Oleh :
Nama : Thomas Kurnia Adi
NPM : 240110140063
KELAPA SAWIT
I. Morfologi Tanaman
a. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur
12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan
tanaman kelapa.
b. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah
berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
c. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
d. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu
juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
e. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari
tiap pelapah. Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak
inti berkualitas tinggi.
IV. Salah satu proses pengolahan kelapa sawit adalah pemurnia dan penjernian
kelapa sawit
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih
berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel
dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Tujuan dari pembersihan atau pemurnian
minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat
dipasarkan dengan harga yang layak. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik,
minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut, yaitu dialirkan dalam tangki minyak
kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang telah terkumpul dipanaskan hingga mencapai
temperatur 95-100C. Peningkatan temperatur ini bertujuan untuk memperbesar berat
jenis antara minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses
pengendapan. Setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan
dihasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk
menurunkan kadar air dalam minyak. Minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung
dalam tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau diolah lebih lanjut sampai
dihasilkan minyak sawit murni atau processed palm oil dan hasil olahan lainnya.
V. Pengembangan Penelitian
Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, tujuan utama pengembangan
agribisnis kelapa sawit adalah 1) menumbuhkembangkan usaha kelapa sawit di
pedesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan 2) menumbuhkan industri
pengolahan CPO dan produk turunannya serta industri penunjang (pupuk, obata-obatan
dan alsin) dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah CPO dan produk
turunannya. Sedangkan sasaran utamanya adalah 1) peningkatan produktivitas menjadi
15 ton TBS/ha/tahun, 2) pendapatan petani antara US$ 1,500 2,000/KK/tahun, dan
3) produksi mencapai 15,3 juta ton CPO dengan alokasi domestik 6 juta ton.
Arah kebijakan jangka panjang adalah pengembangan sistem dan usaha
agribisnis kelapa sawit yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi. Dalam jangka menengah kebijakan pengembangan agribisnis kelapa
sawit meliputi peningkatan produktivitas dan mutu, pengembangan industri hilir dan
peningkatan nilai tambah, serta penyediaan dukungan dana pengembangan.
Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit diantaranya adalah integrasi
vertikal dan horisontal perkebunan kelapa sawit dalam rangka peningkatan ketahanan
pangan masyarakat, pengembangan usaha pengolahan kelapa sawit di pedesaan,
menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka pemanfaatan sumber
daya perkebunan, dan pengembangan pasar. Strategi tersebut didukung dengan
penyediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) dan kebijakan pemerintah yang
kondusif untuk peningkatan kapasitas agribisnis kelapa sawit. Dalam implementasinya,
strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung dengan program-program
yang komprehensif dari berbagai aspek manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan
(perbenihan, budidaya dan pemeliharaan, pengolahan hasil, pengembangan usaha, dan
pemberdayaan masyarakat) hingga evaluasi.
Kebutuhan investasi untuk perluasan kebun kelapa sawit 60.000 ha per tahun
untuk lima tahun ke depan adalah Rp. 12,7 trilyun. Kebutuhan investasi di Indonesia
Barat adalah Rp. 5,8 trilyun, investasi petani plasma sebesar Rp. 3,4 trilyun perusahaan
inti sebesar Rp. 1,9 trilyun pemerintah sebesar Rp. 587milyar. Kebutuhan investasi di
Indonesia Timur adalah Rp. 6,8 trilyun (investasi petani plasma sebesar Rp. 3,9 trilyun,
perusahaan inti sebesar Rp. 2,3 trilyun dan pemerintah sebesar Rp. 649 milyar.
PALA
I. Morfologi Tanaman
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapattumbuh
baik didaerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae,yang
mempunnyai sekitar 200 spesies. Tanaman ini jika pertumbuhannya baikdan tumbuh
di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan ketinggiannyadapat mencapai 15 -
18 meter. Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas danpuncak tajuknya tumpul
(Sunanto, 1993).
Daun pala berbentuk bulat telur, pangkal dan pucuknya meruncing.
Warnabagian bawah hijau kebiru-biruan muda. Bagian atsanya hijau tua. Jangka
waktupertumbuhan buah dari mulai persarian hingga masa petik tidak boleh lebih dari
9bulan. Buah berbentuk bulat, lebar, ujungnya meruncing. Kulitnya licin,
berwarnakuning, berdaging, dan cukup banyak mengandung air. Bijinya tunggal,
berkepingdua, dilindungi oleh tempurung, walaupun tidak tebal namun cukup keras.
Bentukbijinya bulat telur lonjong, bila sudah tua warnanya coklat tua
(Rismunandar,1992).
II. Potensi Tanaman
Salah satu potensi tanaman pala adalah pengolahannya menjadi sari buah pala.
Buah pala dapat diolah menjadi sari buah karena aroma buahnya yang khas. Kadar
tannin dalam buah pala yang menyebabkan rasa sepat dan getir dapat dikurangi dengan
perendaman dalam larutan garam sebanyak 5% atau kapur 2% selama 12 jam. Bisa
juga dengan penambahan putih telur sebanyak 1%. Sari buah pala dapat disimpan
sampai 6 minggu tanpa terjadi pertumbuhan kapang dan penurunan kadar gula
III. Pohon Industri
IV. Salah satu proses pwngolahan pala adalah menjadi minyak pala.
Salah satu produk yang dapat dihasilkan dari buah pala adalah minyak pala.
Proses pembuatan minyak pala dilakukan dengan cara penyulingan. Proses
penyulingan diawali dengan memasukkan air terlebih dahulu hingga batas yang
diinginkan. Pada water and steam distillation, air dimasukkan hingga mendekati batas
sarangan. Selanjutnya, masukkan bahan ke dalam ketel suling.
Sebelum proses penyulingan dimulai, pastikan bahwa semua sambungan,
lubang inlet maupun outlet telah tertutup rapat. Hal ini penting dilakukan untuk
menghindari kebocoran yang berakibat keluarnya semburan liar uap dan terbuangnya
uap atsiri.
Selanjutnya, pastikan bahwa air dalam kondensor telah tersedia dalam jumlah
yang diperlukan. Ketersediaan air ini penting untuk memperlancar proses kondensasi.
Setelah semua instalasi dipastikan aman dan bekerja dengan baik, nyalakan api hingga
suhu dan tekanan mencapai ukuran yang diinginkan. Segera setelah air mendidih,
minyak sudah dapat terlihat pada tabung pemisah. Adapun lama penyulinganm mesin
penggiling (disc mill) untuk memerkecil ukuran bahan. Agar seragam, hancurkan pula
fuli kering dan sangat tergantung dari banyaknya bahan dan kapasitas ketel.
Minyak yang keluar segera ditampung dalam wadah penampung dengan
membuka keran pada tabung pemisah. Konstruksi wadah penampung hendaknya dapat
menghindari penguapan yang lebih banyak, misalnya menggunakan botol dengan
mulut yang kecil. Selain itu, usahakan agar suhu pada wadah penampung antara 20
25oC untuk menghindari penguapan (Armando, 2009).
V. Pengembangan Penelitian
Bagian pala yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah biji dan gada yang
diolah menjadi minyak pala, sedangkan daging pala kurang dimanfaatkan, menjadi
limbah. Untuk meningkatkan nilai ekonomis daging pala itu bisa diolah menjadi
minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kimia minyak
dari daging pala dengan metode pengeringan dan distilasi yang berbeda.
Daging pucat yang diiris dicoba sebagai berikut: dalam kondisi segar,
pengringan udara, pengeringan sinar matahari, kemudian minyak dari masing-masing
disuling menggunakan metode: penyulingan air atau penyulingan uap air.
Hasil dan karakteristik kimia (nilai asam dan ester) minyak atsiri yang diperoleh
dari proses ini dianalisis. Hasil menunjukkan bahwa hasil tertinggi (1,65 g) diperoleh
dari kombinasi pengeringan udara dan distilasi uap air. Nilai asam terendah ditemukan
pada perlakuan distilasi segar dan penyulingan air (3,71%), sedangkan yang tertinggi
dalam pengolahan distilasi segar dan air (4,38%). Perlakuan nilai ester tertinggi berasal
dari daging dengan pengeringan udara dan distilasi uap air (22,32), sedangkan yang
terendah adalah pada perlakuan irisan segar dan penyulingan air (14,67%). Cara
pengeringan dan distilasi rajangandaging buah pala yang berbeda berpengaruhnyata
terhadap rendemen minyak dagingbuah pala yang dihasilkan.
KAYU MANIS
I. Morfologi Tanaman
Kayu manis adalah pohon yang termasuk ke dalam jenis rempah rempah yang
beraroma manis, dan pedas, orang biasanya menggunakan di dalam makanan yang
beraroma manis, anggur panas. Tanaman obat Kayu manis (Cinnamomum burmanni)
memiliki bentuk seperti semak dan pohon kecil, dengan tinggi 5-15 m, kulit kayu
memiliki bau yang khas. Daun berbentuk lonjong, panjang 4-14 cm, lebar 1,5-6 cm,
permukaan atas halus, permukaan bawah berambut, berwarna kelabu kehijauan. Bunga
majemuk malai. Buah adalah buah buni, panjang lebih kurang 1 cm.
TEH
I. Morfologi Tanaman
Tanaman teh memiliki daun tunggal yang tersebar, helaian daunnya eliptis
memanjang dengan pangkal daun meruncing dan tepi daunnya bergerigi. Bunga teh
berkelamin dua atau disebut hermafrodit dalam satu pohon. Memiliki kelopak bunga
sejumlah 5-6 yang berukuran tidak sama. Mahkota bunganya melekat pada
pangkalnya. Benangsari membentuk lingkaran yang banyak, pada bagian terluar
pangkalnya bersatu dan melekat pada mahkota, sedangkan pada bagian terdalamnya
terlepas. Teh memiliki tangkai putik yang bercabang tiga. Teh merupakan tanaman
yang berbentuk pohon, tetapi karena pemangkasan kerapkali seperti perdu dengan
tinggi 5-10 m.
Tanaman teh umumnya tumbuh pada ketinggian 200-2.300 m di atas
permukaan laut. Secara umum, tanaman teh dapat tumbuh pada kisaran suhu udara 28-
30oC dan untuk pertumbuhan optimumnya pada suhu tanah berkisar 20-25oC. Suhu
harus berada pada kisaran normal selama 6 bulan setiap tahunnya. Di Indonesia,
perkebunan teh umunya memiliki curah hujan rata-rata sebesar 1800 mm per tahun.
II. Potensi Tanaman
Daun teh (Camellia sinensis) merupakan bagian dari tanaman teh yang sangat
memiliki nilai tinggi karena dapat dijadikan sebagai bahan seduhan minuman ataupun
dijadikan flavor apabila telah meleawati serangkaian proses. Selain itu, daun teh dalam
bentuk ekstrak daunnya juga ternyata memiliki potensi lainnya yaitu sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi yang kita kenal sebagai penyebab
penyakit typhus.
Camellia sinensis dapat menghasilkan metabolit sekunder seperti alkaloid,
flavonoid, steroid, tannin, saponindan triterpenoid. Senyawa tanin dalam Camellia
sinensis dapat menghambat pertumbuhan bakter dengan mereaksikan protein pada
membrane sel, menginaktivasi enzim dan juga destruksi fungsi juga material genetik.
Tanin menyebabkan terganggunya stabilitas dinding sel bakteri yang selanjutnya
menurunkan fungsi selektif permeabilitas dari membran. Tanin juga dapat menurunkan
sistem transporaktif dan terganggunya susunan sel bakteri. Reaksi tanin lain adalah
mampu mengikat peptidpglikan membran bakteri. Tanin mempunyai daya antibakteri
karena menginterfensi dinding sel bakteri.
III. Pohon Industri
IV. Salah satu proses pada pengolahan Teh putih adalah sebagai berikut:
Diantara jenis teh yang ada, teh putih atau whitetea merupakan teh dengan
proses pengolahan paling sederhana, yaitu pelayuan dan pengeringan. Bahan baku
yang digunakan untuk proses pembuatan teh putih inipun hanya berasal dari pucuk dan
dua daun dibawahnya. Pelayuan dapat dilakukan dengan memanfaatkan panas dari
sinar matahari. Biasanya proses pelayuan ini mampu mengurangi kadar air sampai
12%. Selanjutnya, daun teh yang sudah layu dikeringkan menggunakan mesin
pengering. Pucuk teh kemudian akan menjadi jenis mutu silverneddle, sedangkan dua
daun dibawahnya akan menjadi whitepoeny (Rohdiana, 2015).
V. Pengembangan Penelitian
Peranan teh sebagai bahan baku bagi industri, kontributor devisa bagi negara,
penyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yang juga memberikan dampak positif bagi
lingkungan sekitar perkebunannya telah menjadikan teh sebagai salah satu komoditas
unggulan nasional. Posisi Indonesia dalam perdagangan internasional merupakan salah
satu produsen sekaligus eksportir teh terbesar di dunia. Tahun 2008, pangsa pasar
ekspor Indonesia mencapai 5,8 persen dari total ekspor dunia. Namun, kondisi tersebut
bukan merupakan kondisi optimal agribisnis teh Indonesia. Selama sepuluh tahun
terakhir, Indonesia cenderung mengalami penurunan luas area, yang kemudian
berdampak kepada volume produksi dan penurunan volume ekspor. Sejak tahun 2000,
Indonesia kehilangan sekitar 2,18 persen area perkebunan teh per tahun. Hal tersebut
berdampak pada penurunan rata-rata produksi dan ekspor sebesar 0,83 dan 1,7 persen
per tahun. Hal ini tidak dapat dibiarkan, mengingat kendala yang dihadapi oleh sebuah
subsistem dalam sistem agribisnis teh Indonesia akan berdampak terhadap kinerja
subsistem lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah kondisi sistem agribisnis teh
di Indonesia, menganalisis dayasaingnya serta merumuskan strategi pengembangan
yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut. Teh yang diteliti adalah teh curah
sebagai produk yang dieskpor Indonesia. Pada analisis strategi, lingkup penelitian yang
digunakan adalah subsistem budidaya dan pengolahan teh curah sebagai lingkungan
internal, sementara subsistem hulu, pemasaran dan subsistem jasa penunjang ditambah
dengan kondisi global termasuk ke dalam lingkungan eksternal. Teh yang diteliti
adalah teh hitam dan teh hijau curah yang merupakan produk teh mayoritas yang
diekspor oleh Indonesia. Data yang digunakan hampir 70 persen merupakan data
sekunder, dan sisanya diperoleh dari wawancara dan observasi lapang (data primer).
Alat yang digunakan adalah kerangka sistem agribisnis teh, Sistem Berlian Porter,
Matriks SWOT dan Arsitektur Strategik.
KAPAS
I. Morfologi Tanaman
a. Akar
Akar tanaman kapas berupa akar tunggang, panjang akar dapat mencapai 0,75
- 1 meter. Batang beruas-ruas, tiap ruas tumbuh daun dan cabang-cabang pada
ketiaknya. Memiliki 3 macam tunas, yaitu tunas serap, cabang vegetatif dan cabang
generatif. Cabang generatif ditandai dengan diakhiri yaitu tumbuhnya square. Tinggi
tanaman mencapai 100-150 cm.
b. Batang
Batang dan percabangan dengan percabangan vegetatif dan cabang buah
tumbuh pada buku-buku batang. Panjang dan jumlah ruas batang ini menentukan tinggi
akhir suatu tanaman kapas. Batang tanaman yang beruas pendek menyebabkan
tanaman tersebut cenderung cepat tua.
c. Daun
Daun berbentuk normal (palmatus), permukaan daun berbulu jarang, tulang
daun menjari. Bunga tanaman kapas termasuk bunga sempurna. Bunga tumbuh pada
cabang generatif, tiap cabang ada 6-8 kuncup. Bagian-bagian bunganya yaitu terdiri
dari tangkai bunga, daun kelopak tambahan, daun kelopak, mahkota bunga, bakal buah,
tangkai kepala putik, kepala putik, dan tepung sari
d. Bunga
Bunga kapas varietas Amerika berwarna putih atau krim putih saat membuka.
Selanjutnya warna akan berubah menjadi merah muda dan merah pada keesokan
paginya. Dimana, biasanya bunga kapas mulai mekar dipagi hari antara jam 7 -9
kemudian bunga tersebut akan layu saat hari menjelang siang.
e. Buah
Buah berbentuk dari persarian sampai buah masak 40-70 hari. Bentuk buah
bulat telur, dengan warna hijau muda atau hijau gelap berbintik-bintik. Setiap buah
memiliki 3-5 ruang, sehingga buah tanaman kapas termasuk buah kotak. (Subiyakto
dan Indrayani, 2008)
IV. Salah satu proses pengolahan kapas adalah pengklasifikasian serat kapas
Serat kapas yang sudah dipisahkan dari bijinya kemudian dikelompokkan
berdasarkan beberapa kriteria, umumnya adalah warna, kehalusan dan panjang serat.
Penggolongan berdasarkan warna dan kehalusan adalah sebagai berikut:
Jernih halus dan putih bersih;
Berwarna kuning kemerahan dan halus;
Kotor baik yang kasar maupun yang halus.
Berdasarkan ukuran panjang serat, kapas dapat digolongkan kedalam:
Ukuran panjang (lebih dari 29 mm);
Ukuran sedang (22 28 mm);
Ukuran kurang (kurang dari 22 mm).
Serat kapas yang halus, putih dan jernih serta berukuran sedang sampai panjang,
dijadikan sebagai bahan benang untuk tekstil dan sebagainya. Sedangkan sisanya
dijadikan kasur, bantal, isi dalam furniture seperti sofa dan ada juga untuk jok mobil.
V. Pengembangan Penelitian
Kapas Australia dikenal memiliki produktivitas cukup tinggi, yaitu, mencapai
3.178 kg/ha, selain memiliki serat yang panjang. Dari total areal pertanaman kapas di
Australia, 90% ditanam di lahan beirigasi dengan menggunakan kapas transgenik jenis
Bollgard I, Bollgard II dan Roundup Ready. Varietas kapas dengan jenis serat panjang
yang ditawarkan pemerintah Australia adalah varietas Pima A8 dan Sipima 208. Kedua
varietas ini, selain memiliki potensi produksi tinggi, mempunyai kemungkinan lebih
cocok dikembangkan di Indonesia. Pengembangan kapas berserat panjang ini
diperlukan mengingat kebutuhan akan serat oleh industri untuk produk fashion cukup
tinggi, yaitu, sekitar 50-60 ribu ton serat kapas per tahun. Volume tersebut diperkirakan
akan terus meningkat.
Peningkatan produksi dalam negeri kapas berserat panjang merupakan
keharusan. Hal ini dimaksudkan untuk menekan ketergantungan Indonesia akan impor
kapas. Padahal varietas kapas berserat panjang unggul lokal belum tersedia. Untuk
itulah diperlukan introduksi varietas kapas berserat panjang unggul dari Australia.
Tentunya kegiatan introduksi tersebut diikuti dengan program pengembangan varietas
kapas berserat panjang unggul nasional.
Kerja sama penelitian kapas dengan pemerintah Australia perlu direalisasikan
dan dikembangkan mengingat negara ini mampu mengembangkan varietas-varietas
yang tahan ketersediaan air, tahan hama dan herbisida. Kapas yang dikembangkan oleh
pemerintah Australia juga memiliki kualitas sesuai keinginan konsumen, produksi
tinggi, pengendalian hama dan penyakit ramah lingkungan, serta teknik produksi yang
efisien.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah pertukaran plasma nutfah kapas.
Pertukaran ini dimaksudkan untuk mempertinggi variasi genetik dalam koleksi Balittas
sehingga peluang-peluang perakitan varietas unggul baru semakin besar.
TEMBAKAU
I. Morfologi Tanaman
a. Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat,
makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi
daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain
ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm.
b. Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak
ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm,
sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga
memiliki bulu-bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur,
mudah menyerap air, dan subur.
c. Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung
pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan
yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian
tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade
parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu
tanaman sekitar 28- 32 helai. Daun tembakau merupakandaun tunggal. Lebar daun 2
30 cm, panjang tangkai 1 2 cm. Warna daun hijau keputih-putihan.
d. Bunga
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan
dan masing masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan
panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari
keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih pendek, warna bunga merah jambu
sampai merah tua pada bagian atas.
Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti terompet dan
mempunyai bagian sebagai berikut:
a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung.
b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna merah
jambu atau merah tua dibagian atasnya. Sebuah bunga biasanya mempunyai
lima benang sari yang melekat pada mahkota bunga, dan yang satu lebih pendek
dari yang lain.
c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang
membesar.
d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan benang
sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama. Keadaan ini menyebabkan
tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukan sendiri, tetapi tidak
tertutup kemungkinan untuk penyerbukan silang.
e. Buah
Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga dan terdiri atas
dua ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali.
Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu
setelah penyerbukan, buah tembakau sudah masak. Setiap pertumbuhan yang norrmal,
dalam satu tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat
lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya berisi biji yang bobotnya sangat ringan.
Dalam setiap gram biji berisi + 12.000 biji. Jumlah biji yang dihasilkan pada setiap
tanaman rata-rata 25 gram (Hidayat,2013).
IV. Salah satu proses pengolahan tembakau yang terpenting adalah pada saat
pemanenan
Kira-kira 3 bulan, dimulailah panen pertama pada daun tembakau. Memanen
daun tembakau tidaklah mudah, haruslah bertahap dari daun paling bawah hinggadaun
paling atas, dan itu memakan waktu yang tidak sebentar. Dari memanen daun pertama
sampai daun terakhir dibutuhkan waktu antara 4 sampai dengan 4,5 bulan. Karena
dalam satu batang pohon, daun tembakau dibagi dalam beberapa grid atau tingkatan.
Tiap tingkatan itu menandakan kwalitas daun (petani Temanggung menyebut totol) dan
biasanya itu terlihat dari warna dan terasa dari aromanya. Untuk aroma memang hanya
orang tertentu saja yang bias menentukan apakah aromanya cukup atau kurang. Dan
semakin keatas, kwalitas daun akan semakin tinggi dan hargapun semakin mahal.
a. Kwalitas A (Totol A) daun berwarna hijau, biasanya umur sekitar 3 bulan bias
mulai dipanen.
b. Kwalitas B (Totol B) daun berwarna hijau tapi sudah mulai terlihat warna kuning
diantaranya
c. Kwalitas C (Totol C) daun berwarna kuning saja.
d. Kwalitas D (Totol D) daun berwarna kuningagak kemerahan
e. Kwalitas E (Totol E) daun berwarna merah namun masih ada semburat
kuningnya
f. Kwalitas F (Totol F) daun berwarna kemerahan
g. Kwalitas G (Totol G) daun berwarna merah atau yang disebut juga bako Srinthil
(tembakau dengan kwalitas paling bagus dan berharga sangat mahal)
SebenarnyaTotol F dan G hampir sama warna daunnya yang membedakan
hanyalah pada proses memperamnya dikemudian hari. Karena setelah dipanen, daun
tembakau tidak bias lantas diolah, harus melalui proses memperamnya (biasa disebut
daun imbon atau daun yang telah di imbu). Dan tiapTotol, proses memperamnya pun
berbeda-bedaTotol A diperam 2 hari, B diperam 3 hari,Cdiperam 4/5 hari,Ddiperam
6/7 hari, Edan F maksimal diperam 9 hari. Adapun dalam memperam itupun haruslah
tepat waktu, tidak boleh berkurang ataupun berlebih karena akan menentukan
kematangan dan kebusukan daun.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, M. 2013. Potensi Sumber Daya Lahan untuk Tanaman Sagu di Indonesia.
Diakses pada https://jurnal.unpad.iac.id/agrikultura/article/view/967
Hidayat,Arif.2013. Morfologi Tanaman Tembakau . Terdapat pada:
http://www.anakagronomy.com/2013/04/morfologi-tanaman-tembakau.html.
Diakses pada Rabu tanggal 31 Mei 2017
Kindriari, Utami, I. 2008. Pembuatan Etanol dari Biji Kapas dengan Proses
Hidrolisa dan Fermentasi. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. 8(2). 129-138.
Litbang Pertanian. 2012. Tanaman Sagu. Diakses pada
https://litbang.pertanian.go.id/spesial/komoditi/sagu/view/255
Osly, Prima Jiwa. 2015. Model Perencanaan Pengembangan Sagu Berkelanjutan (Studi
Kasus Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku)
Wawan, Muhammad. 2016. PenelitianTembakau. Terdapatpada
:http://ptpn10.co.id/blog/penelitian-tembakau-jember-gencar-biakkan-mikoriza.
Diaksespadaharikamis, 01 April 2017.