Oleh :
Dosen Pembimbing
:
) (
Diriwayatkan dari Abi Juhaifah ia berkata: Telah berkata Rasulullah SAW,
duduklah kalian semua bersama para ulama dan bertanyalah kalian semua kepada
orang besar atau tokoh dan bergaulah kalian semua bersama orang-orang yang ahli
hikmah
1
:
:
,
)(
Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, janganlah
seseorang mengusir temanya dari tempat duduk, kemudian ia duduk padanya,
hendaknya kamu memperluas ( merenggangkan ) untuk memberi tempat. Adalah ibnu
umar dalam mempraktekkan ini, jika seseorang bangun dari majelis tidak suka duduk
pada tempat orang itu (Muttafaqun alaih).1
:
(
)
Diriwayatkan dari Abi Hurairah dan Abi Said keduanya menyaksikan Nabi SAW
bersabda tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu majlis untuk berdzikir mengingat
Allah, melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat, diliputi rahmat dan
Allah menyebut-nyebut mereka dikalangan makhluk yang ada disisiNya. (HR. Ibnu
Majah).2
1 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawy. Tarjamah Riyadhus shalihin, ( Bandung: Al- MAARIF,
1990, Cet. 10 ), hlm. 39.
2 Ibnu Hajar Asqalani. Bulughul Maram, Penerjemah Abdul Rasyad Siddiq, (Jakarta: Akbar, 2009),
hlm. 704.
(
)
Diriwayatkan dari Abu Waqid Al-Laitsi: Sewaktu Nabi sedang duduk dalam Masjid
bersama-sama dengan orang banyak, datang tiga orang, yang dua orang masuk ke
dalam Majlis Rasulullah dan seorang lagi pergi. Setelah keduanya berdiri, yang
seorang melihat tempat lapang ditengah orang banyak, maka duduklah dia kesitu dan
seorang lagi duduk saja dibelakang orang banyak. Yang ketiga terus pergi, setelah
Rasulullah SAW berbicara ia berkata: baik ku ceritakan kepadamu tentang orang
yang ketiga itu: yang seorang mencari tempat kepada Allah, maka diberi tampat oleh
Allah, yang seorang lagi merasa malu, maka malu pula Allah kepadanyaSedangkan
orang yang ketiga berpaling, maka Allah pun berpaling darinya. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).3
C. Pembahasan
1. Duduk bersama Ulama
Rasulullah SAW menyuruh kita untuk duduk berdekatan dengan para Ulama
(orang-orang yang berilmu) dalam suatu majelis ilmu. Dengan begitu kita akan
mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertanya kepada mereka terutama
dalam masalah Agama. Karena para Ulama dinilai lebih tinggi dari segi
pengetahuannya.4 Selain dekat dengan ulama, kita juga diperintahkan untuk bertanya
tentang ilmu kepada mereka.
Seseorang yang kembali kepada Allah SWT dan kembali kepada majelis
Rasulullah maka Allah akan membalasnya sebanding dengan perbuatannya yaitu
dengan melimpahkan rahmat dan ridha-Nya atau dengan memberikan kebaikan
kepadanya dibawah perlindungan-Nya kelak di hari kiamat.5 Dan barang siapa yang
3 Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Syarah Fathul baari juz I, (Beirut: Dar Al-Fikr, Tth), hlm.157.
4 Husaini A. Majid Hasyim, Syarah Riyadhusshalihin, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), hlm. 7.
5 Abi Al-Abbas Ahmad bin Muhammad As -Syafii Al-Qasthalani. Irsyad As-Sari Syarah Shahih
Bukhari Juz 1 (Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiah, 1996), hlm. 243.
3
berpaling dari majelisRasulullah yang mana merupakan majelis ilmu maka Allah akan
berpaling darinya. Berpaling dari majelis ilmu tanpa suatu halangan adalah tercela. 6
Oleh karena itu, hendaknya kita bersungguh-sungguh dalam mendatangi
majelis ilmu dan rajin bertanya kepada ulama apabila menemukan hal yang sekiranya
masih mengganjal/belum paham terhadap masalah tersebut. Karena mencari ilmu
hukumnya wajib dan juga manfaat dari ilmu tersebut nantinya akan kembali kepada
dirikita masing- masing.
