pengangkutan, penyimpanan, penggunaan dan
pembuangannya memerlukan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya gangguan
terhadap kesehatan dan keselamatan serta mencegah pencemaran ke lingkungan.

10. Penampungan Pengolahan dan Pembuangan Tailing.

Pengelolaan tailing merupakan salah satu aspek kegiatan pertambangan yang


menimbulkan dampak lingkungan sangat penting. Tailing berbentuk lumpur berkomposisi
40-70% cairan. Penampungan, pengolahan dan pembuangan tailing memerlukan
pertimbangan yang teliti terutama untuk kawasan yang rawan gempa. Kegagalan desain dari
sistem penampungan tailing akan menimbulkan dampak yang sangat besar. Pengendalian
pembuangan tailing harus memperhatikan pencegahan timbulnya rembesan, pencegahan erosi
oleh angin, dan mencegah pengaruhnya terhadap fauna.

Isu-isu penting yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi alternatif pembuangan


tailing meliputi: - Karakteristik geokimia area dan potensi migrasi lindian dari tailing. -
Kerawanan bencana alam yang mempengaruhi keamanan lokasi dan desain teknis. - Konflik
penggunaan lahan terhadap perlindungan ekologi peninggalan budaya, pertanian serta
kepentingan lain. - Karakteristik kimia pasir, lumpur, genangan air pengolahannya. -
Reklamasi setelah pasca tambang.

11. Pembangunan infrastruktur jalan akses dan pembangkit energi.

Kegiatan pembangunan infrastruktur meliputi pembuatan akses di dalam daerah


tambang, pembangunan fasilitas penunjang pertambangan, akomodasi tenaga kerja,
pembangkit energi baik untuk kegiatan konstruksi maupun kegiatan operasi dan
pembangunan pelabuhan. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pembangunan sistem
pengangkutan di kawasan tambang (crusher, belt conveyor, rel kereta, kabel gantung, pipa
pengangkut tailing).

12. Pembangunan Pemukiman Karyawan Dan Base Camp Pekerja.

Kebutuhan tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk kegiatan


pertambangan seringkali tidak dapat dipenuhi dari penduduk setempat. Tenaga kerja trampil
perlu didatangkan dari luar, dengan demikian diperlukan pembangunan infrastruktur yang
sangat besar. Jika jumlah sumberdaya alam dan komponen-komponen lingkungan lainnya
sangat terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pendatang, sumberdaya alam akan
mengalami degradasi secara cepat. Akibatnya akan terjadi konflik sosial karena persaingan
pemanfaatan sumber daya alam. Sebagai contoh, kegiatan pertambangan seringkali dikaitkan
dengan kerusakan hutan, kontaminasi dan penurunan penyediaan air bersih, musnahnya
hewan liar dan perdagangan hewan langka, serta penyebaran penyakit menular.

13. Decomisioning dan Mining Closure.

Setelah ditambang dan cadangan bijih dianggap tidak ekonomis lagi, tambang harus
ditutup. Penutupa tambang ini banyak yang tidak mempertimbangkan aspek lingkungan
sehingga tambang ditelantarkan dan tidak ada usaha untuk rehabilitasi. Pada prinsipnya
kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus
dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui rehabilitasi. Kondisi akhir
rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi
lain yang telah disepakati.. Reklamasi seharusnya merupakan kegiatan yang terus menerus
dan berlanjut sepanjang umur pertambangan.

Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam (landscape) yang
stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi
tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Yang
tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan
masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus
dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai