PENDAHULUAN
Istilah fraud belum dikenal secara luas di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih
mengenal segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan untuk
memperoleh keuntungan. Fraud adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain (Diaz,
criminal deception intended to financially benefit the deceiver yaitu kecurangan adalah
penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu.
Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat.
Ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara financial dari tindakannya tersebut.
Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the act., (2)
menurut the Association Certified Fraud Examines (ACFE) dalam Vanasco (1998) merupakan
segala sesuatu hal yang dilakukan secara lihai dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan
dengan cara menutupi kebenaran, tipu daya, kelicikan atau mengelabuhi dan cara tidak jujur dan
yang lain. Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary dalam Ema Kurniawati (2012), fraud
didefinisikan sebagai : Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang
diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang
salah atau pemaksaan kebenaran dan mencakup semua cara yang tak terduga, penuh siasat licik
atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu.
Sesuatu hal dikatakan menjadi sebuah kecurangan apabila: (1) Kegiatan tersebut menghasilkan
keuntungan bagi dirinya sendiri atau kelompok, (2) Kegiatan tersebut dapat merugikan orang lain
atau korporasi, dan (3) Cara yang digunakan tidak benar, illegal atau perbuatan tersebut melawan
hukum (Tuanakotta, 2010). Dari beberapa definisi diatas maka dapat diketahui bahwa kecurangan
merupakan tindakan illegal yang disengaja/timbul niat jahat dengan cara melakukan kebohongan,
tipu daya, pencurian dan tindakan yang merugikan orang lain untuk mendapatkan keuntungan
Pada negara-negara maju perekonomian yang ada cenderung lebih stabil , hal tersebut
membuat modus pelaku ekonomi melakukan praktik fraud jauh lebih kecil. Apalagi hukum di
negara maju lebih berfungsi dengan baik. Misalnya di negara Amerika mereka cenderung lebih
suka menerapkan hukum perdata dengan memberikan sanksi andministratif yang berlipat ganda
Indonesia modus praktik fraud jauh lebih besar. Hukum di Indonesia sendiri yang seperti kita
ketahui lebih cenderung memberikan hukum pidana ,adapun sanksi administratif yang diberikan
tidak terlalu besar sehingga membuat para pelaku fraud tidak jera terhadap kecurangan dan
pelanggaran hukum yang dilakukan. Dari uraian diatas bisa diketahui bahwa jenis fraud yang
terjadi pada berbagai negara bisa berbeda, karena dalam praktiknya fraud dipengaruhi oleh
kondisi hukum dan kondisi ekonomi masing-masing negara. Fraud dapat dilakukan di sektor
swasta ataupun publik. Didalam sektor swasta banyak sekali pelanggaran, penyelewengan antaa
lain salah menafsirkan catatan keuangan pada laporan keuangan. Hal itu menyebabkan banyaknya
kerugian yang besar bukan hanya bagi orang-orang yang bekerja pada perusahaan, akan tetapi
pada investor-investor yang menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Menurut ICW
praktik bisnis yang kotor dalam sektor swasta ternyata memberi efek domino yang merugikan
kepentingan publik secara langsung. Praktik spekulan bursa saham, penghindaran pajak, dan
disinformasi oleh pebisnis swasta mengakibatkan kerugian besar yang dalam krisis ini
dirasakan langsung masyarakat luas. Skandal di perusahaan Enron, Global Crossing, dan
WorldCom yang terjadi di Amerika Serikat beberapa tahun lalu merupakan contoh penipuan
(fraud) yang dilakukan perusahaan swasta. Skandal tersebut memberikan efek bola salju ke
seluruh dunia dan korporasi global serta merusak kepercayaan publik tentang integritas
bisnis. Di Indonesia misalkan kasus BLBI, Bank Bali, dan Bank Century juga telah
kepercayaan para investor, praktik akuntansi yang sehat dan audit yang berkualitas dibutuhkan
dalam sektor swasta merupakan salah satu kunci untuk mencapai masyarakat yang terbebas
dari korupsi. Hal tersebut juga diamanatkan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
di dalam pasal 12 mengatur tentang kewajiban setiap negara untuk mencegah terjadinya
Sementara itu pada sektor publik, di Indonesia korupsi telah menjadi isu fenomenal dan
menarik untuk dibahas dengan kasus-kasus yang kini tengah berkembang dalam masyarakat. .
Semenjak runtuhnya jaman orde baru, masyarakat menjadi semakin kritis dalam mencermati
kebijakan-kebijakan pemerintah yang sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme atau
yang sering dikenal dengan istilah KKN. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena
para pihak bekerja sama untuk menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk
penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities) dan pemerasan secara
ekonomi (economic extortion). Pada tahun 2008-2009, korupsi sudah bukan merupakan
rahasia publik. Contoh kasus fraud yang hangat-hangatnya diperbincangkan yaitu E-KTP.
Cressey (1953) dalam Skousen et al. (2008) mengemukakan tiga kondisi berupa ke rangka
triangle. Selanjutnya Wolfe dan Hermanson (2004) menambahkan tiga kondisi yang telah
ditemukan oleh Cressey (1953) dalam Skousen et al. (2008) dengan kemam puan (capability),
sehingga empat kondisi ter sebut dinamakan fraud diamond. Serta yang terbaru yaitu teori fraud
pentagon menurut Crowe (2011) teori fraud pentagon merupakan perluasan dariteori fraud triangle
yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey, dalam teori ini menambahkan dua pentagon
dijelaskan dalam teori fraud diamond oleh Wolfe dan Hermanson pada
keuntungan pribadinya (Crowe, 2011). Menurut Crowe, arogansi adalah sikap superioritas
atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa kontrol internal atau kebijakan perusahaan tidak