2. Keutamaan Majelis Dzikir
Majelis dzikir sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam majelis dzikir terdapat
banyakmanfaat dan keutamaan, diantaranya adalah yang sudah disebutkan dalam
hadits bahwa suatu majelis ilmu akan dikelilingi malaikat dan mendapatkan rahmat,
dikabulkan doanya serta akan mendapatkan ketenangan dalam hatinya (sakinah).
Imam At-Turabasyti berkata, orang yang duduk di majelis ilmu akan
mendapatsakinah (ketenagan) yaitu keadaan dimana seseorang tenang hatinya dan
tidak condong kepada syahwat dan tidak pula menurutinya.7
Majelis dzikir meliputi: salat, membaca al-Quran, berdoa untuk kebaikan dunia
akhirat, membaca hadits, belajar ilmu, berdiskusi dengan para ulamadan sebagainya,
sedangkan menurut Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari beliau berkata bahwa
yang lebih tepat untuk majelis dzikir yaitu majelis-majelis tasbih, takbir, pembacaan
al-Quran, dan sebagainya. walaupun membaca hadits, belajar ilmu dan berdiskusi
termasuk bagian dari dzikir kepada Allah.8
3. Tata Cara di Majelis Ilmu
Supaya dalam majelis ilmu kita mendapatkan hasil yang maksimal dan benar-
benar bermanfaat bagi kita untuk itu kita perlu memperhatikan tatacara di majelis
ilmu. Tatacara tersebut diantaranya:
a. Menghormati Guru
Bersikap hormat pada guru agar ilmu yang kita peroleh bermanfaat.
Hadits Nabi Muhammad SAW:
) (
6 Muhammad Bin Allan As -Shidiqi, Dalilul Falihin li Turuqi Riyadhis Shalihin juz 4, (Beirut: Dar al
Kutub al-Ilmiyah, 1990), Hlm. 223.
7 Muhammad Bin Allan As -Shidiqi, Dalilul Falihin li Turuqi..., Hlm. 224.
8 Muhammad Bin Allan As -Shidiqi, Dalilul Falihin li Turuqi..., Hlm. 220.
4
Muliakanlah orang yang kamu belajar kepadanya. (HR. Abu Hasan Al-Mawardi)9
9 Mahmud Syaroni. Cermin Kehidupan Rasul, (Semarang: Aneka Ilmu, 2006), hlm. 83.
10 Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Juz 1..., hlm.156-157.
5
Apabila dikhawatirkan menyakiti maka disunahkan duduk dibarisan terakhir.
Sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang kedua ada hadits riwayat Abi Waqid.11
Hendaknya mencari tempat duduk yang belum terisi dan jangan sekali-kali
menyingkirkan orang lain dari tempat duduknya, agar suasana tetap tenang dan orang
lainpun tidak tersinggung.
:
) ( :
Diriwayatkan dari abi barzah RA. Dia berkata: Rasulullah SAW jika bangun dari
suatu majelis membaca subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallailaha ila anta
astagfiruka waatuubu ilaika ( maha suci engkau ya Allah dan segala puji bagiMu,
saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau, saya minta ampun danbertaubat
kepadamu) maka ada seorang berkata, wahai Rasulullah engkau telah membaca
bacaan yang dahulu tidak biasa engkau baca, Nabi SAW menjawab itu sebagai
penebus dosa yang terjadi pada majelis itu. (HR. Abu Dawud).12
Doa ini disebut juga dengan doa kaffaratul majlis yaitu menghapus dosa. Dan
dissunahkan membacanya ketika hendak meninggalkan majelis.
11 Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Juz 1..., hlm. 157.
12 Muhammad Syamsul Khaq Al -Adzim Abadi. Aunul Mabud Juz 13, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1979),
hlm. 205.